Makalah Sehat Jiwa Pada Usia Toddler 1
Makalah Sehat Jiwa Pada Usia Toddler 1
Makalah Sehat Jiwa Pada Usia Toddler 1
KELOMPOK II
MALANG
2021
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Stoke” dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang telah
memberikan tugas kepada kami yaitu Ahmad Guntur Alfianto S.kep., Ners.,
M.Kepserta semua pihak yang telah membantu saya selama pembuatan
makalan ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga makalah dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat berarti bagi kami. Besar harapan kami semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta memberi
manfaat bagi pembaca.
November 2021
Penulis
DAFTAR ISI
2
MAKALAH..............................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB 1.....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan....................................................................................................................6
C. Manfaat penulisan...............................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................................7
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................7
A. Definisi......................................................................................................................................7
B. Karakteristik toddler normal (Ki fudyartanta. 2012.)...........................................................7
C. Perkembangan anak usia toddler.....................................................................................8
D. Perkembangan moral anak usia toddler........................................................................10
E. Pola perilaku Anak : Rahmad. (2019) dalam Elizabeth, 2002........................................10
F. Pola Oral Hygiene Anak Usia Toddler11
G. Pathway..............................................................................................................................12
BAB III..................................................................................................................................................13
ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................................................13
A. KASUS...................................................................................................................................13
B. PENGKAJIAN........................................................................................................................13
C. DIAGNOSA........................................................................................................................13
D. INTERVENSI.....................................................................................................................13
E. IMPLEMENTASI...................................................................................................................15
F. EVALUASI..............................................................................................................................15
BAB IV..................................................................................................................................................17
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................17
A. Perkembangan Anak Usia Toddler.....................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................21
BAB 1
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuh kembang dianggap sebagai satu kesatuan yang memiliki
arti berbagai perubahan yang terjadi selama hidup seseorang. Pertumbuhan
adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel sedangkan perkembangan adalah
perubahan secara bertahap dimulai dari rendah ke yang lebih tinggi.
Kebanyakan pakar dibidang perkembangan anak menggolongkan
pertumbuhan dan perkembangan anak ke dalam berbagai tahap usia.
Rentang usia dari tahap-tahap tersebut bersifat sementara dan
mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individu yang tidak dapat
diterapkan pada semua anak. Namun, pengelompokkan berdasarkan usia
tersebut bertujuan untuk menjelaskan karakteristik anak saat periode
munculnya perubahan perkembangan dan tugas-tugas perkembangan yang
harus dicapai (Wong, 2009). Salah satu tahap pertumbuhan dan
perkembangan anak yang sangat penting dikenal dengan periode kanak-
kanak awal (toddler) atau yang dikenal dengan istilah masa keemasan (The
golden age), yakni periode usia 12 sampai 36 bulan. Periode ini merupakan
masa saat anak melakukan eksplorasi lingkungan yang insentif karena anak
berusaha mencari tahu bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol
orang lain melalui perilaku tempertantrum, negativism, dan keras kepala.
Masa ini merupakan periode dimana pencapaian perkembangan dan
pertumbuhan intelektual harus dicapai dikarenakan tingkat plastisitas otak
masih sangat tinggi sehingga akan lebih terbuka untuk proses pembelajaran
dan bimbingan (Wong, 2009). Pada masa ini, perkembangan psikososial yang
lengkap sangat diperlukan karena anak akan memiliki personality sekaligus
memiliki sifatsifat yang positif seperti percaya diri, autonomi, inisiatif, dapat
membina hubungan yang erat dengan orang lain serta mencapai
kesempurnaan ego. Sebaliknya jika anak memiliki perkembangan psikososial
yang kurang lengkap, anak akan memiliki sifat-sifat yang negatif, seperti tidak
pecaya diri sendiri dan orang lain, merasa dirinya memalukan dan ragu-ragu
dalam bertindak, merasa bersalah dalam berbuat, rendah diri, dan
mengasingkan diri dari orang lain dan merasa dirinya tidak berguna (Keliat,
2011). Tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain status ekonomi keluarga dan tingkat pendidikan
orangtua Anak yang dilahirkan dan dibesarkan di keluarga yang memiliki
4
status ekonomi dan pendidikan yang tinggi akan lebih mudah untuk memenuhi
gizi, mendapatkan informasi tentang tumbuh kembang anak, dan memiliki
akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Sebaliknya anak dengan
status ekonomi dan pendidikan rendah dianggap akan terkait dengan masalah
gizi dan tumbuh kembang (Soetjiningsih, 2012).
Oleh karena itu hak dasar anak yakni memperoleh deteksi, intervensi,
dan stimulasi dalam mengembangkan 4 aspek perkembangan anak pada fase
awal yang meliputi aspek motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosial emosi
dan perilaku perlu mendapat perhatian yang lebih dalam asuhan baik yang
dilakukan oleh orang tua maupun dalam asuhan keperawatan profesional.
Adanya kekurangan dari salah satu aspek akan mempengaruhi aspek yang
lain (Medise, 2013). Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI jumlah anak usia 1-2 tahun di Indonesia sebanyak 14.333.515
jiwa, di Provinsi Sumatera Barat ada 327.159 jiwa, dan di kota Padang ada
81.731 jiwa. Sekitar 35,4% anak balita di Indonesia menderita penyimpangan
perkembangan seperti, penyimpangan dalam motorik kasar, motorik halus,
serta penyimpangan mental emosional (Kemenkes RI, 2015). Keterlambatan
lainnya juga disampaikan oleh penelitian Hasanah & Ansori (2013) bahwa
keterlambatan perkembangan motorik sebanyak 50% di Asia, 30% di Afrika
dan 20% di Amerika Latin. Hal ini didukung oleh penelitian Hastuti (2010)
terhadap anak usia 2-5 tahun di Kabupaten Banjarnegara dimana 54,5% anak
memiliki perkembangan kognitif rendah dan 87,5% anak memiliki
perkembangan psikososial rendah. Velderman (2010) melakukan penelitian
tentang masalah psikososial anak usia toddler dimana sekitar 8 sampai 9%
mengalami masalah psikososial khususnya masalah sosial-emosional seperti
kecemasan atau perilaku agresif. Penelitian lainnya menyebutkan bahwa
pravelensi masalah psikososial pada anak usia 2-6 tahun sebesar 39,8%
(gangguan emosional sebesar 10% dan gangguan tingkah laku sebesar
29,8%) (Widiani, 2016) Berdasarkan data yang diperoleh diatas perlu adanya
deteksi dini keterlambatan perkembangan pada anak dengan mengadakan
penilaian atau deteksi dini yang dilaksanakan secara komprehensif untuk
menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui faktor resiko
yang mempengatuhi tumbuh kembang pada balita. Setelah dilakukan deteksi
dini maka akan diketahui penyimpangan tumbuh kembang pada anak
sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta
5
pemulihan sesuai dengan indikasi yang jelas pada masa-masa kritis proses
tumbuh kembang (Sitoresmi dkk, 2015).
Faktor yang memiliki pengaruh terhadap tumbuh kembang anak
adalah stimulasi. Anak yang mendapatkan stimulasi secara teratur, terarah
dan dilakukan sejak dini akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak
yang kurang atau sama sekali tidak mendapatkan stimulasi. Orang tua
memiliki peranan penting dalam optimalisasi perkembangan anak,
memberikan stimulasi dalam semua aspek perkembangan anak dikarenakan
orangtua dapat mengenali kelainan proses perkembangan anak secara cepat.
Pengetahuan orang tua terutama ibu sangat berperan terhadap perilaku anak
dan membentuk tumbuh kembang yang optimal, karena perhatian dan
pengamatan anak tidak terlepas dari sikap dan perilaku orang tua (Meggitt,
2013). Hati, F.S (2016) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa stimulasi
yang diberikan orangtua terlebih ibu akan memiliki peluang 3 kali untuk
meningkatkan perkembangan anak usia 1-3 tahun di Kecamatan Sedayu,
Bantul. Penelitian tersebut didukung oleh Hastuti (2010) dimana 61,6% 5
keberhasilan stimulasi psikososial anak usia 1-3 tahun didukung oleh
keterlibatan ibu. Jurana (2017) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
96,2% anak usia toddler memiliki perkembangan motorik kasar yang normal,
karena ada faktor yang mempengaruhinya antara lain lingkungan
pengasuhan. Lingkungan yang dimaksud adalah ibu dari anak toddler yang
memberikan dan memenuhi kebutuhan fisik (ASUH), kebutuhan moral/ kasih
sayang (ASIH) dan kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH). Kemampuan
orangtua terutama ibu dalam melakukan stimulus kepada balita tidak muncul
begitu saja. Menurut hasil penelitian Redjeki dalam Agrina (2012),
kemampuan ibu menstimulus balita terjadi karena pendidikan kesehatan yang
diberikan dalam materi yang sederhana dan metoda yang tepat. Peningkatan
kemampuan ibu dapat dilihat dari peningkatan pengetahuan, sikap, dan
perilaku terhadap menstiulus anak.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan sehat jiwa yang
komprehensif pada anak usia toddler dan menerapkan pemberdayaan
masyarakat.
2. Tujuan Khusus
6
Mampu melakukan pengkajian pada klien anak usia toddler dengan
benar
Mampu menegakkan diagnosa pada klien anak usia toddler dengan
benar
Mampu merumuskan intervensi keperawatan pada klien anak usia
toddler dengan benar
Mampu melaksanakan implementasi pada anak usia toddler dengan
benar
Mampu melaksanakan evaluasi pada anak usia toddler dengan benar
Mampu menganalisa kasus pada klien dengan anak usia toddler
berdasarkan teori
C. Manfaat penulisan
1. Pendidikan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi
dan pengetahuan bagi institusi pendidikan dalam mengembangkan bidang
pembelajaran terkhusus asuhan keperawatan usia toddler serta
pemberdayaan masyarakat.
2. Penulis
Hasil penulisan ini dapat menambah pengetahuan penulis terkait
pentingnya stimulasi dini orangtua pada perkembangan usia toddler serta
pentingnya pemberdayaan masyarakat dalam kesehatan jiwa
BAB II
7
PENDAHULUAN
A. Definisi
Anak usia toddler antara 1-3 tahun menunjukkan perkembangan
motorik yang lebih lanjut dan anak menunjukkan kemampuan aktivitas yang
lebih banyak bergerak, mengembangkan rasa ingin tahu dan eksplorasi
terhadap benda-benda yang ada disekelilingnya (Hockenberry et al, 2016).
Perkembangan merupakan perubahan yang teratur, sistematis dan
terorganisir yang mempunyai tujuan tertentu. Perkembangan memiliki
beberapa ciri, yaitu: berkesinambungan, kumulatif, bergerak ke arah yang
lebih kompleks dan holistik (Masadis et al, 2016). perkembangan anak yang
penting untuk dipantau pada usia 1-3 tahun (Toddler) adalah perkembangan
motorik karena banyak kinerja kognitif yang berakar pada keberhasilan
perkembangan motorik (Sitoresmi, dkk, 2015).Perkembangan masa anak-
anak merupakan hal yang menarik untuk dipelajari. Sangatlah penting bagi
kita untuk mengetahui bagaimana perkembangan psikososial dari seorang
anak terutama di zaman seperti sekarang. Dengan mempelajari
perkembangan psikososial anak, kita dapat membimbing dan membantu
mengoptimalkan proses perkembangan yang akan dialami sang anak dengan
cara yang tepat (Copeland et al, 2012; Leifer, 2015).
Perkembangan (development) merupakan bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan, jaringan tubuh, organ-organ dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsinya. Perkembangan emosi, intelektual dan tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Cahyaningsih, 2011).
Perkembangan atau development adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
sebagai hasil pematangan (Sulistyawati, 2015).
8
diluar keluarganya.
e. Pada usia todler, mereka memperlihatkan ketakutan dan ketidaksukaan
kepada orang yang tidak dikenal dengan menghindar dan menangis jika
orang tersebut mendekati mereka.
f. Todler lebih suka meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa
g. Menciptakan dunianya sendiri
h. Sejak umur 3 sampai 4 tahun anak mulai belajar bermain seara bersama
dalam kelompok, berbicara satu sama lain didalam kelompok
9
pengertian anak sudah bagus terhadap percakapan yang sudah sering
dilakukan di keluarga, anak mampu melakukan percakapan melalui
kegiatan tanya-jawab (Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013).
a. Perkembangan personal-sosial anak pada usia toddler sebagai
berikut.
1. Usia 12-18 bulan anak mampu bermain sendiri di dekat orang
dewasa yang sudah dikenal, mampu menunjuk apa yang diinginkan
tanpa menangis, anak mampu mengeluarkan suara yang
menyenangkan atau menarik tangan ibu, memeluk orang tua,
memperlihatkan rasa cemburu atau bersaing.
2. Usia 18-24 bulan anak mampu minum dari cangkir dengan dua
tangan, belajar makan sendiri, mampu melepas sepatu dan kaos kaki
serta mampu melepas pakaian tanpa kancing, belajar bernyanyi,
meniru aktifitas di rumah, anak mampu mencari pertolongan apabila
ada kesulitan atau masalah, dapat mengeluh bila basah atau kotor,
frekuensi buang air kecil dan besar sesuai, muncul kontrol buang air
kecil biasanya tidak kencing pada siang hari, mampu mengontrol
buang air besar, mulai berbagi mainan dan bekerja bersama-sama
dengan anak-anak lain, anak bisa mencium orang tua.
3. Usia 24-36 bulan anak mampu menunjukkan kemarahan jika
keinginannya terhalang, mampu makan dengan sendook dan garpu
secara tepat, mampu dengan baik minum dari cangkir, makan nasi
sendiri tanpa banyak yang tumpah, mampu melepas pakaian sendiri,
sering menceritakan pengalaman baru, mendengarkan cerita dengan
gambar, mampu bermain pura-pura, mulai membentuk hubungan
sosial dan mampu bermain dengan anak-anak lain, menggunakan
bahasa untuk berkomunikasi dengan ditambahkan gerakan isyarat.
(Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013)
b. Perkembangan seksualitas
Teori psikoseksual oleh Sigmund Freud menjelaskan bahwa tahap
perkembangan anak memiliki ciri dan waktu tertentu serta diharapkan
berjalan secara kontinyu. Berikut perkembangan psikoseksual anak usia
12-36 bulan menurut Freud.
1. Fase oral (umur 0-1 tahun) Tahap ini anak akan selalu memasukkan
segala sesuatu yang berada di genggamannya ke dalam mulut.
10
Peran dan tugas ibu disini adalah memberikan pengertian bahwa
tidak semua makanan dapat dimakan.
2. Fase anal (umur 2-3 tahun) Fungsi tubuh yang memberikan
kepuasan terhadap anus.
c. Perkembangan kognitif anak usia toddler
Perkembangan kognitif anak meliputi semua aspek perkembangan
anak yang berkaitan dengan pengertian mengenai proses bagaimana
anak belajar dan memikirkan lingkungan. Kognisi meliputi persepsi
(penerimaan indra dan makna yang diindra), imajinasi, menangkap
makna, menilai dan menalar. Semua bentuk mengenal, melihat,
mengamati, memperhatikan, membayangkan, memperkirakan,
menduga dan menilai adalah kognisi (Sulistyawati, 2015).
Perkembangan kognitif anak toddler dijabarkan sebagai berikut.
1. Usia 12-18 bulan anak dapat menemukan objek yang disembunyikan,
membedakan bentuk dan warna, memberikan respon terhadap
perintah sederhana, menggunakan trial dan error untuk mempelajari
tentang objek.
2. Usia 18-24 bulan anak mampu menggelindingkan bola kearah
sasaran, membantu atau meniru pekerjaan rumah tangga, dapat
memulai permainan pura-pura, memegang cangkir sendiri, belajar
makan dan minum sendiri, menikmati gambar sederhana,
mengeksplorasi lingkungan, mengetahui bagianbagian dari tubuhnya.
3. Usia 24-36 bulan anak dapat menunjuk satu atau lebih bagian
tubuhnya ketika diminta, melihat gambar dan dapat menyebut nama
benda dua atau lebih, dapat bercerita menggunakan paragraf
sederhana,menggabungkan dua sampai tiga kata menjadi kalimat,
menggunakan nama sendiri untuk menyebutkan dirinya.
11
lain, rasa keadilan konkret. Timbal balik atau keadilan menjadi landasan
mereka (misalkan, jika kamu memukul tanganku, aku akan memukul
tanganmu juga) tanpa berpikir mengenai loyalitas atau rasa terima kasih
(Wong, 2008).
12
mainan untuk anak-anak lain. Lambat laun sifat mementingkan
diri sendiri berubah menjadi sifat murah hati. Anak yang pada
waktu bayi memperoleh kepuasan dari hubungan yang hangat,
erat, dan personal dengan orang lain berangsur-angsur
memberikan kasih sayang kepada orang diluar rumah, seperti
guru atau benda-benda mati seperti mainan kegemarannya
atau bahkan selimut. Benda-benda ini disebut objek
kesayangan.
13
Anak usia toddler 1-3
G. Pathway
tahun
Perkembangan Perkembangan
Faktor
herediter psikososial seksualitas
Perkembangan Perkembangan
Faktor Bahasa Kognitif
Lingkungan
Perkembangan Perkembangan
Lingkungan Fisik Moral
Pranatal
Kesiapan Peningkatan
Motorik Halus Motorik Kasar
Perkembangan Bayi
Lingkungan
postnatal
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. KASUS
An.A usia 36 Bulan kondisi kesehatan sehat dan tidak ada keluhan. latar bawaan
normal riwayat kehailan 9 bulan. Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan
gangguan jiwa, status imunisasi dasar lengkap dan ibu mengatakan anaknya dalam
keadaan sehat.
B. PENGKAJIAN
a. Biologis: An.A usia 36 Bulan, latar bawaan normal riwayat kehamilan
9 bulan, ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan gangguan jiwa,
status imunisasi dasar lengkap, ibu mengatakan anaknya dalam
keadaan sehat.
b. Psikologis :
Intelegensi/ kemampuan secara umum : anak mampu
menyatakan keinginan dengan jelas, mampu berinteraksi
dengan keluarga dan teman di sekitar
Emosi : anak ngambek jika kemauan tidak dituruti, dan anak
aktif selalu ingin tahu dan mau mencoba
Psikososial : anak sangat bahagia saat diajak bermain,
Konsep diri : anak mampu menyebutkan namanya, mengenali
bagian tubuhnya.
c. Sosiokultural
Ibu anak ingin tahu mengenai perkembangan anaknya,
Keluarga mendukung dalam menstimulus tumbuh kembang
pada anaknya
An. A merupakan anak kandung, anak ke 2 dar 2 bersaudara
Anak dilibatkan dalam kegiatan ibadah, kegiatan sehari-hari
di rumah tangga.
C. DIAGNOSA
Kesiapan Peningkatan Perkembangan Anak Usia Toddler
D. INTERVENSI
Tujuan
Tujuan untuk klien
Mengembangkan rasa kemandirian dalam melakukan kegiatan
sehari – hari
15
Bekerja sama dan memperlihatkan kelebihan diri diantara orang
lain.
Tujuan untuk keluarga
Merencanakan tindakan untuk menstimulasi perkembangan
kemandirian anaknya
Menjelaskan perilaku yang menggambarkan perkembangan
psikososial
Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan anaknya
(kemandirian)
Mendemonstrasikan dan melatih cara memfasilitasi
perkembangan kemandirian anak
16
Mendiskusikan tentang tahap perkembangan anak usia toodler yang
harus diacapai dan yang menyimpang
Mendiskusiakan tentang cara yang dapat digunakan untuk menstimulasi
kemandirian anak usia toodler
Mendiskusiakan tentang apa yang harus di lakukan jika ada tanda-
tanda perkembangan anak yang menyimpang
Mendiskusikan tentang tindak lanjut cara merawat/stimulasi dengan
menyusun tindakan yang akan dilakukan dalam melatih kemandirian
anak dan cara mencegah terjadi perkembangan anak yang
menyimpang
E. IMPLEMENTASI
Melatih anak-anak melakukan kegiatan secara mandiri.
Memberi pujian atas keberhasilan yang dicapai anak
Tidak menggunakan kata yang memerintah tetapi memberikan alternatif untuk
memilih.
Hindari suasana yang membuatnya bersikap negatif (memisahkan dengan
orangtuanya, mengambil mainannya, memerintah untuk melakukan sesuatu)
Tidak menakut-nakuti dengan kata-kata maupun perbuatan.
Memberikan mainan sesuai usianya (boneka, mobil-mobilan, balon, bola, kertas
gambar dan pensil warna )
Saat anak mengamuk (temper tantrum) pastikan ia aman dari bahaya cedera
kemudian tinggalkan, awasi dari jauh.
Memberitahu tindakan-tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan, yang baik
dan yang buruk dengan kalimat positif.
Contoh :
Mau tidak permen Nonik diambil orang? Kalau begitu Nonik juga tidak boleh
mengambil permen Tono.
Supaya cantik bila akan pergi Nonik harus memakai baju yang rapi.
Melibatkan anak dalam kegiaatan-kegiatan keagamaan
F. EVALUASI
Evaluasi klien
a) Evaluasi kegiatan yang sudah dilakukan.
b) Berikan pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan kegiatan
Evaluasi keluarga
a) Evaluasi kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya
17
b) Memfasilitasi kegiatan yang dapat dilakukan dirumah
c) Berikan pujian yang realistis terhadap keberhasilan keluarga
18
BAB IV
PEMBAHASAN
19
ledakan amarah, menggunakan, agresi/ penyerangan, mengisap jempol,
menarik diri dan agresi
3) Sosialisasi
a) Masa ini disebut sebagai masa prakelompok, dimana dasar sosial diletakkan
dengan semakin meningkatnya hubungan anak dengan teman-teman
sebayanya.
b) Ritualisme, negativisme dan kemandirian mendominasi interaksi pada toddler.
c) Kadang kalaupun terjadi kontak, lebih cenderung pada perkelahian daripada
kerjasama.
d) Anak yang lebih menyukai interaksi dengan manusia daripada dengan benda
akan mengembangkan pola hubungan sosial yang lebih baik di masa depan,
dan biasanya menjadi lebih populer daripada anak yang interaksi sosialnya
terbatas.
e) Pada masa ini umumnya anak lebih menyukai berteman dengan sesama jenis
kelamin daripada dengan lawan jenis.
f) Anak juga akan mulai bermain asosiatif, yaitu anak terlibat dalam kegiatan
menyerupai permainan anak lain.
g) Semakin meningkat kontak sosial, anak dapat bermain kooperatif dimana
masing-masing anggota kelompok saling berinteraksi.
4) Bermain dan mainan
a) Toddler terlibat dengan permainan parallel, yaitu bermain berdampingan, tapi
tidak dengan yang lain. Meniru adalah salah satu bentuk permainan yang paling
umum.
b) Rentang permainan yang pendek menyebabkan toddler sering mengganti
mainan.
c) Tujuan mainan adalah untuk meningkatkan keterampilan lokomotor (mainan
yang ditarik dan didorong) untuk meningkatkan imitasi (meniru), perkembangan
bahasa dan keterampilan motorik kasar dan halus.
d) Mainan harus aman, contoh-contoh mainan yang aman dan sesuai adalah
sebagai berikut: boneka dan peralatan rumah tangga, telepon mainan, buku,
pakaian, bermainan kudakudaan dan mobil mainan yang dapat dikendarai, cat
tangan, bermain tanah liat, puzzle, balok-balok besar.
5) Disiplin
a) Kebebasan yang tidak dibatasi merupakan ancaman untuk keamanan toddler
meskipun membatasi toddler adalah dalam mencoba perilakunya.
b) Tindakan disiplin seharusnya:
- Konsisten
20
- Segera setelah kesalahan dilakukan
- Direncanakan terlebih dahulu
- Berorientasi pada perilaku, bukan anak
- Pribadi (tidak didepan umum) dan tidak menyebabkan toddler malu.
c) “Timeouts”, merupakan tindakan disiplin yang efektif
- Orang tua harus mengajak toddler pergi keluar ke lingkungan yang aman dan
tanpa stimulasi.
- Durasi sebaiknya satu menit per tahu usia anak. Orang tua dapat
menggunakan alat penghitung waktu yang bersuara untuk memantau durasi.
2. Perkembangan Motorik
Menurut Cahyaningsih (2011) menyatakan perkembangan motorik pada usia
toddler terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
a. Motorik Kasar
1) Berjalan tanpa bantuan pada usia 15 bulan
2) Berjalan menaiki tangga, berpegangan satu tangan pada usia 18 bulan.
3) Berjalan dan menuruni tangga dengan satu langkah pada usia 24 bulan.
4) Toddler melompat dengan 2 kaki pada usia 30 bulan.
b. Motorik Halus
1) Membangun menara 2 blok dan mencoretcoret secara spontan pada usia 15
bulan. 20
2) Membangun menara 3-4 blok pada usia 18 bulan.
3) Meniru coretan ventical pada usia 24 bulan.
4) Membangun menara 8 blok dan meniru tanda silang pada usia 30 bulan
c. Perkembangan Bicara dan Bahasa
Menurut Maryunani (2011) menyatakan perkembangan bahasa sesuai usia:
N Usia Uraian
o
1 Usia 15 bulan Anak menggunakan istilah yang eksresif.
2 Usia 2 tahun Anak bisa menggunakan 300 kata,
menggunakan 2 atau 3 suku kata (frase) dan
menggunakan kata ganti.
3 Usia 2,5 tahun Anak menyebutkan nama panggilan dan nama
lengkapnya; anak juga menggunakan kata
jamak.
21
Kemajuan bicara setelah usia 2 tahun berlalu anak akan meninggalkan
komunikasi prabicara yang sangat berperan selama masa bayi, setelah berusia
dua tahun. Periode mengoceh juga telah berlalu, anak lebih banyak belajar bicara
meskipun isyarat banyak digunakan sebagai pelengkap pembicaraan, misalnya
saja anak menyebut pipis dengan memegang celana.
22
DAFTAR PUSTAKA
Agrina & Zulfitri, R. (2012). Efektifitas Asuhan Keperawatan Keluarga Terhadap Tingkat
Kemandirian Keluarga Mengatasi Masalah Kesehatan di Keluarga. 7(2): 81-89.
Hati FS, Lestari P. Pengaruh Pemberian Stimulasi pada Perkembangan Anak Usia 12- 36
Bulan di Kecamatan Sedayu, Bantul. J Ners dan Kebidanan Indones.
2016;4(1):44.
Hastuti, S. 2010. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Formaldehid Pada Ikan Asin di Madura.
Jurnal Agrointek. 4(2):132-137.
Jurana. (2017). Perkembangan Motorik Kasar Dan Halus Pada Anak Usia 1-3 Tahun
(Toddler) Di Kelurahan Mamboro Barat Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro.
Jurnal Ilmiah Kedokteran. Vol. 4 No. 3.
Keliat, Budu Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. EGC, Jakarta.
Indiarti Mt. 2017. A to z the golden age merawat, membesarkan dan mencerdaskan bayi
anda sejak dalam masa kandungan hingga usia 3 tahun. Edisi 1. Yogyakarta :
ANDI
Rahmad. 2019. Ilmu perilaku manusia pengantar psikologi untuk tenaga kesehatan.
Jakarta : TIM
Sitoresmi, S., Kusnanto., & Krisnana, I. (2015). Perkembangan Motorik Anak Toddler pada
Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja. Jurnal Pediomaternal, 03 (01).
23
Wong, et al. (2009). Wong buku ajar keperawatan pediatrik. (alih bahasa: Andry Hartono,
dkk). Jakarta. EGC.
Widyanti, F. (2013). “Pengaruh Teknik Lima Jari Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operasi di RSUD dr. Soedarso Pontianak Kalimantan Barat”. Kalimantan Barat:
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Diakses pada tanggal 3
Januari 2018
Velderman, M., Crone, M., Wiefferink, C & Reijneveld, S. (2010). Identification and
management of psychosocial problems among toddlers by preventive child
health care professionals. Europe : European Journal of Public Health
24