Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Adab Menuntut Ilmu

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

‫أيضا ا قا‬

Tanggal : Senin, 20 Februari 2006, 00:20:56


Kategori: Tafsir
Oleh : Asatid
z

Masih dari Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata; “Ketika kami sedang suatu hari, tiba-
tiba datang kepadaduduk-duduk bersama Rasulullah kami seseorang yang putih bersih
bajunya, hitam pekat rambutnya dan tidak terlihat padanya bekas-bekas perjalanan dan
tidak seorang pun dari kami yang mengenalnya. Kemudian ia menautkan kedua lututnya
dengan dan meletakkan kedua tangannya diatas kedua pahanya dan ialutut Nabi
berkata; “Wahai Muhammad, beritahu kepadaku apa itu islam?” maka beliau menjawab;
“Islam adalah kamu bersyahadat dengan laa ilaha illallah muhammadur rasulullah,
menegakkan shalat, menunaikan dzakat, puasa ramadhan dan menunaikan haji bagi yang
mampu”. Dan orang itu berkata; “Benar”. Maka kami heran dengannya ia yang bertanya
ia juga yang membenarkannya”.
Orang itu berkata lagi; “Beritakan kepadaku apa itu iman?”. menjawab; “Kamu beriman
kapada Allah,Rasulullah malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya dan
hari akhir. Juga kamu beriman kepada takdir baik dan buruknya”. Orang itu berkata;
menjawab;“Benar, maka beritakan kepadaku apa itu ihsan?” Rasulullah Ihsan adalah
kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya dan apabila kamu tidak
melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu”.
Orang itu berkata; “Beritakan kepadaku tentang kiamat?”. berkata; “Yang ditanya tidak
lebih tahu dari si penanya”.Rasulullah Orang itu berkata lagi; “Maka beritakan tentang
tanda-tandanya”. menjawab; “Seorang budak melahirkan tuannya dan kamuRasulullah
saksikan orang-orang yang telanjang kaki, tidak berpakaian, miskin dan penggembala
kambing berlomba-lomba dalam kemegahan”. Kemudian ia pergi berkata;dan
tinggallah saya dalam keadaan heran. Kemudian Rasulullah “Wahai Umar, tahukah
kamu siapa yang bertanya tadi?” Saya jawab; “Allah dan Rasul-Nya yang lebih
mengetahui”. Beliau berkata; “Sesungguhnya dia adalah Jibril, datang kepada kalian
mengajarkan agama kalian”. HR Muslim.

Hadits ini muttafaqun ‘alaihi dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia lebih dikenal
dengan sebutan “hadits Jibril Alaihis salam”. Diantara sisi keindahan kitab Al Arbain An-
Nawawiyah, Al Imam An-Nawawi Rahimahullah mengawali kitabnya dengan “hadits
niat” dan hadits ini adalah hadits pertama dalam Shahih Al Bukhari, kemudian
setelahnya adalah hadits kedua ini dan ia adalah hadits pertama dalam Shahih Muslim.
Dari hadits ini para ulama mengambil pelajaran bahwa seorang murid harus memiliki
adab kepada gurunya. Asy-Syaikh Al Abbad Hafidzahullah berkata; “Pada kisah
datangnya Jibril Alaihissalam kepada terdapat sebuah dan duduknya ia di hadapan
beliau Rasulullah pelajaran tentang adab seorang murid di hadapan seorang guru…”
Fathul Qawiyyul Matin (hal; 17)
Diantara adab yang dikandung dalam hadits ini adalah; seorang pelajar harus perhatian
dan siap dalam menerima ilmu yang akan disampaikan. Hal ini terlihat pada sikap duduk
Jibril Alaihissalam di . Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah berkata,hadapan
Rasulullah “Diantara pelajaran yang bisa diambil dari hadits ini adalah adab seorang
pelajar di hadapan gurunya, di mana Jibril Alaihissalam duduk dengan posisi duduk
seperti yang dikisahkan di sinidihadapan Nabi yang menunjukkan adab yang tinggi,
perhatian dan kesiapan untuk menyerap apa yang akan disampaikan” Syarah Al Arbain
(hal; 8)
Karena pentingnya hal ini, para ulama dahulu dan sekarang menulis kitab-kitab khusus
berkenaan dengan adab dalam menuntut ilmu. Seperti Ibnu Juma’ah Rahimahullah dalam
kitabnya Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim fi Adab Al Alim wal Muta’allim, dan Al
Khatib Al Baghdadi Rahimahullah dalam kitabnya Al Jami’ li Akhlaq Ar-Rawi wa Adab
As-Sami’ dan di antara ulama sekarang seperti Al Imam Muhammad bin Shalih Al
Utsaimin Rahimahullah dalam kitabnya Al Ilm dan Asy-Syaikh Zaid Al Madkhali
Hafidzahullah dalam kitabnya Al Ajwibah As-Sadidah ‘Ala Al As’ilah Ar-Rasyidah jilid
1 dan 2 juga banyak mengupas masalah ini.

Dan beberapa adab lainnya yang juga penting diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu
adalah;
1.Mengikhlaskan niat
Karena menuntut ilmu adalah ibadah, maka yang pertama kali harus diperhatikan adalah
keikhlasan niat. Apabila seorang murid kehilangan hal ini maka berubahlah amalannya
dari ketaatan yang paling utama kepada maksiat yang paling rendah.
,Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi bahwa beliau
bersabda, “Sesungguhnya orang yang pertama kali diadili di hari kiamat adalah tiga
golongan…(dan yang ketiga) adalah seseorang yang belajar ilmu dan mengajarkannya
dan ia juga membaca Al Qur’an. Kemudian (di hari kiamat) ia dipanggil untuk mengakui
nikmat-nikmat berkata kepadanya, dan ia pun mengakuinya. Kemudian Allah Allah
(kepadanya), “Apa yang kamu perbuat dengan nikmat-nikmat-Ku?” Ia menjawab, “Saya
belajar ilmu demi Engkau dan saya mengajarkannya dan saya membaca Al Qur’an
juga demi Engkau”. Lalu Allah berkata, “Dusta, kamu belajar agar kamu disebut orang
yang berilmu, dan kamu membaca (Al Qur’an) agar kamu disebut qari’ dan itu yang
terjad”i. Kemudian disuruhlah dan ditarik wajahnya sampai dilemparkan ke dalam
neraka jahannam” HR Muslim.
Dan di antara yang merusak keikhlasan dalam belajar adalah; suka popularitas, ingin
kelihatan lebih dari teman-temannya, atau belajar dengan niat dan tujuan-tujuan yang
rendah seperti ingin dipandang, atau mendapatkan kekayaan atau penghormatan, atau
ingin dipuji, atau agar ucapannya didengar dan yang semisalnya.
Berkata Abu Yusuf Rahimahullah, “Wahai kaumku ikhlaskanlah niat dalam menuntut
ilmu. Karena tidaklah aku duduk di suatu majlis dengan niat tawadhu’ kecuali sebelum
beranjak darinya, akulah orang yang terhormat dari mereka. Dan tidaklah aku duduk di
suatu majlis dengan niat sombong kecuali sebelum beranjak darinya, akulah orang yang
paling rendah di mata mereka. Dan ilmu adalah ibadah dan amalan taqarrub
…”Mukhtashar Tadzkiratus Sami’ (hal 40) karya; Ra'id binkepada Allah Shabri

2.Membersihkan hati dari kemaksiatan dan sifat-sifat tercela


Hal ini agar hati menjadi tempat yang layak dan pantas untuk menerima ilmu,
menghafal, dan mengembangkannya. Karena sesungguhnya hati adalah kunci bagi
seluruh anggota badan. Apabila ia baik maka baiklah badan seluruhnya. Dan apabila
buruk maka buruklah badan dalam hadits muttafaqunseluruhnya. Sebagaimana sabda
Rasulullah ‘alaihi dari An-Nu’man bin Basyir Radhiyallahu ‘anhu.
Maka hendaklah setiap muslim berhati-hati dari perbuatan dosa, karena dosa bisa
mematikan hati. Terlebih lagi seorang penuntut ilmu, karena dosa akan menghalanginya
dari cahaya ilmu. Sehingga dosa itu akan terus menjadi dinding yang menghalangi
sampainya ilmu kedalam hatinya. Dan makanan hati adalah ilmu dan ia tidak akan hidup
kecuali dengannya berkata Al Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah. Semoga Allah
merahmatinya,
Saya mengadu kepada Waqi’ akan buruknya hafalanku
Maka ia menunjukiku untuk meninggalkan perbuatan maksiat
Dan ia mengabarkan kepadaku bahwa ilmu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak dihadiahkan kepada pelaku maksiat
3.Mencintai Ilmu
Karena kemuliaan dan keutamaannya. Termasuk juga mencintai orang-orang yang
berilmu, para ulama dan penuntut ilmu agama karena warisan nubuwah yang mereka
bawa. Al Ajwibah As-Sadidah ‘Alal As’ilah Ar-Rasyidah (hal; 172).

4. Mencatat Pelajaran dan Faidah-Faidah Ilmiyah


Seorang penyair berkata,
Ilmu adalah buruan dan catatan adalah pengikatnya
Ikat buruanmu dengan tali yang kuat
Termasuk kebodohan, berburu kijang
Kemudian melepasnya begitu saja di alam bebas
Al Ajwibah As-Sadidah ‘Alal As’ilah Ar-Rasyidah (hal; 170)

5. Tawadhu’ terhadap ilmu dan guru


bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya AllahDiriwayatkan dari Nabi telah
mewahyukan kepadaku, hendaklah kalian saling tawadhu’, sampai tidak seorang pun
merasa lebih hebat dari saudaranya dan (berbuat) sewenang-wenang terhadapnya”. HR
Muslim
Hadits ini memerintahkan sesama muslim untuk saling tawadhu’, maka bagaimana
apabila hal itu antara murid dengan gurunya?! Berkata Al Fudhail Rahimahullah,
“Barangsiapa tawadhu’ karena Allah, Allah wariskan kepadanya Al Hikmah”. Dan Al
Imam Ahmad Rahimahullah juga pernah berkata kepada Khalaf bin Al Ahmar, “Saya
tidak duduk kecuali di hadapanmu, kami diperintahkan untuk tawadhu’ kepada orang
yang kami ambil ilmu darinya”. Dalam kitab Al Ajwibah As-Sadidah ‘Alal As’ilah Ar-
Rasyidah (1&2/168-169) Asy-Syaikh Zaid Al Madkhali Hafidzahullah berkata, “Di
antara pengaruh tawadhu’ pada diri seorang pelajar, adalah ketaatannya terhadap nasihat-
nasihat sang guru yang membawa kepada kebaikan dirinya, juga meminta pendapat
gurunya dalam urusan-urusan pribadinya atau yang berkaitan dengan orang banyak…”

6.Menghormati guru
Karena ilmu harus diambil dari seorang guru agar si murid selamat dari kesalahan dan
kekeliruan maka wajib baginya menghormati gurunya, ketika duduk dengannya,
berbicara kepadanya, mendengar dan menyerap ilmu darinya, tidak mbandel kepadanya
dan mendahuluinya dalam berbicara atau memotong pembicaraannya atau dalam
pelajarannya atau memaksanya menjawab pertanyaannya dan yang lainnya dari sikap-
sikap yang tidak menunjukkan penghormatan murid kepada gurunya.
Al Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah berkata, “Dahulu aku membuka lembaran-lembaran
kertas di hadapan Malik dengan sangat perlahan agar tidak terdengar suaranya, karena
aku sangat menyeganinya”. Dan Ar-Rabi’ Rahimahullah berkata, “Sungguh demi Allah,
aku tidak pernah berani berbuat lancang minum air dan Asy-Syafi’i melihat kepadaku,
karena aku sangat menyeganinya” Mukhtashar Tadzkiratus Sami’ (hal 48)

7.Bersungguh-sungguh dalam belajar.


Yaitu dengan terus belajar pada setiap waktu siang dan malam, di saat safar atau bukan
kecuali ada keperluan seperti memenuhi hak-hak diri, atau hak-hak orang lain atau
mencari penghidupan. Al Imam An-Nawawi Rahimahullah berkata, “Tidak berakal orang
yang mungkin baginya mencapai derajat pewaris para nabi (ulama) tapi malah
menelantarkannya”. Berkata seorang penyair,
Dan barangsiapa luput darinya ta’lim (belajar) di masa mudanya
Bertakbirlah empat kali untuk kematiannya
Demi Allah, jati diri anak muda adalah dengan ilmu dan takwa
Tanpa ilmu dan takwa anak muda tidak ada nilai dan artinya
Al Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah berkata, “Wajib bagi para penuntut ilmu bersungguh-
sungguh dalam memperbanyak ilmu dari gurunya dan bersabar atas setiap gangguan
yang menghalangi belajarnya serta dalam mencari ilmu, nas ataumengikhlaskan niat
kepada Allah untuk mendapat pertolongan dalamistimbath dan mengharap kepada
Allah belajarnya”.

8.Sabar terhadap guru.


Seperti sikap kurang ramah dari sang guru atau suatu akhlak yang kurang berkenan dihati
si murid apakah dalam sikapnya tersebut (menurutnya) sang guru punya alasan atau
tidak, atau sikap tersebut adalah sebagai hukuman bagi si murid. Maka hendaknya
seorang penuntut ilmu bersabar karena dialah butuh, orang yang ingin memenuhi
kebutuhannya, maka jangan sampai ada yang menghalanginya dari tujuannya. Berkata
sya’ir;
Sabarlah atas kurang ramahnya guru
Karena kokohnya ilmu didapat dari talqin dan penjabaran guru
Barangsiapa tidak sabar terhadap pahitnya belajar sesaat saja
Dia akan minum hinanya kejahilan sepanjang hidupnya

Wallahua’lam.

Sumber:
Majalah As-Salam

Anda mungkin juga menyukai