Sastra Indonesia 1920-1945
Sastra Indonesia 1920-1945
Sastra Indonesia 1920-1945
INDONESIA
SASTRA INDONESIA
MODERN ANGKATAN
1920-1945
DISUSUN OLEH :
Andrew Horas (02)
Claudia Nathasia Jason (07)
Smirna Wirawanty P. (24)
Teddy Piter (26)
Wynne Wijaya (31)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kami kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah
tentang sastra Indonesia modern yang terdiri dari angkatan 1920, angkatan
1933 dan juga angkatan 1945.
Sastra Indonesia terdiri ribuan bahkan jutaan karya yang telah dibuat
mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh sebab itu, makalah ini
dibuat dengan harapan generasi muda yang membaca makalah ini mampu
menggunakan pengalaman dari para sastrawan yang hidup terlebih dahulu
untuk mengembangkan sastra Indonesia.
Terakhir, kami mengucapkan beribu maaf apabila terjadi kesalahan
dalam pengetikan dan kami sangat mengharapkan masukan dari pembaca
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini
Penyusun
BAB I
SASTRA INDONESIA MODERN
A. PENGERTIAN
Menurut KBBI, Sastra memiliki arti bahasa atau kata-kata yang
digunakan dalam kitab-kitab dan Sastra Indonesia berarti sastra yang
ditulis menggunakan bahasa Indonesia. Sastra Indonesia modern
adalah karya sastra yang karya sastranya tidak hanya diciptakan dari
orang-orang melayu saja, melainkan sudah berkembang keseluruh
wilayah indonesia, ruang lingkup sastra modern juga lebih luas dari
pada sastra sastra lama, hampir seluruh masyarakat Indonesia bisa
menikmati berbagai karya sastra, berbeda dengan sastra lama yang
sebagian besar dibuat oleh pengarang-pengarang dari melayu dan
ruang lingkup yag sempit.
B. SEJARAH SINGKAT
Perhatian masyarakat sastra Indonesia terhadap masalah
sejarah kebudayaan, termasuk sastra, telah tampak sejak awal
pertumbuhan sastra Indonesia di tahun 1930-an sebagaimana terbaca
dalam Polemik Kebuadayaan suntingan Achdiat K.Mihardja (1977).
Polemik yang berkembang antara tokoh-tokoh S.Takdir Alisjahbana,
Sanusi Pane, Poerbatjaraka, M.Amir, Ki Hadjar Dewantara, Adinegoro
dan lain-lain memang tidak secara khusus memperdebatkan konsep
kesusastraan Indonesia, tetapi telah memperlihatkan kesadaran
mereka terhadap sejarah kebudayaan Indonesia.
Takdir Alisjahbana berpendapat bahwa sebutan Indonesia telah
dipergunakan secara luas dan kabur sehingga tidak secara tegas
menunjukan pada semangat keindonesiaan yang baru sebagai awal
pembangunan kebudayaan Indonesia Raya. Menurut Takdir, semangat
BAB II
PERIODISASI ANGKATAN 1920
ATAU BALAI PUSTAKA
5
A. SEJARAH SINGKAT
Angakatan tahun 1920-an lebih dikenal dengan nama angkatan
balai pustaka. Menurut Sarwadi (1999: 27) Balai Pustaka mempunyai
pengaruh terhadap perkembangan sastra Indonesia yaitu dengan
keberadaanya maka sastrawan Indonesia dapat melontarkan apa yang
menjadi beban pikirannya melalui sebuah tulisan yang dapat dinikmati
oleh dirinya sendiri dan juga orang lain (penikmat sastra). Balai Pustaka
mempunyai tujuan untuk memberikan konsumsi berupa bacaan kepada
rakyat yang berisi tentang politik pemerintahan kolonial, sehingga
dengan hal itu Balai Pustaka telah memberikan informasi tentang
ajaran politik kolonial. Berdasarkan penyataan tersebut maka dengan
didirikannya Balai Pustaka telah memberikan manfaat kepada rakyat
Indonesia karena sasrta Indonesia menjadi berkembang.
Dilihat dari perkembangan sastranya, Balai Pustaka yang
memiliki maksud dan tujuan pendiriannya, maka pasti menetapkan
persyaratan-persyaratan didalam menyaring suatu karya sastra.
Dengan adanya persyaratan-persyaratan tersebut maka menimbulkan
berbagai macam pandangan orang terhadap Balai Pustaka. Hal itu
merupakan suatu kelemahan atau permasalahan dari balai Pustaka
yang kurang diperhatikan keberadaannya. Menurut Sarwadi (1999: 29)
permasalahan itu diantanya meliputi:
1. Roman terpenting yang diterbitkan Balai Pustaka pada tahun
20an ialah Salah Asuhan karya Abdul Muis. Dalam karya itu
pengarang lerbih realistis didalam menyoroti masalah kawin
paksa. Selain itu berisi juga tentang pertentangan antara
kaum muda dengan kaum tua dalam pernikahan. Yang
menjadi permasalan bagi pengarang ialah akibat-akibat lebih
jauh dari pertemuan kebudayaan Eropa yang masuk dalam
tubuh anak-anak bangsanya melalui pendidikan sekolah
kolonial Belanda.
2. Novel Belenggu karya Armin Pane pernah ditolak oleh Balai
Pustaka karena isinya dianggap tidak bersifat membangun
dan tidak membantu budi pekerti. Kemudian noel itu disadur
oleh Pujangga Baru tahun1938, dan dicetak ulang oleh Balai
Pustaka.
B. CIRI-CIRI
Ciri-ciri umum roman angkatan balai pustaka:
1. Bersifat kedaerahan, karena mengungkapkan persoalan
yang hanya berlaku di daerah tertentu, khususnya
Sumatra barat,
2. Bersifat romantic-sentimental, karena ternyata banyak
roman yang mematikan tokoh-tokohnya atau mengalami
penderitaan yang luar biasa,
3. Bergaya bahasa seragam, karena dikemas oleh redaksi
balai pustaka, sehingga gaya bahasanya tidak
berkembang,
4. Bertema sosial, karena belum terbuka kesempatan
mempersoalkan masalah polotik, watak, agama, dan
lain-lain,
5. Sebagian besar berbentuk prosa (roman, novel, cerita
pendek dan drama) dan puisi.
BAB III
PERIODISASI ANGKATAN
TAHUN 1933 ATAU ANGKATAN
PUJANGGA BARU
A. SEJARAH SINGKAT
Buku Pujangga Baru, Prosa dan Puisi yang disusun oleh H.B
Jasin adalah sebuah bunga rampai (antologia) dari para pengarang dan
penyair yang oleh penyusunnya digolongkan ke dalam Angkatan
Pujangga Baru Seperti diketahui, oleh para ahli dan parapenyusun
buku-buku pelajaran sastra Indonesia, perkembangan sastra Indonesia
dibagi-bagimenjadi angkatan-angkatan. Angkatan Pujangga Baru
biasanya ditempatkan sebagaiangkatan kedua, yaitu setelah angkatan
Balai Pustaka dan mendahului kelahiran angkatan45. Tetapi kita lihat
pembagian sejarah sastra Indonesia dalam angkatan-angkatan ini,
tidaklah disertai dengan alasan-alasan yang bisa kita terima. Tidak
sedikit pula para sastrawan yang menolak atau tidak mau dimasukan
dalam sesuatu angkatan, mereka memilih masuk angkatan yang
disukainya. Misalnya Achdiat K. Mihardja pernah menyatakan bahwa ia
lebih suka digolongkan kepada angkatan Pujangga Baru, padahal para
ahli telah menggolongkannya kepada angkatan 45.
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor
yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada
masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa
nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru
adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.
Ketika sastra Indonesia dikuasai oleh angkatan Pujangga Baru,
masa-masa tersebut lebih dikenal sebagai Masa Angkatan Pujangga
Baru. Masa ini dimulai dengan terbitnya majalah Pujangga Baru pada
Mei 1933. Majalah inilah yang merupakan terompet serta penyambung
lidah para pujangga baru. Penerbitan majalah tersebut dipimpin oleh
tiga serangkai pujangga baru, yaitu Amir Hamzah, Armijn Pane, dan
Sutan Takdir Alisjahbana.
Dalam manivestasi pujangga baru dinyatakan bahwa fungsi
kesusastraan itu, selain melukiskan atau menggambarkan tinggi
rendahnya suatu bangsa, juga mendorong bangsa tersebut ke arah
kemajuan.
Sebenarnya para pujangga baru serta beberapa orang pujangga
Siti Nurbaya sangat dipengaruhi oleh para pujangga Belanda angkatan
1880 (De Tachtigers).
Hal ini tak mengherankan sebab pada jaman itu banyak para
pemuda Indonesia yang berpendidikan barat, bukan saja mengenal,
bahkan mendalami bahasa serta kesusastraan Belanda. Di antara para
9
B. CIRI-CIRI
Karya angkatan Pujangga Baru mempunyai ciri-ciri:
1. Bentuk puisi yang memegang peranan penting adalah
soneta, disamping itu ikatan-ikatan lain seperti quatrain
dan quint pun banyak dipergunakan. Sajak jumlah
suku kata dan syarat-syarat puisi lainnya sudah tidak
mengikat lagi, kadang-kadang para Pujangga Baru
mengubah sajak atau puisi yang pendek-pendek,
cukup beberapa bait saja. Sajak-sajak yang agak
10
a.
b.
c.
d.
e.
BAB IV
PERIODISASI ANGKATAN
TAHUN 1945
A. SEJARAH SINGKAT
Istilah angkatan 45 adalah sebuah nama bagi angkatan (penyair)
setelah mulai pudarnya eksistensi periode Pujangga Baru. Istilah angkatan 45
sendiri secara lugas baru digunakan pertama kali oleh Rosihan Anwar dalam
majalah Siasat yang diterbitkan pada tanggal 9 Januari 1949 (Teew dalam
Nursasangko, 2008: 1). Pradopo dalam (Nursasangko, 2008: 1) menyebutkan
bila angkatan 45 dimulai dari tahun 1940 dan berakhir tahun 1955. Konsepsi
angkatan 45 tertuang dalam Surat Kepercayaan Gelanggang yang menjadi
pandangan pokok para pengarang angkatan 45. Waluyo (1987:58)
mengemukakan tiga pokok pikiran yang terkandung dalam Surat
Kepercayaan Gelanggang itu, yaitu:
1. Bahwa para sastrawan merupakan ahli waris yang sah dari
kebudayaan dunia;
2. Ciri keindonesiaan tidak ditandai oleh ujud fisik, tetapi terlebih
oleh ungkapan jiwa, kebudayaan Indonesia terjadi oleh pengaruh
12
dari luar dan perkembangan dari dalam. Jadi tidak usah menyebut
keaslian yang mempersempit ukuran dan nilai.
3. Revolusi adalah penempatan nilai baru atas nilai lama yang
usang.
Angkatan 45 disebut juga angkatan Chairil Anwar karena
perjuangannya sangat besar pada angkatan 45. Dia pula yang dianggap
sebagai pelopor angkatan 45. Angkatan 45 disebut juga angkatan
kemerdekaan sebab dilahirkan pada saat diproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Ada beberapa sebutan untuk angkatan 45:
Angkatan Pembebasan
Angkatan Sesudah Perang
Angkatan Sesudah Pujangga Baru
Angkatan Gelanggang
Angkatan Perang
B. CIRI-CIRI
Karya yang lahir pada angkatan ini sangat berbeda dari
angkatan sebelumnya. Ciri-ciri angkatan 45:
1. Bebas
Tidak terpungkung dengan aturan sastra tertentu dan
tidak terikat dengan adat istiadat.
2. Individualistis
Karya-karya yang lahir merupakan isi perasaan pikiran
serta sikap pribadi penulis atau pengarangnya.
3. Universal
Karya sastra yang berasal dari Indonesia yang membawa
kebudayaannya di tengah kebudayaan dunia.
4. Realistik
Mengungkapkan sesuatu yang telah biasa dilihat atau
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
5. Futuristik
Banyak karya yang berorientasi ke masa depan.
C. KARYA SASTRA ANGKATAN TAHUN 1945
Contoh karya sastra angkatana tahun 1945 adalah sebagai
berikut.
1. Chairil Anwar
a. Kerikil Tajam (1949)
13
14
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas kami menyimpulkan bahwa setiap
angkatan memiliki ciri yang khas dan bentuk yang khas dalam
karyanya. Angkatan balai pustaka sebagian besar bertemakan
romantic-sentimental dimana tokoh utama dalam cerita meninggal atau
mengalami penderitaan yang hebat. Lain halnya, dengan angkatan
pujangga baru yang bertemakan perjuangan kemerdekaan dan
pergerakan kemerdekaan. Begitu pula dengan angkatan 1945 yang
bertemakan nasionalisme dan politik.
B. SARAN
Untuk dapat memaknai dan memahami puisi, hendaknyakita
banyak menggali informasi serta belajar dengan contoh-contoh yang
sudah ada dari penyair-penyair terdahulu.
DAFTAR PUSTAKA :
http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Indonesia
15
http://jadi-bisa.blogspot.com/2012/03/ciri-ciri-bentukpenyair-dan-karya-pada.html?m=1
http://diasdiari.blogspot.com/2013/04/karakteristik-sastraangkatan-20-balai.html?m=1
16