Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Menjadikan Bulan Ramadhan Lebih Bermakna

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 50

1|Serial Bulan Ramadhan

Abu Yusuf Akhmad Jafar, Lc

Menjadikan
Bulan Ramadhan
Lebih
Bermakna

Penerbit : Dar Al-Furqon

2|Serial Bulan Ramadhan


Judul :
MENJADIKAN BULAN RAMADHAN LEBIH BERMAKNA

Penulis:
Abu Yusuf Akhmad Ja’far, Lc

Design Cover :
Abu Nahsyal

Cetakan Pertama 2021

Alamat Penerbit:

Dar Al-Furqon
CV. Dunia Literasi Lestari
NIB : 1215000122198
Jl. Kyiai Sepuh, Gg. 18 Ds. Gentong, Kecamatan Gadingrejo, Kota
Pasuruan - Jawa Timur
No. HP: 082286919195

3|Serial Bulan Ramadhan


MUQODDIMAH

‫ َو أَ ْش َه ُد‬، ‫ضى‬
َ ‫ب َربُّنَا َو يَْر‬ ُّ ‫ َك َما ُُِي‬، ‫احلَ ْم ُد هللِ ََحْ ًدا َكثِْي ًرا طَيِِّبًا ُمبَ َارًكا فِْي ِه‬
ُ‫أَ ْن ََل إِلَهَ إِاَل هللاُ َو أَ ْش َه ُد أَ ان ُُمَ ام ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُه‬
‫ َو ََل ََتُْوتُ ان إِاَل َو‬،‫َآمنُ ْوا اتا ُق ْوا هللاَ َح اق تُ َقاتِِه‬ ِِّ ‫ َييُّها‬: ‫اَل‬
‫الذيْ َن‬ َ َ َ ‫ال هللاُ تَ َع‬ َ َ‫ق‬
‫أَنْتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن‬
ٍ َ ‫اب هللاِ تَ َع‬ ِ ِ ِ
‫صلَى‬ َ ‫ي ُُمَ امد‬ ُ ‫خي َر اهلَْد ِي َه ْد‬ ْ ‫ َو‬، ‫اَل‬ ُ َ‫َص َد َق احلَديْث كت‬ ْ ‫َو إِ ان أ‬
‫ َو َشار األ ُُم ْوِر ُُْم َد ََثتُ َها فَِإ ان ُك ال ُُْم َدثٍَة بِ ْد َعةٌ َو ُك ال بِ ْد َع ٍة‬، ‫هللاُ َعلَْي ِه َو َسلا َم‬
ٌ‫ض ََللَة‬
َ
، ‫أ اما بَ ْع ُد‬
Segala puji bagi Allah atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad ‫ﷺ‬.

B
ulan Ramadhan merupakan bulan yang sangat istimewa di
antara bulan-bulan yang lainnya, betapa banyak keutamaan
yang disebutkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu
kita sebagai umat Islam harus bersungguh-sungguh dalam melaksanakan
ibadah di dalamnya agar mendapatkan keberkahan, ampunan dan
keistiqomahan setelah bulan Ramadhan selesai.

Betapa banyak kesalahfahaman di kalangan kaum muslimin pada


umumnya dalam menyambut bulan ramadhan ataupun dalam mengamalkan
suatu amalan di dalamnya, disebabkan karena kurangnya ilmu atau hanya

4|Serial Bulan Ramadhan


ikut-ikutan tradisi turun-menurun tanpa landasan syar’iat. Hal yang demikian
tidaklah menambah keimanan, melainkan hanya akan melalaikan kita dari
Ibadah inti di Bulan Ramadhan itu sendiri.

Betapa banyak diberbagai daerah yang hura-hura untuk menyambut


bulan Ramadhan, melakukan tradisi yang berbau kesyirikan dan yang
semacamnya. Allahul Musta’an

Dengan ini penulis ingin menyusun tulisan seputar ibadah di bulan


Ramadhan secara berurutan tentunya dengan berlandaskan tuntunan Al-
Qur’an dan Sunnah serta pemahaman para shalafus sholih in sya Allah, agar
Ramadhan kali ini lebih bermakna dalam merubah diri kita menjadi insan
yang bertaqwa.

Meskipun sebenarnya sudah banyak tulisan-tulisan yang beredar di


kalangan masyarakat dari para alim ulama, hanya saja penulis ingin ikut
andil dalam penyebaran risalah ini sesuai dengan kemampuan penulis.
Apabila ada kesalah ataupun hal yang lainnya, mohon kritik dan sarannya.

Sekian pengantar dari kami, semoga risalah kecil ini bisa bermanfaat
bagi penulis sendiri serta kaum muslimin pada umumnya dan menjadi
pemberat timbangan penulis di hari kiamat nanti, Aamiin.

Madinah, 12 Sya’ban 1441 H

Abu Yusuf Akhmad Ja’far

5|Serial Bulan Ramadhan


DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................................


Muqoddimah ............................................................................................................ 4

Daftar Isi ..........................................................................................................6


Selamat Datang Bulan Ramadhan ......................................................................... 7

Menyambut Bulan Ramadhan Secara Syar’i ................................................11


Amalan-amalan pada bulan Ramadhan .............................................................. 17

Lailatul Qadar ........................................................................................................ 25

I’tikaf....................................................................................................................... 31

Meraih Kemenagan ............................................................................................... 37

Daftar Pustaka ................................................................................................46


Biografi Penulis Buku ......................................……………………………..49

6|Serial Bulan Ramadhan


Selamat Datang Bulan Ramadhan
Beberapa hari kedepan kita akan kedatangan bulan yang istimewa,
bulan kebaikan dan keberkahan1, bulan kesabaran2 yaitu bulan Ramadhan.
Bulan yang diwajibkan bagi umat Islam untuk puasa dan melakukan amalan-
amalan sunnah lainnya.

Banyak sekali keutamaan di dalamnya, oleh karenanya selayaknya


bagi muslim untuk mempersiapkan target yang akan dicapai dalam bulan
Ramhadan ini.

Allah Ta’ala berfirman :

‫ب َعلَى الا ِذيْ َن ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلا ُك ْم‬ ِ ِ


َ ‫الصيَ ُام َك َما ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَْي ُك ُم‬
ِ ِ‫ا‬
َ ‫ََييُّ َها الذيْ َن َآمنُ ْوا ُكت‬
‫تَتا ُق ْو َن‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa” (QS. Al-Baqaroh : 183)3

Para Ulama Salaf terdahulu sangat berharap untuk bisa berjumpa


dengan bulan yang mulia ini. Maka dari itu, Sungguh binasa dan celakalah
orang-orang yang telah memasuki bulan Ramadhan, tetapi setelah Ramadhan
berlalu ia belum mendapatkan ampunan dari Rabb-Nya. Diriwayatkan dari
Abu Hurairah Radiyallahu’anhu ia berkata Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

ِ ِ ِ ‫ر ِغم أَنْف رج ٍل ذُكِر‬


‫ضا ُن ُثُا‬ َ ‫ف َر ُج ٍل َد َخ َل َعلَْيه َرَم‬ ُ ْ‫ص ِِّل َعلَ اي َوَرغ َم أَن‬ َ ُ‫ت عْن َدهُ فَلَ ْم ي‬
ُ ْ َُ ُ َ َ
ْ ُ‫ف َر ُج ٍل أ َْد َرَك ِعْن َدهُ أَبَ َواهُ الْ ِكبَ َر فَلَ ْم يُ ْد ِخ ََله‬
َ‫اْلَناة‬ ِ
ُ ْ‫انْ َسلَ َخ قَ ْب َل أَ ْن يُ ْغ َفَر لَهُ َوَرغ َم أَن‬
“Binasalah seorang yang namaku disebut disisinya, tetapi ia tidak
bershalawat kepadaku. Binasalah seorang yang masuk bulan Ramadhan

1
Lihat Kitab Majalis Syahri Ramadhan, hal 7-8 (Disederhanakan)
2
Lihat Kitab Lathoif Al-Maarif, hal 284
3
Ayat ini berisikan perintah Allah kepada orang-orang beriman untuk berpuasa,
Lihat Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 1, hal 497

7|Serial Bulan Ramadhan


kemudian ia lepas (dari Ramadhan) namun ia belum tarampuni. Binasalah
seorang yang menemui orang tuanya pada masa tua, namun (keberadaan)
orang tuanya tidak mampu memasukkannya ke dalam Surga.” (HR.
Tirmidzi)

Berbagai keutamaan bulan Ramadhan yang disebutkan oleh Allah


dan Rasul-Nya dalam Al-Qur’an dan Sunnah, di antaranya :

a. Bulan di turunkannya Al-Qur’an


Allah Ta’ala berfirman :

‫ضا َن الا ِذي أُنْ ِزَل فِ ِيه الْ ُق ْرآ ُن‬


َ ‫َش ْه ُر َرَم‬
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran...” ( QS. Al-Baqarah : 185 )

b. Terdapat Malam Lailatul Qodar


Allah Ta’ala berfirman :
‫ لَْي لَةُ ال َق ْد ِر َخْي ٌر ِم ْن‬،‫ىك َما لَْي لَةُ ال َق ْد ِر‬
َ ‫ َو َما أ َْد َر‬، ‫إ اَّن أَنْ َزلْنَهُ ِ ِْف لَْي لَ ِة ال َق ْد ِر‬
‫ف َش ْه ٍر‬ ِ ْ‫أَل‬
“ (1). Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada
malam kemuliaan. (2). dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan
itu? (3). malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS.
Al-Qodar : 1-3)

c. Pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu Neraka ditutup dan para


pembesar Syaithan dibelenggu.
Sebagaimana Sabda Nabi ‫ ﷺ‬:
ِ َ‫ت أَب واب جهناِم و س ْل ِسل‬ ِ ِ ِ
‫ت‬ ُ َ َ َ ُ َ ْ ْ ‫اب اْلَناة َو أُ ْغل َق‬
ُ ‫ت أَبْ َو‬
ْ ‫ضا ُن فُت َح‬
َ ‫إ َذا َد َخ َل َرَم‬
‫ي‬ ِ
ُ ْ ‫ال اشيَاط‬
“Apabila Ramadhan telah masuk, pintu-pintu surga dibuka dan
pintu-pintu jahannam ditutup serta syaithan-syaithan
dibelenggu”(Muttafaq ‘Alaihi)

8|Serial Bulan Ramadhan


d. Terdapat Penghapusan dosa
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :
‫ات‬
ٌ ‫ضا َن ُم َكفَار‬
َ ‫َل َرَم‬ ِ َ ‫ات اخلَ ْمس و اْل ْم َعةُ إَِل اْل ْم َع ِة و رم‬
ََ ‫ضا ُن إ‬ ََ َ ُ َ ُ ُ ُ ‫صلَ َو‬‫َو ال ا‬
ِ ‫لِماَ ب ي نَ ه ان إِ َذا اجتُنِب‬
‫ت ال َكبَائُِر‬ َ ْ ُ َْ
“ ...antara sholat lima waktu, hari jum’at dengan jum’at berikutnya,
antra Ramadhan yang satu dengan Rmadhan yang lainnya,
terdapat kafarah (penghapusan dosa)selama dosa-dosa besar
dijauhi” (HR. Muslim)

Keutamaan Puasa di bulan Ramadhan dan Selainnya

1. Diampuni Dosa-dosa
Sebagaimana sabda Nabi ‫ ﷺ‬:

‫ام ِم ْن َذنْبِ ِه‬ ِ ِ ‫اَّن و‬


ْ َ ً َ‫ضا َن إِْْي‬
َ ‫احت َس ًاًب غُفَر لَهُ َما تَ َقد‬ َ ‫ص َام َرَم‬
َ ‫َم ْن‬
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan
mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosa yang telah
berlalu” (Muttafaq ‘Alaihi)

2. Dijauhkan dari Api Neraka


Sebagaimana sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬:
‫ك اليَ ْوِم َو ْج َههُ َع ِن‬ ِ ِ
َ ‫ص ْوُم يَ ْوًما ِ ِْف َسبِْي ِل هللا إِاَل ًَب َع َد هللاُ بِ َذل‬
ٍ ِ
ُ َ‫َما م ْن َعْبد ي‬
ِ
‫ي َخ ِريْ ًفا‬َ ْ ‫الناا ِر َسْبع‬
“ Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan
Allah,melainkan Allah jauhkan pada hari itu wajahnya dari api
neraka sejauh tujuh kharif (jarak perjalanan)”. (HR. Muslim)

3. Sebagai Syafaat di Hari Kiamat


Sebagaimana sabda Nabi ‫ ﷺ‬:

ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ِِّ ‫الصيَ ُام أَي َر‬
ُ‫ب َمنَ ْعتُه‬ ِّ ‫الصيَ ُام َو ال ُق ْرآ ُن يَ ْش َف َعان لَْل َعْبد يَ ْوَم القيَ َامة يَ ُق ْو ُل‬
ِّ
‫اها ِر فَ َش ِِّف ْع ِ ِْن فِْي ِه‬ ِ ‫الطاعام و الش‬
َ ‫اه َوات ًِبلن‬
َ َََ
“Puasa dan Al-Qur’an memberikan Syafa’at bagi seorang hamba
pada hari kiamat, Puasa berkata : Wahai Rabb, sesungguhnya aku

9|Serial Bulan Ramadhan


telah menahannya dari makan dan syahwat di siang hari , maka
berilah syafa’at karenaku” (HR. Ahmad dan lainnya)

Semoga kita bisa berjumpa dengan bulan Ramadhan dengan


keadaan beriman dan senantiasa bertaqwa kepada Allah Ta’ala.

10 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
Menyambut Bulan Ramadhan Secara
Syar’i
Jika ada tamu, maka syariat Islam mengajarkan kepada kita untuk
memuliakannya. Sesaat lagi kita akan kedatangan tamu agung, bulan yang
sangat mulia, bulan Al-Quran. Yaitu bulan Ramadhan, yang mana
kedatangannya membawa ampunan.

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,

‫ات َما بَْي نَ ُه ان إِ َذا‬ ِ ِ ْ ‫اْلمعةُ إِ ََل‬


َ ‫ضا ُن إِ ََل َرَم‬
ٌ ‫ضا َن ُم َك ِّفَر‬ َ ‫اْلُ ُم َعة َوَرَم‬ َ ُ ُْ ‫س َو‬
ُ ‫اخلَ ْم‬
ْ ‫ات‬ ُ ‫صلَ َو‬
‫ال ا‬
‫ب الْ َكبَائَِر‬َ َ‫اجتَ ن‬
ْ
“Antara shalat yang lima waktu, antara jum’at yang satu dan jum’at
berikutnya, antara Ramadhan yang satu dan Ramadhan berikutnya, di
antara amalan-amalan tersebut akan diampuni dosa-dosa selama seseorang
menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim)

Nabi ‫ ﷺ‬juga bersabda,

‫ام ِم ْن ذَنْبِ ِه‬ ِ ِ ‫اَّن و‬


ْ َ ً َ‫ضا َن إِْي‬
َ ‫احت َس ًاًب غُفَر لَهُ َما تَ َقد‬ َ ‫ص َام َرَم‬
َ ‫َم ْن‬
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan
mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,

‫ام ِم ْن َذنْبِه‬ ِ ِ ‫اَّن و‬


ْ َ ً َ‫ضا َن إِْي‬
َ ‫احت َس ًاًب غُفَر لَهُ َما تَ َقد‬ َ ‫َم ْن قَ َام َرَم‬
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena
iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan
diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)

11 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
Kita ini setiap tahun menjumpai bulan Ramadhan (semasa kita
hidup), jangan sampai Ramadhan itu menjadi hampa karena setiap tahun kita
berjumpa dengannya.

Ada sebuah kaidah yang masyhur :

‫ت ا ِل ْح َساس‬ ِ ِ ‫َكثْ رةُ الِس‬


ُ ‫اس َُتْي‬ َ َ
“Sering dan banyaknya interaksi, itu bisa mematikan sensitivitas”

Tapi kalau kaidah ini kita terapkan di setiap ibadah kita, dan kita
terapkan juga di Bulan Ramadhan, berbahaya sekali. Ini fatal sekali,
sehingga Bulan Ramadhan itu bisa jadi bumerang buat kita.

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,

ِ ٍ ِ
‫ضا ُن فَلَ ْم يُ ْغ َف ْر لَه‬ ُ ْ‫َرغ َم أَن‬
َ ‫ف َعْبد – أ َْو بَعُ َد – َد َخ َل َعلَْيه َرَم‬
“Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan
kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum
diampuni.” (HR. Ahmad)

Imam Qatadah rahimahullah mengatakan,

ِ ِ
َ ‫َم ْن ََلْ يُ ْغ َف ْر لَهُ ِِف َرَم‬
ُ‫ضا َن فَلَ ْن يُ ْغ َفَر لَهُ فْي َما س َواه‬
“Siapa saja yang tidak diampuni di bulan Ramadhan, maka sungguh
di hari lain (di luar Ramadhan), ia pun akan sulit diampuni.”4

Ketika Bulan Ramadhan itu akses maksiat banyak ditutup, tapi kita
masih melakukan maksiat. Sungguh sangat merugi dan celaka kita ini.

4
Lihat Kitab Lathaif Al-Ma’arif, hal 378

12 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

ِ ِ ِ ‫اْلن ِاة وغُلِِّ َقت أَب واب الناا ِر و‬ ِ


‫ي‬
ُ ‫ص ِّف َدت الشايَاط‬
َُ ُ َ ْ ْ َ َْ ‫اب‬ ُ ‫ت أَبْ َو‬ َ ‫إِذَا َجاءَ َرَم‬
ْ ‫ضا ُن فُتِّ َح‬
“Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup,
dan setan dibelenggu.” (HR. Bukhari dan Muslim ).

Maka rugi besar, jika kita tidak benar benar memanfaatkan waktu
sebaik mungkin untuk melakukan ketaatan.

Berikut ini kiat - kiat dalam menyambut Ramadhan secara ringkas :

1. Belajar ilmu tentang Ramadhan dan yang berkaitan


dengannya (Kalau bisa sebelum bulan Ramadhan sudah khatam Fiqh
Puasa dan Zakat)

Imam Bukhari membuat sebuah bab :

‫الع َمل‬ ِ ِ
َ ‫الع ْل ُم قَ ْب َل ال َق ْول َو‬
“Berilmu dahulu sebelum berbicara dan beramal”

Allah Ta’ala berfirman:

ْ ‫ش َما ظَ َهَر ِمْن َها َوَما بَطَ َن َواْ ِل ُْثَ َوالْبَ ْغ َى بِغَ ِْْي‬
‫احلَِِّق َوأَن‬ ِ
َ ‫ّب الْ َف َواح‬ ‫ِا‬
َِِّ‫قُ ْل إَّنَا َحارَم َر‬
‫اَّن َوأَ ْن تَ ُقولُوا َعلَى هللاِ َما َلَ تَ ْعلَ ُمو َن‬
ً َ‫تُ ْش ِرُكوا ًِبهللِ َما ََلْ يُنَ ِِّزْل بِِه ُس ْلط‬
Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji,
baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa,
melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan)
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah
untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja

13 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu)” (QS. Al-
A’raf: 33)

Allah Ta’ala berfirman:

َ ِ‫صَر َوالْ ُف َؤ َاد ُك ُّل أ ُْوَلَئ‬


ُ‫ك َكا َن َعْنه‬
ِ ِ َ َ‫وَلَ تَ ْقف ما لَيس ل‬
َ َ‫ك بِه ع ْل ٌم إِ ان ال اس ْم َع َوالْب‬ َ ْ َ ُ َ
ً‫َم ْسئُوَل‬
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.” (QS. Al-Isra’ : 36)

2. Pemanasan

Kalau bermain sepak bola atau olahraga yang lain saja butuh
pemanasan, maka ibadah juga butuh pemanasan.

Allah Ta'ala berfirman :

ِ ‫فَاستَبِ ُقوا اخلي ر‬


‫ات‬َ َْ ْ ْ
“Berlomba lombalah kalian untuk melakukan kebaikan” (QS. Al-Baqoroh :)

Makanya Ramadhan itu ibaratkan olimpiade orang-orang yang


bertaqwa. Sebelum memasukinya mulailah dengan pemanasan. Yaitu dengan
melakukan puasa-puasa sunnah di Bulan Sya'ban.

Aisyah Radhiyallahu ‘anha juga mengatakan,

ِ
ُ‫وم َش ْعبَا َن ُكلاه‬
ُ‫ص‬ ُ َ‫ فَِإناهُ َكا َن ي‬، ‫وم َش ْهًرا أَ ْكثَ َر م ْن َش ْعبَا َن‬
ُ‫ص‬ ُّ ِ‫ََلْ يَ ُك ِن الن‬
ُ َ‫اِب ﷺ ي‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan
yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya” (HR. Bukhari dan Muslim)

14 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
3. Taubat dan memperbanyak istighfar kepada Allah

Apakah kita tahu sesuatu yang membuat kita lemas/malas bahkan


merasa berat untuk beribadah? Tidak lain, itu karena dosa-dosa kita.

Para ulama mengatakan bahwa

ِ ‫أَ ان الع‬
‫ أُ ْخ ِت أُ ْخ ِت‬:‫صياةَ تقول‬ ْ
“Kemaksiatan itu akan memanggil saudaranya, kesinilah, ada
keburukan di orang ini”

Begitu juga sebaliknya

‫ أُ ْخ ِت أُ ْخ ِت‬:‫َو احلَ َسنَة تقول‬


“Kebaikan itu akan memanggil saudaranya, kesinilah, ada kebaikan
di orang ini”5

Maka dari itu bertaubatlah dan perbanyak istighfar kepada Allah.

4. Doa dan Tawakal

Jangan menyambut bulan Ramadhan dengan merasa diri hebat,


jangan sekali-kali mengandalkan kekuatan diri sendiri. Gantungkanlah
semuanya urusan kita kepada Allah, karena sejatinya kita ini lemah. Hanya
Allah lah satu-satunya penolong.

Allah Ta'ala berfirman :

ِ‫ إِ ان هللاَ ًَبلِ ُغ أَْم ِره‬،ُ‫وَم ْن يَتَ واكل َعلَى هللاِ فَ ُهو َحسبُه‬
ْ َ ْ َ َ
“Barangsiapa bertawakkal kepada Allah maka Allah akan cukupkan
dia, dan akan di permudah urusannya'' (QS. At-Talaq : 3)

Ibadah itu bukan permainan otak dan otot. Ibadah itu adalah Taufik
dari Allah. Betapa banyak orang-orang yang memiliki otot kuat tulang

5
https://binbaz.org.sa/fatwas/27034/

15 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
kawat, tapi tidak mampu untuk puasa, dan betapa banyak profesor yang
cerdas, sehingga berbagai penemuan dan penelitian sudah dilakukannya,
namun mereka juga tidak puasa.

Allah Ta'ala berfirman :

ِ
ُ ْ ‫إِ اّي َك نَ ْعبُ ُد َو إِ اّي َك نَ ْستَع‬
‫ي‬
“Hanya kepada Allah kami menyembah, dan hanya kepadaNya kami
meminta pertolongan” (QS. Al-Fatihah : 5)

Disebutkan oleh Imam At-Thabary dalam tafsirnya :

“Ibadah tidaklah bisa dilakukan kecuali dengan pertolongan Allah


Ta’ala.”6

Banyak berdoa agar dipertemukan dengan Ramadhan, dan berdoa


pula agar dimudahkan untuk beribadah di bulan penuh mulia itu.

5. Buat target

Cita-cita mulia harus direncanakan, dan dibuat targetnya. Karena


sesuatu kalau tidak dibuat target akan diremehkan, cenderung ditunda-tunda.
Kalau perlu ada catatan khusus untuk menuliskan target-target itu.

Karena bulan Ramadhan merupakan bulan dilipatgandakan pahala,


maka buat target amal sholih semaksimal mungkin. Misalkan seperti ini,

Khatam Al-Qur'an 2 kali selama Bulan Ramadhan


Sedekah uang Setiap hari 50 rb atau 100 rb
Menyediakan makanan buka puasa 10 porsi

Intinya buat target-target kebaikan, agar kita keluar dari bulan


Ramadhan mendapatkan ampunan Sang Rahman.

Semoga Allah merahmati kita semua dan melembutkan hati kita


untuk selalu bersimpuh di Hadapan Nya

6
Lihat Tafsir Ath-Thobary, Jilid 1 hal. 161

16 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
Amalan-amalan pada Bulan Ramadhan
Sebagaimana sudah kita ketahui bersama bahwa bulan Ramadhan
merupakan bulan panen pahala, sehingga dianjurkan bagi kita untuk beramal
di dalamnya dengan maksimal, terlebih amal-amalan wajib dan sunnah,
berikut ini di antara amalan-amalan di Bulan Ramadhan :

1. Ru’yatul Hilal (Melihat Bulan)

Sebagaimana hadist Nabi ‫ ﷺ‬tentang hal ini, dari Abu Hurairah ia


berkata, bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda :

ِ ِ ِ
َ ْ ‫ب َعلَْي ُك ْم فَأَ ْكملُ ْوا ع اد َة َش ْعبَا َن ثَََلث‬ ِ ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ ُ
‫ي‬ َِّ ُ‫ص ْوُم ْو ل ُرْؤيَته َو أَفْط ُرْوا ل ُرْؤيَته فَإ ْن غ‬
“Berpuasalah dengan melihat hilal dan berbukalah dengan melihat
hilal, jika kalian terhalangi (dari melihat bulan), maka sempurnakan
bilangan Sya’ban (menjadi) 30 (hari)”(Muttafaq Alaihi)

Dan Alhamdulillah cara ini diterapkan oleh pemimpin di negeri kita


Indonesia dan kewajiban kita adalah taat dan patuh dalam masalah mentukan
awal dan akhir Ramadhan. Karena mentaati pemimpin dalam masalah
kebaikan adalah wajib hukumnya. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala :

‫ُوِل ْاأل َْم ِر ِمْن ُك ْم ۖ فَِإ ْن تَنَ َاز ْعتُ ْم ِِف‬


ِ ‫ول َوأ‬ َ ‫َطيعُوا الار ُس‬ ِ ‫اَّلل وأ‬ ِ ِ‫ا‬
َ َ‫ين َآمنُوا أَطيعُوا ا‬
َ ‫َّي أَيُّ َها الذ‬
ِ ِ ِ ِ ‫اَّللِ والارس‬ ٍ
‫َح َس ُن‬
ْ ‫ك َخْي ٌر َوأ‬ َ ‫ول إِ ْن ُكْن تُ ْم تُ ْؤِمنُو َن ًِب اَّلل َوالْيَ ْوم ْاْل ِخ ِر ۚ ََٰذل‬ ِ
ُ َ ‫َش ْيء فَ ُرُّدوهُ إ ََل ا‬
‫ََتْ ِو ًيَل‬
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.(QS. An-Nisaa’ : 59)

17 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
Dan kita berharap tidak ada perselisahan dalam masalah ini agar
terkesan bahwa umat Islam adalah umat yang bersatu.

2. Shalat Malam (Shalat Tarawih) secara berjama’ah

Tarawih )‫ (الرتاويح‬adalah bentuk jama dari (‫ )الرتوُية‬artinya “istirahat”,

dinamakan demikian karena mereka beristirahat pada setiap 2 salam.7

Penekanan anjuran shalat malam pada malam-malam bulan


Ramadhan adalah berdasarkan hadist ‘Aisyah, ia berkata :

“Sesungguhnya Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar pada waktu tengah malam, lalu


beliau shalat di masjid, dan shalatlah beberapa orang bersama beliau. Di pagi
hari orang-orang memperbincangkannya. Ketika Nabi ‫ ﷺ‬mengerjakan shalat
(di malam kedua), banyaklah orang yang shalat di belakang beliau. Di pagi
hari beriktnya, orang-orang kembali memperbincangkannya. Di malam
ketiga, jumlah jama’ah yang di dalam masjd bertambah banyak, lalu
Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar dan melaksanakan shalatnya. Pada malam keempat,
masjid tidak mampu lagi menampung jama’ah. Sehingga Rasulullah ‫ ﷺ‬hanya
keluar untuk melaksanakan shalat subuh. Tatkala selesai shalat subuh, beliau
menghadap kepada jama’ah kaum muslimin, kemudian membaca syahadat
dan bersabda,

ِ ِ ِ
ُ ‫صنَ ْعتُ ْم فَلَ ْم ْيَْنَ ْع ِ ِْن م َن اخلُُرْو ِج إِلَْي ُك ْم إِاَل أَِِّن َخشْي‬
َ ‫ت أَ ْن تُ ْف ِر‬
‫ض‬ َ ‫ت الاذ ْي‬
ُ ْ‫قَ ْد َرأَي‬
‫َعلَْي ُك ْم‬
“Sesungguhnya aku melihat apa yang kalian lakukan pada malam tadi,
tidaklah ada yang menghalangiku untuk keluar, kecuali aku merasa khawatir
ibadah ini (sholat malam berjamaah di bulan Ramadhan) diwajibkan kepada
kalaian” Rasulullah‫ ﷺ‬wafat dan kondisinya tetap seperti ini. (HR. Bukhari
dan Muslim)

7
Lihat Kamus Lisanul ‘Arab Jilid 2, hal 462

18 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
Di dalam hadist Abu Dzar , Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ب هللاُ لَهُ قِيَ َام لَْي لَ ٍة‬ ِ


َ ‫إِناهُ َم ْن قَ َام َم َع ا ِل َمام َح اَّت يَْن‬
ُ ‫ص ِر‬
َ َ‫ف َكت‬
“Bahwasannya barangsiapa yang ikut shalat (tarawih) bersama Imam
sampai selesai maka dicatat baginya seperti shalat semalam suntuk
(penuh)”(HR. Abu Dawud)

3. Makan Sahur & Mengakhirkannya

Diriwayatkan dari Anas bin Malik. Bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

ً‫تَ َس اح ُرْوا فَِإ ان ِ ِْف ال اس ُح ْوِر بََرَكة‬


“Makan sahurlah kalian, karena dalam sahur itu ada keberkahan”(Muttafaq
Alaihi)

Adapun dalil tentang mengakhirkan sahur di antaranya adalah hadist


yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, dari Zaid bin Tsabit, ia berkata :

‫ي ْاألَذَ ِان َو ال اس ُح ْوِر ؟ قَ َال‬ ِ ‫اب ﷺ ُثُا قَام إِ ََل ال ا‬ ِ


َ ْ َ‫ت َك ْم َكا َن ب‬
ُ ‫ص ََلة قُ ْل‬ َ ِِّ ‫تَ َس اح ْرََّن َم َع الن‬
ً‫ي آيَة‬ ِ
َ ْ ‫قَ ْد َر َخَْس‬
“Kami sahur bersama Nabi ‫ﷺ‬, kemudian beliau bangkit untuk
mengerjakan shalat.” Anas bertanya, “Berapa jarak antara adzan dan
sahur?” Zaid menjawab, “Kira-kira bacaan lima puluh ayat”.(HR. Bukhari)

Bagaimana apabila seseorang ketika sahur, kemudian mendengar


adzan subuh sedangkan makanan dan minuman masih berada ditangannya,
maka ia tidak boleh meneruskan makannya karena hal itu dapat
membatalkan puasa sebagaimana yang di jelaskan para ulama dari kalangan
madzhab syafi’i. Adapun hadist Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda :

ِ ‫ضي ح‬ ِ ِِ ِ ِ ِ
ُ‫اجتَهُ مْنه‬ َ َ‫َح ُد ُك ْم النِّ َداءَ و ا ِل ََّنءَ َعلَى يَده فَ ََل ي‬
َ َ َ ‫ض ْعهُ َح اَّت يَ ْق‬ َ ‫إ َذا ََس َع أ‬
19 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
“Apabila salah seorang diantara kalian mendengar adzan sementara tempat
makan(nya) masih berada ditangannya, maka janganlah ia meletakkannya
hingga ia menyelesaikan hajat makan(nya)”(HR. Abu Dawud)

Imam Al-Baihaqy mengatakan bahwa ini dimaknai adzan sebelum fajar. 8


Oleh karenanya harus lebih hati-hati dalam memulai sahur dan
mengakhirnya, sehingga ibadah puasa kita sempurna.

4. Puasa

Puasa adalah menahan diri dari pembatal-pembatal puasa mulai dari


terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat berpuasa sebagai ibadah
kepada Allah Ta’ala.

Sebagian salaf mengatakan : Puasa menahan lapar dan dahaga adalah


ringan.

Jabir berkata : “Jika kalian berpuasa, maka tahanlah penglihatanmu,


pendengaranmu, lisanmu dari berbohong dan hal-hal haram, dan tinggalkan
untuk mengganggu tetanggamu. Jadikanlah momen puasa itu untuk melatih
diri agar memiliki jiwa yang tenang, jangan sampai hari-hari puasa sama
dengan ketika tidak berpuasa”9

a. Keutamaan Puasa
 Puasa merupakan ibadah agung yang hanya Allah Ta’ala yang
mengetahui seberapa besar pahalanya dan memiliki 2 kebahagiaan. Hal ini
berdasarkan hadist dari Abu Hurairah ia berkata, bahwa Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda :
ٍ ‫ احلسنَةُ َع ْشر أ َْمثَ ِاهلَا إِ ََل سْب ع ِمائَِة ِض ْع‬،‫ف‬ ِ
‫ قَ َال هللاُ َعاز‬،‫ف‬ ََ ُ َ َ ُ ‫اع‬ َ‫ض‬ َ ‫ُك ُّل َع َم ِل ابْ ِن‬
َ ُ‫آد َم ي‬
‫ لِل ا‬،‫َجلِ ْي‬
‫صائِِم‬ ِ ِ ‫صوم فَِإناه ِِل و أَ ََّن أ‬
ْ ‫َج ِزبِه يَ َدعُ َش ْهوتَهُ َو طَ َع َامهُ م ْن أ‬ ْ ِ
َ ْ ُ َ ْ ‫ إاَل ال ا‬: ‫َو َج ال‬
‫ب ِعْن َد هللاِ ِم ْن‬ ِ ِ ُ ‫ان فَرحةٌ ِعْن َد فِطْ ِرهِ و فَرحةٌ ِعْن َد لَِق ِاء ربِِه و َخللُو‬ ِ
ُ َ‫ف فيه أَطْي‬ ْ ُ َ َِّ َْ َ ْ َ‫فَ ْر َحت‬
.‫ك‬ ِ ‫ِري ِح الِس‬
ْ ْ
8
Lihat Kitab Fiqh Shiyam, hal 54
9
Kitab Lathoiful Maarif, hal 292

20 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
“Setiap amal Bani Adam dilipatgandakan, satu kebaikan dengan
sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah ‫ ﷻ‬berfirman, “ Kecuali
puasa, ia untuk-Ku dan Aku yang membalasnya. Dia meninggalkan syahwat
dan makannya demi Aku. “ Orang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan.
Kebahagiaan pada waktu berbuka dan kebahagiaan pada waktu bertemu
Rabbnya. Sungguh aroma mulut orang yang berpuasa adalah lebih harum di
sisi Allah daripada minyak kasturi”(Muttafaq Alaihi)

 Allah Menyediakan pintu khusus ketika di Surga bagi orang-orang


yang berpuasa.

Sebagaimana hadist Sahl bin Sa’ad , dari Nabi ‫ ﷺ‬bersabda :

‫صائِ ُم ْو َن‬
‫ب يُ َس امى الاراّي َن ََل يَ ْد ُخلُهُ إِاَل ال ا‬ ِ ٍ ‫اْلن ِاة ََثَانِيةُ أَب و‬ ِ
ٌ ‫اب فْي َها ًَب‬َ ْ َ َْ ‫ِْف‬
“Di Surga ada delapan pintu, Di antaranya ada pintu yang bernama
Rayyan, yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa”(Muttafaq
Alaihi)

 Diampuni dosa yang telah lalu.

Sebagaimana hadist yang sangat masyhur dari Nabi ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ام ِم ْن َذنْبِ ِه‬ ِ ِ ‫اَّن و‬


ْ ً َ‫ضا َن إِْْي‬
َ ‫احت َس ًاًبُ فَر لَهُ َما تَ َقد‬ َ ‫ص َام َرَم‬
َ ‫َم ْن‬
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan
mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosa yang telah berlalu”
(Muttafaq Alaihi)

5. Membaca Al-Qur’an

Dalam shahihain, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

َ ‫َج َوُد َما يَ ُكو ُن ِِف َرَم‬


، ‫ضا َن‬ ْ ‫ َوأ‬، ‫ااس‬ِ ‫َج َوَد الن‬ْ ‫اِب – صلى هللا عليه وسلم – أ‬ ُّ ِ‫َكا َن الن‬
ٍِ ِ
َ ‫يل – َعلَْيه ال اسَلَ ُم – يَْل َقاهُ ِِف ُك ِِّل لَْي لَة م ْن َرَم‬
، ‫ضا َن‬ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ‫ َوَكا َن ج ْْب‬، ‫يل‬
ُ ‫ي يَ ْل َقاهُ ج ْْب‬
َ‫ح‬

21 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
ِ ‫َج َوُد ًِب ْخلَِْْي ِم َن الِِّر‬
‫يح‬ ِ‫ول ا‬ ُ ‫فَيُ َدا ِر ُسهُ الْ ُق ْرآ َن فَلََر ُس‬
ْ ‫اَّلل – صلى هللا عليه وسلم – أ‬
‫الْ ُم ْر َسلَ ِة‬
“Nabi ‫ ﷺ‬adalah orang yang paling gemar memberi. Semangat beliau
dalam memberi lebih membara lagi ketika bulan Ramadhan tatkala itu Jibril
menemui beliau. Jibril menemui beliau setiap malamnya di bulan Ramadhan.
Jibril mengajarkan Al Qur’an kala itu. Dan Rasul ‫ ﷺ‬adalah yang paling
semangat dalam melakukan kebaikan bagai angin yang bertiup.” (HR.
Bukhari dan Muslim).

Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata, “Hadits di atas


menunjukkan bahwa dianjurkan bagi kaum muslimin untuk banyak mengkaji
Al Qur’an pada bulan Ramadhan dan berkumpul untuk mempelajarinya.
Hafalan Al Qur’an pun bisa disetorkan pada orang yang lebih hafal darinya.
Dalil tersebut juga menunjukkan dianjurkan banyak melakukan tilawah Al
Qur’an di bulan Ramadhan.”

Juga disebutkan dalam hadits bahwa ‫ ﷺ‬bisa menyetorkan Al Qur’an


pada Jibril di setiap tahunnya sekali dan di tahun diwafatkan, beliau
menyetorkannya sebanyak dua kali. Dan yang paling bagus Al Qur’an
disetorkan di malam hari karena ketika itu telah lepas dari kesibukan. Begitu
pula hati dan lisan semangat untuk merenungkannya. Sebagaimana
Allah Ta’ala berfirman,

‫َش ُّد َوطْئًا َوأَقْ َوُم قِ ًيَل‬ ِ


َ ‫إِ ان ََّن ِشئَةَ اللاْي ِل ه َي أ‬
“Sesungguhnya di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan
bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (QS. Al Muzammil: 6).

Beberapa dalil lainnya juga menunjukkan bahwa bulan Ramadhan


adalah bulan khusus untuk Al Qur’an karena Al Qur’an turun ketika itu.
Allah Ta’ala berfirman,

‫ضا َن الا ِذي أُنْ ِزَل فِ ِيه الْ ُق ْرآَ ُن‬


َ ‫َش ْه ُر َرَم‬

22 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran” (QS. Al Baqarah: 185).

Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Al Qur’an itu turun sekaligus dari Lauhul
Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah pada malam Lailatul Qadar.

Yang membenarkan perkataan Ibnu ‘Abbas dalah firman


Allah Ta’ala di ayat lainnya,

‫إِ اَّن أَنْ َزلْنَاهُ ِِف لَْي لَ ِة الْ َق ْد ِر‬


“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam
kemuliaan” (QS. Al Qadar: 1).

‫إِ اَّن أَنْ َزلْنَاهُ ِِف لَْي لَ ٍة ُمبَ َارَك ٍة‬


“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi.”
(QS. Ad Dukhon: 3).

Di antara alasan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan Al


Qur’an yaitu dibuktikan dengan bacaan ayat Al Qur’an yang begitu banyak
dibaca di shalat malam bulan Ramadhan dibanding bulan lainnya. Nabi ‫ﷺ‬
pernah shalat bersama Hudzaifah di malam Ramadhan, lalu beliau membaca
surat Al Baqarah, surat An Nisa’ dan surat Ali ‘Imron. Jika ada ayat yang
berisi ancaman neraka, maka beliau berhenti dan meminta perlindungan pada
Allah dari neraka.

Begitu pula ‘Umar bin Khottob pernah memerintahkan kepada Ubay


bin Ka’ab dan Tamim Ad Daari untuk mengimami shalat tarawih. Dahulu
imam shalat tersebut membaca 200 ayat dalam satu raka’at. Sampai-sampai
ada jama’ah yang berpegang pada tongkat karena saking lama berdirinya.
Dan shalat pun selesai dikerjakan menjelang fajar. Di masa tabi’in yang
terjadi, surat Al Baqarah dibaca tuntas dalam 8 raka’at. Jika dibaca dalam 12
raka’at, maka berarti shalatnya tersebut semakin diperingan.10

10
Lihat Kitab Lathoiful Ma’arif, hal. 315-316

23 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
Semoga kita selalu dekat dengan Al-Qur’an hingga wafat dan
memperbanyak amalan sebaik-baiknya.

24 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
MALAM LAILATUL QODAR
Lailatul Qodar secara bahasa tersusun dari dua kata, yaitu Lailah11
dan Qodar12 artinya adalah malam kemuliaan.

Sedangkan secara istilah adalah malam yang penuh keberkahan di 10


hari terakhir bulan Ramadhan, Allah telah menurunkan Al-Qur’an Al-Adzim
pada saat itu, penentuan taqdir dalam setahun, beramal di malam lailatul
qodar lebih baik dari seribu bulan.13

Umat Islam yang mengikuti sunnah Rasulnya tidak memasang tanda-


tanda tertentu dan tidak pula menancapkan anak-anak panah untuk
memperingati malam ini, akan tetapi mereka berloma-lomba untuk bangun di
malam harinya dengan penuh iman dan mengharap pahala dari Allah.

Berikut ini adalah firman Allah Ta’ala dan hadits-hadits Nabi ‫ ﷺ‬yang
shahih menjelaskan tentang malam tersebut.

1. Malam Lailatul Qadar lebih baik dari Seribu Bulan

Allah Ta’ala berfirman.

‫ف‬ِ ْ‫إِ اَّن أَنزلْنَاه ِِف لَْي لَ ِة الْ َق ْد ِر ۝ وما أَ ْدر َاك ما لَْي لَةُ الْ َق ْد ِر۝ لَْي لَةُ الْ َق ْد ِر َخْي ر ِمن أَل‬
ْ ِّ ٌ َ َ ََ ُ َ
‫وح فِ َيها ِبِِ ْذ ِن َرِِِّبِم ِِّمن ُك ِِّل أ َْم ٍر۝ َس ََل ٌم ِه َي َح اَّت‬ ُّ ‫َش ْه ٍر۝ تَنَ ازُل الْ َم ََلئِ َكةُ َو‬
ُ ‫الر‬
‫َمطْلَ ِع الْ َف ْج ِر ۝‬
“Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul Qadar,
tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu ? Malam Lailatul Qadar
itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turunlah melaikat-malaikat
dan Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa) segala
usrusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar” ) QS.Al-Qadar : 1-5(

11
Diawali dengan tenggelamnya matahari hingga subuh
12
Artinya : Kemuliaan
13
Lihat Kitab Ash-Shiyam fi Al-Islam, hal 420-421

25 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
Dan pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.

‫ين ۝ فِ َيها يُ ْفَر ُق ُك ُّل أ َْم ٍر َح ِكي ٍم ۝ أ َْمًرا‬ ِِ ِ ٍ ٍ ِ ِ


َ ‫إ اَّن أَنْ َزلْنَاهُ ِف لَْي لَة ُمبَ َارَكة ۚ إ اَّن ُكناا ُمْنذر‬
‫يع الْ َعلِ ُيم ۝‬ ِ ِ َ ِِّ‫ي ۝ ر َْحَةً ِمن رب‬
ُ ‫ك ۚ إناهُ ُه َو ال اسم‬ َْ َ
ِِ ِِ ِ
َ ‫م ْن عْند ََّن ۚ إِ اَّن ُكناا ُم ْرسل‬
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi
dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu
dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari
sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui” (QS. Ad-Dukhan : 3-6)

2. Waktunya Diriwayatkan dari Nabi ‫ ﷺ‬bahwa malam tersebut


terjadi di malam ganjil bulan Ramadhan (21,23,25,27,29) dan akhir
malam bulan Ramadhan.14

Pendapat yang terpilih, bahwa terjadinya malam Lailatul Qadar itu


pada malam-malam akhir bulan Ramadhan berdasarkan hadits Aisyah
Radhiyallahu ‘anha, dia berkata bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬beri’tikaf di sepuluh
hari terkahir bulan Ramadhan.

Beliau ‫ ﷺ‬bersabda :

ِ ِ
َ ‫حترْوا لَْي لَةَ الْ َق ْد ِر ِ ِْف الْ َع ْش ِر األ ََواخ ِر م ْن َرَم‬
‫ضا َن‬
“Carilah malam Lailatul Qadar di pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat yang lain, beliau bersabda :

ِ ِ ِ
َ ‫حترْوا لَْي لَةَ الْ َق ْد ِر ِ ِْف ال ِوتْ ِر م َن الْ َع ْش ِر األ ََواخ ِر م ْن َرَم‬
‫ضا َن‬
“Carilah malam Lailatul Qadar di pada malam ganjıl 10 hari terakhir bulan
Ramadhan” (HR. Bukhari)

14
Allah merahasiakannya, oleh karenanya banyak sekali perbedaan pendapat
dikalangan para ulama, untuk mengetahui perbedaan ini, silahkan membaca kitab Syarh
Shadr Bidzikri Lailatul Qadar karya Imam Al-Iraqi.

26 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
Jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu, janganlah sampai
terluput dari tujuh hari terakhir, karena riwayat dari Ibnu Umar Radhiyallahu
anhu, (dia berkata), Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

ِ
‫َب َعلَى ال اسْب ِع‬
‫َح ُد ُك ْم أ َْو َع َجَز فََلَ يُ ْغلَ َ ا‬
َ‫فأ‬ َ ‫الْتَ ِم ُس ْو َما ِ ِْف الْ َع ْش ِر األ ََواخ ِر فَِإ ْن‬
َ ُ‫ضع‬
‫الْبَ َواقِي‬
“Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai
terluput tujuh hari sisanya” (HR. Bukhari dan Muslim)

Telah diketahui dalam sunnah, pemberitahuan ini ada disebabkan


perdebatan para di antara sahabat. Dari Ubadah bin Shamit Radhiyallahu
‘anhu, ia berkata : Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar pada malam Lailatul Qadar, ada dua
orang sahabat berdebat, beliau bersabda :

ِ ِ ِ ‫خرج‬
ْ ‫ فَ ُرف َع‬،‫ فَتَ ََل َحى فََُل ٌن َو فََُل ٌن‬،‫ت ألُ ْخِ َْبُك ْم بِلَْي لَة ال َق ْد ِر‬
‫ت َو َع َسى أَ ْن يَ ُك ْو َن‬ ُ ْ ََ
‫ َو اخلَ ِام َس ِة‬،‫ َو ال اسابِ َع ِة‬،‫اس َع ِة‬
ِ ‫ فَالْتَ ِمسوها ِِف التا‬،‫خي را لَ ُكم‬
ْ َُْ ْ ًَْ
“Aku keluar untuk mengkhabarkan kepada kalian tentang malam
Lailatul Qadar, tapi ada dua orang berdebat hingga tidak bisa lagi
diketahui kapannya; mungkin ini lebih baik bagi kalian, carilah di malam
29. 27. 25” (HR. Bukhari)

Telah banyak hadits yang mengisyaratkan bahwa malam Lailatul


Qadar itu pada sepuluh hari terakhir, yang lainnya menegaskan, di malam
ganjil sepuluh hari terakhir.

Hadits yang pertama sifatnya umum sedang hadits kedua adalah


khusus, maka riwayat yang khusus lebih diutamakan daripada yang umum,
dan telah banyak hadits yang lebih menerangkan bahwa malam Lailatul
Qadar itu ada pada tujuh hari terakhir bulan Ramadhan, tetapi ini dibatasi
kalau tidak mampu dan lemah. Dengan ini cocoklah hadits-hadits tersebut
tidak saling bertentangan, bahkan bersatu tidak terpisah.

27 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
Kesimpulannya, Jika seorang muslim mencari malam lailatul Qadar
carilah pada malam ganjil sepuluh hari terakhir : 21, 23,25,27 dan 29. Kalau
lemah dan tidak mampu mencari pada sepuluh hari terakhir, maka carilah
pada malam ganjil tujuh hari terakhir yaitu 25,27 dan 29.

3. Bagaimana Mencari Malam Lailatul Qadar ?

Sesungguhnya malam yang diberkahi ini, barangsiapa yang


diharamkan untuk mendapatkannya, maka sungguh telah diharamkan seluruh
kebaikan baginya. Dan tidaklah diharamkan kebaikan itu, melainkan bagi
orang yang diharamkan untuk mendapatkannya.

Oleh karena itu dianjurkan bagi muslimin agar bersemangat dalam


berbuat ketaatan kepada Allah untuk menghidupkan malam Lailatul Qadar
dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala-Nya yang besar, jika
telah berbuat demikian maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang
telah lalu.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda.

‫ام ِم ْن ذَنْبِ ِه‬ ِ ِ ‫اَّن و‬


ْ َ ً َ‫َم ْن قَ َام لَْي لَةَ الْ َق ْد ِر إَْْي‬
َ ‫احت َس ًاًب غُفَر لَهُ َما تَ َقد‬
“Barangsiapa berdiri (shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan penuh
keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya
yang telah lalu” (HR. Bukhari dan Muslim)

Disunnahkan untuk memperbanyak do’a pada malam tersebut. Telah


diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, (dia) berkata : “Aku bertanya,
“Ya Rasulullah ! Apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar
(terjadi), apa yang harus aku ucapkan ?” Beliau menjawab, Ucapkanlah :

‫ف َع ِِِّن‬
ُ ‫اع‬ ُّ ‫اك َع ُف ٌّو ُِحت‬
ْ َ‫ب الْ َع ْف َو ف‬ َ ‫اللا ُه ام إِن‬
“Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta
ampunan, maka ampunilah aku” (HR. Tirmidzi)

Wahai saudaraku, engkau telah mengetahui bagaimana keadaan


malam Lailatul Qadar dan keutamaannya, maka bangunlah untuk

28 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
menegakkan shalat pada sepuluh malam terakhir, menghidupkannya dengan
ibadah dan menjauhi wanita, perintahkan kepada isterimu dan keluargamu
untuk itu, perbanyaklah perbuatan ketaatan.

Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha.

ِ ِ ‫َكا َن النِاب صلاى ا‬


‫ظ‬ ْ ‫اَّلل َعلَْيه َو َسلا َم إِذَا َد َخ َل الْ َع ْش ُر َش اد مْئ َزَرهُ َو أ‬
َ ‫ َو اَيْ َق‬،ُ‫َح َي لَْي لَه‬ َ ‫ا‬
ُ‫أ َْهلَه‬
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila masuk pada
sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencanngkan kainnya ,
menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya” (HR. Bukhari
dan Muslim)

Juga dari Aisyah, (dia berkata) :

‫اَّلل َعلَْي ِه َو َسلا َم ََْيتَ ِه ُد ِِف الْ َع ْش ِر َما َلَ ََْيتَ ِه ُد ِِف َغ ِْْيَها‬
‫صلاى ا‬
َ ‫اَّلل‬
‫َكا َن َر ُس ْو ُل ا‬
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersungguh-sungguh
(beribadah apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir) yang tidak
pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya” (HR. Muslim)

4. Tanda-Tanda Lailatul Qodar

Sesungguhnya Rasulullah ‫ ﷺ‬menggambarkan suasana pagi setelah


malam Lailatul Qadar, agar seorang muslim mengetahuinya.

Dari ‘Ubay Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda.

ٌ ‫ َكأَنا َها طَ ْش‬،‫مس َلَ شعاع َهلَا‬


‫ت َح اَّت تَ ْرتَ َف ُع‬ َ ‫صبِْي َحةُ لَْي لَ ِة الْ َق ْد ِر تَطْلُ ُع‬
ُ ‫الش‬ َ
“Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tidak menyilaukan,
seperti bejana hingga meninggi” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Kami menyebutkan malam Lailatul


Qadar di sisi Rasulullah ‫ ﷺ‬beliau bersabda.

29 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
‫ َوُه َو ِم ْش ُل ِش ِِّق َج ْفنَ ٍة‬،‫ي طَلَ َع الْ َق َم ُر‬ ِ
َ ْ ‫أَيُّ ُكم يَ ْذ ُك ُر ح‬
“Siapa di antara kalian yang ingat ketika terbit bulan seperti syiqi jafnah15”
(HR. Muslim)

Dan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata : Rasulullah


‫ ﷺ‬bersabda : “Malam Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah,
tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar
mataharinya melemah kemerah-merahan” (HR. Ibnu Khuzaimah)

15
Perkataan : “Syiqi jafnah” syiq artinya setengah, jafnah artinya bejana. Al-Qadhi
‘Iyadh berkata : “Dalam hadits ini ada isyarat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi di
akhir bulan, karena bulan tidak akan seperti demikian ketika terbit kecuali di akhir-akhir
bulan”.

30 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
I’TIKAF
I’tikaf secara bahasa berarti menetap pada sesuatu. Sedangkan secara
syar’i, i’tikaf bermakna menetapnya seseorang di masjid dengan tata cara
yang khusus dalam rangka (niat) untuk melakukan ketaatan kepada Allah.16

 Dalil-dalil Disyari’atkannya I’tikaf

Hukum I’tikaf adalah sunnah, sebagaimana dinukil oleh Syaikh


Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam Rahimahullahu : “Para ulama
sepakat bahwa i’tikaf itu sunnah, bukan wajib”17

Ibnu Hajar Al-Asqolany Rahimahullahu juga menyebutkan hal yang


sama di dalam Kitabnya : “Bahwa I’tikaf hukumnya sunnah, namun menjadi
wajib bagi siapa saja yang bernadzar untuk I’tikaf”18

Dari Abu Hurairah, ia berkata,

‫ فَلَ اما‬، ‫ضا َن َع ْشَرَة أَ اّيٍم‬ ِ


َ ‫ف ِِف ُك ِِّل َرَم‬
ُ ‫اِب – صلى هللا عليه وسلم – يَ ْعتَك‬ ُّ ِ‫َكا َن الن‬
ِ ‫َكا َن الْعام الا ِذى قُبِض فِ ِيه ْاعتَ َك‬
َ ‫ف ع ْش ِر‬
‫ين يَ ْوًما‬ َ َ َُ
“Nabi ‫ ﷺ‬biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama sepuluh hari.
Namun pada tahun wafatnya, Beliau beri’tikaf selama dua puluh hari”.(HR.
Bukhari)

Waktu i’tikaf yang lebih afdhol adalah di akhir-akhir ramadhan (10


hari terakhir bulan Ramadhan) sebagaimana hadits ‘Aisyah, ia berkata,

ِ ِ ِ
‫ضا َن َح اَّت‬
َ ‫ف الْ َع ْشَر األ ََواخَر م ْن َرَم‬
ُ ‫اِب – صلى هللا عليه وسلم – َكا َن يَ ْعتَك‬ ‫أَ ان النِ ا‬
ِ‫ ُثُا اعت َكف أ َْزواجه ِمن ب ع ِده‬، ‫اَّلل‬
ْ َ ْ ُ ُ َ َ َْ ُ‫تَ َوفااهُ ا‬

16
Lihat Kitab Taisirul Alam, hal 350.
17
Idem;
18
Lihat Kitab Fathul Bari, Jilid 4, hal 271.

31 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
“Nabi ‫ ﷺ‬beri’tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga
wafatnya kemudian isteri-isteri beliau pun beri’tikaf setelah kepergian
beliau.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Nabi ‫ ﷺ‬beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dengan tujuan untuk


mendapatkan malam lailatul qadar, untuk menghilangkan dari segala
kesibukan dunia, sehingga mudah bermunajat dengan Rabbnya, banyak
berdo’a dan banyak berdzikir ketika itu.19

 I’tikaf Harus Dilakukan di Masjid

Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,

‫اج ِد‬
ِ ‫اشروه ان وأَنْتم عاكِ ُفو َن ِِف الْمس‬
ََ
ِ
َ ْ ُ َ ُ ُ َ‫َوََل تُب‬
“(Tetapi) janganlah kamu campuri mereka sedang kamu beri’tikaf dalam
masjid”(QS. Al Baqarah: 187).

Demikian juga dikarenakan Rasulullah ‫ﷺ‬, begitu juga istri-istri beliau


melakukannya di masjid, dan tidak pernah dilakukan di rumahnya sama
sekali.

Imam Al-Qurtuby Rahimahullah berkata, “Para ulama sepakat bahwa


disyaratkan melakukan i’tikaf di masjid.”20

 I’tikaf Boleh Dilakukan di Masjid Mana Saja

Menurut mayoritas ulama, i’tikaf disyari’atkan di semua masjid


karena keumuman firman Allah di atas (yang artinya) “Sedang kamu
beri’tikaf dalam masjid”.21

Para ulama selanjutnya berselisih pendapat masjid apakah yang


dimaksud. Apakah masjid biasa di mana dijalankan shalat jama’ah lima
waktu22 ataukah masjid jaami’ yang diadakan juga shalat jum’at di sana?

19
Lihat Kitab Lathoif Al Ma’arif, hal. 348
20
Lihat Kitab Fiqh Al-I’tikaf, hal 111
21
Lihat Kitab Shahih Fiqh Sunnah, Jilid 2, hal 151

32 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
Imam Malik mengatakan bahwa i’tikaf boleh dilakukan di masjid
mana saja (asal ditegakkan shalat lima waktu di sana, pen) karena keumuman
firman Allah Ta’ala,

‫اج ِد‬
ِ ‫وأَنْتم عاكِ ُفو َن ِِف الْمس‬
ََ َ ُْ َ
“Sedang kamu beri’tikaf dalam masjid”(QS. Al Baqarah: 187).

Ini juga menjadi pendapat Imam Asy Syafi’i. Namun Imam Asy
Syafi’i rahimahullah menambahkan syarat, yaitu masjid tersebut diadakan
juga shalat Jum’at.23 Tujuannya di sini adalah agar ketika pelaksanaan shalat
Jum’at, orang yang beri’tikaf tidak perlu keluar dari masjid.

Kenapa disyaratkan di masjid yang ditegakkan shalat jama’ah?

Ibnu Qudamah katakan, “Shalat jama’ah itu wajib (bagi laki-laki).


Jika seorang laki-laki yang hendak melaksanakan i’tikaf tidak berdiam di
masjid yang tidak ditegakkan shalat jama’ah, maka bisa terjadi dua dampak
negatif:

(a) Meninggalkan shalat jama’ah yang hukumnya wajib, dan

(b) Terus menerus keluar dari tempat i’tikaf padahal seperti ini bisa
saja dihindari. Jika semacam ini yang terjadi, maka ini sama saja tidak
i’tikaf. Padahal maksud i’tikaf adalah untuk menetap dalam rangka
melaksanakan ibadah pada Allah.”24

22
Walaupun namanya beraneka ragam di tempat kita, baik dengan sebutan masjid,
musholla, langgar, maka itu dinamakan masjid menurut istilah para ulama selama diadakan
shalat jama’ah lima waktu di sana untuk kaum muslimin. Ini berarti jika itu musholla
rumahan yang bukan tempat ditegakkan shalat lima waktu bagi kaum muslimin lainnya,
maka ini tidak masuk dalam istilah masjid. Sedangkan dinamakan masjid Jaami’ jika
ditegakkan shalat Jum’at di sana. Lihat penjelasan tentang masjid di Kitab Al Mawsu’ah Al
Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, Jilid 37, hal 193-253.

23
Lihat Kitab Fiqh Al-I’tikaf, hal 113.
24
Lihat Kitab Al-Mugni, Jilid 4, hal 461.

33 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
 Lama Waktu Berdiam di Masjid

Para ulama sepakat bahwa i’tikaf tidak ada batasan waktu


maksimalnya. Namun mereka berselisih pendapat berapa waktu minimal
untuk dikatakan sudah beri’tikaf.25

Bagi ulama yang mensyaratkan i’tikaf harus disertai dengan puasa,


maka waktu minimalnya adalah sehari. Ulama lainnya mengatakan
dibolehkan kurang dari sehari, namun tetap disyaratkan puasa. Imam Malik
mensyaratkan minimal sepuluh hari. Imam Malik juga memiliki pendapat
lainnya, minimal satu atau dua hari. Sedangkan bagi ulama yang tidak
mensyaratkan puasa, maka waktu minimal dikatakan telah beri’tikaf adalah
selama ia sudah berdiam di masjid dan di sini tanpa dipersyaratkan harus
duduk.26

Yang tepat dalam masalah ini, i’tikaf tidak dipersyaratkan untuk


puasa, hanya disunnahkan. Menurut mayoritas ulama, i’tikaf tidak ada
batasan waktu minimalnya, artinya boleh cuma sesaat di malam atau di siang
hari.27

 Wanita Boleh Beri’tikaf

Sebagaimana Nabi ‫ﷺ‬ mengizinkan istri beliau untuk


beri’tikaf. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,

ِ ِ‫ول ا‬
‫صلاى‬ َ ‫ َوإِ َذا‬، ‫ضا َن‬
َ ‫ف ِِف ُك ِِّل َرَم‬ ُ ‫اَّلل – صلى هللا عليه وسلم – يَ ْعتَك‬ ُ ‫َكا َن َر ُس‬
‫ف فَأ َِذ َن‬ ِ ِ ِ ِ ‫الْغَ َداةَ دخل م َكانَه الا ِذى ْاعتَ َك‬
َ ‫استَأْذَنَْتهُ َعائ َشةُ أن تَ ْعتَك‬
ْ َ‫ف فيه – قَا َل – ف‬
َ ُ ََََ
‫َهلَا‬
“Rasulullah ‫ ﷺ‬biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan. Apabila selesai dari
shalat shubuh, beliau masuk ke tempat khusus i’tikaf beliau. Dia (Yahya bin
Sa’id) berkata: Kemudian ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha meminta izin untuk

25
Lihat Kitab Fathul Bari, Jilid 4, hal 272.
26
Idem
27
Lihat Kitab Shahih Fiqh Sunnah, Jilid 2, hal 153-154.

34 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
bisa beri’tikaf bersama beliau, maka beliau mengizinkannya.”(HR. Bukhari
dan Muslim)

Dari ‘Aisyah, ia berkata,

ِ ِ ِ
‫ضا َن َح اَّت‬
َ ‫ف الْ َع ْشَر األ ََواخَر م ْن َرَم‬
ُ ‫اِب – صلى هللا عليه وسلم – َكا َن يَ ْعتَك‬ ‫أَ ان النِ ا‬
ِ‫ ُثُا اعت َكف أ َْزواجه ِمن ب ع ِده‬، ‫اَّلل‬
ْ َ ْ ُ ُ َ َ َْ ُ‫تَ َوفااهُ ا‬
“Nabi ‫ ﷺ‬beri’tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga
wafatnya kemudian isteri-isteri beliau pun beri’tikaf setelah kepergian
beliau.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Namun wanita boleh beri’tikaf di masjid asalkan memenuhi 2 syarat:

(1) Meminta izin suami

(2) Tidak menimbulkan fitnah (godaan bagi laki-laki) sehingga


wanita yang i’tikaf harus benar-benar menutup aurat dengan sempurna dan
juga tidak memakai wewangian.28

 Pembatal I’tikaf

- Keluar masjid tanpa alasan syar’i dan tanpa ada kebutuhan yang
mubah yang mendesak.

- Jima’ (bersetubuh) dengan istri berdasarkan firman Allah di Surat


Al Baqarah ayat 187. Ibnul Mundzir telah menukil adanya ijma’
(kesepakatan ulama) “Barangsiapa yang bersetubuh dengan istrinya dan dia
sedang I’tikaf, disengaja jima’ pada kemaluannya, maka itu membatalkan
I’tikafnya”29

28
Lihat Kitab Shahih Fiqh Sunnah, Jilid 2, hal 151-152.

29
Lihat Kitab Al-Ijma’, hal 60

35 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
 Hal-hal yang Dibolehkan Ketika I’tikaf

- Keluar masjid disebabkan ada hajat yang mesti ditunaikan seperti


keluar untuk makan, minum, dan hajat lain yang tidak bisa dilakukan di
dalam masjid.

- Melakukan hal-hal mubah seperti mengantarkan orang yang


mengunjunginya sampai pintu masjid atau bercakap-cakap dengan orang
lain.

- Istri mengunjungi suami yang beri’tikaf dan berdua-duaan


dengannya.

- Mandi dan berwudhu di masjid.

- Membawa kasur untuk tidur di masjid.30

 Mulai Masuk dan Keluar Masjid

Jika ingin beri’tikaf selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan, maka


seorang yang beri’tikaf mulai memasuki masjid setelah shalat Shubuh pada
hari ke-2131 dan keluar setelah shalat shubuh pada hari ‘Idul Fithri menuju
lapangan32. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits ‘Aisyah, ia berkata,

‫ َوإِ َذا‬، ‫ضا َن‬ ِ ِ‫ول ا‬


‫صلاى‬
َ َ ‫ف ِِف ُك ِِّل َرَم‬
ُ ‫اَّلل – صلى هللا عليه وسلم – يَ ْعتَك‬ ُ ‫َكا َن َر ُس‬
‫ف فِ ِيه‬ ِ
َ ‫الْغَ َداةَ َد َخ َل َم َكانَهُ الاذى ْاعتَ َك‬
“Rasulullah ‫ ﷺ‬biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan. Apabila selesai dari
shalat shubuh, beliau masuk ke tempat khusus i’tikaf beliau.”(HR. Bukhari
dan Muslim)

30
Teringat masa-masa indah ketika kami beri’tikaf di Masjid Al-Fath, Provinsi
Kafrusy Syaikh Mesir, bersama Syaikhuna Wahid bin Abdissalam Bali Hafidzahullahu
Ta’ala
31
Pendapat dari Al-Auza’i , riwayat dari Imam Ahmad dan yang lainnya.
32
Namun jika keluar sebelum waktu itu (setelah magrib atau isya pada malam idhul
fitri) maka itu dibolehkan. Lihat Kitab Fiqh Al-I’tikaf, hal 61

36 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
Namun para ulama madzhab menganjurkan untuk memasuki masjid
menjelang matahari tenggelam pada hari ke-20 Ramadhan. Mereka
mengatakan bahwa yang namanya 10 hari yang dimaksudkan adalah jumlah
bilangan malam sehingga seharusnya dimulai dari awal malam.33

 Adab I’tikaf

Hendaknya ketika beri’tikaf, seseorang menyibukkan diri dengan


melakukan ketaatan seperti berdo’a, dzikir, bershalawat pada Nabi, mengkaji
Al Qur’an dan mengkaji hadits. Dan dimakruhkan menyibukkan diri dengan
perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat.34

33
Syaikh Kholid Al-Musyaiqih Hafidzahullahu Ta’ala merojihkan pendapat ini.
34
Silahkan melihat kepada pembahasan yang lebih lengkap di Kitab Fiqh Al-I’tikaf
karya Syaikh Kholid bin Ali Al-Musyaiqih Hafidzahullahu Ta’ala dan kitab-kitab lainnya

37 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
HARI KEMENANGAN
Setelah menahan dahaga selama sebulan penuh, shalat malam secara
berjamaah sebulan penuh dan menjalani amalan-amalan kebaikan lainnya di
bulan Ramadhan, ada saat yang kita nanti-nanti setelah itu yaitu datangnya
Hari Raya Idhul Fithri.

Mempersiapkan shalat Idul Fithri dengan membersihkan diri dan


memakai pakaian yang paling bagus.35

Imam Malik dalam kitab Muwaththa’-nya mentakhrij sebuah hadits


dari Nafi’, ia berkata, “Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhuma dahulu mandi pada
hari Idul Fithri sebelum mendatangi tempat shalat”.36

Ibnul Qayyim berkata “Telah shahih dari Ibnu ‘Umar, dan diketahui
pula bahwa beliau adalah orang yang semangat dalam mengikuti ajaran
Nabi ‫ﷺ‬, beliau dahulu mandi pada hari raya sebelum ia keluar (ke tempat
shalat).37

Dan telah shahih pula dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhuma, dalam


hal memakai pakaian yang paling baik pada dua hari raya. Ibnu Hajar
berkata, “Diriwayatkan dari Ibnu Abi Ad-Dunya dan Al-Baihaqi dengan
sanad yang shahih yang sampai kepada Ibnu ‘Umar, bahwasanya dia
memakai pakaian yang paling bagus pada dua hari raya.”38

 Disunnahkan sebelum keluar melaksanakan shalat ‘Iedul


Fithri, agar memakan beberapa biji kurma dengan jumlah ganjil,
misalnya tiga, lima atau lebih banyak dari itu dalam bilangan ganjil.

Berdasarkan hadits Anas radhiyallahu’anhu, dia berkata,

35
Syaikh Ali Hasan Al-Halaby Rahimahullahu menulis sebuah bab dalam buku
beliau Ahkam Al-Idaini fii As-Sunnah Al-Mutohharoh , Bab “Mandi sebelum Sholat Id” dan
Bab “Berhias di Hari Raya Id”
36
Lihat Kitab Ahkam Al-Idaini fii As-Sunnah Al-Mutohharoh, hal 34
37
Lihat Kitab Zaadul Ma’aad, Jilid 1, hal 426
38
Lihat Kitab Fathul Bari, Jilid 2, hal 439

38 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
ِ ‫َكا َن رسول هللا ﷺ ََل ي ْغ ُدو ي وم‬
ٍ ‫الفطْ ِر ح اَّت َْ ُكل ََتَر‬
‫ات‬َ َ َ َ َ َْ ْ َ
“Dahulu Nabi ‫ ﷺ‬tidak keluar pada pagi hari ‘Idul Fithri, sampai beliau
memakan beberapa kurma”(HR.Al-Bukhari)

Imam Al- Muhallab berkata : Hikmah makan sebelum shalat Idhul


Fitri adalah agar orang tidak menyangka masih diharuskan puasa hingga
dilaksanakan Id, seolah-olah beliau ingin menutup sangkaan-sangkaan
manusia.39

 Disunnahkan untuk bertakbir dan mengeraskan takbir


pada hari raya.40 Adapun bagi wanita adalah dengan merendahkan
suaranya, dimulai sejak keluar dari rumah sampai ke tempat shalat.

Allah Ta’ala berfirman :

‫ْملُوا الْعِ ادةَ َولِتُ َكِِّْبُوا ا‬


‫اَّللَ َعلَ َٰى َما َه َدا ُك ْم َولَ َعلا ُك ْم تَ ْش ُك ُرو َن‬ ِ ‫ولِتُك‬
َ
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
(bertakbir) mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur.”(QS. Al-Baqoroh : 185)

Dari Nafi’, ia berkata

ِ ِِ ِ ِ ‫أ ان ابن عمر َكا َن إِ َذا َغ َدا ي وم‬


ْ َ‫ َو يَ ْوَم األ‬،‫الفطْ ِر‬
َ‫ض َحى ََْي َه ُر ًبلتا ْكب ْْي َح اَّت ََْت‬ َ َْ ََ ُ َ ْ
‫ ُثُا يُ َكِِّْبُ َح اَّت ََِْتَ ا ِل َم ُام‬،‫الصلاى‬
َ
“Sesungguhnya Ibnu ‘Umar ketika keluar pada pagi hari Iedul Fithri
dan hari Iedul Adha, beliau mengeraskan takbir hingga sampai di tempat
shalat, kemudian bertakbir sampai imam datang, lalu bertakbir dengan
takbirnya imam tersebut (mengikuti takbir imam)”. (HR. Ad-Daruquthni)41

39
Lihat Kitab Ahkam Al-Idaini fii As-Sunnah Al-Mutohharoh, hal 32
40
Takbir Mutlak dimulai dari tenggelamnya matahari hingga khotib naik mimbar,
Lihat lebih lengkap di Kitab Sholah Al-I’daini fii Dhoui Al-Kitab was Sunnah
41
Lihat Kitab Irwa’ Al-Ghalil, Jilid 3, hal 122

39 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
Dan di antara bentuk takbir yang telah tetap dari Ibnu
Mas’ud radhiyallahu’anhu, bahwasanya ia bertakbir pada hari-hari tasyriq
(dengan membaca):

‫ َوهللِ احلَ ْمد‬، ‫ هللاُ أَ ْكبَ ُر‬، ‫ وهللاُ أَ ْكبَ ُر‬، ُ‫ ََل إِلَهَ إِاَل هللا‬، ‫ هللاُ أَ ْكبَ ُر‬، ‫هللاُ أَ ْكبَ ُر‬
Allahu akbar, Allahu akbar, Laa Ilaaha Illallah, wallahu akbar,
Allahu akbar, walillahil hamdu

Artinya:
“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tidak ada sesembahan yang berhak
disembah dengan benar selain Allah, dan Allah Maha Besar, dan bagiNya
semua pujian”. (HR. Ibnu Abi Syaibah)

Perhatian: Bertakbir secara berjama’ah dengan satu suara (bersama-


sama) tidak dituntunkan/tidak ada dasarnya dari Rasulullah ‫ﷺ‬, dan tidak pula
dari seorang pun dari kalangan sahabatnya. Adapun yang benar adalah setiap
orang bertakbir dengan sendiri-sendiri.42

 Disunnahkan untuk mendatangi tempat shalat dengan


berjalan kaki.

Berdasarkan hadits ‘Ali radhiyallahu’anhu, ia berkata,

‫السنا ِة أَ ْن َتُْر َج إِ ََل العِْي ِد َما ِشيًا‬ ِ


ُ ‫م َن‬
“Termasuk dari ajaran Nabi ‫ ﷺ‬adalah keluar pada hari raya dengan
berjalan kaki”. (HR.At-Tirmidzi)

Imam Tirmidzi berkata :

‫ب إِاَل ِم ْن عُ ْذ ٍر‬
َ ‫ب أَ ْن ََل يَ ْرَك‬
ُّ ‫َويُ ْستَ َح‬

42
Lihat Kitab Ahkam Al-Idaini fii As-Sunnah Al-Mutohharoh, hal 27-28

40 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
“Disunnahkan untuk tidak naik kendaraan kecuali jika ada udzur
(maka boleh saja naik kendaraan)”43

 Disunnahkan ketika kembali dari tempat shalat agar


melewati jalan yang berbeda dengan jalan yang dilalui ketika berangkat
ke tempat shalat.

Berdasarkan hadits Jabir radhiyallahu’anhu, dia berkata,

ٍِ
َ َ‫ب ﷺ إِ َذا َكا َن يَ ْوَم عْيد َخا‬
‫لف الطاِريْ َق‬ ُّ ِ‫َكا َن النا‬
“Dahulu pada hari raya, Rasulullah ‫ ﷺ‬melalui jalan yang berbeda
(untuk pergi dan pulangnya)”. (HR. Al-Bukhari)

Hikmah terbesar melakukan sunnah ini adalah mengikuti sunnah


Nabi ‫ﷺ‬.

Allah Ta’ala berfirman :

َ‫اَّلل‬ ‫ُس َوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكا َن يَ ْر ُجو ا‬


‫اَّللَ َوالْيَ ْوَم ْاْل ِخَر َوذَ َكَر ا‬ ِ‫ول ا‬
ْ ‫اَّلل أ‬
ِ ‫لََق ْد َكا َن لَ ُكم ِِف رس‬
َُ ْ
‫َكثِ ًْيا‬
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”(QS. Al-Ahzab :
21)

Adapun hikmah lain, salah satunya dikatakan oleh para ulama untuk
menampakkan syiar islam di dua jalan berbeda.

 Shalat Iedul Fithri dilaksanakan setelah matahari terbit


dan meninggi, tanpa adzan dan iqamat.

Shalat tersebut terdiri dari dua rakaat, pada rakaat pertama terdapat
tujuh takbir zawaid (tambahan), kemudian pada rakaat kedua terdapat
lima takbir zawaid. Dan disunnahkan bagi imam untuk mengeraskan

43
Lihat Kitab Sholah Al-I’daini fii Dhoui Al-Kitab was Sunnah, hal 17-18

41 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
bacaannya, setelah al-Fatihah membaca surat al-A’la pada rakaat pertama,
dan al-Ghasyiyah pada rakaat kedua. Atau surat Qaf pada rakaat pertama dan
surat al-Qamar pada rakaat kedua. Kemudian berkhutbah setelah shalat. Dan
sangat ditekankan bagi para wanita untuk ikut serta keluar ke tempat shalat.

Brikuti ini dalil-dalil untuk point di atas :

Hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha, ia berkata,

ٍ ‫ضحى ِِف األُوََل سبع تَ ْكبِي ر‬


‫ات َوِ ِْف‬ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ ْ َ‫أَ ان َر ُس ْوَل هللا ﷺ َكا َن يُ َك ِّْبُ ِْف الفطْر واأل‬
‫الثَانِيَ ِة َخَْ ًسا‬
“Rasulullah ‫ ﷺ‬dahulu bertakbir pada hari Idul Fithri dan Idul Adha,
pada (rakaat) pertama tujuh kali takbir dan pada (rakaat) kedua lima kali
takbir”. (HR. Abu Dawud).

Hadits dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhu,

َ ِِّ‫اس َم َرب‬ ِ ْ ‫يدي ِن وِِف‬ ِ ِ ِ ‫اَّللِ صلاى ا‬


‫ك‬ ْ ‫اْلُ ُم َعة بِ َسبِِّ ِح‬ َ ْ َ ‫اَّللُ َعلَْيه َو َسلا َم يَ ْقَرأُ ِف الْع‬ َ ‫ول ا‬ ُ ‫َكا َن َر ُس‬
‫اشيَ ِة‬
ِ َ‫يث الْغ‬ ِ
ُ ‫ْاأل َْعلَى َوَه ْل أ َََت َك َحد‬
“Bahwasanya Rasulullah ‫ ﷺ‬dahulu pada shalat Jum’at dan shalat dua
hari raya membaca surat Al-A’la dan Al-Ghosyiyah(HR. Muslim)

Hadits dari ‘Ubaidullah bin ‘Abdillah, bahwa ‘Umar Ibnu al-


Khaththab radhiyallahu’anhu bertanya kepada Abu Waqid al-Laitsiy,

“Surat apakah yang dibaca oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬pada hari Idul Adha
dan Idul Fithri? Lalu ia (Abu Waqid al-Laitsiy) menjawab,

ِ ‫ ي ْقرأُ ِف الْ ِفطْر واألضحى ب ) ق( و)اقْ تَ رب‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫كا َن النب‬
.(‫ت‬ ََ ََ ُّ
“Pada dua hari raya tersebut beliau membaca surat Qaf dan surat Al
Qomar” (HR. Muslim)

42 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
Hadits dari Ummu ‘Athiyyah radhiyallahu’anha, ia berkata,

ِ ِ ‫أ ُِمرَّن رسول هللا ﷺ أَ ْن ُُنْ ِرجه ان ِِف‬


‫ض و ذوات‬ ْ ‫الفطْ ِر َو األ‬
َ ‫ الْعوات َق واحلُيا‬:‫َض َحى‬ ْ َُ ْ
‫لمي‬
َ ‫الس‬
ْ ‫دع َوَة‬
ْ ‫اخلَْي َر َو‬
ْ ‫زل الصَلة يَ ْش َه ْد َن‬
ُ َ‫ويعت‬
ْ ‫ض‬ ُ ِّ‫فَأَاما احلُي‬، ‫اخلدور‬
“Kami para wanita diperintahkan untuk keluar pada hari raya Idhul
Fitri dan Idhul Adha, lalu kami keluarkan para remaja putri , wanita-wanita
haid serta wanita-wanita dalam pingitan (wanita yang belum menikah),
Adapun para wanita haid maka mereka menjauhi sholat (Tidak ikut shalat),
Untuk menyaksikan kebaikan dan doa-doa kaum muslimin” (Muttafaq
Alaihi)

Hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, ia berkata,

‫صلُّو َن العِيديْ ِن قَ ْب َل‬


َ ُ‫ َوأَبُوبكر وعُ َم ُر ي‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ول هللا‬
ُ ‫رس‬
ُ ‫كا َن‬
‫اخلُطْ ِبة‬
“Bahwasannya Nabi ‫ﷺ‬, Abu Bakr, dan ‘Umar, maka mereka semua
melakukan shalat ied sebelum khutbah”. (Muttafaq Alaihi)

Hadits dari Jabir radhiyallahu’anhu, ia berkata,

ِ ْ َ‫ت َم َع ر ُس ْوِل هللاِ ﷺ العِْي َديْ ِن َغْي ر َمارةٍ و ََل َمارت‬


‫ي بِغَ ِْْي أَذَ ٍان َو ََل إِقَ َام ٍة‬ َ َ َ ُ ‫صلاْي‬ َ
“Aku shalat dua hari raya bersama Rasulullah ‫ ﷺ‬lebih dari sekali atau
dua kali tanpa adzan dan tanpa iqomat”. (HR. Muslim)

 Apabila hari raya bertepatan dengan hari Jum’at, maka


siapapun yang telah melakukan shalat ied maka tidak wajib baginya
untuk shalat Jum’at.

Berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma, dari


Rasulullah ‫ﷺ‬, beliau bersabda,

43 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
‫اء‬ ‫ش‬
َ ‫ن‬
ْ ِ‫ فَمن َشاء أَ ْجَزأَهُ ِمن اْل ْم َع ِة و إِ ََّن ََْموعُو َن إ‬،‫اِ ْجتَمع ِعْي َد ِان ِِف ي وِم ُكم َه َذا‬
َ ْ ُْ َ ُ َ َ َْ ْ َْ ْ ََ
ُ‫هللا‬
“Telah terkumpul dua hari raya pada hari kalian ini, barangsiapa
yang mau maka itu sudah mencukupinya dari shalat Jum’at, dan
sesungguhnya kita akan memadukan (dua hari raya tersebut), insyaAllah”.
(HR.Ibnu Majah)

Jumhur ulama dari kalangan Hanafiyyah, Malikiyyah, Syafiiyah dan


lainnya mengatakan bahwa sholat jum’at tidak gugur dengan adanya sholat
id.

Namun dari hadits-hadits yang sangat banyak dan bermacam-macam


tentang permasalahan ini, bisa diambil kesimpulan bahwa Sholat Id dapat
menggugurkan sholat jum’at, namun tetap menggantinya dengan sholat
dhuhur. Wallahu A’lam

 Mengucapkan Tahniah (Saling mendoakan di hari Raya


Idul Fithri dan Idhul Adha)

Dibolehkan untuk saling mengunjungi dan mengucapkan :

( َ ‫)تَ َقبا َل هللاُ ِمناا َوِمْن‬


‫ك‬
Taqabbalallahu minnaa wa minka.

Ibnu Qudamah menyebutkan bahwasannya Muhammad bin Ziyad, ia


berkata,

‫ب ﷺ فَ َكانُ ْوا إِ َذا َر َجعُوا ِم َن‬ ِ ِ ْ َ‫اهلِى َو َغ ِْْيهِ ِم ْن أ‬ ِ ‫ُكْنت مع أَِّب أُمامة الب‬
ِِّ ‫ص َحاب النا‬ َ َ َ ْ ََ ُ
ٍ ‫ض ُه ْم لِبَ ْع‬
َ ‫ تَ َقبا َل هللاُ ِمناا َوِمْن‬: ‫ض‬
‫ك‬ ِِ
ُ ‫العْيد يَ ُق ْو ُل بَ ْع‬
“Ketika aku bersama Abu Umamah al-Bahiliy dan selainnya dari
kalangan sahabat Nabi ‫ﷺ‬, maka apabila mereka kembali (dari shalat id)

44 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
sebagian mereka mengucapkan kepada sebagian yang lain Taqabbalallahu
minnaa wa minka.”44

 Hari raya adalah hari bersenang-senang.

Dari Anas radhiyallahu’anhu, ia berkata,

Rasulullah ‫ ﷺ‬datang ke Madinah dan pada saat itu penduduk


Madinah memiliki dua hari dimana mereka bermain-main (bersenang-
senang) pada kedua hari tersebut, maka Rasulullah bertanya, “Dua hari
apakah ini?” mereka menjawab, “pada masa jahiliyyah kami bersenang-
senang pada kedua hari ini”. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

‫َض َحى َويَ ْوَم الْ ِفطْ ِر‬


ْ ‫اَّللَ قَ ْد أَبْ َدلَ ُك ْم ِبِِ َما َخْي ًرا ِمْن ُه َما يَ ْوَم ْاأل‬
‫إِ ان ا‬
“Sesungguhnya Allah telah menggantikan bagi kalian yang lebih baik dari
kedua hari tersebut, yaitu hari Idul Adha dan Idul Fithri”. (HR. Abu
Dawud)

Berhati-hatilah wahai saudara muslim untuk tidak terjatuh ke dalam


pelanggaran syari’at yang sering dilakukan sebagian manusia pada dua hari
raya tersebut.

Seperti memakai pakaian dengan isbal (ini bagi laki-laki yaitu


memakai celana di bawah mata kaki), mencukur jenggot, merayakan dengan
cara yang diharamkan seperti mendengarkan musik, melihat hal-hal yang
diharamkan, berhiasnya para wanita serta bercampurbaurnya mereka dengan
laki-laki.

Dan peringatkanlah wahai bapak-bapak yang memiliki rasa cemburu,


agar keluarga kalian tidak pergi ke tempat-tempat hiburan sehingga terjadi
ikhtilath (campur baur antara pria dan wanita), pantai-pantai serta taman-
taman yang padanya jelas terjadi kemungkaran-kemungkaran.45

44
Lihat Kitab Ahkam Al-Idaini fii As-Sunnah Al-Mutohharoh, hal 62
45
Lihat selengkapnya di Kitab Ahkam Al-Idaini fii As-Sunnah Al-Mutohharoh, hal
80-90

45 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
Daftar Pustaka

Al-Qur`an Al-Karim dan Terjemahan

---, Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyah, Kuwait : Wizaroh Auqof wa


Syuun Al-Islamiyah, 1997 (pdf)

Al-Afriqy, Abul Fadhl Jamaluddin Muhammad bin Makrom Ibnu Mandzur,


Lisanul Arab, Bairut: Dar Ash-Shodir, tt (pdf)

Al-Asqolany, Ahmad bin Ali bin Hajar, Fathul Baary, Mesir: Maktabah As-
Salafiyah, tt (pdf)

Al-Bassam, Abdullah bin Abdurrahman, Taisir Al-Allam Syarh Umdatu Al-


Ahkam, Uni Emirat Arab: Maktabah Ash-Shohabah, 2006 (pdf)

Al-Bukhari, Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al-Mughiroh Al-Ju’fy,


Shahih Bukhari, Kairo: Daar Ibnu Katsir, 2015

Al-Halaby, Ali Hasan Ali Abdul Hamid, Ahkam Al-‘Idaini fii As-Sunnah Al-
Muthohharoh, Amman: Al-Maktabah Al-Islamiyah, 1414H/ 1993 (pdf)

Al-Hanbaly, Abu Faroj Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab, Lathoiful


Ma’ariif, Dimaskus: Dar Ibnu Katsir, 1420 H/ 1999 (pdf)

Al-Jauziyah, Abu Abdillah Muhammad bin Abi Bakar Ibnul Qayyim, Zaadul
Ma’ad fii Hadyi Khoiril Ibad, Bairut: Muassasah Ar-Risalah, 1418 H/ 1997
(pdf)

Al-Maqdisy, Abdullah bin Muhammad bin Qudamah, Al-Mughni, Riyadh:


Dar Alam Kutub, 1997 (pdf)

Al-Musyaiqih, Khalid bin Ali, Fiqh Al-I’tikaf, Qosim: Dar Ashda’ Al-
Mujtama’, 1419 H (pdf)

Al-Qohthony, Said bin Ali bin Wahf, Ash-Shiyam Fi Al-Islam, Riyadh:


Maktabah Malik Fahd, 1428 H (pdf)

---, Sholatul Al-Idaini fii Dhoui Al-Kitab wa As-Sunnah, tt: tp, tt (pdf)

46 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
Al-Qazuwaini, Muhammad bin Yazid Abi Abdillah, Sunan Ibn Majah,
Kairo: Dar Ibnu Al-Jauzi, 2011

Al-‘Utsaimin, Muhammad bin Shalih, Ash-Shiyam, Unaiza: Muassasah


Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Al-Khoiriyyah, 1430 H (pdf)

---, Majalis Syahri Ramadhan, Unaiza: Dar Ats-Tsuroyya, 1424 H/ 2004


(pdf)

Ad-Dimasyqi, ‘Imaduddin Abul Fida Isma’il ibn Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-
Azhim, Giza: Muassasah Qurtubah, 2000 (pdf)

An-Nasa’i, Muhammad bin ‘Ali bin Syu’aib Abi Abdirrahman, Al-Mujtaba


Sunan An-Nasa’i, Kairo: Dar Ibnu Al-Jauzi, 2011

An-Naysabuury, Abu Husain Muslim bin Hajjaj bin Muslim Al-Qusyairi,


Shahih Muslim, Kairo : Ad-Daar Al-‘Alamiyyah, 2016

An-Naysabuury, Abu Bakr Muhammad bin Ibrahim bin Mundzir, Al-Ijma’,


Ajmaan : Maktabah Al-Furqon, 1999 (pdf)

As-Sijistany, Sulaiman bin Al-Asy’ats Abu Dawud, Sunan Abi Dawud,


Kairo: Dar Ibnu Al-Jauzi, 2011

At-Tirmidzi, Muhammad bin ‘Isa bin Suroh Abi ‘Isa, Al-Jaami’ As-Shahih
Sunan At-Tirmidzi, Kairo: Dar Ibnu Al-Jauzi, 2011

Ath-Thobary, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir, Tafsir Ath-Thobary Jaami


Al-Bayan An Ta’wil Ayy Al-Qur’an, tt: Dar Hijr, tt (pdf)

Hito, Muhammad Hasan, Fiqh Shiyam, Bairut: Dar Al-Basyaair, 1988 (pdf)

Salim, Abu Malik Kamal bin Sayyid, Shahih Fiqh Sunnah, Kairo: Maktabah
At-Taufiqiyyah, 2002

47 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
Website:

https://www.dorar.net

https://www.alukah.net

http://www.saaid.net

https://fatwa.islamweb.net

http://waqfeya.com

http://almanhaj.or.id

http://rumaysho.com

http://muslim.or.id

dan yang lainnya

48 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
Biografi Penulis

Nasab : Abu Yusuf Akhmad Ja’far bin Mulyono bin Majid


TTL : Pasuruan, 17 Juni 1996
Alamat : Jl. Kyai Sepuh Gg. 18, RT/RW : 01/05, Ds. Gentong – Pasuruan,
Jawa Timur
Anak ke : 2 dari 3 bersaudara
Status : Menikah
Hoby : Membaca & Menulis
Motto : “Hidup untuk Akhirat”

Pendidikan Formal :
 TK DHARMARINI VIII : 2 TAHUN
 SD Negeri Gentong Pasuruan : 6 TAHUN
 SMP Negeri 7 Pasuruan : 3 TAHUN
 SMK Negeri 1 Pasuruan : 3 TAHUN
 L-SIA (Lembaga Studi Islam Arab) Jakarta : 1 TAHUN (D1)
 S1 di Universitas Al-Azhar Kairo Fakultas Syari’ah Islamiyah wal
Qaanuun : 5 TAHUN
 Sedang menempuh S1 di Universitas Islam Madinah Fakultas Hadist wa
Dirasat Islamiyah

Pendidikan Non Formal :


 Ma’had As-Sunnah Pasuruan
 Ma’had Al-Fath – Mesir di bawah Bimbingan Syaikh Wahid bin
Abdissalam Bali Hafidzhullah Ta’ala.

49 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n
Akun Pribadi :
 Facebook : Abu Yusuf Akhmad Ja’far
 Instagram : @akhmadjakfar
 Twiiter : @11_akhm
 WA : +201069600655 / +6281235535823
 Email : abuyusuf33@yahoo.co.id atau
akhmadjakfar11@gmail.com
 No. HP : +6281235535823
 Blog/Website : http://wawasanislamdunia.blogspot.com.eg/

50 | S e r i a l B u l a n R a m a d h a n

Anda mungkin juga menyukai