Analisis Naskah Raja Mati
Analisis Naskah Raja Mati
Analisis Naskah Raja Mati
PENERBIT
PUSAT BAHASA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2021
Analisis Naskah Raja Mati Karya Eugene Ionesco
ISBN : 978-623-95914-4-1
Diterbitkan oleh :
Pusat Bahasa Universitas Muhammadiyah Tangerang
Jln. Perintis kemerdekaan 1/33, Babakan -Kota Tangerang.
HP. 085771563816
Email : sultanwahyu13@gmail.com
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada
kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Rasulullah SAW, dengan mengucapkan
“Allahummasolli’alamuhammadwa’alaalimuhammad”.
Makalah dengan judul “Naskah Drama” ini kami buat untuk memenuhi tugas kelompok
yang diberikan oleh Dosen Pembimbing, dengan mata kuliah Kajian Drama. Kami
mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan
ilmunya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Akhir kata, “ tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang tak punya salah “, kami
mohon maaf kalau terdapat kesalahan kata dan kekurangan dalam makalah ini. Kami
ucapkan terimakasih.
Tim Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR....................................................................................................................4
Daftar Isi...................................................................................................................................5
BAB I.........................................................................................................................................7
BAB II........................................................................................................................................8
SINOPSIS...................................................................................................................................8
BAB III.......................................................................................................................................9
BAB IV.....................................................................................................................................12
4.1. Tema............................................................................................................................12
4.2. Subtema......................................................................................................................13
4.3. Fokus...........................................................................................................................14
BAB V......................................................................................................................................15
PESAN MORAL.......................................................................................................................15
BAB VI.....................................................................................................................................16
BAB VII...................................................................................................................................17
BAB VIII..................................................................................................................................18
BAB X......................................................................................................................................39
BAB XI.....................................................................................................................................40
BAB XII....................................................................................................................................41
PENDEKATAN PEMERANAN..................................................................................................41
A. Pengertian Akting.......................................................................................................41
BAB XIII...................................................................................................................................42
PENDEKATAN ARTISTIK.........................................................................................................42
A. Tata Panggung............................................................................................................42
B. Tata Lampu.................................................................................................................42
C. Tata Musik..................................................................................................................42
D. Tata Busana................................................................................................................43
E. Tata Rias......................................................................................................................43
BAB I
SINOPSIS
Ada seorang raja, ia memiliki 2 orang istri bernama Mahrit dan Mari. Suatu hari tabib
kerajaan memberi tahu kepada Mahrit dan Mari bahwa sebentar lagi Raja akan mati
karena penyakit komplikasi yang dideritanya. Mahrit dan Mari pun sangat bingung
karena mereka harus mengadakan upacara kematian untuk Raja. Tetapi keadaan
kerajaan sedang tidak baik, penduduk kerajaan yang awalnya berjumlah 120 jt orang
sekarang tinggal 45 jiwa. Hal itu karena buruknya sistem ekonomi kerajaan dan
banyaknya bencana yang menimpa kerajaan.
Sebelum Raja mati Mahrit meminta Raja untuk turun dari tahta. Tetapi karena raja
sangat serakah ia tidak mau turun begitu saja dari tahta, Mari pun sangat
mendukung keputusan Raja. 13 jam sebelum kematian tubuh Raja menjadi lemas
tangan dan kaki nya pun sulit digerakan.
Mari yang sangat mencintai Raja tidak tega melihatnya dan Mari terus berusaha
membantu Raja agar bertahan ditahtanya. Berbeda dengan Mari, Mahrit sangat
ingin Raja turun dari tahta karena Raja sudah tidak mampu lagi memimpin kerajaan.
Waktu kematian pun tiba, dengan berat hati Mari mengikhlaskan Raja untuk pergi ke
alam baka. Secara perlahan Mari, Tabib, Pengawal dan Juliet hilang dari pandangan
Raja. Raja sangat ketakutan ia sangat takut dengan kematian. Mahrit pun
membimbing raja menuju alam baka, Mahrit memberitahu bahwa raja harus jalan
terus dan jangan menghadap kebelakang agar sampai dengan selamat menuju alam
baka.
BAB III
Ionesco mendapat pujian kritis sebagai penulis naskah, tetapi dia tidak menulis drama
pertamanya, The Bald Soprano , sampai 1950. Setelah memutuskan untuk belajar bahasa
Inggris pada usia empat puluh, Ionesco menemukan inspirasi dalam, dari semua hal, bahasa
utamanya. Kalimat sederhana yang dibangun oleh kata-kata sederhana menurutnya sangat
mendalam, misterius, tragis, dan lucu. Dia menulis The Bald Soprano untuk menyindir
konstruksi keluarga kelas menengah yang terperangkap dalam dunia yang ditentukan oleh
formalitas yang tidak berarti dan rutinitas yang membosankan. Yang mengejutkan, produksi
kecil itu menerima pujian kritis dan melambungkan pria paruh baya itu ke dalam karier
menulis yang bersemangat.
Karya Ionesco yang paling terkenal termasuk The Lesson (1951), The Chairs (1952),
dan Rhinoceros (1959). Dramanya, atau "anti-drama", demikian dia menyebutnya,
mematahkan tradisi teatrikal plot dan urutan. Mereka sangat modern dalam hal apa yang
mereka lakukan. Drama tersebut mengeksplorasi kematian dan teka-teki eksistensial
dengan humor yang fantastis dan seringkali fantastis. Garis antara fiksi dan kenyataan
secara konsisten kabur karena Ionesco menggambarkan dunia tidak berarti yang diatur oleh
kebetulan.
Pada tahun 1962, Martin Esslin mengidentifikasi Ionesco sebagai penulis terkemuka di
"Theatre of the Absurd." Penulis lain dari partai ini termasuk Samuel Beckett, Jean Genet,
dan Arthur Adamov. Mereka berbagi keprihatinan yang sama tentang makna hidup - lebih
dari itu, ketidakberartiannya - dan misteri kehidupan. Untuk mengungkapkan dan
mengeksplorasi masalah-masalah hidup yang tampaknya tidak berarti, para penulis ini tidak
hanya menantang model-model teater tradisional tetapi juga merevolusi seni menulis itu
sendiri.
Dalam esai teoretisnya yang paling penting, "Pengalaman Teater," Ionesco menantang
premis teater tradisional dalam istilah yang sederhana. Dia mengaku benci pergi ke teater
sejak kecil karena tidak memberikan pengalaman interaktif - atau, setidaknya, tidak
seinteraktif yang dia sukai. Dia menggambarkan pandangannya tentang "kebenaran yang
dibayangkan" yang bisa jauh lebih menarik daripada teater realistik. Dalam mengkritik
realisme dan teater Brechtian, dia memisahkan diri dari banyak orang sezaman, termasuk
Kenneth Tynan, yang dengannya dia berbagi debat panas yang sedang berlangsung.
Ionesco diangkat menjadi anggota Akademi Prancis (L'Académie française) pada tahun 1970.
Dia kemudian menerbitkan lebih banyak tulisan teoritis dan lebih banyak drama. Dia juga
memenangkan sejumlah hadiah, termasuk Tours Festival Prize untuk film, Prix Italia, Society
of Authors Theatre Prize, Grand Prix National untuk teater, Monaco Grand Prix, Austrian
State Prize untuk European Literature, Jerusalem Prize, dan honorary doctorates dari New
Universitas York dan universitas Leuven, Warwick, dan Tel Aviv.
Ionesco meninggal pada usia 84 pada tanggal 29 Maret 1994. Ia dimakamkan di Cimetière
du Montparnasse di Paris. Meskipun pemikir terkenal menulis hampir seluruhnya dalam
bahasa Prancis dan tinggal begitu lama di Prancis, Rumania masih menganggapnya sebagai
salah satu seniman paling berbakat.
Panduan Studi tentang Karya oleh Eugene Ionesco
Prima Donna (Eugene Ionesco) yang botak
Dramawan Eugene Ionesco pernah memberikan definisi mode ujian sastra favoritnya yang
secara positif memenuhi dengan bobot eksistensial: "Absurd adalah sesuatu yang tanpa
tujuan."
4.1. Tema
Naskah Raja Mati karya Eugène Ionesco. Tema : Pemberontakan akan takdir
kehancuran dan kematian.
Dari naskah drama tersebut memiliki penyadaran akan absurditas untuk menyerahkan diri
secara lengkap. Drama absurd adalah drama yang tidak mengetengahkan wilayah spiritual,
tidak ada perbedaan benar atau salah tidak ada persoalan intelektual atau garis-garis
petunjuk moral. Artinya, lakon-lakon absurd dapat menjadi penggambaran apa saja, bisa
jadi pandangan penulis lakon terhadap dunia. Lakon-lakon absurd bersifat multitafsir.
Drama absurd mewujudkan suasana yang menggambarkan eksistensi manusia, kehidupan,
kematian, keadaan dunia yang tercabut dari realitas atau tanpa tujuan.
RAJA
Dan siap yang akan memberikan perintah-perintah tanpa ada pengesahan dariku?
Aku dalam keadaan sehat wal afiat. Kau memerolok aku! Bohong! (KEPADA MAHRIT)
kau selalu menginginkan kematianku (KEPADA MARI) ia selalu menghendaki
kematianku (KEPADA MAHRIT) aku akan mati kalau aku sudah menginginkannya. Aku
sang Raja. Aku satu-satunya maujud yang memberikan keputusan!
TABIB
Engkau telah kehilangan daya kemampuanmu untuk memberikan keputusan apa
yang berlaku atas dirimu, Tuanku Raja.
MAHRIT
Sekarang bahkan tidak mampu lagi melarang dirimu untuk tidak jatuh sakit.
RAJA
Aku tidak sakit! (KEPADA MARI) barusan kan kau juga bilang aku ini tidak sakit? Aku
masih tetap segar bugar seperti sedia kala.
MAHRIT
Kerajaan!? Hah, betapa kacau balaunya keadaan kerajaan ini. Kau sudah tidak bisa
lagi mengendalikan pemerintahan. Sungguh, kau sudah tidak mampu, tapi kau tidak
mau mengakuinya. Sekarang engkau telah kehilangan kekuasaan, kekuasaan atas
dirimu sendiri maupun atas segala elemen lainnya. Kau tidak bisa menyetop
tumbuhnya lumut! Dan atas diri kami, kau juga telah kehilangan kekuasaanmu.
4.2. Subtema
Tokoh Ratu Mahrit adalah gambaran dari pikiran yang rasional dalam
melihat kehidupan di dunia. Ia adalah seorang ratu yang tegas dalam menyampaikan
segala pendapatnya. Ia berusaha menyadarkan raja agar menerima takdir kematiannya.
Usaha-usaha yang dilakukan Ratu Mahrit dalam menyadarkan Raja menyebabkan
terjadinya perdebatan dengan dialog-dialog dan adegan-adegan absurd yang tidak
masuk akal.
Mahrit : “Dengan mudahnya kalian terima mereka sebagai kelompok penganut paham anti
perang! Tapi kau tahu nama kelompok macam itu menurut musuh-musuh kita? Namanya
pengecut! Namanya, Desertir! Dan kelompok macam itu mereka jatuhi hukuman tembak!
Akibat semua kau lihat sendiri; kota-kota diratakan musuh, pemandian kita dibakar,
sementara tempat-tempat hiburan kita diporakporandakannya! Para pemuda dan pemudi
kita pada akhirnya mengungsi ke luar negeri. Ketika dia pertama kali menduduki tahtanya,
jumlah penduduk di negeri kita ini tidak kurang dari 120 juta. “
Dialog berikutnya :
Mahrit : “Banyak orang yang mengkhayalkan hal-hal yang agung dan besar, tapi kau diliputi
kabut khayal kekerdilan jiwa! Tak ada seorang ratu pun di dunia ini macam engkau. Kau
membuat aku seakan wajahku dicoreng arang! Ho! Dia siap merengek kembali!
4.3. Fokus
Fokus dari keseluruhan naskah drama Raja Mati karya Eugene Ionesco adalah contoh
kehidupan manusia yang tidak mampu menunjukkan eksistensinya. Entitasnya tenggelam
dalam perasaan sendiri tanpa ada tindakan yang direalisasikan dengan nyata, sehingga
segalanya menjadi angan-angan panjang yang tak bermakna.
Kita hidup dari satu hari ke satu hari lainnya. Tanpa kita sadari, kita melakukan
aktivitas yang hampir sama setiap harinya. Kehidupan yang kita jalani ini tidak lepas dari
kematian. Semua makhluk yang bernyawa akan menemui takdir.
BAB V
PESAN MORAL
Raja Mati memberikan pesan kepada kita bahwa hidup di dunia ini bersifat fana. Kematian
bukan hal yang asing terdengar di telinga semua orang. Kematian merupakan akhir dari
kehidupan setiap makhluk di dunia. Hal tersebut menakutkan bagi sebagian orang. Rasa
takut tidak akan bertemu lagi dengan keluarga dan kerabat atau rasa kehilangan bagi yang
ditinggalkan. Kematian bisa datang kapan saja, karena usia, kecelakaan, bencana alam dan
sebagainya. Siap atau tidak siap pasti akan menghadapi kematian.
BAB VI
HUBUNGAN TEMA DAN PESAN MORAL DENGAN KONDISI MASYARAKAT SAAT INI
Dari kisah raja mati karya Eugene kita dapat pesan moral bahwa pemimpin yang baik dan
bijaksana bisa membuat negara menjadi makmur. Tetapi sebaliknya pemimpin yang buruk
akan membuat negara itu hancur. Seperti raja dia memimpin kerajaan dengan buruk
sehingga kerajaan yang dipimpinnya hancur secara perlahan. Kita harus pintar memilih
pemimpin agar negara kita aman dan makmur. Pemimpin negara kita yang saat ini kurang
baik dan bijaksana banyak hal-hal buruk yang terjadi pada negara kita, seperti virus yang
belum hilang karena pemerintah tidak bisa mengatasinya, kerusuhan demo karena
pemerintah mengambil keputusan secara sepihak, krisis ekonomi karena banyak
perusahaan bangkrut karena pandemi, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu bijak lah
dalam memilih pemimpin jangan karena diberi uang kita memilih pemimpin itu. Tetapi
pilihlah pemimpin yang memiliki pengetahuan, bijaksana, adil, dan etika yang baik.
BAB VII
BAB VIII
1. Tema adalah ide pokok cerita atau gagasan utama. Menjadikan tema dari naskah
ini disebut pemberontakan akan takdir kehancuran dan kematian.
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
RAJA
Dan siap yang akan memberikan perintah-perintah tanpa ada pengesahan
dariku? Aku dalam keadaan sehat wal afiat. Kau memerolok aku! Bohong!
(KEPADA MAHRIT) kau selalu menginginkan kematianku (KEPADA MARI) ia selalu
menghendaki kematianku (KEPADA MAHRIT) aku akan mati kalau aku sudah
menginginkannya. Aku sang Raja. Aku satu-satunya maujud yang memberikan
keputusan!
TABIB
Engkau telah kehilangan daya kemampuanmu untuk memberikan keputusan apa
yang berlaku atas dirimu, Tuanku Raja.
MAHRIT
Sekarang bahkan tidak mampu lagi melarang dirimu untuk tidak jatuh sakit.
RAJA
Aku tidak sakit! (KEPADA MARI) barusan kan kau juga bilang aku ini tidak sakit?
Aku masih tetap segar bugar seperti sedia kala.
MAHRIT
Kerajaan!? Hah, betapa kacau balaunya keadaan kerajaan ini. Kau sudah tidak
bisa lagi mengendalikan pemerintahan. Sungguh, kau sudah tidak mampu, tapi
kau tidak mau mengakuinya. Sekarang engkau telah kehilangan kekuasaan,
kekuasaan atas dirimu sendiri maupun atas segala elemen lainnya. Kau tidak bisa
menyetop tumbuhnya lumut! Dan atas diri kami, kau juga telah kehilangan
kekuasaanmu.
2. Amanat adalah pesan yang terkandung dalam drama dapat kita ambil sebagai
berikut tetaplah untuk bangkit dan memberikan semangat hidup kepada orang
yang tengah sekarat bahwa takdirnya tersebut tidak salah (bersifat menakutkan).
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
RAJA
Aku orangnya yang selalu memikirkan orang lain. Kalian semua jadilah diriku,
masuklah berdiam di balik diriku. Aku sedang sekarat, kau dengar, aku berusaha
menjelaskan padamu, aku sedang sekarat, tapi aku tidak bisa
mengekspresikannya secara total, kecuali, kalau saja aku mampu berbicara
seperti buku-buku sastra.
RAJA
Ternyata mereka asing bagiku. Tadinya kukira keluargaku. Aku sekarang betul-
betul sangat ketakutan! Rasanya seperti sedang tenggelam, jatuh terpelanting ke
dalam kekosongan. Aku tidak pernah eksis! Aku sedang sekarat.
Tidak! Tidak! Aku tahu tak ada nada yang bisa melipur hatiku. Segalanya akan
jadi baik. Itu tergantung kepada diriku sendiri seorang. Keusastraan hanya
memberikan kehangatan seperti yang diberikan tahi ayam, cuma sebentar,
setelah itu lenyap. Aduh… aduh…. Aduh….!
Tolonglah wahai engkau yang ribuan telah mati mendahuluiku! Katakanlah
kepadaku bagaimana kau bisa menerima kematian dan lalu mati. Ajarilah aku!
Biarlah contoh teladanmu menjadi pelipurku, biarkan aku bersandar padamu.
Bagaikan orang pincang mengenakan tongkat dikepit di bawah ketiaknya, seperti
juga tangan-tangan para sahabat.
Bimbinglah aku melintasi gerbang yang pernah kau lintasi! Kembalilah dari
seberang sana itu, dan tolonglah aku! Bantulah aku, engkau yang pernah
merasakan kengerian dan tidak mau menyebrang!
Bagaimanakah rasanya melintasi gerbang itu!? siapa yang membimbingmu, siapa
yang menyeretmu, yang mendorongmu!? Apakah engkau masih juga mengidap
rasa takut di detik yang terakhir itu?
Dan engkau yang kuat dan berani, yang menerima kematian dengan rela, dengan
kehendak pedulian, dengan tenang, ajarkanlah kepadaku keikhlasan dan
kesabaran yang kau miliki itu! ajarkanlah kepadaku kepasrahan dan tawakal!
MAHRIT
Jadikanlah dia memaklumi semua ini. Tentramkanlah jiwanya.
MAHRIT
Tak ada lagi yang tersisa sekarang. Adalah selamat sentosa mereka yang tidak
membutuhkan kenangan. Sejumput garam akan melebur ke dalam air, tapi
bukan berarti hilang; air malah jadi asin. Ah, itulah! Diamlah sekarang. Nah,
sekarang kau sudah tidak bungkuk lagi. punggungmu tidak sakit lagi. Tak ada lagi
rasa kelu pada dirimu. Berapa beratnya bahan-bahan yang kau pikul selama ini.
Betul tidak? Sekarang kau sudah jauh lebih baikan dibanding yang sudah-sudah.
Enteng. Ayolah, datang padaku, berikan kedua tanganmu.
MAHRIT
Jangan coba lakukan itu! segalanya mesti berjalan dengan seksama. Marilah kita
jadikan ini sebuah kemenangan. Sudah lama tidak ada lagi kemenangan-
kemenangan. Istananya sudah semakin rusak. Padang-padangnya kering tandus.
Gunung-gunungnya terbenam. Laut telah menghancur leburkan bendungan dan
menyebabkan negeri dilanda banjir. Dia biarkan segalanya jadi puing berserakan.
Kau gagasannya yang cemerlang dengan cara mendekapnya ke dalam pelukanmu
yang menyebarkan wewangian itu! selera rendah! Padahal semula
mengatasnamakan pembangunan. Tapi memang dia suka begituan. Tanah-tanah
tidak dimanfaatkannya menjadi pertanian dan perkebunan yang subur, tanah-
tanah ini malah dibiarkannya terlantar, dan akhirnya lenyap ditelan lubang-
lubang besar tanah rengkah dimana-mana. Sebenarnya aku bosan
meladenimu!.... ia masih bisa menanami pasir dengan pohon pakujajar misalnya,
atau membetoni yang mungkin terbang! Tapi tidak dikerjakannya! Sekarang
kerajaan ini nyaris seperti tempe busuk yang banyak lubangnya itu!
4. Alur atau Plot adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita. Contoh
dalam naskah tersebut sang lakon menceritakan berbagai macam konflik yang
terjadi di istana ataupun paduka raja. Hingga mengandung plot mundur yang
menceritakan masa muda seorang paduka raja ketika memimpin istana dengan
baik.
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
TABIB
Tuanku, engkau telah mengadakan peperangan sebanyak 108 kali. Memimpin
bala tentaramu ke dalam 2000 medan pertempuran. Pertama di atas kuda putih
yang berhiaskan bulu burung yang merah menyala dan putih bersih. Engkau tidak
kenal rasa takut. Lalu kau modernisir angkatan perangmu dan engkau pun berdiri
tegak di atas tank, atau bahkan pada sayap kapal terbang yang memimpin
formasi penyerangan.
iii. Juliet & Tabib (Tritagonis) adalah pelaku yang membantu dalam
suatu cerita, baik tokoh protagonis maupun antagonis. Contoh
dalam teks naskah ini, ialah mereka hanya mendengarkan perintah
dari para ratu ataupun paduka raja demi keselamatan istana.
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
MAHRIT (PADA JULIET)
Kau kembangkan lebar-lebar pakaian panjang kami.
JULIET
Baik yang mulia (JULIET MENGERJAKANNYA).
JULIET
Jadi ruang tamu ini tidak perlu saya bersihkan dulu?
MAHRIT
Sudah terlambat. Tidak apa. Tinggalkan kami.
JULIET KE KIRI, KELUAR.
RAJA
Dan siapa yang akan memberikan perintah-perintah tanpa ada
pengesahan dariku? Aku dalam keadaan sehat wal afiat. Kau
memerolok aku! Bohong! (KEPADA MAHRIT) kau selalu
menginginkan kematianku (KEPADA MARI) ia selalu menghendaki
kematianku (KEPADA MAHRIT) aku akan mati kalau aku sudah
menginginkannya. Aku sang Raja. Aku satu-satunya maujud yang
memberikan keputusan!
8. Konflik adalah suatu pertentangan yang terjadi di dalam cerita. Berawal dari
tabib yang baru saja pulang dari rumah sakit untuk mengetahui penyakit sang
raja. Bermuncul-lah tanda-tanda yang berubah dari istana dan seisinya.
Perubahan suhu yang dirasakan oleh paduka raja serta perintah-perintah yang
tidak dilaksanakan ataupun didengarkan oleh para tabib. Sampai pada akhirnya
sang raja benar-benar sakit dan diambang kematian untuk tetap hidup serta
bertahan demi kemajuan istana.
Contoh pada teks naskah :
PENGAWAL
Aku tidak mengerti, mestinya ruangan ini sudah hangat. Sumber panas, ayo,
bekerjalah! Dia sudah tidak suka bekerja lagi! Sumber panas, ayo, bekerjalah! Ini
bukan kesalahanku. Beliau toh tidak pernah mengeluarkan keputusan memecat
aku dari kedudukanku sebagai Kepala bagian Pusat Pengatur Panas. Memang
tidak ada yang resmi lagi sekarang ini. Kita tidak peduli lagi apa kemauan mereka
sebenarnya!
PENGAWAL
Saya sudah menghubungi pusat pengatur panas, tapi gagal karena sistemnya
macet. Langit selalu mendung dan awan-awan kelihatannya enggan menghilang.
Matahari terbit terlambat. Padahal saya telah mendengar paduka yang mulia
Tuanku Raja kita telah memerintahkan matahari terbit tepat pada waktunya.
MAHRIT
Kok begitu!? matahari telah tuli terhadap perintah-perintah Tuanku Raja!
PENGAWAL
Saya mendengar bunyi-bunyi gemeretak sepanjang malam. Ada retak lebar
dinding tembok istana.
MARI
Tabib, apakah ada keterangan baru? Ia sudah agak membaik, kukira? Betul
begitu? ada tanda-tanda yang menunjukan hal itu, tabib?
TABIB
Tuanku Raja menunjukan gejala-gejala normal seperti penderita sakit lainnya,
dan hal ini tidak ada yang bisa merobahnya lagi. Sudah sewajarnya, begitulah
keadaannya.
9. Dialog adalah karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua
tokoh atau lebih. Contoh yang terdapat dalam teks, antara lain sebagai berikut :
i. Monolog adalah peran yang percakapannya untuk diri sendiri.
Contoh dalam teks tersebut, ialah :
RAJA
Sakit juga kalau tangan ini kugerakkan. Apakah ini artinya
segalanya sudah mulai? Tidak. Buat apa aku ini dilahirkan kalau
tidak bisa hidup selama-lamanya? Sialan orangtua yang
melahirkanku. Lelucon macam apa ini? Dagelan konyol! Aku datang
ke dunia 5 menit lalu, kemudian kawin 3 menit yang lalu.
Alasan : Karena peran dari sang raja itu hanya memiliki percakapan
untuk dirinya sendiri dengan pertanyaan dan jawaban dari dirinya
sendiri pula.
10. Latar atau Setting adalah keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana dalam
sebuah karya sastra.
i. Latar Waktu adalah penggambaran waktu di dalam suatu cerita.
Latar waktu dalam naskah ini, diantaranya ialah :
1. Siang hari : raja meminta cahaya siang hari untuk datang
dan selamatkan dirinya.
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
Matahari, matahari pernahkah kau merindukan daku?
Matahari kecil yang baik, lindungilah diriku. Kalau kau
minta korban kecil dariku, ambilah dunia dan
jadikanlah sampai kering kerontang. Biarlah semua
manusia mati, asal aku tetap hidup selama-lamanya,
tak peduli apakah aku Cuma sendiri hidup di gurun
yang tak bertepi. Aku bersedia hidup sendiri sunyi dan
sepi. Aku akan simpan hidup-hidup di dalam diriku
semua kenangan-kenangan tentang orang lain, aku
akan merindukan mereka dengan rasa rindu dendam
yang dalam. Aku bisa hidup dalam kekosongan, di
tanah yang tak berharga, yang luas dan Cuma udara
melulu dimana-mana. Rasanya lebih enak merindukan
orang lain daripada dirindukan orang lain.
Apalagi, pada akhirnya tak ada lagi orang yang akan
merindukan aku. Wahai cahaya hari-hari siang,
datanglah dan selamatkanlah diriku.
2. Asap senja, awan petang hari, kabut dini hari, dan embun
pagi: meminta pertolongan untuk paduka raja agar
melepaskan dan menyerah secara lengkap.
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
RAJA
Engkau yang bunuh diri, ajarkanlah aku bagaimana bisa
menjadi mual kepada kehidupan ini!? Ajarkan kepadaku
kebosanan! Obat macam apa yang mestinya kuminum?
TABIB
Aku bisa memberikanmu pil penenang, atau pil tidur.
MAHRIT
Dia sudah tidak bisa lagi menelan pil
JULIET
Engkau yang mengisi kenangan….
PENGAWAL
Engkau gambaran hari yang telah lewat…
JULIET
…. Yang tidak ada lagi, tinggal kenangan atas kenangan-
kenangan kita
PENGAWAL
Catatan atas catatan-catatan….
MAHRIT
Dia mestinya sudah belajar bagaimana melepaskan
sesuatu dan menyerah secara lengkap.
PENGAWAL
…. Kami memanggil engkau.
MARI
Engkau kabut dinihari dan embun pagi….
JULIET
Engkau asap senja hari dan awan petang hari….
3. Kamar dan loteng: tempat yang tidak ada jendela nya dan
untuk menemukan cahaya senyuman dapat keluar dari
kamar tersebut dan loteng tempat tinggal Juliet.
Kalimat yang terdapat pada teks naskah ini adalah :
JULIET
Di kamar saja tidak ada jendela
RAJA (TERCENGANG)
Tidak ada jendela? Kalau kau akan mencari cahaya, kau
mesti keluar dulu. Nah, ketika kau temukan cahaya itu, kau
pun bisa tersenyum.
Untuk keluar dari kamarmu, kau pertama-tama memutar
kunci pintu, lalu membukanya, kemudian kau tutup
kembali dan kau kunci untuk kedua kalinya. Omong-omong
dimana kau tinggal?
JULIET
Di loteng
RAJA
Apakah rakyat sudah diberi pengumuman? Sudah kau
peringatkan mereka? Aku mau seluruh rakyat mengetahui
Raja mereka sedang sekarat!
DENGAN TERGESA-GESA DIA MEMBUKA JENDELA.
DENGAN SELURUH SISA TENAGANYA, SEMENTARA
PINCANGNYA MAKIN MEMBURUK.
RAJA
Rakyatku! Rakyat tercinta! Aku sedang sekarat! Dengarkan
aku! Rajamu sedang sekarat!
MARI
Kau kehabisan napas. Kau sangat lelah. Istirahatlah, nanti
kau akan bisa berdiri tegak kembali.
RAJA
Kau rasakan sakit yang nyeri yang amat sangat. Tapi
kemudian makin hilang sedikit demi sedikit, sampai
akhirnya betul-betul lenyap tak terasakan lagi. Wahai,
berapa entangnya perasaanmu setelah segalanya itu
lenyap. Maka kau pun menerima sebuah kebahagiaan yang
besar!
RAJA
Luar bisaa! Kau keluarkan dompetmu, kau bayar. Akhirnya
kau mendapatkan uang kembalian. Pasar! Tempat yang
penuh dengan komposisi warna-warna! Hijau sayur mayur
merahnya tomat, kuning emas jeruk bali, buah terong yang
lemabyung! Dan banyak lagi warna-warna lainnya, warna-
warna yang ada pada bianglala! Luarbisaa! Seperti sebuah
dongeng saja!
BAB IX
Dikisahkan bahwa dalam naskah drama “Raja Mati” karya Eugene Ionesco. Tokoh ratu
Mahrit sangat percaya bahwa suaminya yaitu paduka raja akan mati. Para tabib pun
mendukung pernyataan yang dikatakan oleh ratu Mahrit. Mereka sangat merasakan
perubahan yang terjadi pada istana. Dan bersikeras terhadap perintah dari sang raja tidak
ada yang mendengarkan ataupun dilaksanakan oleh para tabib.
Istri kedua dari paduka raja malah sebaliknya dia tidak menerima dengan kenyataan yang
diucapkan oleh ratu mahrit dan tabib. Karena sang raja dapat hidup dan berdiri tegap untuk
menyampaikan pidato. Selain memberikan semangat dan bantuan kepada sang raja.
Akhirnya sang raja dapat menaiki singgasana walaupun dengan tongkat dan bantuan ratu
Mari. Para Juliet pun mengikuti semua perintah dari paduka raja beserta istri-istrinya.
Naskah “Raja Mati” karya Eugene Ionesco menceritakan pola pikir yang berbeda-beda demi
kejayaan istana untuk ke depannya. Tidak semua yang terlihat dan mengalami perubahan
itu akan berpengaruh pada usia seseorang. Jika mengalami sakit tidak usah berpikiran buruk
akan kematian. Namun, harus menjaga kesehatan tubuh, minum obat, dan memiliki
semangat hidup yang berikutnya.
Contoh teks dalam naskah ini, yaitu :
MAHRIT
Kita hanya punya sisa waktu 32 menit lebih 30 detik.
RAJA
Aku masih sanggup berdiri
TABIB (PADA MAHRIT)
Ini adalah kemampuannya bergerak sebelum yang terakhir.
RAJA JATUH DIKURSI RODA YANG TEPAT PADA SAAT ITU DIDORONGKAN OLEH JULIET. RAJA
DITUTUPI DENGAN SELIMUT, DIBERINYA BOTOL BERISIKAN AIR HANGAT
PENGAWAL
Saya mendengar bunyi-bunyi gemeretak sepanjang malam. Ada retak lebar dinding tembok
istana.
MARI
Tabib, apakah ada keterangan baru? Ia sudah agak membaik , kukira? Betul begitu? ada
tanda-tanda yang menunjukan hal itu, tabib?
TABIB
Tuanku Raja menunjukan gejala-gejala normal seperti penderita sakit lainnya, dan hal ini
tidak ada yang bisa merobahnya lagi. Sudah sewajarnya, begitulah keadaannya.
MAHRIT
Ayolah ikut! Masih tetap mencoba menolak. Dari mana dia mendapat semua semangat ini?
Jangan mencoba berbaring, jangan mencoba duduk. Tak ada alasan untuk tersandung. Aku
akan selalu menolongmu. Jangan takut.
BAB X
BAB XI
Pendekatan pragmatis adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana
untuk menyampaikan tujuan tertentu pada pembaca. Dalam hal ini tujuan tersebut dapat
berupa tujuan politik,pendidikan, moral, agama, atau tujuan yang lain.
Dari naskah drama terdapat pendekatan pragmegtis yang berupa "sosial"
Kalimat yang termasuk kedalam tujuan sosial
" Rupanya kesehatan penduduk kita sangat parah. Usahakanlah menolong mereka. Tabib,
paling tidak cobalah perbaiki kondisi mereka. Paling sedikit nantinya mereka bisa
memelajari empat atau lima huruf yang ada dalam alphabet. Pada zaman dahulu hukuman
mati selalu dijatuhkan pada mereka yang cacat macam begini"
Dimana seorang raja yang begitu perhatian kepada rakyat sehingga ia mau untuk menata
kondisi rakyat agar menjadi lebih baik dari sebelumnya dan berusaha untuk mengembalikan
keadaan seperti semula untuk menajadi lebih baik.
Kalimat yang termasuk ke dalam pragmatis nilai budaya
Mungkin aku akan kembali lagi. Simpanlah jasad tubuhku di dalam sebuah istana negeri
berseri. Di atas sebuah singgasana yang agung, dan berikanlah sesajen berupa makanan-
makanan kontemporer yang enak-enak. Jangan lupa pemain suling dan gamelan memainkan
musiknya yang syahdu untukku. Di samping itu sekelompok perawan-perawan suci bersujud
tepat dekat kakiku yang telah dingin.
Dimana pada zaman kerajaan masih menggunakan sebuah sesajen untuk ucapan
terimakasih kepada leluhur. Dalam penggunaan sesajen termasuk salah satu kebudayaan
yang masih melekat pada manusia dan sampai sekarang menjadi kebiasaan untuk
melakukan ritual.
BAB XII
PENDEKATAN PEMERANAN
A. Pengertian Akting
Akting adalah segala kegiatan, gerak, atau perbuatan yang dilakukan oleh para
pelaku. Akting meliputi mimik, pantomim, dialog, dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan adegan aktor atau pemain drama.
BAB XIII
PENDEKATAN ARTISTIK
A. TataPanggung
Balairung istana, agak usang tampaknya. Gaya arsitekturnya mengesankan gaya gothic.
Di bagian tengah pentas menempel pada dinding belakang. Terdapat undakan yang
menuju ke tempat singgasana Raja. Di masing-masing sisinya, tapi di downstage,
terdapat beberapa kursi singgasana lainnya yang ukurannya lebih kecil. Inilah tempat
kedua permaisuri Raja.
Upstage, sebelah kiri, terdapat sebuah pintu kecil menuju ke kamar Raja. Di sebelah
kanan, masih di upstage, terdapat sebuah pintu lainnya lagi, juga berukuran kecil. Di
downstage dan masih di sebelah kanan, terdapat pintu berukuran besar. Di antara
kedua pintu di kanan ini terdapat sebuah jendela yang bergaya gothic.
Di sebelah kiri terdapat sebuah jendela lagi. Sedang di downstage, masih di bagian kiri,
terdapat sebuah pintu kecil.
B. Tata Lampu
Pada tahap adegan awal terdapat suasana yang tanang dengan menunjukkan lampu
berwarna kuning.
Pada tahap adegan konflik terdapat suasana yang menegangkan dengan menunjukkan
lampu berwarna merah
Pada tahap adegan akhir terdapat suasana yang menegangkan atau klimaks dengan
menunjukkan lampu berwarna biru gelap, dan berakhir menggunakan lampu kuning
kembali.
C. Tata Musik
Tata musik dalam drama Raja Mati saat bagian pembukaan menggunakan musik yang
dimainkan dengan lucu. Dan saat pertengahan dan akhir menggunakan alunan musik
yang mencengkam dengan menggunakan alat musik drum yang membuat penonton
menikmati suasana dalam drama.
D. Tata Busana
Ratu Mahrit : mengenakan mahkota, sedang jubah yang dikenakannya berwarna
lembayung, cuma tampak agak kusam dan sedikit usang.
Ratu Mari : mengenakan jubah warna lembayung, dikepalanya sebuah mahkota, di
samping itu dia mengenakan perhiasan intan berlian. potongan jubah yang modern dan
parasnya lebih muda dan lebih cantik dari pada mahrit.
Raja : mengenakan jubah warna lembayung, dengan mahkota di kepalanya dan sebuah
tongkat yang kebesaran di tangannya.
Tabib : mengenakan topi berbintang-bintang pakaiannya merah dengan ketopong
kepala yang bergelambir di belakang pundaknya.
Juliet : mengenakan dress kusam yang warnanya sudah pudar.
E. Tata Rias
Semua tokoh menggunakan riasan natural kecuali Raja menggunakan riasan seperti
orang sakit.