PDF Kelompok 1 A1 p3 Tetes Mata Atropin Sulfat
PDF Kelompok 1 A1 p3 Tetes Mata Atropin Sulfat
PDF Kelompok 1 A1 p3 Tetes Mata Atropin Sulfat
KELOMPOK :1 SHIFT : A1
SOAL
: Sediaan Tetes Mata Atropin Sulfat 1%
Struktur Kimia
Sinonim
Nama Kimia Atropine sulfat
Total 0,3688%
Kesimpulan :
Sediaan bersifat hipotonis.
NaCl yang diperlukan = 0,9%-0,3688% = 0,5312%
0,5312 0,05312
0,5312% = 100 = 10
Jadi, NaCl yang harus ditambahkan yaitu sebanyak 0,05312 gram
b. Dapar
Jenis dapar/kombinasi Na2Hsitrat / Na3sitrat
Target pH 5,8
Kapasitas dapar 0.01
Perhitungan :
pKa1= 6,4
[ garam]
5,8= 6,4 +
log [asam]
-0,6 = log
0,251 =
0,251A = G
+
=2,303 X C X
++2
(10−6, )10−,8
0,01=2,303 X C X
10−6, +10−,82
0,01= 0,369 C
C= 0,027
C=G+A
0,027=0,251 A+A
0,027=1,251 A
A = 0.022M
G = 0,251 x 0,022 = 5,522 x 10-3
1000
(Na2Hsitrat) = x
1000
0,022 = x
254 10
Massa = 0,056 g
1000
(Na3sitrat) = x
5,522 x 10-3 = x 010
294 10
Massa = 0,016 g
Stabilitas
Panas Air secara kimi stabil disegala bentuk (es, cairan dan bentuk uapnya)
Hidrolisis/oksidasi Cahaya
esimpulan :
entuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) :Asam Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) :Larutan injeksi
Praktis tidak larut pada kloroform dan eter, sedikit larut pada etanol
Kelarutan
(95%), larut dalam 11 bagian air
Disodium edetate bagian dari asam lemah , tidak dapt ditempatkan karbon dioksida dari karbonat dan bereaksi dengan logam dari hidrogen. Ini kompatibel dengan ag
Inkompatibilitas
metalion dan bahan – bahan logam.
Stabilitas
GaramPanas
edetatHidrolisis/oksidasi
lebih stabil dari asam edetat, namun demikian disodium edetat dihidrat kehilangan air dari bentuk kristal ketika dipanas
suhu 12080C.
Cahaya Larutan disodium edetat dapat disterilkan dengan otoklaf dan harus disimpan ditempat yang bebas alkali.
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) :asam Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) :Larutan
d. Na2Hsitrat
Pemerian
Kelarutan
Inkompatibilitas Stabilitas
Panas
Hidrolisis/oksidasi
Cahaya
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) :
Cara sterilisasi sediaan :Penyaringan Kemasan :
Stabilitas
Panas
Hidrolisis/oksidasi Cahaya
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) :
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : Larutan
Kelarutan
Inkompatibilitas
Stabilitas
Bersifat higroskopis dan mungkin dipengaruhi oleh cahaya, udara dan
Panas bahan logam. Larutannya stabil pada rentang pH dan rentang temperatur
yang lebar. Larutannya dapat disimpan pada periode waktu yang lama dalam suh
Hidrolisis/oksidasi Cahaya
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : Larutan
b. Wadah
No Nama alat Jumlah Cara sterilisasi (lengkap)
1 Wadah OTM 1 Direndam dengan Alkohol 70%
selama
24 jam
2 Tutup wadah 1 Direndam dengan Alkohol 70% selama
OTM 24 jam
c. Bahan
No Nama bahan Jumlah Cara sterilisasi (lengkap)
1 Atropin Sulfat 0,1 g
pSatedrai lsisuahsui p1a2n1a˚Cs b
saeslaahm dae 1n5g amne Aniutt oklaf
2 Benzalkonium 0,001 g Sterilisasi panas basah dengan Autoklaf
klorida pada suhu 121˚C selama 15 menit
3 NaCl 0,05312 g Sterilisasi panas basah dengan Autoklaf
pada suhu 121˚C selama 15 menit
4 Polivinil Alkohol 0,025 g
5 Disodium edetat 0,01 g Sterilisasi panas basah dengan Autoklaf
pada suhu 121˚C selama 15 menit
6 Na2Hsitrat 0,056 g
7 Na3sitrat 0,016 g Sterilisasi panas basah dengan Autoklaf
pada suhu 121˚C selama 15 menit
8 Aqua Pro Injeksi Add 10 mL Sterilisasi panas basah dengan Autoklaf
pada suhu 121˚C selama 15 menit
Grey area Ditimbang masing-masing bahan menggunakan neraca analitik dengan tepat
mengggunakan kaca arloji yang sebelumnya telah disterilkan.
White area 1. Siapkan aqua pro injeksi
2. Kembangkan polivinil alkohol sebanyak dengan
aqua pro injeksi secukupnya, aduk dengan batang pengaduk.
Kemudian campurkan dengan bahan
bahan lain yang telah dilarutkan.
3. Atropin sulfat dilarutkan
dalam
aqua pro injeksi, masukkan ke dalam gelas kimia,
kemudian atropin sulfat yang dilarutkan diaduk dengan
batang pengaduk.
4.NaCl dilarutkan dengan aqua pro
injeksi dalam gelas kimia, aduk dengan batang
pengaduk.
5.Benzalkonium klorida dilarutkan
dalam aqua pro injeksi dalam gelas kimia m
aduk dengan batang pengaduk.
6.Dinatrium EDTA dilarutkan dengan
aqua pro injeksi dalam gelas kimia, aduk dengan
batang pengaduk.
7.Na2Hsitrat dilarutkan dalam aqua pro injeksi
dalam gelas kimia, aduk dengan batang
pengaduk. 8. Na3sitrat dilarutkan dalam aqua
pro injeksi dalam gelas kimia, aduk dengan batang
pengaduk.
9.Setelah zat aktif dan semua zat tambahan terlarut,
campurkan bahan-bahan yang telah dilarutkan
tersebut ke dalam gelas kimia.
10. Dicek pH sediaan dengan kertas pH
11. Ditambahkan aqua pro injeksi hingga 10 ml
12. Dicek kembali pH sediaan
Grey area Dilakukan evaluasi sediaan
8 Uji Endotoksin
Bakteri Penetapan kadar - - Kadar endotoksin
endotoksin dilakuka tidak lebih dari
yang
dengan seri pengenceran
ditetapkan oleh
spesimen dengan kadar
monografi (Depkes
menurun . Pilih
RI, 1995 : 905-907)
pengenceran yang
sesuai dengan seri
geometrik sehingga
setiap tahap lebih besar
dari tahap
berikutnya dengan
perbandingan yang
tetap. Termasuk di
dalamnya kontrol
negatif, kontrol
positif, dan kontrol
sediaan positif.
Dilakukan replikasi.
Kemudian penafsiran
hasil
Kesimpulan :
X. Pembahasan
Obat tetes mata ( guttae ophthalmicae) adalah sediaan steril berupa larutan atau
suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata,
disekitar kelopak mata dan bola mata. Dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar,
diteteskan dengan
menggunakan penetes yang menghasikan penetes setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes
baku dalam Farmakope Indonesia. Obat tetes mata sering digunakan pada mata, maka
obatnya harus stabil secara kimia, harus mempunyai aktivitas terapi yang optimal, hatus
todak mengiritasi dan tidak menimbulkan rasa sakit pada mata, harus jernih, harus bebas
mikroorganisme yang hidup dan tetap demikian selama penyimpan yang diperlukan.
Praktikum kali ini akan membahasa tentang cara pembuatan sediaan tetes mata. Tujuan
dari praktikum ini yaitu mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami proses
pembuatan sediaan tetes mata. Zat aktif yang digunakan dalam praktikum ini adalah Atropin
sulfat. Menurut Farmakope III, atropin sulfat memiliki pemerian yang hablur tidak berwarna
atau serbuk hablur putih, tidak berbau, dan sangat pahit. Kelarutan dari atropin sulfat yaitu
larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam lebih kurang 3 bagian etanol 90% (FI III, 98).
Cairan mata normal memiliki pH kurang lebih 7,4 dan mempunyaikapasitas dapar
tertentu. Penggunaan obat mata merangsang pengeluaranair mata dan penetralan cepat setiap
perubahan pH tertentu. Secara ideallarutan obat mempunyai pH dan isotonisitas yang sama
dengan air mata.Hal ini tidak selalu dapat dilakukan, karena pada pH>7,4 banyak obat
yangtidak cukup larut dalam air. Selain itu banyak obat yang secara khemistidak stabil pada
pH mendekati 7,4. Oleh karena itu pada sistem pendapar harus dipilih pendapar yang
memiliki pH
fisiologisnya yaitu 7,4 dan tidak menyebabkan pengendapan obat ataupun mempercepat
kerusakan obat.
Pembuaan sediaan tetes mata atropin sulfat dibuat dengan menggunakan pelarut air.
Atropin sulfat sangat mudah larut dalam air, sehingga pembuatannya juga lebih stabil
menggunakan pelarut air. Pelarut yang digunakan adalah aqua pro injeksi (a.p.i). Formulasi
sediaan tetes mata atropin sulfat ini terdiri dari beberapa eksipien diantaranya adalah
benzalkonium klorida 0,01%, Na 2EDTA 0,1%, Polyvinyl Alkohol (PVA) 0,25%, Na2Hsitrat
0,56%, Na2Sitrat 0,16%, NaCl 0,5312%, dan Aqua pro injeksi 10 ml.
Langkah pertama yang dilakukaan dalam pembuatan sediaan tetes mata adalah
melakukan sterilisasi alat yang akan digunakan. Peralatan yang disterilisasi adalah gelas
beaker,
batang pengaduk, kaca arloji, spatel, dan erlenmeyer. Proses sterilisasi menggunakan
autoklaf dengan suhu 121oC selama 15 menit. Wadah sediaan tetes mata menggunakan
wadah plastik, dapat dilakukan sterilisasi dengan dua cara yaitu perendaman menggunakan
alkohol dan radiasi sinar gama. Pada praktikum ini digunakan metode sterilisasi wadah
dengan menggunakan
perendaman alkohol.
Langkah selanjutnya adalah penimbangan alat dan bahan yang diperlukan yaitu atropin
sulfat sebanyak 0,1 gram, benzalkonium klorida 0,001 gram, Na2EDTA 0,01 gram,
Polyvinyl Alkohol (PVA) 0,025, Na2Hsitrat 0,056 gram, Na2Sitrat 0,016 gram, NaCl
0,05312 gram, dan Aqua pro injeksi 10 ml. Pertama zat aktif atropin sulfat dilarutkan pada
aqua pro injeksi, setelah itu NaCl dilarutkan pada aqua pro injeksi juga. NaCl ditambahkan
pada formulasi agar larutan menjadi isotonis. Cairan mata mempunyai nilai isotonisitas
sesuai dengan larutan NaCl p 0,9%. Secara ideal larutan obat mata harus mempunyai nilai
isotonisitas tersebut, tetapi mata tahan terhadap isotonisitas rendah setara dengan larutan
NaCl p 0,6% dan tertinggi setara dengan
Metode filtrasi dilakukan dengan cara melewatkan sediaan pada membran 0,45 µm dan
dilewatkan juga pada membran 0,22 µm. Tujuan membran tersebut agar bakteri dan pertikel
tertahan pada membran sehingga tidak masuk pada sediaan tetes mata.
Sediaan tetes mata yang sudah disterilisasi akhir kemudian dilakukan beberapa
pengujian. Tujuan dari pengujian tersebut antara lain untuk memenuhi standar sediaan yang
diinginkan, layak atau tidak untuk dipakai. Karena bentuk sediaan tetes mata ini harus jernih,
bebas partikel, dan pH tetes mata yang sesuai. Pertama diperiksa tingkat keasamannya
dengan uji pH. Pengujian dilakukan dengan menggunakan stik pH dan indikator pH, hasil
yang didapatkan pH sediaan adalah 6. Hal ini sesuai dengan pH stabilitas atropin sulfat untuk
tetes mata yaitu rentangnya 3,5 – 6.
Selanjutnya dilakukan pengujian kejernihan. Uji ini dilakukan dengan cara melihat
apakah jernih sediaan dengan menggunakan latar hitam dan putih. Latar hitam berfungsi
untuk melihat partikel-pertikel yang berwarna putih sedangkan latar putih untuk melihat
partikel-
partikel yang berwarna sebaliknya. Hasil yang didapatkan sediaan tetes mata atropin sulfat
jernih.
Selanjutnya adalah uji sterilitas menggunakan media juga dilakukan. Media yang
digunakan adalah media tioglikonat atau soya bean casein digest . Pada media tioglikonat
cair mengandung glukosa dan Na. Tioglikonat yang cocok untuk pengembang biakan bakteri
anaerob dengan suhu inkubasi 30-35oC. Sedangkan, pada media soya bean casein digest
cocok untuk pertumbuhan bakteri anaerob dengan suhu inkubasi 30-35 oC. Akan tetapi, uji ini
tidak dilakukan pada praktikum.