Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Sediaan Parenteral Adalah Sediaan Yang Digunakan Tanpa Melalui Mulut Atau Dapat Dikatakan Obat Dimasukkan Ke Dalam Tubuh Selain Saluran Cerna

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

Sediaan parenteral adalah sediaan yang digunakan tanpa melalui mulut atau dapat

dikatakan obat dimasukkan ke dalam tubuh selain saluran cerna (langsung ke pembuluh
darah) sehingga memperoleh efek yang cepat dan langsung sampai sasaran. Misal suntikan
atau insulin.
Injeksi dan infus termasuk semua bentuk obat yang digunakan secara parentral. Injeksi
dapat berupa larutan, suspensi, atau emulsi. Apabila obatnya tidak stabil dalam cairan, maka
dibuat dalam bentuk sediaan kering. Apabila mau dipakai baru ditambahkan aqua steril untuk
memperoleh larutan atau suspensi injeksi.
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus
dilakukan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral, suntikan
dengan cara menembus, atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput
lendir. Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk injeksi harus hati-hati untuk
menghindari kontaminasi mikroba dan bahan asing. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
mensyaratkan pula tiap wadah akhir injeksi harus diamati satu persatu secara fisik.
Kemudian, kita harus menolak tiap wadah yang menunjukkan pencemaran bahan asing yang
terlihat secara visual.
Bentuk suatu obat yang dibuat sebagai obat suntik tergantung pada sifat obat sendiri
dengan memperhitungkan sifat kimia dan fisika serta pertimbangan terapetik tertentu. Pada
umumnya, bila obat tidak stabil didalam larutan, maka obat tersebut harus membuatnya
sebagai serbuk kering yang bertujuan dibentuk dengan penambahan pelarut yang tepat pada
saat akan diberikan. Cara lainnya adalah membuatnya dengan bentuk suspensi partikel obat
dalam pembawa yang tidak melarutkan obat. Bila obat tidak stabil dengan adanya air, maka
pelarut dapat diganti sebagian atau seluruhnya dengan pelarut yang tepat untuk obat agar
stabil. Bila obat tidak larut dalam air, maka obat suntik dapat dibuat sebagai suspensi air atau
larutan obat dalam pelarut bukan air, seperti minyak nabati.
Bila larutan air yang diinginkan, maka dapat digunakan garam yang dapat larut dari obat
yang tidak larut untuk memenuhi sifat-sifat kelarutan yang diisyratkan. Larutan air atau
larutan yang bercampur dengan darah dapat disuntikan langsung kedalam aliran darah. Cairan
yang tidak bercampur dengan darah, seperti obat suntik berminyak atau suspensi, dapat
menghambat aliran darah normal dalam sistem peredaran darah dan umumnya digunakan
terbatas untuk pemberian bukan intravena.
Waktu mulai dan lamanya obat dapat diatur sesuai dengan bentuk kimia obat yang
digunakan. Keadaan fisik obat suntik (larutan atau suspensi), dan pembawa yang digunakan.
Obat yang sangat larut dalam cairan tubuh umumnya paling cepat diabsorbsi dan mula
kerjanya paling cepat. Artinya, obat dalam larutan air mempunyai mula kerja yang lebih
cepat dari pada obat dalam larutan minyak. Alasanya adalah sediaan dalam air lebih mudah
bercampur dengan cairan tubuh sesudah disuntikkan dan kemudian kontak partikel obat
dengan cairan tubuh menjadi lebih cepat. Seringkali, dibutuhkan kerja obat yang lebih
panjang untuk mengurangi pengulangan pemberian suntikan. Jenis suntikan dengan kerja
yang panjang biasa disebut jenis sediaan depot atau repository.
Dalam pembuatan obat suntik, syarat utamanya ialah obat harus steril, tidak terkonaminasi
bahan asing, dan disimpan dalam wadah yang menjamin sterilitas. Infus intravenous adalah
sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis
terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume relatif banyak. Emulsi
dibuat dengan air sebagai fase luar. Diameter fase dalam tidak lebih dari 5 m. kecuali
dinyatakan lain, infus intravenous tidak diperbolehkan mengandung bakterisida dan zat
dapar. Larutan untuk infus intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel. Emulsi untuk
infus intravenous setelah dikocok harus homogen dan tidak menunjukkan pemisahan fase (FI
III).
B. Macam Volume Sediaan Parental
Sediaan Parenteral volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas
dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 ml (FI IV).
Tujuan Penggunaan
1. Bila tubuh kekurangan air, elektrolit dan karbohidrat maka kebutuhan tersebut harus cepat
diganti.
2. Pemberian infus memiliki keuntungan karena tidak harus menyuntik pasien berulangkali.
3. Mudah mengatur keseimbangan keasam dan kebasaan obat dalam darah.
4. Sebagai penambah nutrisi bagi paseien yang tidak dapat makan secara oral ..
5. Berfungsi sebagai dialisa pada pasien gagal ginjal.
Syarat-syarat parenteral volume besar
Steril
Bebas Pirogen

Sediaan Parenteral Volume Besar harus steril dan bebas pirogen karena :
1. Sediaan diinjeksikan langsung kedalam aliran darah (i.v).
2. Sediaan ditumpahkan pada tubuh dan daerah gigi (larutan penguras).
3. Sediaan langsung berhubungan dengan darah (hemofiltrasi).
4. Sediaan langsung ke dalam tubuh (dialisa peritoneal).
5. Bebas dari bahan pertikulat jernih, karena dapat menyebabkan emboli.
6. Dikemas dalam wadah dosis tunggal
7. Tidak mengadung bahan baktersid karena volume cairan terlalu besar.
8. Isotonis dan isohidris
Sediaan Parenteral Volume Kecil diartikan sebagai obat steril yang dikemas dalam wadah di
bawah 100 ml.
Kategori sediaan parenteral volume kecil :
1. Produk Farmaseutikal yang terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik dalam larutan,
suspensi, emulsi, produk freezedried atau sebagai serbuk steril.
2. Produk Biologi yang disiapkan dari sumber biologi meliputi vaksin, toksoid, ekstrak biologi.
3. Zat pendiagnosa seperti media kontras sinar x.
4. Produk radiofarmasi untuk deteksi dan diagnosis.
5. Produk gigi seperti anestetik lokal.
6. Produk bioteknologi.
7. Produk liposom dan lipid.
Menurut Definisi Dalam Farmakope, Sediaan Steril Untuk Kegunaan Parenteral Digolongkan
Menjadi 5 Jenis Yang Berbeda, Yaitu:
1. Obat, larutan, atau emulsi yang digunakan untuk injeksi ditandai dengan nama: injeksi.
Contoh: Injeksi Insulin
2. Sediaan padat kering atau cairan pekat yang tidak mengandung dapar, pengencer, atau bahan
tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarut yang memenuhi
persyaratan injeksi. Kita dapat membedakan dari nama bentuknya: steril.
Contoh: Sodium steril
3. Sediaan seperti tertera pada no. 2, tetapi mengandung satu atau lebih dapar, pengencer, atau
bahan tambahan lain dan dapat dibedakan dari nama bentuknya: untuk injeksi.
Contoh: Methicillin Sodium untuk injeksi.
4. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara
intravena atau ke dalam saluran spinal. Kita dapat membedakannya dari nama bentuknya:
suspensi steril.
Contoh: Cortison Suspensi steril
5. Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan yang
memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan pembawa yang
sesuai. kita dapat membedakan dari nama bentuknya: steril untuk suspense.
Persyaratan sediaan parenteral
1. Sesuai antara kandungan bahan obat yang ada didalam sediaan dengan pernyataan tertulis
pada etiket dan tidak terjadi pengurangan kualitas selama penyimpanan akibat kerusakan obat
secara kimiawi dan sebagainya.
2. Penggunaan wadah yang cocok, sehingga tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril ,
tetapi juga mencegah terjadinya ineraksi antara bahn obat dengan material dinding wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi.
4. Bebas kuman.
5. Bebas Pirogen.
6. Isotonis.
7. Isohidris.
8. Bebas partikel melayang
Cara Pemberian obat Parenteral
1. Subkutan atau dibawah kulit (s.c), yaitu disuntikkan kedalam tubuh melalui bagian yang
sedikit lemaknya dan masuk kedalam jaringan bawah kulit. Volume yang diberikan tidak
lebih dari 1 ml.
2. Intramuskular (i.m) yaitu disuntikan kedalam jaringan otot,umumnya otot paha atau pantat.
3. Intravena (i.v) yaitu disuntikkan kedalam pembuluh darah.
4. Intraspinal, yaitu disuntikkan kedalam sumsum tulang belakang.
5. Peritoneal, yaitu kateter dimasukkan kedalam rongga perut dengan operasi untuk tempat
memasukkan cairan steril CAPD ( Continous Ambulatory Peritoneal Dialisis).
6. Intra artikular, yaitu disuntikkan kedalam sendi.
7. Intradermal, yaitu disuntikkan kedalam kulit.
Sediaan parental dibagi menjadi 2 macam yaitu :
C. Komposisi sediaan parenteral
1. Bahan aktif
2. Bahan tambahan
a. Antioksidan : Garam-garam sulfurdioksida, termasuk bisulfit, metasulfit dan sulfit adalah
yang paling umum digunakan sebagai antioksidan. Selain itu digunakan :Asam askorbat,
Sistein, Monotiogliseril, Tokoferol.
b. Bahan antimikroba atau pengawet (Hanya untuk sediaan injeksi, tidak boleh ditambahkan
untuk sediaan infus)
contoh : Benzalkonium klorida, Benzil alcohol, Klorobutanol, Metakreosol, Timerosol, Butil
p-hidroksibenzoat, Metil p-hidroksibenzoat, Propil p-hidroksibenzoat, Fenol.
c. Buffer (Hanya untuk sediaan injeksi, tidak boleh ditambahkan untuk sediaan infus)
contoh : Asetat, Sitrat, Fosfat.
d. Bahan pengkhelat : Garam etilendiamintetraasetat (EDTA).
e. Gas inert : Nitrogen dan Argon.
f. Bahan penambah kelarutan (Kosolven) : Etil alkohol, Gliserin, Polietilen glikol, Propilen
glikol, Lecithin
g. Surfaktan : Polioksietilen dan Sorbitan monooleat.
h. Bahan pengisotonis : Dekstrosa dan NaCl
i. Bahan pelindung : Dekstrosa, Laktosa, Maltosa dan Albumin serum manusia.
j. Bahan penyerbuk : Laktosa, Manitol, Sorbitol, Gliserin.
3. Pembawa
a. Pembawa air
b. Pembawa nonair dan campuran
Minyak nabati : Minyak jagung, Minyak biji kapas, Minyak kacang, Minyak wijen
Pelarut bercampur air : Gliserin, Etil alcohol, Propilen glikol, Polietilenglikol 300.
Dasar-Dasar Formulasi
1. Pengaruh Cara Suntik (Rute pemberian)
2. Pengaruh Pembawa
Zat Pembawa berair yaitu Air untuk injeksi digunakan sebagai zat pembawa untuk injeksi
berair. Injeksi Natrium Klorida, Injeksi Natrium klorida majemuk, injeksi Glukosa, campuran
Gliserol dan etanol atau zat pembawa berair lainnya dapat juga digunakan. Zat pembawa
berair harus memenuhi syarat Uji Pirogenitas. Air ini dapat dibuat dengan metoda destilasi
atau dengan metoda osmosis terbalik.
Zat pembawa tidak berair umumnya digunakan Minyak untuk Injeksi. Minyak untuk injeksi
atau olea pro injectione, meliputi minyak lemak, ester asam lemak tinggi baik alam ataupun
sintetis.
Minyak untuk injeksi harus memenuhi syarat Olea Pinguia dan memenuhi syarat berikut :
Harus jernih pada suhu 10 0C
Tidak berbau tengik atau asing
Bilangan asam 0.2 sampai 0.9
Bilangan Iodium 79 sampai 128
Bilangan penyabunan 189 sampai 200
Harus bebas minyak mineral.
3. Pengaruh Eksipien
Zat Pendapar
Perubahan pH sediaan dapat terjadi karena reaksi penguraian zat, pengaruh wadah
gelas/plastik dan pengaruh gas serta tekanan terhadap zat khasiat sehingga diperlukan
pendapar yang dapat mempertahankan pH sediaan. pH yang baik adalah kapasitas dapar yang
dimilikinya memungkinkan penyimpanan lama dan darah dapat menyesuaikan diri serta pH
ideal = 7,4 sesuai pH darah. Bila pH > 9 terjadi nekrosis pada jaringan dan bila pH < 3 sangat
sakit waktu disuntikkan.
Pengaruh penambahan anti oksidan
Zat khasiat dapat terurai akibat oksidasi sehingga untuk mengatasinya dapat ditambahkan
suatu anti oksidan yaitu zat yang mempunyai potensial oksidasi lebih rendah dari zat
khasiatnya
Pengaruh penambahan anti mikroba
Anti mikroba perlu ditambahkan untuk sediaan parenteral yang dipakai berkali-kali (dosis
terbagi). Kadang-kadang ditambahkan pada dosis tunggal yang tidak ada sterilisasi akhir
Pengaruh Tonisitas
Definisi isotonis adalah larutan parenteral yang mempunyai tekanan osmosa sama dengan
plasma darah. Bila larutan parenteral mempunyai tekanan osmosa lebih rendah dari plasma
darah disebut hipotonis sedangkan bila tekanan osmosanya lebih tinggi disebut hipertonis.
Untuk mengurangi kerusakan jaringan dan iritasi serta mencegah hemolisa maka sediaan
parenteral sebaiknya harus isotonis. Sediaan yang isotonis ini tidak selalu dapat dicapai
mengingat kadang-kadang diperlukan zat khasiat dengan dosis tinggi untuk mendapatkan
efek farmakologi sehingga isotonis terlampaui (larutan sedikit hipertonis)
Faktor fisiko kimia pembuatan sediaan parenteral
1. Kelarutan
Umumnya obat untuk membuat sediaan parenteral volume besar mudah larut sehingga
kelarutan jarang menjadi hambatan. Kelarutan penting diperhatikan bila sediaan dipakai
sebagai pembawa obat lain atau terjadinya kristal dari beberapa zat seperti manitol (13 g dlm
100 ml pada suhu 14 0C).
2. pH
pH perlu diperhatikan mengingat pH yang tidak tepat dapat berpengaruh pada darah,
kestabilan obat dan berpengaruh pada wadah terutama wadah gelas, plastik dan tutup karet.
pH darah normal : 7,35 7,45 sehingga bila sediaan parenteral volume basar mempunyai pH
diluar batas tsb dapat menyebabkan masalah. pada tubuh.
3. Pembawa
Umumnya digunakan pembawa air. Bila berupa emulsi, partikel tidak boleh lebih besar dari
0,5 m.
4. Cahaya dan Suhu
Cahaya dan suhu dapat mempengaruhi kestabilan obat.
Contoh vitamin harus disimpan dalam wadah terlindung cahaya.
5. Faktor Kemasan/ wadah
Bahan pembuat wadah sangat berpengaruh terhadap kestabilan obat parenteral volume basar
seperti gelas, plastik dan tutup karet. Kandungan mikroba dari komponen kemasan sediaan
parenteral dapat memberikan kontaminasi, misalnya dari komposisi, selama transportasi dan
kondisi penyimpanan produk parenteral.

BAB III
KESIMPULAN

A. Keuntungan :
1. Efek obat dapat diramalkan dengan pasti.
2. Bioavabiltas sempurna atau hampir sempurna.
3. Kerusakan obat dalam tractus gastrointestinalis dapat dihindarkan .
4. Obat dapat diberikan kepada penderita yang sedang sakit keras ataupun koma.
B. Kelemahan :
1. Pemberian sediaan parenteral harus dilakukan oleh personal yang terlatih dan membutuuhkan
waktu pemberian yang lebih lama
2. Pemberian obat secara parenteral sangat berkaitan dengan ketentuan prosedur aseptic rasa
nyeri pada lokasi penyuntikan yang tidak selalu dapat dihindari
3. Bila obat telah diberikan secara parenteral, sukar sekali untuk menghilangkan/merubah efek
fisiologisnya karena obat telah berada dalam sirkulasi sistemik
4. Harganya relatif lebih mahal, karena persyaratan manufaktur dan pegemasan
5. Masalah lain dapat timbul pada pemberian obat secara parenteral dan interaksi obat secara
parenteral seperti septisema, infeksi jamur, inkompatibilitas karena pencampuran sediaan
parenteral dan interaksi obat
6. Persyaratan sediaan parenteral tentang sterilitas, bebas dari partikulat, bebas dari pirogen,
dan stabilitas parenteral harus oleh semua personel yang terlihat.
C. Sediaan parenteral yaitu sediaan yang digunakan tanpa melalui mulut atau dapat dikatakan
obat dimasukkan de dalam tubuh selain saluran cerna (langsung ke pembuluh darah) sehingga
memperoleh efek yang cepat dan langsung sampai sasaran.
D. Injeksi dan infus termasuk semua bentuk obat yang digunakan secara parentral.
E. Sediaan parental dibagi menjadi 2 macam yaitu : sediaan parenteral volume kecil dan sediaan
parenteral volume besar
F. Faktor fisiko kimia pembuatan sediaan parenteral kelarutan, pH, pembawa, cahaya/suhu dan
faktor kemasan/ wadah.
G. Persyaratan sediaan parenteral terdiri atas : sesuai antara kandungan bahan obat yang ada
didalam sediaan dengan pernyataan tertulis pada etiket dan tidak terjadi pengurangan kualitas
selama penyimpanan akibat kerusakan obat secara kimiawi dan sebagainya, penggunaan
wadah yang cocok, sehingga tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril, tersatukan tanpa
terjadi reaksi, bebas kuman, bebas pirogen, isotonis, isohidris dan bebas partikel melayang
H. Komposisi sediaan parenteral terdiri atas bahan aktif, bahan tambahan dan pembawa
I. Evaluasi sediaan parenteral potensi/kadar, ph, warna,kekeruhan, bau, tokterdiri atas evaluasi
terhadap sisistas, evaluasi wadah, keseragaman bobot dan keseragaman volume.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta

Martin, A.N. 1970. Physical Pharmacy. Second edition. Lea and Febiger, Philadelphia.

Anief, M. 1990. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

http://www.csu.edu.au/division/studserv/maths/pdfs/medicationcalculationspart2

http://elizuraida.multiply.com/journal/item/3

http://pharmacistmuslim.blogspot.com/2010/07/injeksi-pelarut-non-air.html

http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/obat.pdf
STERILISASI ALAT

STERILISASI

Sterilisasi atau suci hama yaitu suatu proses dimana membunuh segala bentuk
kehidupan mikroorganisme yang ada dalam sample atau contoh, alat-alat atau lingkungan
tertentu.

Dalam ilmu bedah, sterilisasi berarti memusnahkan semua mikroorganisme beserta


sporanya, sedangkan desinfeksi berarti memusnahkn semua mikroorganisme yang tidak
mempunyai spora, misalnya kuman-kuman. Desinfeksi biasanya dilakukan pada pakaian,
alat-alat linen, tempat tidur, alat buang air kecil dan besar, dan sebagainya.

Metode sterilisasi pada dasarnya dapat ditempuh melalui tiga cara yaitu:

1. Secara fisika

Yaitu dimana proses sterilisasi mengunakan hukum fisika yaitu dengan :

Pemanasan kering

Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai


kering. Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikrobanya
mati.

a. Udara panas oven

Digunakan untuk sterilisasi alat gelas yang tidak berskala, alat bedah, minyak lemak,
parafin, petrolatum, serbuk stabil seperti talk, kaolin, ZnO. Suhu sterilisasi yang digunakan
adalah 170oC selama 1 jam, 160oC selama 2 jam, 150oC selam 3 jam.

b. Pemijaran langsung

Digunakan untuk sterilisasi alat logam, bahan yang terbuat dari porselen, tidak cocok
untuk alat yang berlekuk karena pemanasannya tidak rata.

c. Minyak dan penangas lain

Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti gunting bedah sebagai lubrikan menjaga
ketajaman alat, bahan kimia stabil dalam ampul.

Pemanasan basah
Prinsipnya adalah dengan cara mengkoagulasi atau denaturasi protein penyusun tubuh
mikroba sehingga dapat membunuh mikroba.

a. Uap bertekanan (autoklaf)

Digunakan untuk sterilisasi alat gelas, larutan yang dimaksudkan untuk diinjeksikan
ke dalam tubuh, alat berskala, bahan karet. Waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi larutan
suhu 121oC adalah 12 menit. Uap jenuh pada suhu 121oC mampu membunuh secara cepat
semua bentuk vegetatif mikroorganisme dalam 1 atau 2 menit. Uap jenuh ini dapat
menghancurkan spora bakteri yang tahan pemanasan.

b. Pemanasan dengan bakterisida

Digunakan untuk sterilisasi larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil dalam
autoklaf. Tidak digunakan untuk larutan obat injeksi intravena dosis tunggal lebih dari 15 ml,
injeksi intratekal, atau intrasisternal.

c. Air mendidih

Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum spoit. Hanya dilakukan dalam
keadaan darurat. Dapat membunuh bentuk vegetatif mikroorganisme tetapi tidak sporanya.

Cara bukan panas

a. Sterilisasi dengan radiasi

Prinsipnya adalah radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai DNA dari inti
sel sehingga mikroba mengalami mutasi. Digunakan untuk sterilisasi bahan atau produk yang
peka terhadap panas (termolabil). Ada dua macam radiasi yang digunakan yakni gelombang
elektromagnetik (sinar x, sinar ) dan arus partikel kecil (sinar dan ).

2. Secara kimia
a. Menggunakan bahan kimia

Dalam pensterilan digunakan bahan kimia seperti alkohol 96%, fenol 5%, selain itu juga
Aceton tab formalin, sulfur dioxida dan chlorin. Materi yang akan disuci hamakan
dibersihkan terlebih dahulu kemudian direndam dalam alkhohol aceton atau tab formalin
selama kurang lebih 24 jam.

b. Sterilisasi gas
Dalam pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas atau uap, seperti etilen
oksida, formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, beta propiolakton, metilbromida,
kloropikrin. Digunakan untuk sterilisasi bahan yang termolabil seperti bahan biologi,
makanan, plastik, antibiotik.

3. Metode mekanik

a. Filtrasi

Digunakan untuk sterilisasi larutan yang termolabil. Penyaringan ini menggunakan


filter bakteri. Metode ini tidak dapat membunuh mikroba, mikroba hanya akan tertahan oleh
pori-pori filter dan terpisah dari filtratnya.

PELAKSANAAN STERILISASI ALAT


1. STERILISASI TERHADAP BAHAN BAKU KARET ( Hand Schoen)

Hand schoen atau Sarung tangan dapat disterilkan dengan uap formalin atau dengan
otoklaf. Sebelum sarung tangan disterilkan, terlebih dahulu harus dibersihkan dengan jalan
mencuci dengan air dan sabun. Bila hendak memakai uap formalin, sarung tangan yang telah
siap, dimasukkan kedalam tromol atau stoples, lalu dimasukkan beebrapa tablet formalin.
Sarung tangan baru suci hama (steril) setelah terkena uap formalin paling sedikit 24 jam.
Sebaiknya disediakan beberapa buah stoples atau tromol agar selalu ada sarung tengan yang
steril. Sarung tangan dapat pula dimasukkan ke dalam otoklaf untuk disterilkan.

2. STERILISASI TERHADAP BAHAN BAKU LOGAM

Alat yang terbuat dari logam sebelum disteril dicuci terlebih dahulu. Perbiasakan
segera mencuci alat-alat begitu selesai memakainya, agar kotoran yang melengket mudah
dibersihkan.

Alat-alat logam seperti jarum suntik, pinset, gunting, jarum oprasi, scapel blede
maupun tabung reaksi mula-mula dibersihkan terlebih dahulu kemudian dibungkus dengan
kain gaas. Setelah itu menggunakan metode pemanasan secara kering, agar suhu mencapai
160oC, jarak waktu mencapai 1-2 jam, kemudian didiamkan agar suhu turun perlahan-lahan.

3. STERILISASI TERHADAP BAHAN BAKU KACA

Sterilisasi bahan baku kaca sama dengan sterilisasi logam yaitu dengan menggunakan
pemanasan kering, selain itu bahan baku kaca juga sering disterilisasi dengan menggunakan
metode radiasi karena bahan baku kaca banyak menyerap bahan kaca sehingga sterilisasi
dengan radiasi sangat efektive, pelaksanaanya yaitu alat bahan baku kaca dibersihkan terlebih
dahulu dari kotoran yang melekat kemudian keringkan dengan udara setelah kering alat
bahan baku kaca dimasukan ketempat elektronik yaitu dengan katoda panas (emisi termis)
yang mengeluarkan sinar ultraviolet kemudian sinari kaca tersebut dengan sinar ultraviolet
dengan kekuatan kurang lebih 2500 s/d 2600 angstrom sehingga spora dan bakteri yang
melekat pada alat tersebut dapat terbakar.

4. STERILISASI TERHADAP BAHAN BAKU KAIN ATAU MEDIA KULTUR ( kain


doek)

Media kultur yang akan disteril, terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran, kemudian
kain resebut dibungkus dengan kertas agar setelah steril dan dikeluarkan dari alat sterilisator
tidak terkontaminasi dengan kuman maupun bakteri lagi. Demikian pula kain doek tersebut
dibersihkan terlebih dahulu, setelah dibersihkan bungkus dengan plastik terlebih dahulu
sebelum sterilisasi, metode sterilisasi yang akan dilakukan menggunakan metode pemanasan
dengan uap air dan juga dipengaruhi dengan tekanan (autoclave). Metode sterilisasi denga
menggunakan autoclave ini yaitu dengan adanya pertukaran anatara oksigen dan carbon
dioxida.

5. STERILISASI TERHADAP BAHAN BAKU PLASTIK

Bahan baku plastik misalnya mayo apabila disterilkan sebaiknya jangan


menggunakan metode pemanasan, oleh karna itu maka akan merubah bentuk dari plastik
tersebut. Untuk mensucikan alat dari bahan baku plastik sebaiknya mula-mula bersihkan
terlebih dahulu dengan menggunakan detergen, kemudian keringkan, setelah itu rendam
dalam larutan alkohol setelah itu cuci denga aquades lalu rendam dalam larutan antiseptik.

PERAWATAN ALAT-ALAT

1. PERAWATAN ALAT DARI BAHAN BAKU LOGAM YANG SUDAH DISTERILKAN

Alat-alat yang terbuat dari logam misalnya besi, tembaga maupun alumunium sering
terjadi karatan. Untuk menghindari terjadinya hal demikian maka alat-alat tersebut harus
disimpan pada tempat yang mempunyai temperatur tinggi (sekitar 37oC) dan lingkungan yang
kering kalau perlu memakai bahan silikon sebagai penyerap uap air, sebelum alat tersebut
disimpan maka alat tersebut harus bebas dari kotoran debu maupun air yang melekat,
kemudian olesi dengan olie atau parafin.

2. PERAWATAN ALAT DARI BAHAN BAKU KACA SETELAH DISTERIL

Bahan baku kaca banyak dipakai dalam laboratorium medis. Ada beberapa
keuntungan dan kelemahan dari bahan baku kaca tersebut.

Keuntungan:

Bahan baku kaca tahan terhadap reaksi kimia, terutama bahan gelas pyrex, tahan terhadap
perubahan temperatur yang mendadak, koefisien muai yang kecil dan tembus cahaya yang
besar.

Kelemahan:

Mudah pecah terhadap tekanan mekanik, dan mudah tumbuh jamur sehingga menggagu daya
tembus sinar, kadang-kadang dengan menggunakan kain katun untuk membersihkan saja
timbul goresan.

Dengan memeperhatikan keuntungan dan kelemahan dari bahan gelas, maka dalam segi
perawatan maupun memperlakukan alat-alat gelas harus memperhatikan:

a. Penyimpanan pada ruangan yang suhunya berkisar 27oC-37oC dan beri tambahan lampu 25
watt

b. Ruangan tempat penyimpana diberi bahan silikon sebagai zat higroskopis.

c. Gunakan alkohol, aceton, kapas, sikat halus dan pompa angin untuk membersihakan debu
dari permukaan kaca. Usahakan pada waktu membersihkan lensa jangan sampai merusak
lapisan lensa.

d. Pada waktu memanaskan tabung reaksi hendaknaya ditempatkan diatas kawat kasa, atau
boleh melakukan pemanasan asal bahan baku dari pyrex.

e. Gelas yang direbus hendaknya jangan dimasukkan langsung kedalam air yang sedang
mendidih melainkan gelas dimasukkan ke dalam air dingin kemudian dipanaskan secara
perlahan-lahan. Sebaiknya untuk pendinginan mendadak tidak diperkenankan.

f. Membersihkan kotoran dari kaca sebaiknya segera setelah dipakai dapat menggunakan:

Air bersih

Detergen: menghilangkan efek lemak dan tidak membawa efek lemak

Larutan
kalium dichromat : 10 gram

Asam belerang : 25 ml.

Aquades : 75 ml.

3. PERAWATAN ALAT DARI BAHAN BAKU KARET

Sarung tangan dari karet mudah meleleh atau lengket apabila disimpan terlalu lama.
Untuk menghindari kerusakan dari bahan baku karet, sebelum melakukan penyimpanan
mula-mula bersihkan kotoran darah atau cairan obat dengan cara mencuci dengan sabun
kemudian dikeringkan dengan menjemur dibawa sinar matahariatau hembusan udara hangat.
Setelah itu taburi tal pada seluruh permukaan karet.

Anda mungkin juga menyukai