Books - Non-fiction, mahdiduri dan ubrug">
Ubrug Tontonan Dan Tuntunan
Ubrug Tontonan Dan Tuntunan
Ubrug Tontonan Dan Tuntunan
Penulis : Mahdiduri, S. Pd
Yadi Ahyadi, S. Ag
Editor : Lee Birkin
Disain & Layout : Tim
Ukuran Buku : 21 cm X 14.2 cm (A5)
Hal : 111
Cetakan pertama; 2010
Tim Penyusun
ix
DESKRIPSI KONSEP PENULISAN
x
Tarik menarik nilai dan pemikiran itu menyebabkan identitas
teater tradisional tidak lagi hanya diterakan dari data-data fisik,
seperti titi mangsa pembentukan, alat musik apa saja yang dipakai,
cara penyebaran, berapa usianya, jumlah anggota, darimana sumber
pendanaan dan lain sebagainya. Tetapi juga harus dari faktor eksternal
(fungsi) yang mempengaruhi perkembangannya, seperti dalam
geneologi politik, ekonomi, dan agama. Hal ini penting karena tiap
pergantian kepemimpinan politik, teater tradisional diperlakukan
secara berbeda sesuai dengan kepentingan politiknya.
Beranjak dari pemikiran di atas maka penulisan buku ini
dimulai dari paparan umum realita dan ekspektasi teater tradisional
di Indonesia dan Banten. Mencakup deskripsi persoalan terkini yang
melanda grup-grup teater tradisional yang terpindai dari berita-berita
maupun artikel yang membahas teater tradisional di Indonesia dan
Banten. Selain itu disertai dengan ekspektasi atau pengharapan-
pengharapan dari para pelaku dan masyarakat dalam menyikapi
realita.
Pada bahasan berikutnya, konsep penulisan mengarah
pada teater tradisional khas Banten yakni Ubrug. Di bagian ini akan
dijabarkan mengenai latar historis pembentuk teater tradisional di
Banten yang dibagi dalam beberapa periode; periode kesultanan,
Kolonial, pra dan pasca kemerdekaan. Selain itu juga akan dibahas
soal Identitas Ubrug, mencakup struktur pementasan, alat musik dan
set panggung yang dipakai.
Bahasan nilai-nilai estetis dan moral mencakup takaran
keindahan dalam Ubrug dengan perbandingan teater modern, di
sini akan suguhkan perbedaan teater tradisional dengan modern dari
segi struktur, sehingga nantinya akan diperoleh hasil bahwa harus
ada perlakuan berbeda dalam menakar nilai estetis Ubrug dan teater
xi
modern. Nilai Moralitas dalam pentas Ubrug sebagai pembentuk
karakter bangsa diletakkan dalam lakon yang dipentaskan, nilai-nilai
tersebut biasanya merupakan capaian jati diri bangsa yang dikehendaki.
Selain itu, masih dalam bahasan yang sama akan disajikan model
komunikasi Ubrug dengan pendekatan teoritis Anderson, seorang
pakar komunikasi.
Gambaran Ubrug masa kini dihadirkan pada bahasan
selanjutnya dengan mengangkat profil grup Ubrug yang masih eksis
sdan popular ampai saat ini yakni grup Topeng Putera Tolay dan grup
Mang Cantel.
Di akhir buku ini akan disajikan sebentuk database grup Ubrug
yang sedang tumbuh dan berkembang di Banten saat ini. Data-data
tersebut diperoleh dari berbagai sumber dan paling banyak berasal
dari informasi lapangan. [ ]
Daftar Isi
Penutup 99
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
BAB I
Realita dan Ekspektasi
Teater Tradisional
2. Arena Terbuka
3. Improvisasi
C. Identitas Ubrug
1. Penamaan Ubrug
1. Tatalu
2. Lalaguan:
3. Tatalu Singkat
5. Bodoran “Lawakan”
7. Soder
2. Hiburan
1. Karakter
• Lucu
• Lugu (polos)
• Cerdik
2. Kostum
• Kemeja putih
3. Make up
1) Alur Pementasan
Jaipong
Mereka percaya bahwa jika sebuah pementasan topeng tidak melakukannya, akan
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kuncen yang melaksanakan ngukus sendiri
haruslah orang yang memahami dan mengetahui ‘ilmunya’.
Dangdut
Srimpi/Gawilan
Lawakan
Lelakon
1. Bukit Tunggul
2. Bacem
3. Anak Jadah
4. Anak Durhaka
2) Panggung
Properti
Sistem Audio
3) Bahasa
5) Personel
Personel topeng Tolay terdiri dari
Nayaga sebanyak 8 orang
Lawak sebanyak 5-6 orang
Dangdut sebanyak 3 Orang
2) Kostum
• Rompi
• Blangkon/ikat kepala
3) Peragaan
• lucu
• cerdik
• banyak gaya
4) Make up
5) Bahasa
a. Korban Lebaran
b. Dalang Edan
c. Salah Wesel
g. Nyandung ngandung
a. Perpuyan (Kemenyan)
e. Beras sepitrah.
g. Pisang raja
Panggung
Sistem Audio
C. Regenerasi
Demi mempertahankan kesenian tradisi segala
upaya dilakukan untuk tetap hidup ditengah-tengah
hiruk-pikuknya dunia hiburan. Sehingga pola regenarasi
dianggap penting sebagai penerus kebudayaan warisan
leluhur dan menjadi kebanggan jika kesenian tradisional
yang ada di tengah-tengah masyarakat masih hidup,
kalaupun memang tak semudah membalik tangan dalam
merekrut personil baru, disamping harus mempunyi
keahlian khusus dibidang kesenian juga kecintaannya
terhadap kesenian tersebut.
13 Pengasinan Tras
Carenang
14 Sainan Mandaya Carenang. Sainan
Nama : Mahdiduri, S. Pd
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/tanggal Lahir : 8 Juni 1979
Pekerjaan : Pekerja Seni
Alamat : Jl. Jendral Sudirman Ciceri Jaya Serang
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : S1 Universitas Indraprasta
Pengalaman Organisasi:
1. 2000- Anggota KSI
2. 2005, Dewan Kesenian Tangerang (Sekretaris)
3. 2006, Teater AnonimuS (Pendiri)
4. 2006, Forum Kesenian Banten (Bidang Teater)
5. 2009, nimusInstitute (Chief Proggrame)
Pengalaman Kerja :
a. Mengajar
Instruktur Seni Teater sejak tahun 2000
Instruktur
37’ 2010 Pelatihan Menulis dan Membaca program ‘Kamar
b. Pengabdian Masyarakat
1. 2006, Pentas ‘Pakaian & Kepalsuan’(Sutradara)
2. 2008, Pentas ‘Wekwek’ (Sutradara)
3. 2009, Konser Deklamasi Puisi-puisi WS Rendra
(Sutradara)
4. 2009, Monolog ‘Nyanyian Angsa’ (Aktor)
5. 2008, Menerbitkan bulletin teater ActinG
6. 2009, Meluncurkan blog Bank Naskah Teater
7. 2010, Meluncurkan Program ‘Kamar 37’
c. Publikasi karya tulis :
1. Artikel ‘Gedung Kesenian; Harga Mati! Di Radar Banten
2. Artikel ‘Sastra Berpalang Pintu’
3. Artikel ‘Keabadian Sastra’ ; Sinar Harapan
4. Antologi Puisi ‘Teriakan Kata Bisikan Kota’
Dewan Kesenian Jakarta
Pengalaman Kerja
a. Mengajar
b. Pengabdian Masyarakat