Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Presntasi Proposal Skripsi Sri Bulan Suci

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 52

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN AKIDAH AKHLAK ANTARA SISWA YANG TINGGAL DI


PONDOK DAN DI LUAR PONDOK SISWA KELAS VIII MTS
AWALUDDIN KUO MAMUJU TENGAH

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.
Pd.) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Jurusan Tarbiyah dan
Keguruan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN ) MAJENE.

Oleh

SRI BULAN SUCI

10156117086

JURUSAN TARBIYAH DAN KEGURUAN

STAIN MAJENE

2021
KATA PENGANTAR

‫الر حيم‬
ّ ‫الر حمن‬
ّ ‫بسم اهلل‬
Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat dan petunjuk-Nya sehingga Proposal Penelitian dengan judul :
Studi komparasi hasil belajar Siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak Antara
yang tinggal di pondok dan di luar pondok siswa kelas VIII Mts Awaluddin Kuo
Mamuju Tengah dapat diselesaikan.

Adapun proposal ini dibuat dengan tujuan dan pemanfaatnnya ini telah saya
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar proposal ini. Pada kesempatan kali ini, peneliti
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak-pihak yang telah
membantu atau dukungan moril dan materiil sehingga proposal penelitian ini
dapat selesai dengan baik. Hal ini ucapan terima kasih ditujukan kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Wasilah, S.T., M.T selaku pimpinan Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri Majene;
2. Dr. H. M. Nafis Djuwaeni, MA,. selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Majene periode 2017-2020;
3. Bapak Dr. Muliadi, S.Ag., M.Sos.I. selaku wakil ketua I dalam bidang
akademik dan kelembagaan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Majene;
4. Bapak Dr. Suddin Bani, M. Ag., wakil ketua II dalam bidang administrasi
umum, perencanaan, dan keuangan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Majene dan selaku penguji pertama dalam pelaksanan seminar proposal;
5. Bapak Dr. Anwar Sadat, S.Ag., M.Ag,. selaku wakil ketua III dalam
kemahasiswaan dan kerjasama di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Majene
6. Bapak Dr. Hamzah S. Fathani, S.Ag., M.Th.I., selaku ketua Jurusan Tarbiyah
Dan Keguruan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Majene;

i
7. Ibu Usri, M.Pd selaku ketua prodi pendidikan agama Islam Sekolah Tinggi
Agama Islam;
8. Bapak Muhammad Saddang, S.Si. M. Pd., selaku Penguji II;
9. Ibu Zulfianah Sunusi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dalam proses
pembuatan penyusunan proposal penelitian, atas bimbingan, saran dan
motivasi yang diberikan;
10. Bapak Burhanuddin, S.Pd.,M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II dalam
penyusunan proposal penelitian atas bimbingan, saran, dan motivasi yang
diberikan;
11. Seluruh dosen-dosen dan civitas akademik Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Majene;
12. Terimah kasih kepada kedua Orang tua saya yang telah mendoakan saya, dan
mendorong saya lebih semangat dalam mengerjakan proposal ini.
13. saudara-saudara kami atas doa bimbingan dan kasih sayang yang selalu
tercurah selama ini;

Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka saya membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberikan saran serta kritik kepada saya sehingga saya
dapat memperbaiki proposal ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari proposal ini dapat diambil


hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap
pembacanya.

Majene, 29 April 2021

Sri Bulan Suci

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................5
C. Hipotesis........................................................................................................5
D. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Pembahasan...........................6
E. Kajian Pustaka..............................................................................................6
F. Tujuan Penelitian.........................................................................................8
G. Manfaat Penelitian.......................................................................................9
BAB II TINJAUAN TEORITIS..............................................................................9
A. Hasil Belajar.................................................................................................9
H. Akidah Akhlak............................................................................................15
I. Pondok Pesantren.......................................................................................18
J. Kerangka Pikir............................................................................................24
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................26
A. Jenis dan Lokasi Penelitian.......................................................................26
K. Pendekatan Penelitian................................................................................26
L. Populasi dan Sampel..................................................................................26
M. Metode Pengumpulan Data.......................................................................28
N. Instrumen Penelitian..................................................................................30
O. Validasi dan Realibilitas Instrumen.........................................................31
P. Teknik Pengolahan dan Analisis Data.....................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................37
LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................41

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah upaya untuk memanusiakan manusia. Penyelenggaraan

pendidikan harus berorentasi untuk membangun dan merevitalisasi kualitas SDM

(Sumber Daya Manusia) agar memiliki kompetensi sesuai kebutuhan zaman. 1

Pendidikan merupakan salah satu aktifitas yang mengembangkan kepribadian diri

setiap individu sampai kapan pun. Oleh karena itu, pendidikan tidak hanya

dilaksankan di dalam ruangan kelas saja akan tetapi bisa juga terlaksana di luar

sekolah.

Pendidikan merupakan suatu sistem yang teratur dan mengembangkan misi

yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan pengembangan fisik,

kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada

masalah kepercayaan atau keimanan.2 Dalam pendidikan ada seseorang yang

berperan penting yang akan mengembangkan seluruh aspek pendidikan yaitu

serorang yang disebut dengan tenaga pendidikan.

Tenaga pendidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan

diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan3. Sedangkan Pendidik

merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan

proses pembelajaran, menilai, hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, dan

pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,

1
Ali Miftakhu Rosyad dan Muhammad Anas Ma’arif, Paradigma Pendidikan Demokrasi
dan Pendidikan Islam dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi di Indonesia, Jurnal Pendidikan
Islam, (Vol. 3,No. 2, tahun 2020), h. 76.
2
Depertemen Agama RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Juli 2003
41.938 exp), h. 10.
3
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 2003 (UU RI No. 20 Tahun 2003), Bab 1,
Pasal 1, Ayat 5
2

terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.4 Belajar diartikan sebagai aktivitas

yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik yang aktual

maupun potensial serta perubahan itu padanya berupa didapatkannya kemampuan

baru, yang berlaku dalam waktu relatif lama.5

Belajar adalah kegiatan dan perilaku siswa yang membingungkan, jadi belajar

hanya mampu dilakukan oleh siswa yang sebenarnya. Di manakah siswa menjadi

penentu terjadinya interaksi belajar. Dalam proses pembelajaran kemampuan

siswa didapat dari lingkungan sekitar termaksud lingkugan keluarga, sekolah,

ataupun masyarakat sekitar. Hasil belajar merupakan hasil dari sebuah

kemampuan yang dilakukan oleh siswa dengan usaha sungguh-sungguh. Hasil ini

di dapatkan melalui kemampuan siswa setelah melakukan proses belajar mengajar

dalam pelajaran tertentu.

Dalam lembaga pendidikan khususnya pada mata pelajaran akidah akhlak

yang memilik pengembangan aspek akhlak, dengan akhlak tersebut muncul dari

iman yang tumbuh baik dalam hati. Tentu lembaga pendidikan islam tidak hanya

akan terpaku pada keilmuan yang itu-itu saja, tetapi lembaga berupaya agar

menyesuaikan dengan kemajuan zaman. Oleh karena itu, materi agama islam

dalam mengikuti perkembangan situasi dan kondisi akan dikaitkan dengan

fenomena nyata di masyarakat. Hal ini bertujuan agar para peserta didik mampu

memahami agama islam secara benar kaitannya dengan problematika atau

permasalahan yang berkembang di masyarakat. Langkah ini sekaligus menjadi

bentuk perwujudan lahirnya generasi yang mencerminkan konsep khalifah di

muka bumi dalam menjalankan tugas sebagai pengelola alam.

4
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 2003 (UU RI No. 20 Tahun 2003), Bab
XI, Pasal 39, Ayat 2
5
Noehi Nasution, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: 25 Juni 1998) h. 3
3

Seorang pendidik (guru) akan lebih mengetahui latar belakang atau

pengalaman anak didik mereka. Siswa yang kurang berhasil dalam hasil

belajarnya, guru akan bekerja sama dengan orang tua agar masalah yang dialami

anak didik bisa diatasi. Dengan hal ini orang tua akan meyadari bahwa kondisi

lingkungan sekitar itu dapat memperngaruhi hasil belajar atau bisa menghalangi

anak didik untuk belajar.

Hal ini sesuai dengan yang sedang dialami oleh siswa atau santri MTs di

Pondok Pesantren Awaluddin Kuo, Kecamatan Pangale, Mamuju Tengah.

Dimana santri-santri di pondok pesantren ini terbagi atas dua bagian, yaitu santri

mukim atau yang tinggal di asrama dan santri nonmukim atau yang tinggal di

rumah orang tua masing-masing.

Pengadaan asrama bagi santri diharapkan bisa menyelesaikan permasalahan

tempat tinggal bagi santri yang berasal dari luar daerah atau yang memiliki tempat

tinggal cukup jauh. Dengan keberadaan asrama, maka orang tua santri tidak lagi

dilibatkan dengan permasalahan tempat tinggal anak-anaknya. Bukan hanya itu,

adanya program dan pembelajaran tambahan dari pihak pondok yang menjadi

tujuan penting dari pondok pesantren tersebut pasti membutuhkan waktu lain di

luar jam sekolah. Para santri yang tinggal di dalam asrama juga diharapkan bisa

hidup mandiri dan memiliki kepekaan sosial utamanya di lingkungan asramanya.

Di sekolah MTs Awaluddin Kuo memiliki perbedaan latar belakang

lingkungan tempat tinggal. Perbedaan latar belakang tempat tinggal siswa akan

dapat berimbas pada perbedaan hasil belajar, terutama pada hasil belajar mata

pelajaran akidah akhlak. Siswa yang tinggal di asrama lebih tinggi hasil

belajarnya, karena siswa yang tinggal diasrama akan lebih paham mengenai

masalah keagamaan. Mereka juga mendapatkan materi-materi tambahan setelah

pelajaran yang dilaksanakan di sekolah, materi-materi yang mereka dapat dari


4

ustadz atau kiyai. Akan tetapi biasanya hal tersebut tidak selalu benar, karena

hasil belajar siswa yang tidak tinggal di asrama kadang memiliki nilai hasil belajar

tinggi, bahkan kadang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tinggal di

asrama.

Oleh karena itu peneliti ingin meneliti terkait betapa pentingnya memilih latar

belakang tempat tinggal siswa serta faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar siswa, sehingga dapat menambah pengetahuan dan pembelajaran betapa

sangat penting memilih tempat atau lingkungan belajar yang baik, terutamanya di

tunjukkan kepada orang tua dalam memilihkan tempat tinggal bagi anak-anak

yang ingin menuntut ilmu, sehingga anak bisa lebih fokus dalam pelajaran.

Terdapat beberapa penelitian relevan tentang perbedaan hasil belajar siswa

yang menetap di pesantren dan santri yang menetap di rumah pada pelajaran fiqih

di Mts Inayatullah Gasing Laut. Peneliti mendapatkan hasil siswa belajar di

pondok pesantren lebih unggul dibandingkan dengan santri yang menetap di

rumah orang tua. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Tria

Maghfirotin) tentang studi komparasi hasil belajar siswa tinggal di asrama

dengan pondok pesantren pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam di Man 2

Kuningan Jawa Barat. Dia mendapatkan kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan

yang signifikan pada siswa tinggal di asrama maupun pondok pesantren pada

mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam. Berdasarkan latar belakangan di atas

penelitian tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan mengangkat judul:

Studi komparasi hasil belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak

antara siswa yang tinggal di pondok dan di luar pondok siswa kelas VIII

MTs Awaluddin Kuo Mamuju Tengah tahun ajaran 2020/2021


5

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut, penulis dapat mengidentifikasikan

beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak kelas

VIII di MTs Awaluddin Kuo yang tinggal di pondok pesantren ?

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak kelas

VIII di MTs Awaluddin Kuo yang tinggal di luar pondok pesantren?

3. Adakah perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak

kelas VIII di MTs Awaluddin Kuo antara siswa yang tinggal di asrama

dengan siswa yang tinggal di luar pondok pesantren?

C. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan sementara atau dugaan yang bersifat sementara

terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah sehingga harus

diuji secara empiris. Hipotesis berasal dari kata hupo dan thesa artinya sementara

kebenarannya dan tesis artinya pernyataan teori. Jadi hipotesis adalah pernyataan

sementara yang akan diujikan kebenarannya.6

Berdasarkan dari teori atau pendapat tersebut, maka rumusan hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak

antara siswa yang tinggal di pondok dan di luar pondok siswa kelas VIII di MTs

Awaluddin Kuo Mamuju Tengah

Ha : Ada perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak antara

siswa tinggal di pondok dan di luar pondok siswa kelas VIII di MTs Awaluddin

Kuo Mamuju Tengah

6
Wawan Kurniawan dan Aat Agustini, Metodologi Penelitian Kesehatan dan
Keperawatan,( Jawa Barat : CV. Rumah Pustaka, 2021). h. 38.
6

D. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Pembahasan

Variable penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di

tetapkan oleh seseorang penelitian dengan tujuan untuk dipelajari sehingga

didapatkan informasi mengenai hal tersebut dan ditariklah sebuah kesimpulan7.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas variabel (Y) dan

variabel (X). Yang menjadi variable terpengaruh adalah hasil belajar siswa yang

tinggal di pondok sedangkan variabel pengaruh adalah hasil belajar yang tinggal

di luar pondok pesantren. Adapun indikator variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Nilai hasil belajar siswa pada cacatan penilaian khusus yang dikeluarkan

oleh guru.

2. Siswa yang tinggal di pondok, yaitu siswa yang mendapatkan program

pembelajaran tambahan dari pihak sekolah atau di lingkungan asrama.

3. Siswa yang tinggal di luar pondok, yaitu siswa yang tinggal di rumah

masing-masing. Siswa luar asrama tidak dibebankan untuk mengikuti

program pembelajaran tambahan dari pihak sekolah atau lingkungan

asrama.
E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan bagian yang mengungkap teori yang relevan

dengan masalah penelitian yang sedang diteliti. Berdasarkan pada penelaahan

yang dilakukan, penelitian-penelitian yang membahas mengenai studi komprasi

hasil belajar ditemukan beberapa penelitian yang relevan sebagai berikut:

1. Skripsi Suci Firidianti (2017), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Raden Fatah Palembang. “ Studi komparasi hasil belajar yang menetap di

pesantren dan santri yang menetap di rumah pada mata pelajaran fiqih di

7
Lira Agusinta, Pengantar Metode Penelitian Manajemen, ( Surabaya, CV. Jakad Media
Publishing, 2020) h. 57.
7

mts inayatullah Gasing Laut”. Dalam Skripsi ini diteliti tentang

bagaimana perbandingan hasil belajar dibidang studi fiqih antara siswa

yang menetap di pesantren dan santri yang menetap di rumah. Di Mts

Inayatullah Garing Laut. Menghasilkan kesimpulan bahwa ada perbedaan

hasil belajar bidang studi fiqih antara siswa yang menetap di pesantren dan

santri yang menetap di rumah di MTs Inayatullah Gasing Laut. Dalam

skripsi ini persamaanya adalah sama-sama memiliki dua kelompok subyek

penelitian yaitu siswa yang tinggal di pesantren dan yang menetap di

rumah (di luar pesantren) sedangkan perbedaanya adalah mata pelajaran

yang akan diteliti.

2. Skripsi Laila Navlah Hasanah (2018), Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

IAIN Purwokerto. “Studi komparasi prestasi belajar bahasa arab siswa

yang tinggal di asrama dan luar asrama smp boarding school putra

harapan purwokerto tahun pembelajaran 2017/2018”.Dalam Skripsi ini

diteliti tentang adakah perbedaan prestasi belajar Bahasa Arab Siswa yang

tinggal di asrama dan luar asrama SMP Boanding School Putra Harapan

Purwokerto Tahun pembelajaran 2017/2018. Hasil penelitian ini

menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan prestasi belajar bahasa

arab siswa yang tinggal diasrama dan diluar asrama di SMP Boarding

School Putra Harapan. Persamaan antara skirpsi ini dengan penelitian yang

akan penulis lakukan adalah sama-sama memiliki dua kelompok subyek

penelitian yaitu siswa yang tinggal di asrama dan luar asrama. Sedangkan

perbedaannya adalah terletak pada objeknya.

3. Skripsi Tryas Rohmansyah (2017), "Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

IAIN Raden Intan Lampung. “Perbandingan hasil belajar mata pelajaran

fikih antara siswa berasrama dengan non asrama di MTs Istiqomah


8

Islamiyah Tulang Bawang Barat” Dalam Skripsi ini tentang perbandingan

hasil belajar mata pelajaran fikih antara siswa berasrama dengan non

asrama di MTs Istiqomah Islamiyah Tulang Bawang Barat. Hasil

penelitian ini menyimpulkan hasilnya dinyatakan tidak ada perbedaan

yang signifikan antara siswa dan tinggal di asrama dengan siswa yang

tinggal di luar asrama yang dinyatakan dengan hasil perhitungan (0, 15) <

t a; db (1,,70). Dengan ini bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh

faktor yang berasal dari dalam siswa seperti faktor minat, bakat,

intelegensi, kemampuan kognitif seperti mengingat dan berfikir.

Dari beberapa skripsi terdahulu, penulis mengambil sebagaian bahan acuan

bahwa ada suatu persamaan dan perbedaan dengan skripsi yang akan penulis teliti.

Persamaanya adalah sama-sama membandingkan mengenai hasil belajar siswa

yang berada di antara dua tempat. Dengan ini peneliti meneliti hasil belajar siswa

antara siswa di asrama dengan hasil belajar siswa yang tinggal di asrama.

Sedangkan perbedaan diketahui dapat dilihat dari letak objek penelitiannya,

yaitu tempat dan mata pelajaran yang akan diteliti. Pelajaran terebut yaitu mata

pelajaran akidah akhlak. Dari pelajaran tersebut yang di ambil yaitu nilai hasil

belajar siswa.
F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan dari
penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak kelas

VIII di Mts Awaluddin Kuo yang tinggal di pondok

2. Mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak kelas

VIII di Mts Awaluddin Kuo yang tinggal di luar pondok.


9

3. Mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar siswa pada mata


pelajaran akidah akhlak kelas VIII di Mts Awaluddin Kuo antara siswa
yang tidak tinggal di pondok atau di luar pondok.

G. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Dalam penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar bagi orang tua siswa

bahwa memilih tempat tinggal yang baik akan dapat meningkatkan hasil

belajar anak. Sekolah juga dapat menjadikan landasan untuk membuat inovasi

atau sesuatu yang baru terhadap pembelajaran siswa-siswanya.

2. Manfaat praktik

a. Bagi sekolah/ madrasah yang bersangkutan diharapkan dengan penelitian ini

dapat memperbaiki proses pembelajaran di sekolah sehingga dapat

menyeimbangkan hasil nilai belajaran antara siswa yang tinggal di asrama

atau siswa yang tidak tinggal di asrama. Terutama pada mata pelajaran akidah

akhlak.

b. Bagi guru penelitian ini bisa memberikan pengajaran dengan banyak inovasi.

Agar dalam kegiatan pelajaran aqidah akhlak lebih diminati peserta didik,

sehingga tidak terkesan monoton.

c. Bagi siswa penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar

terutama pada mata pelajaran akidah akhlak tanpa harus melihat status

sebagai siswa asrama atau siswa luar asrama.

d. Bagi penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan

sebagai sarana pengembangan diri. Serta dapat memberi solusi untuk

permasalahan yang ditemukan.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Hasil Belajar

1. Pengertian hasil belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yaitu hasil dan

belajar. Hasil berarti sesuatu yang diadakan (dibuat dijadikan) oleh suatu

usaha, sedangkan belajar mempunyai banyak pengertian diantaranya adalah

belajar merupakan perubahaan yang terjadi dalam diri seseorang setelah

melalui proses.8

Hasil belajar merupakan tujuan akhir setelah proses kegiatan belajar atau

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Untuk

memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan

tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. 9 Jadi, hasil

belajar merupakan prestasi yang diraih oleh setiap siswa dalam proses

kegiatan belajar.
Hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan itu

meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor,

namun sudah sejak lama orang pada umumnya sangat mengutamakan aspek

kognitif, bahkan kadang-kadang terdapat praktek-praktek yang menunjukkan

seakan-akan aspek kognitif akan tetap merupakan faktor-faktor yang penting

dalam kegiatan belajar para siswa.

8
Muh. Yusuf Mappeasse, Pengaruh Cara dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar
Programmable Logic Controller (PLC) Siswa Kelas III Jurusan Listrik SMK Negeri 5 Makassar,
Jurnal MEDTEK, (Vol. 1, No. 2, Oktober 2009)
9
Sarifah Rukhoiyah dan M. Zaimuddin W. As’ad, Studi Perbandingan Hasil Belajar
Fiqih antara siswa yang tinggal di Pondok dengan yang luar Pondok, Jurnal Pendidikan Islam
( Vol. 4, No. 1 Juni 2020) h. 79-80.
10

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

a. Faktor internal siswa

Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri setiap siswa yang belajar

yang meliputi aspek fisiologis dan aspek psikologis:

1) Aspek fisiologis

Dalam aspek ini umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan

belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan

belajarnya dari orang yang dalam keadaan cacat tubuh. Hal ini kondisi panca

indera sangatlah penting, terutama penglihatan dan pendengaran. Karena

sebagaian besar yang dipelajari oleh manusia dengan belajar langsung dengan

membaca, melihat contoh atau model, Melakukan observasi, mengamati hasil-

hasill eksperimen, mendengarkan keterangan dari guru, mendengar, ceramah,

mendengarkan keterangan orang lain dalam diskusi dan sebagainya.

2) Aspek psikologi

Aspek Psikologi adalah aspek yang mendukung prestasi siswa. Adapun

aspek Psikologi adalah:


a) Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada hal atau suatu

aktivitas, tampa ada kata menyuruh. Minat merupakan perhatian, kesukaan

(kecenderungan hati) kepada sesuatu untuk belajar seperti belajar sholat, belajar

menulis huruf Arab, atau belajar membaca Al-Qur’an. Minat pada anak sering

kesulitan bila dibedakan dengan keingintahuan.

b) Kecerdasaan

Dalam pandangan lama ada beberapa pengertian tentang kecerdasan.

Kecerdasan menurut Steven J. Gould dari Harvard adalah kapasitas mental umum

yang meliputi kemampuan untuk memberikan alasan, membuat rencana,


11

memecahkan masalah, berpikir abstrak, menghadapi ide yang kompleks, belajar

dari pengalaman, dan dapat diukur dengan tes IQ yang tidak dipengaruhi oleh

budaya dan genetik yang berperan besar. Secara tertahap IQ distabilkan selama

masa anak, dan setelah masa itu hanya sedikit perubahannya.10

c) Bakat

Menurut Bigham bakat sebagai kondisi atau kemampuan yang dimiliki

seseorang yang dimiliki sesorang yang memungkinkan dengan suatu latihan

khusus dapat memperoleh suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan

khusus.11 Disamping inteligensi bakat merupakan format yang besar pengaruhnya

terhadap proses hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada orang yang membantah,

bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan

berhasilnya usaha itu. Jadi bakat merupakan kemampuan seseorang yang tidak

dimiliki oleh orang lain. Misalnya seseorang mempunyai bakat mengetik, maka ia

dapat mengetik dengan lancar dan cepat dibandingkan dengan orang yang kurang

atau tidak mempunyai bakat mengetik.

Al-Qur’an menyebut bakat dengan istilah syakilah terdapat dalam Allah

berfirman dalam QS Al-Isra’/17:84

۸٤ . ‫قُ ْل ُكلٌّ َي ْع َم ُل َعلَى َشا كِلَثِ ِه َفَر بُّ ُك ْم أ َْعلَ ُم مِب َ ْن ُه َو أ َُه َدى َسبِْياًل‬.
Artinya: “ Tiap-Tiap orang berbuat menurut keadaanya masing-masing.”

Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalanNya. (Q. S Al

Isra’/17: 84)

10
Kadek Suarca, Soetjiningsih, IGA, dan Endah Ardjana, Kecerdasaan Majemuk pada
anak, sari Pediantri, (Vol. 7, No. 2, September 2005 ) h. 86.
11
Indah Ayu Anggraini, Wahyuni Desti Utami, dan Salsa Bila Rahma, Mengidentifikasi
Minat Bakat Siswa Sejak Usia Dini di SD Adiwiyata, Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan,(Vo.
2, No. 1, Januari 2020) h. 162.
12

84. Pa’uango’o (Muhammad): “Inggannana tau mappogau’i me’apai

ullena.” Jari Puangmu la’bi ma’issang inai la’bi parua tangalalangna.12

Semua Orang bekerja, sesuai “syaakilah”-nya masing-masing. Apa

“syaakilah” itu ? “Syakl” dalam bahasa arab artinya bentuk. Setiap orang

memiliki keunikan. Allah menciptakan kepribadian sangat, berbeda satu sama

lain. Dan setiap orang harus berusaha mencari tahu, bagaimana kepribadian

mereka, untuk mencapai fitrah penciptaan diri yang Allah maksudkan.“Tidaklah

Allah menciptakan sesuatu dengan suatu maksud.”13

Jadi kata syaakilah dalam Al- Qur’an yaitu bakat yang merujuk pada

kemampuan individu dalam melaksanakan tugas masing-masing.

d) Motivasi

Motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Karena

sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuan

yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar

sehingga ia tidak berusaha untuk mengarahkan segala kemampuannya. Dengan

hal ini motivasi berperan dalam kejadian tersebut.

Menurut Sudarwan motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan,

kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme, psikologi yang mendorong

seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan

apa yang dikehendakinya.14 Motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan

perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu.

12
Kementrian agama, Qur’an kemenag dan terjemahan bahasa mandar, Jakarta: 2019
13
https://medium,com/kajian/kang-firman-talent-mapping-59e79ce70d0b(diakses pada 4
februari 2020, pukul 23.01
14
Siti Suprihatin, Upaya Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa,Jurnal
Pendidikan Ekonomi Um Metro,(Vol. 03 No. 1 Tahun 2015) h. 74.
13

b. Faktor eksternal siswa

Faktor eksternal meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan

lingkungan masyarakat.

1) Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari ayah, ibu,

dan anak-anak yang memiliki hubungan sedarah. Dalam hal ini seorang ibu

berperan sangat penting dan berpengaruh tumbuh kembang seorang anak.

Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan

tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individu maupun

pendidikan sosial. Karena keluarga itu tempat pendidikan yang sempurna sifat

dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan ke arah pembentukan pribadi

yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak tapi juga bagi para remaja. 15 Jadi,

keluarga merupakan wadah dimana sifat-sifat kepribadian anak terbentuk

pertama kali, dalam keluarga pula anak pertama kali mengenal nilai dan norma

dalam hidupnya.16

2) Lingkungan sekolah

Menurut Syaodih Sukmadinata mengemukakan bahwa lingkungan sekolah

juga memegang peranan penting bagi perkembangan belajar para siswa.

Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan, sekolah,

sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar, media belajar

dan seterusnya, lingkungan sosial yang menyangkut hubungan siswa dengan

teman-temannya, guru-gurunya staf sekolah yang lain, lingkungan sekolah juga

Umar Tirtarahardjra dan L. La Sulo, Pengantar Pendidikan,(Jakarta : 1995) h. 171.


15

Muhammad Muslih, Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Sekolah


16

Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 6 SDN Limbangan, Jurnal Ilmiah Indonesia, ( Vol. 1, No.
4 Desember tahun 2016 ) h. 43.
14

menyangkut lingkungan akademis yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan

belajar-mengajar, berbagai kegiatan kokurikuler dan lain-lain.17

Sekolah adalah sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan

pendidikan. Karena seiring perkembangan zaman keluarga tidak mungkin lagi

memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap ilmu

pengetahuan dan teknologi. Semakin maju suatu masyarakat maka semakin

penting peranan sekolah. Dengan demikian pendidikan di sekolah menjadi

secara seimbang dan serasi menjamah aspek pembudayaan, penguasaan

pengetahuan, dan pendidikan keterampilan peserta didik.18

3) Lingkungan pondok pesantren

Lingkungan pondok pesantren adalah lingkungan yang melengkapi

lingkungan sekolah. Pada lingkungan ini memiliki nuansa ilmu agama islam.

Lingkungan ini mengajarkan kepada siswa untuk menerapkan ajaran agama

islam dalam kehidupan sehari-hari yang dibentuk oleh para kiyai dan ustadz

sebagai orang tua siswa. Siswa yang belajar di pondok pesantren disebut

dengan santri. Santri dalam pondok pesantren dibagi menjadi dua bagian yaitu

santri yang tinggal di pondok dan santri yang di luar pondok. Hal ini yang

membedakan dari mereka adalah santri yang tinggal di pondok mendapatkan

pelajaran tambahan seusai kegiatan sekolah yang biasa disebut dengan diniyah.

Sedangkan santri yang tinggal di luar pondok tidak diwajibkan mengikuti

kegiatan yang dilakukan di pondok pesantren.


4) Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga

sesudah keluarga dan sekolah. Pendidikan dalam masyarakat boleh dikatakan

17
Sri Wahyuningsih dan M. Djazari, Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Kebiasaan
Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 SRANDAKAN,
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia, h. 142.
18
Umar Tirtarahardjra dan L. La Sulo, Pengantar Pendidikan,….. h. 174-175.
15

pendidikan secara tidak langsung, pendidikan yang dilaksanakan secara tidak

sadar oleh masyarakat.19

B. Akidah Akhlak

1. Pengertian akidah akhlak

Akidah secara umum adalah kepercayaan, keimanan, keyakinan secara


mendalam lalu merealisasikannya dalam perbuatannya. Sedangkan dalam
agama islam berarti percaya sepenuhnya kepada keEsa-an Allah, di mana
Allahlah pemegang kekuasaan tertinggi dan pengatur atas segala apa yang ada
di jagad raya.20

Akhlak berasal dari Bahasa Arab, yaitu bentuk jamak dari kata khuluqun

yang artinya tabiat, budi perketi, al-‘aadat yang artinya kebiasaan, al-

murruu’ah yang artinya peradaban yang baik, dan ad-din yang berarti agama.

Akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang berakibat

timbulnya berbagai perbuatan secara spontan tanpa disertai pertimbangan.

Akhlak dapat juga diartikan sebagai perangai yang menetap pada diri seseorang

dan merupakan sumber munculnya perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya


secara spontan tanpa adanya paksaan.21

Menurut Imam Al-Ghazali menyatakan apabila akidah telah tumbuh pada

jiwa seorang muslim, maka tertanamlah dalam jiwanya rasa bahwa Allah

sajalah yang paling berkuasa, segala wujud yang ada ini hanyalah makhluk

belaka.22

19
Sulaiman Saat, Faktor-faktor Determinan Dalam Pendidikan, jurnal Al-Ta’dib, ( Vol.
8, No. 2, Juli-Desember, tahun 2015) h. 15.
20
Dedi Wahyudi, Pengantar Aqidah Akhlak dan Pembelajaranya, (Yogyakarta: 2017) h.
2.
21
Dedi Wahyudi, Pengantar Aqidah Akhlak dan Pembelajaranya, …..h. 3.
22
Fitri Fatimatuzahroh, Lilis Nurteti, dan S. Koswara, Upaya Meninggakatkan Hasil
Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Melalui Metode Lectures Vary, Jurnal
Penelitian Pendidikn Isla, (Vol. 7, No. 1, 2019), h. 38.
16

Dari pengertian etimologi tersebut, akhlak bukan saja merupakan tata

aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia

tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah SWT

dan bahkan dengan seluruh alam semesta.

Adapun didalam Al Mu’jam al- Wasit disebutkan definisi akhlak sebagai

berikut:

‫اج ِة اِىَل‬ ِ ِ ِِ
َ ‫ص ُد ُر ااْل نْف َعا ُل ب ُس ٍر م ْن َغرْيِ َح‬
ِ ِ ‫الن ْف‬
ْ َ‫س َراس َخةٌ َعْن َها ت‬ َّ ‫اَخْلُلُ ُق َعبَا َع ْن َهْيئَ ٍة ىِف‬
‫فِ ْك ٍر َو ُر ْؤيٍَة‬.
“Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya lahirlah

macam-macam perbuatan baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikirannya

dan pertimbangan.

Akhlak diartikan sebagai situasi jiwa yang mengajak pada perbuatan yang

dilakukan secara spontan, tanpa harus berpikir atau pertimbangan yang matang

dan seksama ( Ibnu Maskaweh 421 H/1030 M)23

Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang didalamnya terkandung

nilai-nilai akhlak, atau bahkan secara umum, al-qur’an itu sendiri adalah

akhlak, dalam arti pakaian, cara kita hidup, berpikir dan berbuat serta

berinteraksi- komunikasi- baik dengan khalik maupun dengan makhluk.

Allah SWT berfirman dalam QS Al-Baqarah/2:83


ِ ‫اَل َت ْعبُ ُدو َن إِاَّل اهللَ َوبِالْ َو الِ َديْ ِن إِ ْح َسا نً َاو ِذالْ ُق ْرىَب َوالْيَتَا َمى َوالْ َم َسا كِنْي ِ َوقُولُولِلن‬
‫َّاس ُح ْسنًا‬
“Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada

kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan

bertutur katalah yang baik kepada manusia” (Qs. Al-Baqarah [2]:83)

Terjemah Bahasa Mandar

23
Hadi Yasin, Ayat-ayat akhlak dalam Al-Qur’an (membangun menuju kemulian
peradaban), Jurnal Pendidikan Islam, ( Vol. 2, No. 2, 2019), h. 2.
17

83. Anna (ingarangi), di wattu Iyami’ maala assitalliang pole di Bani

Israil (iyamo): “Da mie’ passomba sangadinna Puang Allah Taala, anna

penggau’ mapiao lao di indo ama, anna to di alawe (pallulluareang), anna

nanaeke beong, anna to kasi-asi, anna pappauo mie’ pau mapia lao di rupa

tau, anna ke’deangi mie’ sambayang, anna pasilennarangi mie’ sakka’.”

Mane meppondo’o mie’ saelaenna sambareang saicco’ pole di sesemu mie’”.

Anna i’o mie’ to meppondo’ (pabali-bali).

2. Karakteristik mata pelajaran akidah akhlak

Pendidikan akidah akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengimani

Allah SWT, dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam

kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,

penggunaan pengalaman, keteladaan dan pembiasaan.

Berdasarkan beberapa uraian tersebut di atas dapat dipahami bahwa secara

umum karakteristik mata pelajaran aqidah akhlak lebih menekankan

pengetahuan, pemahaman dan penghayatan siswa terhadap keyakinan/

kepercayaan (iman), serta perwujudkan keyakinan ( iman), dalam bentuk sikap

hidup siswa, baik perkataan maupun amal perbuatan, dalam berbagai aspek

dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dipahami bahwa ciri-ciri

khas( karakteristik) pembelajaran aqidah akhlak di Tsanawiyah menekankan

pada aspek-aspek berikut:

a. Pembentukan keyakinan atau keimanan yang benar dan kokoh pada diri siswa

terhadap Allah, Malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Hari akhir, dan qadha

dan qadar, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk sikap dan perbuatan

dalam kehidupan nyata sehari-hari.

b. Proses pembentukan tersebut dilakukan melalui tiga tahapan sekaligus, yaitu:


18

1) Pengetahuan dan pemahan siswa terhadap akidah akhlak yang benar

(rukun iman), serta mana akhlak yang baik dan yang buruk terhadap diri

sendiri, orang lain, dan alam lingkungan yang bersifat pelestarian alam,

hewan dan tumbuh-tumbuhan sebagai kebutuhan hidup manusia.

2) Penghayatan siswa terhadap aqidah yang benar (rukun iman), serta

kemauan yang kuat dari siswa untuk mewujudkannya dalam sikap dan

tingkah lakunya sehari-hari.

3) Kemauan yang kuat (memotivasi iman) dari siswa untuk membiasakan diri

dalam mengamalkan akhlak yang baik dan meninggalkan akhlak yang

buruk, baik dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri,

dengan sesama manusia, maupun lingkungan, sehingga menjadi manusia

yang berakhlak mulia dalah kehidupan pribadi, masyarakat berbangsa dan

bernegara.

4) Pembentukan akidah akhlak pada siswa berfungsi sebagai upaya

peningkatan pengetahuan siswa tentang aqidah akhlak, pengembangan dan

peningkatan keimanan dan ketaqwaan siswa, perbaikan terhadap akhlak

tercela.24
C. Pondok Pesantren

1. Pengertian pondok pesantren

Zuhairi memberikan definisi mengenai pondok pesantren adalah tempat


murid-murid (disebut santri) mengaji agama islam dan sekaligus di
asramakan di tempat itu. Menurut Mahpuddin Noor memberikan definisi
pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam yang minimal terdiri dari

24
Rh Azizah, Impelementasi Pembelajaraan Akidah Akhlak Dalam Membentuk Akhlakul
Karimah Siswa Kelas X di MAN 2 Tulungangung, ( Skripsi, Fakultar Pendidikan Agama Islam
Negeri Insitut Agama Islam Negeri Tulungangung,Tulungangung 2016) h. 20-21.
19

tiga unsur, yaitu Kiyai/Ustadz yang mendidik serta mengajar, masjid dan
pondok atau asrama25
Pondok pesantren adalah tempat mengali ilmu pendidikan islam yang
diajarkan oleh kiyai dan ustadz di tempat-tempat yang ada di pondok seperti
masjid, asrama dan ruangan kelas.
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan “pondok” dan “pesantren”
dengan pengertian yang sama, yaitu “ asrama dan tempat murid-murid belajar
mengaji.” pendeknya kedua sebutan tersebut mengandung lembaga
pendidikan Islam yang di dalamnya terdapat unsur- unsur “ Kiai” (pemiliki
sekaligus guru), “santri” (murid), “Masjid dan Musollah” (tempat belajar ),
“asrama” (penginapan santri), dan kitab-kitab klasik Islam (bahan
pembelajran).26

2. Elemen-elemen pesantren

Elemen-elemen pesantren terdiri dari pondok, masjid, santri, Kiyai. Kitab-


kitab klasik : kelima elemen dasar ini dapat menjelaskna secara sederhana apa
sesungguhnya hakikat pesantren itu, yang membedakannya dengan lembaga
pendidikan lain, kelima elemen tersebur adalah:
a. Pondok
Pondok merupakan asrama tempat para santri tinggal dan belajar bersama di
bawah bimbingan kiyai. Peserta memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam
membangun pondok bagi para santrinya. Hal ini disebabkan kebanyakkan mereka
datang dari tempat-tempat yang jauh menggali ilmu dari kiyai dan menetap disana
dalam waktu lama. Jika dalam sebuah pesantren terdapat santri laki-laki dan
perempuan, pondok kediaman mereka dipisah. Ada pondok khusus bagi laki-laki
dan ada pondok khusus bagi perempuan. Ternyata dibuat berjauhan dan biasanya

25
Rh Azizah, Impelementasi Pembelajaraan Akidah Akhlak Dalam Membentuk Akhlakul
Karimah Siswa Kelas X di MAN 2 Tulungangung, ……h.111-112.
26
Suci Firidianti, Studi Komparasi Hasil Belajar Siswa yang Menetap di Pesantren dan
Satri yang Menetap di Rumah pada Mata Pelajaran FIQIH di Mts Inayatullah Gasing Laut”,
( Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah
Palembang, Palembang 2017) h. 47.
20

kedua kelompok ini dipisahkan oleh rumah kediaman kiyai, atau ustadz, masjid
dan tempat ruang belajar.27
b. Masjid

Dalam struktur pesantren, masjid merupakan unsur dasar yang harus di miliki

pesantren, karena ia merupakan tempat umum yang ideal untuk mendidik dan

melatih para santri, khususnya dalam mengerjakan tata cara ibadah, pengajaran

kitab-kitab Islam klasik dan kegiatan kemasyarakatan. Masjid pesantren biasanya

dibangun dekat rumah kediaman kiyai dan berada di tengah-tengah komplek

pesantren.28

c. Kiyai

Kiyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren dan

merupakan pendiri pondok pesantren maka sudah wajarnya jika pondok pesantren

pertumbuhan semata-mata tergantung dengan kepribadain seorang kiyainya. Oleh

karena itu kiyai dan pesantren merupakan dua sisi yang selalu berjalan bersama.

Menurut Saiful Akhyar Lubis, Kiyai adalah tokoh sentral dalam suatu pondok

pesantren, maju mundurnya pondok pesantren ditentukan oleh wibawa dan

karisma sang kiyai. Oleh karena itu, tidak jarang terjadi, apabila sang kyai pada
salah satu pondok pesantren wafat, maka pamor pondok pesantren tersebut

menurun karena kiyai yang menggantikannya tidak terkenal kiyai yang telah

wafat itu.29

d. Pengajaran Kitab-kitab Islam Klasik

Dalam tradisi pesantren, Pengajaran kitab-kitab Islam Klasik lazimnya

memakai metode sebagai berikut:

27
Mansur Alam, “ Model Modern Sebagai Alternatif Pendidikan Masa Kini dan
Mendatang” (All Right Reserved, Jakarta : 2011) h. 6- 7.
28
Mansur Alam, “ Model Modern Sebagai Alternatif Pendidikan Masa Kini dan
Mendatang” …...h.7.
29
Khoirul murti ulfiyah, Pengaruh Pondok Pesantren Asrama Penguruan Islam
Tegalrejo Magelang Jawa Tengah,( Skripsi, Ushuluddin Adab Dan Humaniora Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga, 2021) h. 45.
21

1) Metode soroga atau layanan Individual, yaitu bentuk belajar mengajar


kiyai hanya menghadapi seorang santri atau kelompok kecil santri yang
masih dalam tingkat dasar.30
2) Metode wetonan dan bandongan. Metode wetonan dan bandongan, atau
layanan kolektif, ialah metode mengajar dengan sistem ceramah. Kiyai
membaca kitab dihadapan kelompok santri tingkat lanjutan dalam jumlah
besar pada waktu-waktu tertentu seperti sudah shalat berjamaah subuh
atau isya.31
3) Metode musyawarah ialah kegiatan yang merupakan tradisi intelektual di
pesantren yang masih dilestarikan hingga saat ini. Dalam kegiatan ini
ustadz membahas berbagai permasalahan faktual sesuai materi
pembelajaran.32
e. Santri

Jumlah santri dalam sebuah pesantren biasanya dijadikan tolok ukur atas

maju mundurnya suatu pesantren. Semakin banyak santri, pesantren dinilai

semakin maju. Santri ada dua macam, yaitu santri mukim dan santri kalong. Santri

mukim adalah santri yang selama menuntut ilmu tinggal di dalam pondok yang

disediakan pesantren. Sedangkan santri kalong adalah santri yang tinggal di luar
lingkungan pesantren, baik dirumah sendiri maupun di rumah-rumah penduduk di

sekitar lokasi pesantren. Secara umum pengertian santri adalah pemuda yang

memperdalam agama di pesantren. Namun karena hidup di era milineal, harus

mampu menghadapi segala perubahan dan perkembangan teknologi yang semakin

pesat. Santri yang berhasil meraih sebuah prestasi sama halnya dengan mengukir

30
Mansur Alam, Model Modern Sebagai Alternatif Pendidikan Masa Kini Dan
Mendatang, …..h. 9.
31
Mansur Alam, Model Modern Sebagai Alternatif Pendidikan Masa Kini Dan
Mendatang,…..h. 9-10.
32
Fathur Rohman, Pembelajaran fiqih berbasis masalah melalui kegiatan musyawah di
pondok pesantren al-anwar sarang rembang,Jurnal Pendidian Agama, (Vol 8 No. II 2017), h. 189-
190.
22

sejarah penting dalan kehidupan. Kemudian prestasi itu akan menjadi cacatan

sejarah sekaligus motivasi kepada siswa yang belum meraih prestasi.33

Agar dapat melaksanakan tugas mendidik dengan baik, biasanya sebuah

pesantren memiliki sarana fisik yang minimal terdiri dari sarana dasar yaitu

masjid atau pendopo sebagai pusat kegiatan, rumah tempat tinggal kiyai dan

keluarganya, pondok tempat tinggal para santri dan ruangan-ruangan belajar.

3. Pengaruh tinggal di pondok pesantren dengan pembelajaran agama di

sekolah.

Sudah banyak diketahui bahwa banyak sekali pengaruh yang dihasilkan

apabila orang tua memilih memondokkan anaknya di pondok pesantren.

Disamping pembelajaran agamanya yang lebih mendalam juga akhlak siswa

biasanya lebih baik dari yang tinggal di rumah. 34 Dalam lingkungan pondok

pesantren banyak kegiatan yang bersifat keagamaan yang bersumber dari Al-

Qur’an, buku dan beberapa kitab-kitab klasik, seperti antara lain: tauhid, tafsir,

hadits, fiqh, ushul fiqh, tasawuf, bahasa Arab, mantiq dan akhlak.

Di dalam proses pembelajaran tersebut memiliki beberapa tingkat mulai

dari tinggal yang mudah sampai pada tingkat ilmu yang membahas masalah

kitab. sehingga terdapat bentuk tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat

lanjut. Sebelum masuk dalam pembelajaran kitab, siswa lebih dulu diajarkan

membaca al-Qur’an serta mengajarkan praktik-praktik ibadah yang kemudian

berkembang dalam mata pelajaran yang lain. Adapun sumber materi pelajaran

yang diajarkan cukup berbeda dengan sekolah lainnya karena dalam pondok

pesantren diajarkan kitab klasik yang bisa disebut dengan “kitab kuning” yang

33
Tantomi Simamora, “Santri Milenial. Cerdas, Berprestasi dan Berkarakter”,
(Quepedia, 2020) h. 25 & 28.
34
Umar Sidiq, Pengembangan Standarisasi Pondok Pesantren, Jurnal Pendidikan Islam,
(Vol. 7, No. 1, tahun 2013), h. 72.
23

sejak dahulu sudah di ajarkan oleh para ulama. Kitab kuning tersebut memiliki

pengetahuan tetnag ilmu pendidikan agama islam, bahasa arab dan lainnya.

Ada tiga dimensi pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren yaitu

informal, non formal maupun formal. Hal ini Yang dimaksud dengan segi

informal membahas mengenai pelajaran ilmu-ilmu keagamaan seperti tafsir,

hadits, bahasa arab, hafalan al-qur’an, fiqih dan ilmu keIslaman yang langsung

dipraktekkan dalam kegiatan rutinitas sehari-hari. Sedangkan segi non formal

dilakukan dengan latihan kultum tiap individu saat sebelum masuk dalam

ruangan kelas dan dilaksanakan pada pagi hari, pengajian setiap malam-malam

tertentu yang biasa dilakukan di masjid ataupun aula sekolah, pelatihan

organisasi, dan pelatihan keterampilan lainnya. Adapun secara formal bisa

didapatkan melalui pengetahuan di sekolah.35

4. Siswa yang tinggal di asrama/pondok

Siswa yang tinggal di pondok ataupun asrama adalah siswa yang

mengambil asrama penginapan sementaranya, sampai mana pendidikannya

selesai. Sebagian besar mereka adalah orang- orang yang memiliki tempat

tinggal yang cukup jauh dari tempat mereka belajar. Namun ada pula yang

tinggal tidak begitu jauh namun ingin mengikuti segala program yang hanya

diberikan pada siswa asrama sehingga memutuskan untuk tinggal di dalam

asrama. Semua siswa yang tinggal di pondok atau biasa disebut asrama

memiliki aturan tersendiri yang dibuat oleh Kiyai. Mereka juga diberikan

pembelajaran atau pelatihan tambahan di luar waktu sekolah. Pembelajaran

dan pelatihan tambahan ini tidak lain adalah sebagai salah satu upaya

pencapaian visi dan misi lembaga pondok pesantren tersebut.

35
Srijatun, Implementasi Model Pendidikan Pondok Pesantren di Panti Asuhan Puteri
Aisyiyah Slawi Kabupaten Tegal, Jurnal Pendidikan Islam, (Vol. 10, No. 1, tahun 2016), h. 122.
24

5. Siswa yang tinggal di luar asrama/ pondok

Siswa yang tinggal di luar pondok adalah siswa yang tinggal di rumah

masing-masing. Mereka tidak memiliki kewajiban untuk mengikuti program

pembelajaran atau pelatihan tambahan sebagaimana siswa yang tinggal di

asrama ataupun Pondok. Namun tidak ada larangan bagi mereka yang ingin

mengikuti program tersebut tanpa harus tinggal di asrama.

D. Kerangka Pikir

Hasil belajar siswa merupakan prestasi yang dicapai siswa dalam proses

kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan

tingkah laku seseorang. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Akidah akhlak merupakan poros atau

inti kemanakah tujuan hidup manusia. Apabila akidah akhlaknya bagus maka

sejahtera dan damailah lahir dan batinnya. Begitupun sebaliknya jika akidah

akhlak buruk tentu akan rusak lahir dan batinnya, oleh karena itu akidah dan

akhlak merupakan salah satu kunci jatuh bangunnya peradaban suatu bangsa.

Tempat tinggal yang kondusif dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran akidah akhlak. Begitu pula dengan maksud pengadaan sebuah asrama,

yang diharapkan mampu memberikan lingkungan yang lebih baik bagi para

siswanya. Siswa yang tinggal di asrama diberikan konsep belajar secara

berkelompok. Para siswa yang setiap saat mendapatkan pelajaran tambahan setiap

selesai melaksanakan sholat dengan hal ini akhlak siswa akan lebih baik dari yang

tinggal di rumah.

Berbeda dengan siswa yang tinggal di luar asrama, yang dalam kesehariannya

sibuk mengerjakan pekerjaan rumah dan tidak memiliki waktu luang untuk

belajar. Sehingga tidak jarang saat soal ujian yang membahas tentang akidah

akhlak mereka tidak bisa menjawab dengan benar. Akan tetapi siswa yang tinggal
25

di rumah terlihat lebih banyak bertanya di kelas, apalagi jika materi yang belum

dipahami. Perbedaan lingkungan tempat tinggal belum tentu memberikan hasil

belajar siswa dengan tingkat yang berbeda, atau salah satu tempat tinggal bisa

memberikan pengaruh hasil belajar yang lebih baik tanpa dibarengi dengan minat

dan faktor lain dari siswa.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan asrama

dan luar asrama sama-sama memiliki pengaruh untuk meningkatkan hasil belajar.

Semakin kondusif tempat tinggal siswa diharapkan mampu memberikan dorongan

yang lebih dalam meningkatkan hasil belajar. Orang-orang yang berada di

lingkungan tersebut sebagai pelaku interaksi dan komunikasi juga diharapkan

dapat memberikan respon yang baik guna meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil Belajar
Akidah Akhlak

Siswa Yang Siswa Yang Tinggal


Tinggal Di Pondok Di luar Pondok
Pesantren Pesantren

Perbedaan hasil belajar


siswa yang tinggal di
Asrama dan siswa yang
tidak tinggal di asrama

Gambar 1.1 Kerangka Pikir


26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

lapangan field research yaitu sebuah penelitian yang dilakukan dengan turun

langsung ke lapangan atau kepada responden. Dengan begitu peneliti dapat

langsung menggali informasi dari lapangan atau responden. Berdasarkan

penelitian ini, maka peneliti akan mencari informasi terkait dengan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak pada siswa yang tinggal di

asrama dan siswa yang tingga di luar asrama.

2. Lokasi penelitian

Adapun lokasi penelitian dilaksanakan di pondok pesantren Awaluddin

Kuo yang beralamat di Jl. Santri no. 1 Desa Kuo Kecematan Pangale,

Kabupaten Mamuju Tengah.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif atau pendekatan yang

lebih banyak mengumpulkan data-data kuantitatif berupa gambar atau angka-

angka. Metode penelitian yang digunakan adalah metode komparasi dengan

membandingkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak antara

yang tinggal di asrama dan yang tinggal di luar asrama.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah geniralisasi yang terdiri atas : obyek/ subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti


27

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.36 Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh kelas VIII A, VIII B, dan VIII C Mts Awaluddin

Kuo Mamuju Tengah dengan jumlah siswa 45 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi.37 Jika dalam situasi tertentu peneliti

mendapati populasi yang besar, maka dalam hal ini peneliti tidak mungkin

meneliti seluruh populasi tersebut. Sampel yang peneliti gunakan adalah

sebagian dari siswa kelas VIII MTs Awaluddin Kuo.


Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampling
Kuata yaitu teknik yang menentukan sampel dari populasi yang mempunyai
ciri-ciri tertentu sampai jumlah (jatah) yang dihendaki atau pengambilan
sampel yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu dari
peneliti.38 yang mana dalam penelitian ini, jumlah kelas VIII di MTs
Awaluddin Kuo terdapat tiga kelas dan siswanya sebanyak 45 siswa. Dimana
siswa yang tinggal di pondok Pesantren sebanyak 25 dan siswa yang tinggal
di luar pondok 21 siswa.

No Kelas Anak Dalam Pondok Anak Luar Pondok jumlah

1. VIII A 6 siswa 6 siswa 12

2. VIII B 6 siswa 6 siswa 12

3. VIII C 6 siswa 6 siswa 12

Jumlah 18 18 36

Tabel 1.1 Sampel penelitian

36
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D), Bandung :Alfabeta,cv, 2018, h. 117.
37
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan
R&D), …, h. 118.
38
Riduwan, Belajar mudah Penelitian untuk Guru- Karyawan dan Peneliti Pemula,
(Bandung : Alfabeta, 2004) h. 62
28

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode komparasi yaitu membandingkan hasil

belajar siswa antara yang tinggal di pondok dan luar pondok pesantren. Adapun

metode pengumpulan data menggunakan metode sebagai berikut:

1. Metode dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang

tertulis. Dokumentasi tidak kalah penting dari metode-metode lain, yaitu

mencari data-data atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat

kabar, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.

Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini tidak begitu sulit, dalam

artian apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah.

Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda

mati.39

Dokumentasi ini guna untuk mengetahui hasil belajar santri yang menetap

di pesantren dan santri yang tidak menetap di pesantren dengan cara

mengumpulkan data-data yang dibutuhkan seperti hasil ulangan harian para

santri.

Selanjutnya metode ini bertujuan untuk mengetahui data yang berkaitan:

a. Dokumen-dokumen sekolah, yaitu berupa gambaran umum profil sekolah.

b. Kondisi Mts Awaluddin Kuo seperti keadaan guru, keadaan murid, fasilitas-

fasilitas pendidikan yang ada di sekolah, dll

c. Hasil belajar siswa belajar akidah akhlak yang terdapat dalam raport siswa

kelas VIII MTs Awaluddin Kuo, yaitu siswa yang tinggal di pondok

pesantren dan siswa yang tidak tinggal di pondok pesantren.

39
Umar Sidiq & Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang
Pendidikan,( Ponogoro : CV. Nata Karya, 2019) h. 72.
29

2. Metode observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek

penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek

penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam (kejadian-

kejadian yang ada di dalam sekitar), proses kerja dan penggunaan responden

kecil.40 Mengobservasikan dapat dilakukan melalui panca indra dalam hal ini

yang dilakukan adalah pengamatan.

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui

keadaan objek secara langsung serta keadaan wilayah, sarana dan prasarana di

MTs Awaluddin Kuo.

3. Metode wawancara

Wawancara yaitu pertemuan yang langsung direncanakan antara

pewawancara dan yang diwawancarai untuk memberikan/menerima informasi

tertentu. Wawancara dan interview untuk penelitian berbeda dengan

percakapan sehari-hari. Wawancara biasanya bermaksud untuk memperoleh

keterangan, pendidikan, pendapatan secara lisan dari seseorang yang biasanya

disebut responden dengan berbicara langsung dengan orang tersebut. Dengan

demikian wawancara beda dengan ngobrol.41

Wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas terstruktur yang

akan menjadi responden adalah siswa yang tinggal di asrama dan siswa yang

tinggal di luar asrama, guru dan orang tua yang mencakup nilai hasil belajar

siswa

40
Riduwan, Belajar mudah Penelitian untuk Guru- Karyawan dan Peneliti Pemula,
(Bandung : Alfabeta, 2004) h. 76.
41
Mamik, Metodologi Kualitatif, (Taman Sidoarjo :Zifatama Publisher, 2015) h. 108-109.
30

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena

alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua alat yang digunakan

mengukur fenomena ini disebut variable penelitian. Secara spesifik semua

fenomena ini disebut variable penelitian.42 Instrumen penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini:

1. Dokumentasi yang digunakan untuk memcari tahu hasil belajar siswa yang

tinggal di pondok dan siswa yang tinggal di luar pondok dari nilai raport

dalam mata pelajaran Akidah akhlak selama satu semester, dan dokumen-

dokumen sekolah, yaitu berupa gambaran umum profil sekolah. kondisi

Mts Awaluddin Kuo seperti keadaan guru, keadaan murid, fasilitas-

fasilitas pendidikan yang ada di sekolah, dll.

2. Observasi digunakan untuk mengetahui keadaan objek secara langsung

serta keadaan wilayah, sarana dan prasarana dan lain-lain di MTs

Awaluddin Kuo.

3. Wawancara atau interview yang digunakan untuk menambah informasi-

informasi yang ingin diketahui oleh peneliti yang mengcakup tentang mata

pelajaran akidah akhlak.

Instrumen penelitian dibuat dengan mengacu kepada indikator dari kedua

variabel penelitian (variabel Y dan X) yang terdapat di landasan teori. Adapun

variabel Y dan X yaitu variabel Y adalah hasil belajar siswa di pondok

sedangkan variabel X adalah siswa yang tinggal di pondok luar.

F. Validasi dan Realibilitas Instrumen

1. Validasi

42
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan
R&D), …, h. 148.
31

Validasi adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-

benar mengukur apa yang diukur. Validitas ini menyangkut akurasi

instrumen. Adapun teknik korelasi yang biasa dipakai adalah teknik korelasi

product moment dan untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap-tiap

pertanyaan itu significant, maka dapat dilihat pada tabel nilai product moment

atau menggunakan SPSS untuk mengujinya.43 Untuk butir pertanyaan yang

tidak valid harus dibuang atau tidak dipakai sebagai instrument pertanyaan.

Untuk mengetahui validitas instrument. Selanjutnya peneliti menentukan

validitasnya menggunakan rumus korelasi poduct moment yaitu :

Rumus :

r xy= N ¿ ¿

Keterangan:

X = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item.

Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item

∑ X = Jumlah skor dalam distribusi X.


∑ Y = Jumlah skor dalam distribusi Y.
∑ X 2= Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X.
∑ Y 2= Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y.
N = Banyaknya responden.

2. Reliabilitas

43
Juliansyah Noor, Metodologi penelitian skripsi, tesis,disertasi dan karya ilmiah,…….
h. 132
32

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan

kemantapan/ konsisten, apabila untuk mengukur sesuatu berulang kali, alat

pengukur itu menunjukkan hasil yang sama, dalam kondisi yang sama.44

Rumus:
r 11= (
k ∑ σi 2

k−1 ). 1- σ t2

Keterangan :
r 11= Realibilitas Instrumen.

k = Banyaknya butir pertanyaan


∑ σ t = Jumlah varians butir soal
2

σ t = Varians total
2

N = Jumlah peserta tes/responden

Setelah memperoleh angka realiabilitas, langkah selanjunya

membandingkan dengan tabel r product moment dengan taraf signifikan 5%.

Jika r 11 > rtabel maka instrument tersebut reliable.

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data

dari seluruh responden atau sumber data terkumpul. Setelah semua data yang

sudah terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut.

Sehingga mengandung arti dan dapat diambil kesimpulan dari penelitian yang

dilakukan. Berikut ini adalah langkah-langkah analisis data pada penelitian ini:

44
Juliansyah Noor, Metodologi penelitian skripsi, tesis,disertasi dan karya ilmiah,
……..,h. 132
33

1. Analisis Data Deskriptif


Statistik deskriptif adalah bagian dari statistic mempelajari cara
pengumpulan data dan penyajian data sehingga mudah dipahami.45 Adapun
analisis dekriptif dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:
a. Rata-rata ( mean)

Dalam perhitungan nilai rata-rata digunakan rumus sebagai berikut:

Rumus:

x́=
∑x
n

Keterangan:
x́ = Rata-rata
∑x = Jumlah distribusi sampel
n = Jumlah data

b. Presentase.

Dalam perhitungan presentase digunakan rumus sebagai berikut:

Rumus :
F
P= × 100 %
N

Keterangan:

P = Presentase

F = Frekuensi

N = Jumlah frekuensi/banyaknya individu

2. Analisis Statistik Inferensial

Statistika Inferensial sering disebut sebagai statistika induktif yang

merupakn statistika yang di gunakan untuk menganalisis data sampel dan

45
Leni Masnidar Nasution, Statistik Deskriptif, Jurnal Hikmah, (Vol. 14, No. 1, Januari-
Juni 2017), h. 49.
34

hasilnya akan digenerasikan atau kesimpulan untuk populasi dari asal sampel

itu diambil.46

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui apakah ada perbandingan

antara variable penelitian. Dalam analisis statistic inferensial dilakukan

pengujian homogenitas varian, uji normalitas data dan uji t. adapun rumus

yang digunkan dalam analisis varian adalah sebagai berikut:

a. Penguji homogenitas varian (uji F)

Pengujian homogenitas pada hipotesis yang berbunyi :terdapat perbedaan

dalam hasil belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak kelas VIII di Mts

Awaluddin Kuo Antara siswa yang tinggal di pondok dan di luar pondok.

Sebelum dilakukan analisis varian, terlebih dahulu dilakuka pengujian

homogenitas varian.

Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:


Variantebesar
F=
Varianterkecil

b. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh

berdistribusi normal dan tidak.47 untuk data dari penelitian komparatif dua sampel

dengan jenis data ordinal dapat digunakan teknik analisis data Kolmogorov

Smirnov. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (> 0,05) maka data

dinyatakan berdistribusi normal. Sedangkan jika nilai signifikansi lebih kecil dari

0.05 (< 0,05) maka data dinyatakan berdistribusi tidak normal. Hal-hal yang perlu

diperhatikan yaitu:

1) Hipotesis

46
Yeri Sutopo & Achmad Slamet, Statistika Inferensial, Yogyakarta
47
Izzah Imaniyah, Siswoyo, & Fauzi Bakri, Pengaruh Model Pembelajaran Learning
Cycle 7E Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA, Jurnal Penelitian & Pengembangan
Pendidikan Fisika, (Vol. 1, No 1, Juni 2015) h. 21.
35

Ho : dari data berdistribusi normal

Ha : dari data berdistribusi tidak normal

2) level signifikansi = 5% = 0,05

3) Statistik uji

L=mak|F T −F S|
x i− x́
Z=
SD

Keterangan:

x i : Angka atau nilai pada data

Z : Transformasi angka ke notasi pada distribusi normal

F T : Probabilitas komulatif normal

F S : probabilitas komulatif empiris

c. Uji- t

Untuk pengujian pada hipotesis yang berbunyi : terdapat perbedaan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak Kelas VIII di Mts Awaluddin

Kuo antara siswa yang tinggal di pondok dan siswa yang tidak tinggal di pondok

pesantren tahun 2020/2021 adalah sebagai berikut:

Jika n1= n2 dan varian homogeny ( σ12 = σ22) maka dapat digunakan rumus uji-

t baik untuk separated varian maupun pooled varian. Untuk menentukan nilai t

table digunakan rumus dk = n1 + n2 – 2.

Adapun rumus uji-t adalah sebagai berikut48

48
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D,
(Bandung : Alfabeta, 2015), h. 273.
36

x́1 −x́2
t=
s12 s 22
√ +
n1 n2

Keterangan :
x́ 1 = Rata-rata dari sampel 1

x́ 2 = Rata-rata dari sampel 2

s12 = Varian dari sampel 1

s22 = Varian dari sampel 2


n1 = Jumlah data sampel 1

n2 = Jumlah data sampel 2


37

DAFTAR PUSTAKA

Agusinta, Lira. pengantar Metode Penelitian Manajemen, Surabaya, CV. Jakad

Media Publishing, 2020.

Anggraini, Indah Ayu. Wahyuni Desti Utami, dan Salsa Bila Rahma,

Mengidentifikasi Minat Bakat Siswa Sejak Usia Dini Di SD Adiwiyata,

Jurnal Keislaman Dan Ilmu Pendidikan, Vo. 2, No. 1, Januari 2020.

Azizah, Rh. Impelementasi Pembelajaraan Akidah Akhlak Dalam Membentuk

Akhlakul Karimah Siswa Kelas X di MAN 2 Tulungangung, ( Skripsi,

Fakultar Pendidikan Agama Islam Negeri Insitut Agama Islam Negeri

Tulungangung,Tulungangung 2016.

Alam, Mansur. “ Model Modern Sebagai Alternatif Pendidikan Masa Kini Dan

Mendatang” All Right Reserved, Jakarta : 2011.

Depertemen Agama RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Juli

2003 41.938 exp.

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999.

Daradjat, Zakiah. dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

Fatimatuzahroh, Fitri. Lilis Nurteti, dan S. Koswara, Upaya Meninggakatkan

Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Melalui

Metode Lectures Vary, Jurnal Penelitian Pendidikn Islam, Vol. 7, No. 1,

2019.

Firidianti, Suci. Studi Komparasi Hasil Belajar Siswa Yang Menetap Di

Pesantren Dan Satri Yang Menetap Di Rumah Pada Mata Pelajaran

FIQIH Di Mts Inayatullah Gasing Laut”,Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah


38

Dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang,

Palembang 2017.

https://medium,com/kajian/kang-firman-talent-mapping-59e79ce70d0b(diakses

pada 4 februari 2020, pukul 23.01

Imaniyah, Izzah. Siswoyo, & Fauzi Bakri, Pengaruh Model Pembelajaran

Learning Cycle 7E Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA, Jurnal

Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika, Vol. 1, No 1, Juni 2015.

Kurniawan ,Wawan. dan Aat Agustini, Metodologi Penelitian Kesehatan Dan

Keperawatan,( Jawa Barat : CV. Rumah Pustaka, 2021).

Mappeasse, Muh. Yusuf pengaruh cara dan motivasi belajar terhadap hasil

belajar programmable logic controller (PLC) Siswa kelas III Jurusan

Listrik SMK Negeri 5 Makassar, Jurnal MEDTEK, Vol. 1, No. 2, Oktober

2009.

Maesaroh, Siti. Peranan Metode Pembelajaran Terhadap Minat Dan Prestasi

Belajar Pendidikan Agama Islam, Jurnal Pendidikan, Vol. 1 No. 1

November 2013.

Murti ulfiyah, Khoirul. “ pengaruh Pondok Pesantren Asrama Penguruan Islam

Tegalrejo Magelang Jawa Tengah”, Skripsi, Ushuluddin Adab Dan

Humaniora Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, 2021.

Mamik, Metodologi Kualitatif, Taman Sidoarjo :Zifatama Publisher, 2015.

Muslih, Muhammad Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Lingkungan Sekolah

Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 6 SDN Limbangan, Jurnal Ilmiah

Indonesia , Vol. 1, No. 4 Desember tahun 2016.

Noor, Juliansyah Metodologi penelitian skripsi, tesis,disertasi dan karya ilmiah,(

PT Fajar Interpratama Mandiri, Jakarta : 2017.


39

Nasution, Leni Masnidar. Statistik Deskriptif, Jurnal Hikmah, Vol. 14, No. 1,

Januari-Juni 2017.

Rosyad , Ali Miftakhu dan Muhammad Anas Ma’arif, Paradigma Pendidikan

Demokrasi Dan Pendidikan Islam Dalam Menghadapi Tantangan

Globalisasi Di Indonesia, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 3,No. 2, tahun

2020.

Rukhoiyah, Sarifah. dan M. Zaimuddin W. As’ad, Studi Perbandingan Hasil

Belajar Fiqih Antara Siswa Yang Tinggal Di Pondok Dengan Yang Luar

Pondok, Jurnal Pendidikan Islam,Vol. 4, No. 1 Juni 2020.

Riduwan, Belajar mudah Penelitian untuk Guru- Karyawan dan Peneliti Pemula,

Bandung : Alfabeta, 2004.

Rohman, Fathur. Pembelajaran Fiqih Berbasis Masalah Melalui Kegiatan

Musyawah Di Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang, Jurnal

Pendidian Agama, Vol 8 No. II 2017.

Simamora, Tantomi. “Santri Milenial. Cerdas, Berprestasi dan Berkarakter”,

Quepedia, 2020.

Sidiq, Umar. Pengembangan Standarisasi Pondok Pesantren, Jurnal Pendidikan

Islam, Vol. 7, No. 1, tahun 2013.

Srijatun, Implementasi Model Pendidikan Pondok Pesantren Di Panti Asuhan

Puteri Aisyiyah Slawi Kabupaten Tegal, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 10,

No. 1, tahun 2016.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan

R&D), Bandung :Alfabeta,cv, 2018.

Sidiq, Umar. & Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang

Pendidikan, Ponogoro : CV. Nata Karya, 2019.

Sutopo, Yeri & Achmad Slamet, Statistika Inferensial, Yogyakarta


40

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan

R&D, Bandung : Alfabeta, 2015.

Sayidah, Nur .Metodologi penelitian disertai dengan contoh penerapannya

dalam penelitian, Cet 1, Zifatama Jawara , 2018.

Saat, Sulaiman. Faktor-faktor Determinan Dalam Pendidikan, jurnal Al-Ta’dib,

Vol. 8, No. 2, Juli-Desember, tahun 2015.

Suarca, Kadek. Soetjiningsih, IGA, dan Endah Ardjana, Kecerdasaan Majemuk

Pada Anak, sari Pediantri, Vol. 7, No. 2, September 2005.

Suprihatin, Siti. Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa,Jurnal

Pendidikan Ekonomi Um Metro,Vol. 03 No. 1 Tahun 2015.

Tirtarahardjra, Umar. dan L. La Sulo, Pengantar Pendidikan,Jakarta : 1995.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 2003 UU RI No. 20 Tahun 2003.

Bab 1, Pasal 1, Ayat 5

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 2003 UU RI No. 20 Tahun 2003.

Bab XI, Pasal 39, Ayat 2

Wahyuningsih, Sri. dan M. Djazari, Pengaruh Lingkungan Sekolah Dan

Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI

IPS SMA Negeri 1 SRANDAKAN, Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia

Wahyudi, Dedi. Pengantar Aqidah Akhlak Dan Pembelajaranya, Yogyakarta :

2017.

Yasin, Hadi. Ayat-ayat Akhlak Dalam Al-Qur’an (membangun keadaban menuju

kemulian peradaban), Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 2, No. 2, 2019.


41

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1
PEDOMAN OBSERVASI

Nama sekolah :

Tanggal observasi :

No Aspek Yang Diamati Keterangan

1. Sejarah berdirinya MTs Awaluddin Kuo

2. Visi dan misi pondok pesantren Awaluddin Kuo

3. Keadaan siswa MTs Awaluddin Kuo

4. Keadaan Guru dan staf pondok pesantren

Awaluddin Kuo

5 Keadaan sarana dan prasarana pondok pesantren

Awaluddin Kuo
42

Lampiran 2

PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Dokumen-dokumen sekolah seperti profil sekolah dan profil siswa.

2. Jumlah kelas VIII MTs Awaluddin Kuo.

3. Jumlah siswa kelas VIII di MTs Awaluddin Kuo

4. Keadaan tenaga pendidik, keadaan Murid dan fasilitas-fasilitas pendidikan

yang ada di sekolah.

5. Data-data mengenai hasil belajar siswa satu semester pada mata pelajaran

akidah akhlak antara anak pondok dan luar pondok.


43

Lampiran 3

PEDOMAN WAWANCARA

UNTUK SISWA

A. Petunjuk wawancara

1. Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan,

terlebih dahulu silahkan mengisi identitas anda.

2. Jawablah pertanyaan wawancara ini dengan jujur dan penuh ketelitian,

karena jawaban dari bapak/ibu/saudara(i) akan membantu kelengkapan

data yang peneliti butuhkan.

B. Identitas narasumber

Nama :

Kelas :

Tinggal : di dalam pondok/di luar pondok

Hari/tanggal :

C. Daftar pertanyaan

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak di dalam kelas?

2. Apakah belajar akidah akhlak itu menyenangkan?

3. Metode apa yang diterapkan guru saat mengajar akidah akhlak?

4. Apakah guru tidak pernah menggunakan variasi metode pembelajaran

saat mengajar akidah akhlak?

5. Apakah terdapat kesulitan dalam pembelajaran akidah akhlak?


44

6. Apakah ada mata pelajaran tambahan selesai dari kegiatan belajar di

sekolah?

7. Kendala apa yang kalian hadapi dalam belajar saat di rumah ataupun di

asrama?

8.
45

PEDOMAN WAWANCARA

UNTUK ORANG TUA

A. Petunjuk wawancara

1. Sebelum menjawab pertanyaan- pertanyaan yang telah disediakan,

terlebih dahulu silahkan mengisi identitas anda.

2. Jawablah pertanyaan wawancara ini dengan jujur dan penuh ketelitian,

karena jawaban dari bapak/ibu/saudara(i) akan membantu kelengkapan

data yang peneliti butuhkan.

B. Identitas narasumber

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

C. Daftar pertanyaan

1. Hal apa yang dilakukan oleh anak selesai dari pulang sekolah?

2. Adakah kegiatan khusus yang diberikan anak kepada siswa selesai dari

kegiatan di sekolah?

3. Apakah tindakan Bapak/Ibu selaku orang tua siswa apabila terdapat siswa

yang mengalami penurunan hasil belajar?

4. Siapakah yang berperan penting dalam keluarga guna meningkatkan hasil

belajar siswa?

5. Apakah ada faktor-faktor yang menghambat anak untuk belajar?


46

PEDOMAN WAWANCARA

UNTUK GURU

A. Petunjuk wawancara

1. Sebelum menjawab pertanyaan- pertanyaan yang telah disediakan,

terlebih dahulu silahkan mengisi identitas anda.

2. Jawablah pertanyaan wawancara ini dengan jujur dan penuh ketelitian,

karena jawaban dari bapak/ibu/saudara(i) akan membantu kelengkapan

data yang peneliti butuhkan.

B. Identitas narasumber

Nama :

NIP :

Umur :

Jabatan :

C. Daftar pertanyaan

1. Bagaimana usaha Bapak/Ibu guru untuk membuat kelasa tetpa kondusif

saat kegiatan belajar akidah akhlak berlangsung?

2. Apakah Bapak/Ibu guru memperlakuan khusus terhadap siswa yang

tinggal di dalam pondok dalam proses belajar?

3. Apakah ada materi tambahan untuk siswa yang tinggal di pondok selesai

pelajaran disekolah selesai? Jika ada maka pelajaran apa itu?

4. Apakah pelajaran tambahan tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa yang tinggal di pondok?


47

5. Apakah Bapak/ Ibu selaku guru memperlakukan sama antara siswa yang

tinggal di pondok dan luar pondok ?

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu guru menilai hasil belajar akidah akhlak

dalam kelas?

7. Apakah nilai hasil belajar didapatkan dari nilai belajar yang terdiri dari

aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik ?

Anda mungkin juga menyukai