Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Inovasi Pendidikan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

TAHAPAN PROSES KEPUTUSAN INOVASI

Apriliansyah 1, Ahmad Sulaiman 2 Fajran Novriantoni3 Fauzan Amin4


UINFAS Bengkulu
apriliansyahtj@gmail.com1, mamanGumay@gmail.com2, fajran Novriantoni@gmail.com3
ABSTRAK

Manusia di dunia ini tidak lepas dari namanya akal, perasaan sebagai sarana untuk mencari ilmu
pengetahuan dan mengaktualisasi di dalam kehidupan untuk lebih maju, sejahterah oleh karena
itu dalam penelitian ini mengkaji tentang proses tahapan keputusan inovasi. Adapun penelitian
ini mengunkan study literatur atau Study Pustaka yang data data yang di dapat dari
pengumpulan sumber sumber seperti jurnal, buku dan internet dalam proses penelitian ini di
dapat lima model proses keputusan inovasi , yaitu, Tahapan pengetahuan, tahapan bujukan
tahapan keputusan tahapan implemtasi, dan Tahapan kompirmasi. Dalam proses keputusan ini
tentunya meliki proses inovasi sebagai penentu proses keputusan dalam hal ini ada beberapa
keputusan inovasi daintaranya keputusan inovasi opsional keputusan inovasi kolektif ,
keputusan otoritas dan keputusan kontingensi.
Key Words : Tahapan, Keputusan, Inovasi

ABSTRACK
Humans in this world cannot be separated from the name reason, feelings as a means to seek
knowledge and actualize it in life to be more advanced, prosperous, while in this study it
examines the process of the stages of innovation decisions. This research used a literature study
or Library Study where data were obtained from collecting sources such as journals, books and
the internet. In this research process, five models of the innovation decision process were
obtained, namely, the stages of knowledge, the stages of persuasion, the stages of decisions, the
stages of implementation, and Confirmation stage. In this decision process, of course, there is an
innovation process as a determinant of the decision process. In this case, there are several
innovation decisions, including optional innovation decisions, collective innovation decisions,
authority decisions, and contingency decisions.
Key Words : Stages, Decisions, Innovation
PENDAHULUAN
Manusia Pada umumnya dianugerahi akal, pikiran dan perasaan untuk mengaktualisasikan
kehidupan di dunia. Sehingga Mereka mengarahkan kehidupannya untuk lebih maju, sejahtera
dan makmur. Teknologi, komunikasi dan telekomunikasi salah satu aspek-aspek yang
mempebaruhi kehidupan masyarakat dan sampai diterapkan dalam kehidupannya dalam
lingkungnya untuk mengikuti perkembangan zaman. Melalui inovasi manusia menjadi
berkarakteristik modern dimana proses perubahan sosial dan masyarakat tradisional ke
masyarakat yang lebih maju. Tanda masyarakat yang lebih maju antaranya bidang ekonomi yang
makmur, bidang politik yang stabil dan terpenuhinya pelayanan kebutuhan pendidikan,
Pendidikan di era modern ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi. Pada saat ini kegiatan
belajar mengajar dapat di akses secara digital. Dimana setiap orang dapat mencari menemukan,
dan menerima segala informasi dengan mudah, dan cepat. Namun dengan cara akses digital ini
menjadikan peserta didik malas untuk mencari informasi melalui sumber buku pelajaran atau
bahkan tidak belajar sama sekali dikarenakan waktunya hanya habis digunakan untuk bermain
game dan menonton saja. Dan rasa malai belajar ini terbawa pada saat peserta didik berada
disekolah, sehingga pada saat guru melakukan proses pembelajaran di kelas peserta didik tidak
mengikuti dengan baik. (Alfauzan Amin, dkk 2021) Inovasi dapat diterima ketika individu
tersebut mengetahui adanya inovasi kemudian yang dilanjutkan dengan pesetujuan dari individu.
Individu akan menerima inovasi jika tergantung atau sesuai dengan nilai-nilai warga
masyarakat .proses tersebut memerlukan jangka waktu yang tidak relatif singkat sehingga
individu dapat menilai gagasan baru itu sebagai pertimbangan diterimanya atau penolakan
inovasi dalam penerapannya. Untuk sampai menerima keputusan yang mantap perlu adanya
kejelasan informasi yang akan mengurangi ketidakpastian dan berani mengambil keputusan.
Maka dari itu kelompok kami akan membahas tentang Tahapan proses keputusan inovasi.
METODE PENELITIAN
Studi kepustakaan adalah pengumpulan informasi atau dokumen tentang berbagai kebijakan
pendidikan Islam di Indonesia dengan maksud menjadi subjek penelitian atau pengumpulan data
dengan kecenderungan sastra atau akademik. Informasi yang digunakan adalah informasi
sekunder yang dikumpulkan dengan menggunakan pendekatan dokumentasi. Proses analisis data
diawali dengan pengumpulan referensi mengenai tahapan Proses keputusan inovasi yang
kemudian dikaji dan dipelajari untuk mengumpulkan data yang relevan dengan pertanyaan yang
diajukan penulis. Hasil analisis sesuai dengan judul yang penulis tulis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Proses Keputusan Inovasi
Inovasi berarti pembaharuan. Kata innovation berasal dari bahasa inggris yang berarti segala hal
yang baru atau pembaharuan. Dalam bahasa Indonesia berarti inovasi. Kata inovasi biasa dipakai
untuk menyatakan penemuan dan bisa juga diartikan pengembangan atau pemanfaatan atau
mobilitas pengetahuan, keterampilan dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki
produk(Ahmad Sauqy 2019)Inovasi biasanya muncul dari adanya keresahan pihak-pihak tertentu
tentang penyelenggaraan pendidikan. Misalkan, keresahan guru tentang pelaksanaan proses
belajar mengajar yang dianggap kurang berhasil, keresahan pihak administrator pendidikan
tentang kinerja guru, atau mungkin keresahan masyarakat terhadap kinerja dan hasil bahkan
sistem pendidikan. Keresahan-keresahan itu pada akhirnya membentuk permasalahan-
permasalahan yang menuntut penanganan dengan segera. Upaya untuk memecahkan masalah
itulah muncul gagasan dan ide-ide baru sebagai suatu inovasi. Dengan demikian, maka dapat kita
katakana bahwa inovasi itu ada karena adanya masalah yang dirasakan,(Wina Sanjaya, 2019)
hampir tidak mungkin inovasi muncul tanpa adanya masalah yang dirasakan Proses keputusan
inovasi ialah proses yang dilalui (dialami) individu (unit pengambil keputusan yang lain), mulai
dari pertama tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keputusan setuju terhadap
inovasi, penetapan keputusan menerima atau menolak inovasi, implementasi inovasi, dan
konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya.(Bayuikids.blogspot.com, 2013)
Ciri pokok keputusan inovasi adalah dengan adanya ketidak tentuan tengtang suatu inovasi,
proses pengambilan keputusan mau tidak mau menggunakan sesuatu yang mungkin lebih bersih,
lebih hemat, lebih tahan lama, tetapi juga mungkin berbahaya. Untuk sampai pada keputusan
yang tepat menerima atau menolak suatu inovasi perlu informasi, dengan kejelasan informasi
akan mengurangi ketidak tentuan dan berani mengambil keputusan.
Menurut,(Saud, 2015)ciri pokok keputusan inovasi merupakan perbedaannya dengan tipe
keputusan yang lain ialah dimulai dengan adanya ketidaktentuan (uncertainty) tentang sesuatu
(inovasi), misalnya ketika harus mengambil keputusan untuk menghadiri rapat atau melakukan
olahraga, maka kita sudah tahu apa yang akan dilakukan jika menghadiri rapat, begitu pula apa
yang akan dilakukan jika melakukan olaharga. Rapat dan olahraga bukanlah hal yang baru.
Pertimbangan dalam mengambil keputusan mana yang paling menguntungkan sesuai dengan
kondisi saat itu. Keputusan ini bukanlah keputusan inovasi. Berbeda halnya dengan ketika
mengambil keputusan untuk mengganti penggunaan minyak bumi dengan bahan bakar gas, yang
sebelumnya belum pernah menggunakan atau belum tahu tentang kompor gas, maka keputusan
ini adalah keputusan inovasi. Proses pengambilan keputusan mau tidak mau menggunakan
kompor gas, dimulai dengan adanya serba ketidaktahuan tentang kompor gas, yaitu masih
terbuka berbagai alternatif, mungkin lebih bersih, lebih hemat, lebih tahan lama, tetapi mungkin
juga berbahaya dan sebagainya. Untuk sampai pada keputusan yang mantap menerima atau
menolak kompor gas perlu informasi. Dengan kejelasan informasi akan mengurangi
ketidaktentuan dan berani mengambil keputusan.(Ofori et al., 2020)
B. Tahapan Proses Keputusan Inovasi
Menurut Rogers (2003) ada tahapan-tahapan proses dalam keputusan inovasi,
berikut tahapan-tahpan proses keputusan inovasi:
1. Tahap Pengetahuan (Knowledge)
Tahapan pertama proses inovasi dimulai dengan tahapan pengetahuan, yaitu pada tahap ini
seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana inovasi tersebut. Menyadari
dalam hal ini bukan memahami melainkan membuka diri untuk mengetahui inovasi. Menyadari
atau membuka diri terhadap inovasi tentu dilakukan secara aktif. Seseorang yang menyadari
perlunya mengetahui inovasi tentu berdasarkan pengamatannya tentang inovasi itu sesuai dengan
kebutuhan, minat atau kepercayaannya. Misalnya, pada acara siaran televisi disebutkan bahwa
akan disiarkan tentang metode baru alam mengajarkan berhitung di sekolah dasar. Guru A yang
mendengar dan melihat acaran tersebut menyadari bahwa ada metode baru tersebut, ia pun mulai
proses keputusan inovasi pada tahap pengetahuan tahapan pertama proses inovasi dimulai
dengan tahapan pengetahuan, yaitu pada tahap ini seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan
ingin tahu bagaimana inovasi tersebut. Menyadari dalam hal ini bukan memahami melainkan
membuka diri untuk mengetahui inovasi. Menyadari atau membuka diri terhadap inovasi tentu
dilakukan secara aktif. Seseorang yang menyadari perlunya mengetahui inovasi tentu
berdasarkan pengamatannya tentang inovasi itu sesuai dengan kebutuhan, minat atau
kepercayaannya. Misalnya, pada acara siaran televisi disebutkan bahwa akan disiarkan tentang
metode baru alam mengajarkan berhitung di sekolah dasar. Guru A yang mendengar dan melihat
acaran tersebut menyadari bahwa ada metode baru tersebut, ia pun mulai proses keputusan
inovasi pada tahap pengetahuan adapun guru B walaupun mendengar dan melihat acara TV,
tidak ingin tahu maka belum terjadi proses keputusan inovasi. Pada contoh guru A, guru tersebut
memiliki keingintahuan mengenai metode baru berhitung, karena ia memerlukannya. Adanya
inovasi menumbuhkan kebutuhan karena kebetulan ia merasa membutuhkannnya. Sekalipun
demikian, mungkin terjadi karena seseorang membutuhkan sesuatu, untuk memenuhiya, ia
mengadakan inovasi. Dalam kenyataan di masyarakat, hal ini jarang terjadi, karena banyak orang
tidak tahu apa yang diperlukan. Dalam bidang pendidikan, misalnya yang dapat merasakan
perlunya perubahan adalah para pakar pendidikan, sedangkan guru belum tentu menerima
perubahan atau inovasi yang sebenarnya diperlukan untuk mengefektifkan pelaksanaan tugasnya.
Setelah menyadari adanya inovasi dan membuka dirinya untuk mengetahui inovasi, keaktifan
untuk memenuhi kebutuhan ingin tahu tentang inovasi itu bukan hanya berlangsung pada tahap
pengetahuan, tetapi juga pada tahap lain, bahkan sampai pada tahap konfirmasi masih ada
keinginan untuk mengetahui aspek-aspek tertentu dari inovasi.
Berkaitan tentang pihak-pihak umum tentang pihak-pihak yang lebih awal mengetahui tentang
inovasi :
a. Pihak-pihak yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih tinggi pendidikannya dari yang akhir.
b. Pihak-pihak yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih tinggi status sosial ekonominya dari
pada yang akhir.
c. Pihak-pihak yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih terbuka terhadap media massa dari
pada yang akhir.
d. Pihak-pihak yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih terbuka terhadap komunikasi
interpersonal dari pada yang akhir.
e. Pihak-pihak yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih banyak dengan agen pembaharu dari
pada yang akhir.
f. Pihak-pihak yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih kosmopolitan (mempunyai wawasan
dan pengetahuan luas) daripada yang akhir.
2. Tahap Bujukan ( Persuation)

Pada tahap persuasi dalam proses keputusan-inovasi, individu membentuk sikap yang

mendukung atau tidak mendukung terhadap inovasi. Pada tahap persuasi individu menjadi secara

lebih psikologi terlibat dengan inovasi; dia secara aktif mencari informasi mengenai gagasan

baru. Persepsi selektif penting untuk menentukan prilaku individu pada tahap persuasi, dimana
persepsi umum inovasi pada tahap ini dikembangkan. Sifat-sifat yang ditanggapi dari suatu

inovasi sebagai manfaat relatifnya, kekompakannya, dan kekomplekannya terutama penting pada

tahap ini . Pada tahap persuasi, individu secara khusus termotivasi untuk mencari informasi

inovasi-evaluasi, yang merupakan pengurangan dalam ketidakpastian mengenai konsekuensi-

konsekuensi yang diharapkan dari inovasi. Hasil dari tahap persuasi yang utama ialah adanya

penentuan menyenangi atau tidak menyenangi inovasi.(Bayuikids.blogspot.com, 2013)

Di samping itu, pada tahap bujukan ini juga yang berperan penting adalah peran kemampuan

individu atau organisasi untuk mengantisipasi kemungkinan penerapan inovasi masa mendatang.

Diperlukan kemampuan untuk memproyeksikan penerapan inovasi dalam pemikiran berdasarkan

kondisi dan situasi yang ada

mempermudah proses mental itu diperlukan gambaran yang jelas tentang cara pelaksanaan

inovasi. Hasil tahap bujukan yang utama adalah adanya penentang menyenangi atau tidak

menyenangi inovasi. Diharapkan hasil tahapan bujukan akan mengarahkan proses keputusan

inovasi. Dengan kata lain, ada kecenderungan kesesuaian antara menyenangi inovasi dengan

menerapkan inovasi. Perlu diketahui bahwa sebenarnya antara sikap dengan aktivitas masih ada

jarak. Orang yang menyenangi inovasi belum tentu menerapkan inovasi. Ada jarak atau

kesenjangan antara pengetahuan, sikap dengan penerapan (praktek), misalnya seorang guru

mengetahui metode diskusi, mengetahi cara menerapkannya, dan senang menggunakan, tetapi

tidak pernah menggunakannya. Karena faktor tempat duduknya tidak memungkinkan, jumlah

siswanya terlalu besar dan merasa khawatir bahan pelajarannya tidak akan dapat disajikan sesuai

dengan batas waktu yang ditentukan. Oleh karena itu perlu adanya bantuan pemecahan masalah.

(Ofori et al., 2020)

3.Tahap Keputusan (Decision)


Tahap keputusan dari proses keputusan inovasi, berlangsung jika seseorang melakukan kegiatan

yang mengarahkan untuk menetapkan menerima atau menolak inovasi. Menerima berarti

sepenuhnya akan menerapkan inovasi tersebut. Seringkali terjadi seseorang menerima inovasi

setelah ia mencoba lebih dahulu, kemudian dilanjutkan secara keseluruhan jika sudah terbukti

berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Inovasi yang dapat dicoba bagian demi bagian akan

lebih cepat diterima, akan tetapi tidak semua inovasi dapat dicoba dengan dipecahkan menjadi

beberapa bagian. Dalam kenyatannya, pada setiap tahap dalam proses keputusan inovasi dapat

terjadi penolakan inovasi, misalnya penolakan dapat terjadi pada awal tahap pengetahuan, tahap

bujukan, atau setelah konfirmasi dan sebagainya.

4.tahap Implementasi (Implementasi)

Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi akan terjadi apabila seseorang menerapkan

inovasi itu sendiri. Pada tahap ini berlangsung keaktifan, baik secara mental maupun perbuatan.

Keputusan penerima gagasan atau ide baru dibuktikan dalam praktik. Pada umumnya

implementasi mengikuti hasil keputusan inovasi, namun bisa juga terjadi karena sesuatu hal

sudah memutuskan untuk menerima inovasi tanpa diikuti implementasi. Hal ini biasanya terjadi

karena fasilitas penerapan yang tidak tersedia.

Tahap implementasi bisa berlangsung sangat lama, tergantung dari keadaan inovasi itu

sendiri. Pada umumnya suatu tanda bahwa taraf implementasi akan berakhir jika penerapan

inovasi itu sendiri sudah menjadi sesuatu yang bersifat rutin, dengan kata lain sudah bukan

sesuatu yang baru lagi. Hal-hal yang memungkinkan terjadinya re-invesi antara inovasi yang

sangat kompleks dan sukar dimengerti, penerima inovasi kurang dapat memahami inovasi karena

sukar untuk menerima agen pembaharu, inovasi yang memungkinkan berbagai kemungkinan
komunikasi, apabila inovasi diterapkan untuk memecahkan masalah yang sangat luas, kebanggan

akan inovasi yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu juga dapat menimbulkan reinvesi.

5.        Tahap Konfirmasi (Confirmation)

Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang telah

diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusannya jika memang diperoleh informasi yang

bertentangan dengan informasi semula.tahap konfirmasi ini sebenarnya berlangsung secara

berkelanjutan sejak terjadi keputusan menerima atau menolak inovasi yang berlangsung dalam

waktu yang tak terbatas. Selama dalam konfirmasi seseorang berusaha menghindari terjadinya

disonasi paling tidak berusaha menguranginya.

Dalam hubungannya dengan difusi inovasi, usaha mengurangi disonasi dapat terjadi :

a.       Apabila seseorang menyadari akan sesuatu kebutuhan dan berusaha mencari sesuatu untuk

memenuhi kebutuhan misalnya dengan mencari informasi tentang inovasi. Hal ini terjadi pada

tahap pengetahuan dalam proses keputusan inovasi.

b.      Apabila seseoarang tahu tentang inovasi dan telah bersikap menyenangi inovasi tersebut,

tetapi belum menatapkan keputusan untuk menerima inovasi. Maka ia akan berusaha untuk

menerimanya, guna mengurangi adanya disonasi antara apa yang disenangi dan diyakini dengan

apa yang dilakukan. Hal ini terjadi pada tahap keputusan inovasi dan tahap implementasi dalam

proses keputusan inovasi. Setelah seseorang menetapkan menerima dan menerapkan inovasi,

kemudian diajak untuk menolaknya. Maka disonasi ini dapat dikurangi dengan cara tidak

melanjutkan penerimaan dan penerapan inovasi. Ada kemungkinan lagi seseorang telah

menetapkan untuk menolak inovasi, kemudian diajak untuk menerimanya. Maka usaha

mengurangi disonasi dengan cara menerima inovasi.


Ketiga cara mengurangi disonasi tersebut berkaitan dengan perubahan tingkah laku

seseorang sehingga antara sikap, perasaan, pikiran, perbuatan, sangat erat hubungannya bahkan

sukar dipisahkan karena yang satu mempengaruhi yang lain.

C. Tipe-Tipe Keputusan Inovasi Tipe


keputusan inovasi dapat dibedakan atas beberapa tipe keputusan inovasi, dimana tipe-tipe
itu terkait dengan dapat diterima atau tidaknya suatu inovasi oleh individu sebagai anggota
sistem sosial atau keseluruhan anggota sistem sosial yang menentukan untuk menerima inovasi
berdasarkan keputusan bersama atau berdasarkan paksaan (kekuasaan). Setidaknya terdapat 4
(empat) tipe keputusan inovasi menurut (Rusdiana, 2014)
1.Keputusan Inovasi Opsional
Keputusan inovasi individual adalah suatu keputusan inovasi ketika seseorang mengambil peran
dalam membuat suatu keputusan untuk melakukan inovasi setelah melalui proses pertimbangan
yang dilakukan oleh dirinya sendiri. Keputusan seseorang untuk menerima atau menolak inovasi
merupakan suatu rentetan tindakan yang membentuk rangkaian proses yang terjadi dalam jangka
waktu tertentu. Keputusan inovasi optional muncul karena adanya rangsangan pada diri
seseorang untuk melakukan sesuatu agar dapat mengatasi masalah yang dihadapinya.
Motivasi untuk mengatasi masalah mungkin tidak muncul dari luar. Namun, pihak luar dapat
berfungsi sebagai pemicu munculnya motivasi dalam dirinya (seperti teori belajar sosialnya
Bandura). Tipe keputusan inovasi optional mungkin tidak akan menyebar dengan cepat apabila
tanpa didukung anggota komunitas yang ada di sekitarnya, terutama anggota komunitas (sistem
sosial) tidak melihat inovasi itu sebagai suatu kebutuhan bersama.
Proses Keputusan Inovasi Opsional Keputusan seseorang untuk menerima atau menolak inovasi
bukanlah tindakan yang sekali jadi, melainkan lebih menyerupai suatu proses yang terdiri dari
serangkaian tindakan dalam jangka waktu tertentu. Keputusan difusi inovasi opsional terdiri atas
4 tahap, yaitu:
a. Tahap Pengenalan
Tahap pengenalan bermula ketika seseorang mengetahui adanya inovasi dan memperoleh
beberapa pengertian mengenai bagaimana inovasi itu berfungsi. Banyak peneliti yang
menyatakan bahwa kesadaran pengetahuan itu sebagai peristiwa yang tak disengaja oleh
seseorang. Umumnya seseorang membuka diri terhadap ide-ide yang sesuai dengan minat,
kebutuhan dan sikap yang apa adanya. Sadar atau tidak biasanya kita menghindari pesan-pesan
yang bertentangan dengan predisposisi pribadi. Kecenderungan seperti ini disebut selective
exposure. Hessinger menyatakan bahwa jarang sekali seseorang membuka diri terhadap pesan-
pesan inovasi jika mereka belum membutuhkan inovasi itu (selective perpection).
b. Tahap Persuasi
Pada tahap persuasi, seseorang membentuk sikap berkenaan atau tidak terhadap inovasi. Jika
aktivitas menetap pada tahap pengenalan terutama adalah berlangsungnya fungsi kognitif,
aktivitas mental pada tahap persuasi yaitu utama afektif (perasaan). Sebelumnya seseorang
mengenal suatu ide baru, ia tidak dapat membentuk sikap tertentu terhadapnya. Pada tahap
persuasi seseorang lebih terlibat secara psikologis dengan inovasi. Sekarang dengan giat ia
mencari keterangan mengenai ide baru itu. Dengan demikian selective perpection penting dalam
menentuka perilaku. ada tahap ini. Dalam tahap ini ada dua tingkatan sikap yaitu sikap khusus
dan sikap umum. Sikap khsusus terhadap difusi inovasi adalah berkenaan atau tidaknya
seseorang, percaya atau tidaknya seseorang terhadap kegunaan suatu inovasi bagi dirinya sendiri.
Sikap terhadap inovasi pada umumnya (tapi tidak selalu) merupakan prediksi bagi keputusan
untuk menerima atau menolak
C.Tahap Keputusan
Pada tahap keputusan seseorang terpilih dalam kegiatan yang mengarah pada pemilihan untuk
menerima atau menolak inovasi. Keputusan ini meliputi keputusan pertimbangan lebih lanjut
apakah ia akan mencoba inovasi atau tidak. Sebagian besar orang tidak menerima suatu inovasi
tanpa mencobanya terlebih dahulu sebagai dasar untuk melihat kemungkinan kegunaan inovasi
itu bagi situasi dirinya sendiri. Percobaan dalam skala kecil ini sering kali menjadi bagian dari
keputusan untuk menerima, dan ini penting sebagai jalan untuk mengurangi resiko difusi inovasi.
Dalam beberapa kasus, difusi inovasi itu tidak dapat dicoba, biasanya seseorang hanya dapat
melihat contoh melalui teman-teman yang sudah lebih dulu menggunakan sebagai “percobaan”
pengganti. Inovasi yang dapat dicoba penggunaannya dalam skala kecil biasanya lebih cepat
diterima. Seringkali orang yang mencoba inovasi berlanjut dengan keputusan untuk mengadopsi,
jika inovasi itu setidak-tidaknya mempunyai keuntungan relative tertentu. komunikasi pada tahap
penentuan sikap. Pada tahap persuasi inilah persepsi umum terhadap inovasi dibentuk. Ciri-ciri
difusi inovasi yang tampak misalnya keuntungan relative, kompatibilitas dan kerumitan atau
kesederhanaannya sangat penting artinya
Tahap Konfirmasi Tahap konfirmasi berlangsung setelah ada keputusan untuk menerima atau
menolak selama jangka waktu yang tak terbatas. Pada tahap ini seseorang berusaha untuk
menghindari kenyataan yang menyimpang, yang bertentangan dengan keputusannya, jika hal itu
terjadi, ia berusaha memperkecil ketaksesuaian itu. (i) Dissonansi Tindakan Jika seseorang
merasakan adanya ketakselarasan ini, biasanya ia terdorong
untuk mengurangi keadaan ini dengan jalan mengubah pengetahuan, sikap atau tindakan-
tindakannya.(ii) Diskontinuansi Diskontinuansi adalah keputusan seseorang untuk menghentikan
penggunaan inovasi setelah sebelumnya mengadopsi. Ada dua macam diskontinuansi;
diskontinuansi karena mengganti inovasi, dan diskontinuansi karena kecewa. Macam yang
pertama adalah keputusan untuk menghentikan penggunaan suatu inovasi karena ia menerima
ide baru yang lebih baik Diskontinuansi macam yang kedua adalah keputusan untuk mogok
sebagai akibat dari ketidakpuasan terhadap hasil inovasi. Ketidakpuasan itu mungkin timbul
karena inovasi tersebut tidak cocok baginya atau relative tidak memberikan keuntungan. Tipe
keputusan ini mempunyai banyak kelebihan yaitu:
a. Pilihan terhadap inovasi tertentu memang berasal dari individu yang bersangkutan sehingga
dari segi kebutuhan lebih jelas kesesuaiannya. Pilihannya itu memang menggambarkan kondisi
realitas sosial di tingkat lapisan terkecil dari masyarakat.
b. Biasanya partisipasi dalam menerapkan inovasi lebih besar jika memang sesuai dengan
keinginan atau kebutuhan masyarakat.
c. Keberhasilan dari inovasi dengan tipe keputusan ini kemungkinan lebih besar peluangnya.
Keputusan Inovasi Kolektif Keputusan inovasi kolektif adalah keputusan inovasi yang dilakukan
berdasarkan sesuatu kesepakatan kolektif dalam suatu komunitas atau organisasi. Inovasi akan
jauh lebih cepat tersebar partisipasinya jika keputusan dilakukan berdasarkan kepentingan
bersama kelompok tersebut. Penyebaran inovasi ke dalam suatu sistem sosial yang melibatkan
seluruh anggota sistem biasanya dilakukan secara sukarela. Apabila peserta yang terlibat cukup
banyak, proses pengambilan keputusan Keputusan inovasi otoritas, ialah pemilihan untuk
menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat oleh seseorang atau
sekelompok orang yang mempunyai kedudukan, status, wewenang atau kemampuan yang lebih
tinggi daripada anggota yang lain dalam suatu sistem sosial. Para anggota sama sekali tidak
mempunyai pengaruh atau peranan dalam membuat inovasi.para anggota sistem sosial tersebut
hanya melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh unit pengambil keputusan. Misalnya
seorang pimpinan perusahaan memutuskan agar sejak tanggal 1 Januari semua pegawai harus
memakai seragam biru putih. Maka semua pegawai sebagai anggota sistem sosial di perusahaan
itu harus tinggal melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh atasannya.biasanya berjalan
sangat lambat, tergantung secara relatif pada jumlah individu, kecepatan proses komunikasi,
tingkat kesenjangan atau kesesuaian persepsi, peluang terjadinya distorsi, keefektifan jaringan
komunikasi, sistem strata sosial, dan lain-lain. Tipe keputusan kolektif lebih rumit prosesnya
dibandingkan dengan tipe keputusan opsional. Pada tipe keputusan kolektif, peran seseorang
sebagai fasilitator menjadi penting untuk dapat memfasilitasi proses pembuatan keputusan.
Tanpa fasilitator, koordinasi pengambilan keputusan yang diambil akan sulit.
Ciri-Ciri Keputusan Inovasi Otoritas Ciri-ciri yang membedakan keputusan otoritas dengan
bentuk keputusan lainnya:
a. Individu tidak bebas menentukan pilihan dalam menolak atau menerima inovasi; b. Pembuatan
keputusan dan pengadopsiannya dilakukan oleh orang atau unit yang berbeda;
c. Unit pengambil keputusan menduduki posisi kekuasaan dan lebih tinggi dalam sistem sosial
daripada unit adopsi;
d. Unit pengambil keputusan dapat memaksa unit adopsi untuk menyesuaikan diri dengan
keputusan;
e. Keputusan inovasi otoritas lebih sering terjadi dalam organisasi formal
KESIMPULAN
Proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui (dialami) individu ( unit pengambil keputusan
yang lain), mulai dari pertama tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keputusan
setuju terhadap inovasi, penetapan keputusan menerima atau menolak inovasi implementasi
inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya. Proses keputusan
inovasi bukan kegiatan yang dapat berlangsung seketika tetapi merupakan serangkaian kegiatan
yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu, sehingga individu atau organisasi dapat menilai
gagasan yang baru itu sebagai bahan pertimbangan untuk selanjutnya akan menolak atau
manerima inovasi dan menerapkannya. Ciri pokok keputusan inovasi dan merupakan
perbedaannya dengan tipe keputusn yang lain ialah dimulai dengan adanya ketidak teuntuan
( uncertainty) tentang sesuatu inovasi. Ciri-ciri yang membedakan keputusan otoritas dengan
bentuk keputusan lainnya:
a. Individu tidak bebas menentukan pilihan dalam menolak atau menerima inovasi;
b. Pembuatan keputusan dan pengadopsiannya dilakukan oleh orang atau unit yang berbeda;
c. Unit pengambil keputusan menduduki posisi kekuasaan dan lebih tinggi dalam sistem sosial
daripada unit adopsi;
d. Unit pengambil keputusan dapat memaksa unit adopsi untuk menyesuaikan diri dengan
keputusan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sauqy. Publishing L. Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan, 2013). (2019). Inovasi Belajar & Pembelajaran PAI,.
Alfauzan Amin, Alimni Alimni, Dwi Agus Kurniawan, Miftahul Zannah Azzahra, Sabila Eka
Septi. (2021). tudy of Differences and Effects of Parental Communication and Student
Learning Motivation in Elementary Schools, International Journal of Elementary
Education.
Bayuikids.blogspot.com. (2013). PROSES KEPUTUSAN INOVASI. Proses Keputusan Inovasi.
http://bayulikids.blogspot.com/2013/11/proses-keputusan-inovasi.html
Ofori, D. A., Anjarwalla, P., Mwaura, L., Jamnadass, R., Stevenson, P. C., Smith, P., Koch, W.,
Kukula-Koch, W., Marzec, Z., Kasperek, E., Wyszogrodzka-Koma, L., Szwerc, W.,
Asakawa, Y., Moradi, S., Barati, A., Khayyat, S. A., Roselin, L. S., Jaafar, F. M., Osman,
C. P., … Slaton, N. (2020). proses keputusan inovasi. Molecules, 2(1), 1–12.
http://clik.dva.gov.au/rehabilitation-library/1-introduction-rehabilitation%0Ahttp://
www.scirp.org/journal/doi.aspx?DOI=10.4236/as.2017.81005%0Ahttp://www.scirp.org/
journal/PaperDownload.aspx?DOI=10.4236/as.2012.34066%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/
j.pbi.201
Rusdiana. (2014). Konsep Inovasi Pendidikan.
Saud, U. S. 2015. I. P. B. A. (2015). Inovasi Pendidikan. Bandung Alfabeta.
Wina Sanjaya. (2019). Kurikulum dan Pembelajaran,.

Anda mungkin juga menyukai