Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Proposal Skripsi 2

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU TERHADAP MOTIVASI

BELAJAR SISWA KELAS VIII DI MTs ZAINUL HASAN


LENDANG NANGKA TA. 2020/2021

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1)
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Al-Mahsuni Lombok Timur

Diajukan Oleh:

WAWAN FATHILLAH
NIRM: 2017.4.154.0020.1.000066

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH NAHDLATUL ULAMA

AL-MAHSUNI LOMBOK TIMUR

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “PENGARUH KOMPETENSI

KEPRIBADIAN GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS

VIII DI MTs ZAINUL HASAN LENDANG NANGKA TAHUN AJARAN

2020/2021”. Shalawat serta salam senantiasa dihaturkan kepada Raasulullah

Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya menuju jalan yang senantiasa

dirahmati Allah SWT, semoga syafaatnya terlimpahkan kepada kita semua.

Penyusunan proposal skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah

Nahdlatul Ulama Al-Mahsuni Lombok Timur dan sebagai wujud

pengimplementasian ilmu-ilmu yang telah penulis pelajari selama di bangku

kuliah.

Penulis sangat sadar bahwa dalam penyelesaian proposal skripsi ini tidaklah

mungkin dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan pengarahan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ir. H. Irhas, MM dan Bq. Siti Kamilatunnisak, M.Pd selaku dosen

pembimbing penulis yang senantiasa dengan sabar membimbing, dan

mendukung penulis, sehingga proposal skripsi ini dapat penulis selesaikan.

2. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan moral dan

material sehingga penulis mampu untuk tetap semangat dalam

menyelesaikan proposal skripsi ini.

I
3. Bapak dan ibu dosen jurusan Manajemen Pendidikan Islam Skolah Tinggi

Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Al-Mahsuni Lombok Timur yang telah

memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama penulis berada di bangku

kuliah.

4. Teman-teman program studi Manajemen Pendidikan Islam yang selalu

membantu dan menyemangati penulis.

5. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proposal

skripsi ini.

Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini

masih memiliki banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun penyajian.

Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan kekurangan milik hambanya. Oleh

karena itu, penulis membuka lebar kesempatan bagi pembaca untuk memberikan

kritik dan saran supaya di kesempatan selanjutnya dapat menjadi lebih baik.

Penulis berharap semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca

sekalian dan khususnya bagi penulis sendiri.

Danger, 19 Januari 2017

Penulis

Wawan Fathillah
NIRM: 2017.4.154.0020.1.000066

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................I

DAFTAR ISI........................................................................................................III

BAB I: PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Identifikasi Masalah.......................................................................................5

C. Batasan Masalah.............................................................................................5

D. Rumusan Masalah...........................................................................................5

E. Tujuan Penelitian............................................................................................5

F. Manfaat Penelitian..........................................................................................6

BAB II: KAJIAN PUSTAKA................................................................................7

A. Landasan Teori...............................................................................................7

1. Pengertian Kepribadian..............................................................................7

2. Kompetensi Kepribadian...........................................................................8

a. Pengertian Kompetensi Kepribadian.......................................................8

b. Peran Kompetensi Kepribadian...............................................................9

c. Indikator Kompetensi Kepribadian.......................................................10

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian..................................11

3. Motivasi...................................................................................................14

a. Pengertian Motivasi...............................................................................14

b. Indikator Motivasi Belajar.....................................................................15

c. Jenis-Jenis Motivasi Belajar..................................................................16

d. Fungsi Motivasi dalam Belajar..............................................................17

III
e. Bentuk-Bentuk Motivasi dalam Belajar................................................19

B. Kajian Penelitian yang Relevan....................................................................20

C. Kerangka Konseptual...................................................................................22

D. Hipotesis.......................................................................................................24

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN.........................................................25

A. Jenis Penelitian.............................................................................................25

B. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................25

C. Populasi dan Sampel Penelitian....................................................................25

1. Populasi....................................................................................................25

2. Sampel.....................................................................................................26

D. Jenis dan Sumber Data.................................................................................27

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data.............................................................28

1. Dokumentasi............................................................................................28

2. Angket (Kuisioner)..................................................................................28

F. Definisi Oprasional Variabel........................................................................30

G. Teknik Analisis Data....................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33

IV
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kegiatan untuk mengembangkan potensi yang

dimiliki oleh seseorang dan memiliki tujuan untuk menjadikan manusia

dewasa dan berkualitas serta dapat mengabdikan dirinya pada masyarakat.

Untuk mencapai tujuan pendidikan dan perubahan-perubahan yang positif

dalam diri anak didik, kegiatan untuk mengembangkan potensi tersebut harus

dilakukan secara terrencana, terarah, dan sistematis. Salah satu tujuan

pendidikan yang diutarakan Marimba adalah terbentuknya manusia yang

berkepribadian muslim.1 Sedangkan menurut SISDIKNAS, pendidikan

nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis dan bertanggunjawab.2

Keberhasilan sebuah pendidikan tentunya tidak akan terlepas dari unsur

manusia. Seorang guru diharapkan dapat meningkatkan perofesionalitasnya

untuk menghadapi perkembangan zaman dimana pelajar sekarang ini semakin

masa bodoh dengan persoalan-persoalan moral, mereka terjebak dalam sikap


1
Ahmad Tafsir, Ilmu Dalam Perspektif Islam, PT Remaja Rosada Karya, Bandung,
2004, h. 46.
2
UU RI No. 20 tahun 2003, Tentang SISDIKNAS, Fokusindo Mandiri, 2012, Bandung,
h. 2.

1
yang serba instan. Nurhalda dan Raditio dalam Lalu Mukhtar Hully

mengemukakan bahwa guru dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki

kompetensi keguruan, yakni seperangkat penguasaan kemampuan yang harus

ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerja secara tepat dan efektif. 3

Dalam UU no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan

bahwa ada 4 jenis kompetensi yang harus dikuasai guru. Kompetensi tersebut

diantaranya kompetensi pedagogik, kepribadian sosial dan professional.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, pada pasal 28 ayat (3) butir b, dijelaskan

bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan

pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan

bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.4

Guru bukan hanya pengajar, pelatih dan pembimbing, tetapi juga

sebagai cermin tempat peserta didik berkaca.5 Kepribadian guru dapat

memberikan pengaruh dan corak yang kuat bagi pembinaan perilaku dan

kepribadian anak didiknya sebagaimana cermin memantulkan bayangan

obyek yang ada di hadapannya. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki

kompetensi kepribadian yang memadai, bahkan kompetensi ini akan menjadi

landasan bagi kompetensi-kompetensi lainnya. Dalam hal ini guru tidak

hanya dituntut untuk dapat memaknai pelajaran, akan tetapi juga yang paling

3
Lalu Mukhtar Hully, Profesi Keguruan, Alam Tara Institut Mataram, Yogyakarta,
2012, h. 21.
4
Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th 2005), Sinar Grafika, Jakarta,
2009, h. 131.
5
Lalu Mukhtar Hully, Op.Cit, h. 29.

2
penting adalah bagaimana dia menjadikan pembelajaran sebagai ajang

pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.6

Seorang guru dituntut untuk memiliki pemahaman dan keterampilan

yang baik, karena belajar mengajar adalah sebuah proses yang sangat

kompelks. Menciptakan iklim belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi

peserta didik sehingga mereka termotivasi untuk belajar merupakan salah satu

pemahaman terpenting yang harus guru kuasai. Proses belajar mengajar di

dalam kelas selalu menuntut adanya motivasi dalam diri setiap peserta didik.

Peserta didik yang termotivasi akan memiliki minat untuk melakukan

aktivitas-aktivitas belajar, mempunyai usaha-usaha untuk sukses dan

memiliki strategi-strategi kognitif dan afektif dalam menyelesaikan tugas-

tugas yang diterimanya.

Tidak hanya peserta didik yang dituntut untuk memiliki motivasi. Akan

tetapi, guru yang termotivasi juga akan memberikan hasil yang positif.

Mereka akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk dapat membantu

peserta didiknya belajar, meluangkan waktu untuk membuat perencanaan

pembelajaran, dan bekerja sama dengan peserta didik untuk mencapai tujuan

belajar dan penguasaan materi. Akan tetapi, apabila motivasi menurun, maka

kualitas belajar mengajar juga akan berkurang. Oleh karena itu, seorang guru

tidak hanya mengajar pengetahuan dan keterampilan-keterampilan, tetapi

juga harus berusaha menciptakan kondisi belajar yang memotivasi. Ini

merupakan tantangan yang harus dapat dijawab oleh setiap guru.

6
Zakiah Darajat, Kepribadian Guru, Bulan Bintang, Jakarta, 1978, h. 117-118.

3
Kepribadian guru dapat mempengaruhi suasana kelas, mempengaruhi

kebebasan yang dinikmati anak dalam mengutarakan buah fikirannya, dan

juga dapat mempengaruhi pengembangan kreativitasnya serta motivasi

belajarnya. Sosok guru yang memiliki hati, mengenal, dan mencintai peserta

didiknya sungguh sangat dibutuhkan peserta didik dalam meningkatkan

motivasi belajarnya. Guru yang disenangi, otomatis mata pelajaran yang ia

ajarkan akan disenangi oleh peserta didik, dan peserta didik akan termotivasi

sendiri dalam mata pelajaran tersebut. Sebaliknya guru yang kurang disukai

oleh peserta didik, mata pelajaran yang ia ajarkan akan kurang disenangi pula

oleh peserta didik, dan membentuk sikap penolakan terhadap mata pelajaran

tersebut.

Setelah melakukan observasi awal di MTs Zainul Hasan Lendang

Nangkapada tanggal 11 Januari 2021, peneliti menemukan pada saat proses

belajar mengajar berlangsung siswa terlihat lebih semangat dan ceria dalam

mengikuti beberapa mata pelajaran. Akan tetapi, dalam beberapa mata

pelajaran siswa terlihat lesuh dan kurang bersemangat dalam mengikuti

proses pembelajaran. Dilihat dari metode pembelajaran yang digunakan oleh

guru di MTs Zainul Hasan, metode yang digunakan hampir sama sehingga

peneliti menyimpulkan ada hal lain yang menimbulkan hal tersebut. Dari

sinilah peneliti tertarik untuk meneliti Pengaruh Kompetensi Kepribadian

Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa di MTs Zainul Hasan Lendang

Nangka.

4
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

identifikasi masalah pada penelitian ini yaitu adanya perbedaan tingkat

motivasi belajar siswa pada setiap mata pelajaran.

C. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi motivasi belajar serta

keterbatasan waktu dan kemampuan yang peneliti miliki, maka penelitian ini

diberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini mengambil obyek penelitian pada guru dan siswa kelas

VIII di MTs Zainul Hasan Lendang Nangka.

2. Faktor-faktor yang diteliti adalah kompetensi kepribadian guru dan

motivasi belajar siswa kelas VIII di MTs Zainul Hasan Lendang Nangka.

Sedangkan faktor-faktor lainnya tidak diikut sertakan dalam pembahasan,

walaupun memiliki pengaruh terhadap motivasi belajar siswa

sebagaimana telah dilakukan oleh penelitian sebelumnya.

D. Rumusan Masalah

Apakah kompetensi kepribadian guru dapat mempengaruhi motivasi

belajar siswa kelas VIII di MTs Zainul Hasan Lendang Nangka?

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh kompetensi kepribadian guru terhadap

motivasi belajar siswa kelas VIII di MTs Zainul Hasan Lendang Nangka.

5
F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada program

studi Manajemen Pendidikan Islam di STITNU Al-Mahsuni Lombok

Timur.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi ilmiah

mengenai teori-teori tentang pengaruh kompetensi kepribadian guru

terhadap motivasi belajar peserta didik, khususnya untuk penelitian-

penelitian serupa di masa yang akan datang.

3. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan bagi MTs Zainul Hasan Lendang Nangka untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Kepribadian

Pakar psikologis memposisikan kepribadian lebih pada perbedaan

individual yaitu karakteristik yang membedakan individu dengan individu

lain. Meski tidak ada definisi tunggal, kepribadian dapat didefinisikan

dengan “Pola perilaku dan cara berfikir yang khas yang menentukan

penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya”.7 Kepribadian adalah

terjemahan dari bahasa inggris Personality. Kata Personality berasal dari

bahasa latin Persona yang berarti topeng yang digunakan oleh para aktor

dalam suatu permainan atau pertunjukan. Di sini para aktor

menyembunyikan kepribadiannya yang asli, dan menampilkan dirinya

sesuai dengan topeng yang digunakan.8

Derlega Winstead dan Jones mengartikan kepribadian sebagai

“Sistem yang relatif stabil mengenai individu yang bersifat internal, yang

berkontribusi terhadap pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang

konsisten”.9 Sedangkan Gordon W. Allport menyatakan bahwa

kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik

7
Rita L. Atkinson et al, Pengantar Psikologi, (Terjemahan Nurdjannah Taufiq),
Airlangga, Jakarta, 1999, h. 145.
8
Syamsu Yusuf LN dan Achmad Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian, Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2007, h.3.
9
Ibid.

7
individu yang memberikan corak yang khas dalam caranya menyesuaikan

diri dengan lingkungannya.10 Istilah khas disini mengandung arti bahwa

setiap individu memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang

memiliki kepibadian yang sama, dan karena tidak ada dua orang yang

bertingkah laku sama dalam penyesuaiannya dengan lingkungannya.11

2. Kompetensi Kepribadian

a. Pengertian Kompetensi Kepribadian

Mnurut Rifai, seorang guru harus memiliki sikap yang dapat

memiliki kepribadian sehingga dapat dibedakan dengan guru yang

lain. Memang kepribadian menurut Zakiah Darajat, disebut sebagai

sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui

lewat penampilan, tindakan, dan atau ucapan ketika menghadapi suatu

persoalan, atau melalui atasannya saja. Kepribadian mencakup semua

unsur, baik fisikis maupun psikis sehingga dapat diketahui bahwa

setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cermin dari

kepribadian orang tersebut, selama hal tersebut dilakukan dengan

penuh kesadaran.12

Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan

dengan perilaku guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai

10
Baharudin, Psikologi Pendidikan: Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena, Ar-Ruzz
Media, Yogyakarta, 2007, h. 210.
11
Ibid.
12
Jamal Ma’mur Asmani, 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional, Power
Books, Yogyakarta, 2009, h. 112-113.

8
luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari.13 Dalam Standar

Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir b,

dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian

adalah kemampuan pribadi yang mantab, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. 14

Sedangkan menurut Muchlas Samani secara rinci mengemukakan

kompetensi kepribadian mencakup hal-hal sebagai berikut:

a) Berakhlak mulia; b) Arif dan bijaksana; c) Mantab; d)


Berwibawa; e) Stabil; f) Dewasa; g) Jujur; h) Menjadi teladan
bagi peserta didik dan masyarakat; i) Secara obyektif
mengevaluasi kinerja diri sendiri; j) Mau mengembangkan diri
secara mandiri dan berkelanjutan.15

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kompetensi

yang berkaitan dengan tingkah laku pribadi guru itu sendiri yang

nantinya harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam

perilaku sehari-harinya.

b. Peran Kompetensi Kepribadian

Fungsi kompetensi kepribadian guru adalah sebagai

pembimbing, penyuluh, dan dapat menolong peserta didik agar

mampu menolong dirinya sendiri. Selain itu, guru juga memberikan

13
Moh Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru, STAIN Purwokerto Press, Yogyakarta,
2011, h. 122.
14
Undang-Undang Guru dan Dosen, Loc. Cit.
15
Facruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, Gaung
Persada Press, Jakarta, 2009, h. 41.

9
suri tauladan, serta menjadi contah bagi kehidupan dan peserta

didiknya.16

Dengan kompetensi kepribadian maka guru menjadi contoh

dan tauladan, membangkitkan motivasi belajar peserta didik serta

mendorong/memberikan motivasi dari belakang. Oleh karena itu,

seorang guru dituntut dari sikap dan perbuatan menjadikan dirinya

sebagai panutan dan ikutan orang-orang yang dipimpinnya. Guru

bukan hanya pengajar, pelatih, dan pembimbing, tetapi juga sebagai

cermin tempat peserta didik dapat berkaca. Dalam relasi interpersonal

antara pendidik dengan peserta didik tercipta situasi pendidikan yang

memungkinkan subyek didik dapat belajar menerapkan nilai-nilai

yang menjadi contoh dan memberi contoh. Guru mampu menjadi

orang yang mengerti diri peserta didik dangan segala

problematikanya, guru juga harus mempunyai wibawa sehingga

peserta didik segan terhadapnya.17 Berdasarkan uraian tersebut maka

peran kompetensi kepribadian guru adalah untuk membuat guru bisa

menjadi tauladan dan contoh bagi peserta didiknya dalam

membimbing, mengembangkan kreativitas, dan membangkitkan

motivasi belajar mereka.

c. Indikator Kompetensi Kepribadian

Menurut Syaiful Sagal dalam Lalu Mukhtar Hully, indikator

kompetensi kepribadian adalah sebagai berikut:


16
Lalu Mukhtar Hully, Op. Cit, h. 28.
17
Facruddin Saudagar, Op. Cit, h. 44-45.

10
1) Mantab dan stabil, yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak

sesuai norma hukum, norma sosial, dan etika yang berlaku;

2) Dewasa yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak

sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai pendidik;

3) Arif dan bijaksana, yaitu tampilannya bermanfaat bagi peserta

didik, sekolah, dan masyarakat dengan menunjukkan keterbukaan

dalam berfikir dan bertindak;

4) Berwibawa, yaitu perilaku guru yang disegani sehingga

berpengaruh positif terhadap peserta didik;

5) Memiliki akhlak mulia dan berperilaku yang dapat diteladani oleh

peserta didik, bertindak sesuai norma religius, jujur, dan suka

menolong. Nilai kompetensi kepribadian dapat digunakan sebagai

sumber kekuatan, inspirasi, motivasi, dan inovasi bagi peserta

didiknya.18

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian

Ngalim Purwanto secara umum mengemukakan pendapatnya

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian itu diperinci

menjadi tiga golongan besar, yaitu:

1) Faktor Biologis

Setiap individu sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya

perbedaan konstitusi tubuhnya, baik dari keturunan atau

pembawaan individu (anak) itu sendiri. Kondisi jasmani yang


18
Lalu Mukhtar Hully, Op. Cit, h. 31-32.

11
berbeda-beda itu menyebabkan sikap dan sifat-sifat serta

tempramen yang berbeda-beda pula. Yang jelas, konstitusi tubuh

individu itu sangat mempengaruhi kepribadian individu. Namun,

dalam perkembangan dan pembentukan kepribadian selanjutnya,

faktor-faktor lain seperti lingkungan dan pendidikan tidak dapat

dipungkiri peranan dan pengaruhnya.

2) Faktor Sosial

Dalam perkembangan individu (anak) pada masa bayi dan

kanak-kanak, peranan keluarga sangat menentukan bagi

kepribadian individu itu selanjutnya. Begitu juga kebiasaan-

kebiasaan yang berlaku dalam keluarga. Keberadaan dan suasana

keluarga yang berubah juga memberi pengaruh yang cukup

menentukan terhadap perkembangan kepribadian individu.

Keluarga yang berpendidikan berbeda pengaruhnya dengan

keluarga yang kurang berpendidikan. Suasana keluarga yang

selalu diliputi ketentraman berbeda dengan suasana keluaraga

yang selalu diliputi kericuhan (permusuhan) di dalamnya. Pada

masa selanjutnya, pengaruh lingkungan sosial yang diterima

seseorang semakin besar dan luas, mulai dari lingkungan keluarga

meluas pada anggota keluarga lain, teman-teman yang datang ke

rumahnya, teman-teman sepermainan, tetangga-tetangganya,

lingkungan desa/kota, hingga pengaruh khusus dari lingkungan

12
sekolahnya mulai dari guru-gurunya, teman-temannya, kurikulum

sekolah, peraturan-peraturan yang berlaku dan sebagainya.

3) Faktor Kebudayaan

Sebagaimana dimaklumi bahwa perkembangan dan

pembentukan kepribadian pada masing-masing individu tidak

dapat dipisah dari kebudayaan masyarakat di mana individu itu

berada dan dibesarkan. Sering dikatakan bahwa kebudayaan

orang barat berbeda dengan kebudayaan orang timur. Hal ini

menunjukkan bahwa cara-cara hidup, adat istiadat, kebiasaan,

bahasa, kepercayaan, dan sebagainya dari suatu daerah atau

negara masyarakat tertentu, berbeda dengan daerah atau negara

dan masyarakat lainnya.

Adapun beberapa aspek kebudayaan yang sangat

mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kepribadian itu,

antara lain:

a) Nilai-Nilai (Values);

b) Pengetahuan dan keterampilan;

c) Adat dan tradisi;

d) Bahasa.19

3. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan salah satu komponen yang paling penting

dalam belajar, namun seringkali sulit untuk diukur. Kemampuan siswa


19
Baharudi, Op.Cit, h. 223-228.

13
untuk berusaha dalam belajar merupakan sebuah produk berbagai

macam faktor, karakteristik kepribadian, dan kemampuan siswa untuk

menyelesaikan tugas tertentu, inisiatif untuk belajar, situasi dan

kondisi, serta performansi guru.20

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan

sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menybabkan

individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati

secara langsung, tapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya,

berupa rangsangan, dorongan, atau pembaangkitan tenaga munculnya

suatu tingkah laku tertentu.21

Secara istilah terdapat berbagai macam definisi motivasi yang

disampaikan oleh para ahli, antara lain: Definisi motivasi menurut

Morgan dkk, mendefinisikan motivasi sebagai kekuatan yang

menggerakkan dan mendorong terjadinya perilaku yang diarahkan

pada tujuan tertentu.22 Mc Donald dalam bukunya Hamalik

mengatakan bahwa motivasi adalah sesuatu perubahan energi di dalam

pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan)

dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan Eggen dan Kauchak

mendefinisikan motivasi sebagai kekuatan yang memberi energi,

menjaga kelangsungan, dan mengarahkan perilaku terhadap tujuan.

20
Esa Nur Wahyuni, Motivasi dalam Pembelajaran, UIN-Malang Press, Malang, 2010,
h. 11-12.
21
Isbandi Rukminto Adi, Psikologi, Pekerjaan Sosial, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial:
Dasar-Dasar Pemikiran, Grafindo Persada, Jakarta, 1994, h. 154.
22
Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, h. 150.

14
Jadi, motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam

diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan

tertentu. Dengan kata lain, motivasi adalah kondisi psikologis yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi

belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk

belajar.23

b. Indikator Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar adalah dua hal yang saling mempengaruhi.

Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan

secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan

(reinforced practice) yang dilandasi untuk mencapai tujuan tertentu.24

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor instrinsik, berupa hasrat

dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan dan

cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan,

lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh

rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk

melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.25

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal

pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan

23
Ibid, h. 150-151.
24
H. Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang
Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, h. 23.
25
Ibid.

15
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur

yang mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar dalam

keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil;

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar;

3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan;

4) Adanya penghargaan dalam belajar;

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar;

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga

memungkinkan seorang peserta didik dapat belajar dengan baik.26

c. Jenis-Jenis Motivasi Belajar

Dilihat dari sumbernya, motivasi belajar ada dua jenis, yaitu:

1) Motivasi Instrinsik

Motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam

diri orang yang bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan

orang lain. Seseorang yang secara instrinsik termotivasi akan

melakukan pekerjaan karena mendapatkan pekerjaan itu

menyenangkan dan bisa memenuhi kebutuhannya. Tidak

tergantung pada penghargaan-penghargaan eksplisit atau paksaan

eksternal lainnya. Misalnya seorang siswa belajar dengan giat

karena ingin menguasai berbagai ilmu yang dipelajari di

26
H. Hamzah B Uno, Op. Cit, h.23.

16
sekolahnya. Motivasi instrinsik dapat berupa kepribadian, sikap,

pengalaman, pendidikan, atau berupa penghargaan dan cita-cita.

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena

rangsangan atau bantuan dari orang lain. Motivasi ekstrinsik

disebabkan oleh keinginan untuk menerima ganjaran atau

menghindari hukuman, motivasi yang terbentuk oleh faktor-faktor

eksternal seperti ganjaran dan hukuman. Misalnya, seorang

peserta didik mengerjakan PR karena takut dihukum oleh guru.27

d. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi. “Motivation

is an essential condition of learning”. Hasil belajar akan menjadi

optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan,

makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa

menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Sehubungan

dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau

motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan

motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

27
Nyayu Khodijah, Op. Cit, h. 152.

17
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan

apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,

dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat

bagi tujuan tersebut.28

Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat

berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.

Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya

motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.

Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan

terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu

akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang

peserta didik akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi

belajarnya.29

e. Bentuk-Bentuk Motivasi dalam Belajar

Dalam proses interaksi belajar mengajar, baik motivasi

instrinsik maupun motivasi ekstrinsik, diperlukan untuk mendorong

anak didik agar tekun belajar. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan

bila ada diantara peserta didik yang kurang berminat mengikuti

pelajaran dalam jangka waktu tertentu.30

Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam

rangka mengarahkan belajar peserta didik, yaitu sebagai berikut:


28
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali, Jakarta, 2011, h. 85.
29
Ibid, h. 85-86.
30
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, h. 124.

18
a. Kebutuhan jasmani,

b. Kebutuhan sosial,

c. Kebutuhan intelektual,

d. Persaingan/kompetisi,

e. Ego-Invlovment,

f. Memberi ulangan,

g. Mengetahui hasil,

h. Pujian,

i. Hukuman,

j. Hasrat untuk belajar,

k. Minat,

l. Tujuan yang diakui.31

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Untuk menunjukkan pentingnya penelitian lebih lanjut terhadap obyek

penelitian ini peneliti telah melakukan beberapa kajian terhadap hasil

penelitian-penelitian terdahulu. Dengan tujuan untuk mengetahui persamaan

dan perbedaan kajian dalam penelitian yang akan dilakukan. Beberapa

penelitian terdahulu sebagai perbandingan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Terhadap Disiplin Siswa Kelas

V SD Se-Gugus I Sidoarum Godean Sleman Tahun Ajaran 2015/2016,

penelitian ini ditulis oleh Widya Ningsih pada tahun 2016. Dalam

31
Sardiman, Op. Cit, h. 91-95.

19
penelitian ini mendeskripsikan tentang kompetensi kepribagian guru,

disiplin siswa dan pengaruh kompetensi kepribadian guru terhadap

disiplin siswa kelas V. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuantitatif. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian

yang dilakukan peneliti terletak pada variabel terikatnya berupa disiplin

siswa, kemudian lokasi penelitian dan subyek penelitian. Dan

persamaannya adalah variabel bebasnya yaitu kompetensi kepribadian

guru dan sama-sama menggunakan metode kuantitatif. Sedangkan

peneliti sendiri ingin meneliti tentang pengaruh kompetensi kepribadian

guru terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII di MTs Zainul Hasan

Lendang Nangka TA. 2020/2021.

2. Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam

Terhadap Prestai Belajar Peserta Didik Kelas X Paada Mata Pelajaran

Pendidkan Agama Islam Di SMA Negri 3 Malang, Penelitian ini ditulis

oleh Mohammad Fahrudin pada tahun 2015. Dalam penelitian ini

mendeskripsikan tentang; a) kompetensi kepribadian guru; b) prestasi

belajar peserta didik kelas X pada mata pelajaran PAI; c) besarnya

pengaruh kompetensi kepribadian guru PAI terhadap prestasi belajar

peserta didik kelas X pada mata pelajaran PAI. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Yang membedakan penelitian ini

dengan yang peneliti lakukan adalah variabel terikatnya prestasi belajar

peserta didik dan lokasi penelitiannya. Sedangkan peneliti sendiri ingin

meneliti tentang pengaruh kompetensi kepribadian guru terhadap

20
motivasi belajar siswa kelas VIII di MTs Zainul Hasan Lendang Nangka

TA. 2020/2021.

3. Pengaruh Blended Learning Terhadap Motivasi Belajar dan Hasil

Belajar Siswa Tingkat SMK, penelitian ini dilakukan oleh Sulihin B.

Sjukur pada tahun 2012. Mendeskripsikan tentang; a) Blended Learning;

b) perbedaan motivasi belajar antara siswa yang diajar dengan metode

blended learning dengan siswa yang diajar dengan metode konvensional;

c) perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan metode

blended learning dengan siswa yag diajar dengan metode konvensional.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Yang

membedakan penelitian ini dengan yang peneliti lakukan adalah variabel

bebasnya blended learning dan variabel terikatnya ditambah dengan hasil

belajar siswa, serta lokasi penelitiannya. Sedangkan peneliti sendiri ingin

meneliti tentang pengaruh kompetensi kepribadian guru terhadap

motivasi belajar siswa kelas VIII di MTs Zainul Hasan Lendang Nangka

TA. 2020/2021

Dari beberapa penelitian di atas masih belum ada penelitian yang

meneliti lebih jauh tentang pengaruh kompetensi kepribadian guru terhadap

motivasi belajar siswa. Sedangkan, menurut Zakiah Darajat kompetensi

kepribadian adalah landasan bagi kompetensi-kompetensi lainnya. Selain itu

pula, motivasi belajar sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu

pendidikan. Oleh karena itu, penelitian ini perlu untuk dilakukan untuk dapat

21
membentuk guru yang memiliki kompetensi kepribadian yang mampu

membuat peserta didik lebih termotivasi dalam belajar.

C. Kerangka Konseptual

Tugas mendidik bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Banyak

sekali hal yang mempengaruhi keberhasilan dari sebuah pendidikan baik dari

segi manusia maupun hal lainnya. Guru sebagai pendidik memiliki peran

yang sangat penting dalam proses belajar mengajar untuk bisa tercapainya

tujuan pendidikan. Guru yang kompeten akan mampu dengan mudah

menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih

mampu mengelola kelasnya, sehingga proses belajar mengajar para peserta

didik berada pada tingkat yang lebih optimal. Dalam UU no 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa ada 4 jenis

kompetensi yang harus dikuasai guru. Kompetensi tersebut diantaranya

kompetensi pedagogik, kepribadian sosial dan professional.

Kompetensi kepribadian merupakan salah satu kompetensi yang sangat

penting yang harus dimiliki seorang guru. Hal ini dikarenakan kepribadian

guru sangat mempengaruhi perannya sebagai pembimbing dan pendidik.

Misalnya guru diharapkan membina hubungan baik dengan orang tua pesesrta

didik agar dapat mengetahui keadaan masing-masing peserta didiknya. Guru

juga diharapkan memelihara hubungan baik dengan masyarakat sekitar

sekolahnya atau masyarakat yang lebih luas untuk kepentingn pendidikan.

Selain itu, ia juga harus berusaha meningkatkan dan mengembangkan mutu

profesinya.

22
Muchlas Samani Berpendapat bahwa kompetensi kepribadian

merupakan modal dasar bagi guru, khususnya dalam perilaku sehari-hari.

Kompetensi kepribadian seorang guru sangat berpengaruh terhadap proses

belajar mengajar, karena guru akan menciptakan suasana yang menyenangkna

bagi para siswa seperti kedekatan baik secara lahir maupun batin, yang semua

itu memunculkan semangat untuk belajar. Jadi kompetensi kepribadian guru

sangat berpengaruh terhadap semangat belajar siswa yang menunjang pula

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran yang bersangkutan. Tanpa adanya

kompetensi kepribadian guru, kecil kemungkinan siswa memperoleh prestasi

belajar yang baik.32 Dengan kompetensi kepribadian maka guru akan menjadi

contoh dan teladan, membangkitkan motivasi belajar siswa serta

mendorong/memberikan motivasi dari belakang.33

Jika digambarkan maka akan terlihat seperti berikut ini:

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

32
Muchlas Samani et al, Mengenal Sertifikasi Guru di Indonesia, Surabaya, SIC, 2006,
h. 39.
33
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Op. Cit, h. 44.

23
Guru

Harus memiliki

Kompetensi Kompetensi Kompetensi Kompetensi


Pedagogik Kepribadian Sosial profesional

Mempengaruhi
Motivsi Belajara
peserta didik

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan di atas dan kajian

penelitian terdahulu, peneliti mengambil hipotesis bahwa kompetensi

kepribadian guru dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa kelas VIII MTs

Zainul Hasan Lendang Nangka

24
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan sifat dari masalah yang dihadapi dan tujuan penelitian

yang direncanakan, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang

mengambil data berupa angka atau data kualitatif dengan beberapa instrumen

penelitian dari sampel yang diambil secara acak untuk menguji hipotesis yang

telah ditetapkan.34

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas VIII MTs Zainul Hasan Lendang Nangka

pada bulan Februari sampai Maret 2021

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.35 Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan

benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang

34
Sugiyono, Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Alfabeta, bandung, 2013, h. 14.
35
Ibid, h. 117.

25
ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh

karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti.36

Populasi merupakan keseluruhan dari subyek penelitian. Jika

seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah

penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Penelitian

populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat liku-liku yang ada di

dalam populasi. Oleh karena itu, subyeknya semua yang ada di dalam

populasi.37 Jumlah siswa kelas VIII di MTs Zainul Hasan Lendang

Nangka adalah 12 siswa dan gurunya berjumlah 16 orang. Sehingga yang

menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII dan

guru yang mengajar di kelas VIII MTs Zainul Hasan Lendang Nangka.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut.38 Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi itu.39

Menurut Suharsimi Arikunto, apabila subyeknya kurang dari 100,

maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan

36
Ibid.
37
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktik (EdisiRevisi VI),
Rineka cipta, Jakarta, 2006, h. 130-131.
38
Ibid, h. 118
39
Ibid.

26
penelitian populasi. Sedangkan jika subyeknya besar dapat diambil antara

10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih. Dikarenakan jumlah populasi dari

obyek yang akan diteliti kurang dari 100 maka penelitian ini akan

menjadi penelitian populasi.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang

dapat diselidiki secara langsung dan dapat dihitung dengan alat ukur

sederhana. Adapun data kuantitatif dalam penelitian ini adalah jumlah siswa

dan yang berhubungan dengan obyek yang diteliti.

Sumber data kuantitatif adalah sumber data yang bisa dipaparkan dalam

bentuk angka-angka sehingga bersifat obyektif.40 Sumber data dalam

penelitian ini adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data

yang pengumpulannya dengan kuesioner atau wawancara dapat disebut

dengan responden, yaitu orang merespon atau menjawab pertanyaan-

pertanyaan peneliti, baik lisan maupun tertulis. Namun apabila peneliti

menggunakan teknik observasi, maka sember datanya dapat berupa benda,

gerak, proses sesuatu, dan apabila menggunakan dokumentasi, maka yang

menjadi sumber datanya adalah dokumen tertulis atau catatan. 41 Oleh sebab

itu, penelitian ini menggunakan angket sebagai alat pengumpul datanya, maka

respondenlah yang menjadi sumber datanya. Responden dari penelitian ini

40
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Pemul, Gajah Mada
University Press, Bandung, 2002, h. 45.

41
Nana Saodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Rosdakarya, Bandung,
2007, h. 221.

27
adalah semua siswa kelas VIII dan guru yang mengajar di kelas VIII MTs

Zainul Hasan Lendang Nangka sebagai sumber data primer dan kepala

sekolah serta waka kurikulum sebagai sumber data sekundernya.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data yang ingin diperoleh dan sesuai dengan tujuan

penelitian. Teknik yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-

barang tertulis.42 Dengan data ini peneliti mengumpulkan data tentang

daftar guru dan pegawai, jumlah siswa, struktur organisasi sekolah,

sarana dan prasarana, serta daftar nama siswa yang akan digunakan

sebagai obyek penelitian.

2. Angket (Kuisioner)

Teknik pengambilan data dengan cara menyebar kuisioner atau

angket. Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada responden

untuk dijawabnya.43 Dalam hal ini peneliti menggunakan angket tertutup,

yaitu angket yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap

sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda ceklis (√). Dengan

pertimbangan angket tertutup dapat memudahkan responden untuk

42
Suharsimi Arikunto, Op. Cit, h. 158.
43
Sugiyono, Op. Cit, h. 199.

28
mengisi dan memberikan jawaban dengan informasi yang dibutuhkan

peneliti.

Dalam penelitian ini sekala pengukuran yang digunakan adalah

Sekala Likert. Sekala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,

dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan sekala likert

mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Untuk hal

ini peneliti menggunakan 5 (lima) alternatif jawaban yang disediakan di

dalam angket yaitu:

Tabel 3.1. Sekala Likert

No. Pilihan Bobot Skor


1 Selalu (Sel) 5

2 Sering (Ser) 4

3 Kadang-kadang (Kad) 3

4 Hampir Tidak Pernah (HTP) 2

5 Tidak Pernah (TP) 1

Angket yang sudah dibuat perlu diuji kevalidan dan reliabilitasnya

terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk memastikan angket tidak

menyimpang supaya bisa memberikan data yang akurat dan sesuai untuk

menjawab hipotesis yang telah ditetapkan.

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang

29
valid mempunyai validasi tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang

valid berarti memiliki validasi yang rendah. Tinggi rendahnya

validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul

tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Uji validitas dilakukan dengan rumus korelasi bivariate

persona dengan alat bantu program SPSS versi 16.0. Item angket

dalam uji validitas dikatakan valid jika harga rhitung (rh) > rtabel (rt) pada

nilai signifikan 5%. Sebaliknya, item akan dikatakan tidak valid jika

rhitung (rh) < rtabel (rt) pada nilai signifikan 5%.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas sama dengan konsistensi, suatu instrumen

penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila

pengumpulan data mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur

yang hendak diukur. Pada penelitian ini untuk mengetahui tingkat

konsistensi angket yang digunakan, maka perlu diadakan uji

reliabilitas. Peneliti melakukan uji reliabilitas dengan menggunakan

metode Alpha Cronbach dimana suatu instrumen dikatakan reliabel

apabila memiliki koefisien alpha sama dengan atau lebih besar dari

0.60.

F. Definisi Oprasional Variabel

Untuk mempermudah pemahaman dan memperjelas apa yang dimaksud

variabel dalam penelitian ini, maka perlu diberikan definisi oprasional.

Definisi oprasional adalah mendefinisikan sebuah konsep untuk membuatnya

30
bisa diukur, dilakukan dengan melihat pada dimensi perilaku, aspek, atau sifat

yang ditunjukan oleh konsep.

Definisi oprasional dari masing-masing variabel dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang

mencerminkan pribadi yang mantab, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,

menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

2. Motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang

untuk belajar, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang

mendukung.

Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil;

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar;

c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan;

d. Adanya penghargaan dalam belajar;

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar;

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan

seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan

setelah data dari seluruh responden terkumpul. Penelitian ini menggunakan

analisis kuantitatif, dimana dikatakan Hassan bahwa analisis kuantitatif

merupakan analisis yang menggunakan alat analisis yang bersifat

31
kuantitatif yakni analisis yang menggunakan model-model, seperti model

matematika, model statistik dan ekonomerik. Hasil analisis disajikan

dalam bentuk angka-angka yang kemudian disajikan dan diinterpretasikan

dalam satu uraian.44

Sesuai dengan hipotesis yang diajukan, data yang telah dikumpulkan

diolah dan dianalisis menggunakan analisis regresi sederhana dengan

bantuan aplikasi SPSS. Regresi merupakan suatu alat ukur yang digunakan

untuk mengukur ada atau tidaknya korelasi antar variabel.45 Analisis

regresi sederhana akan dilakukan apabila variabel di dalamnya hanya ada

dua, yaitu satu variabel terikat Y dan satu variabel bebas X. Pada

penelitian ini menggunakan regresi sederhana karena untuk mengetahui

nilai dari kompetensi kepribadian guru dalam pengaruhnya terhadap

motivasi belajar siswa kelas VIII MTs Zainul Hasan Lendang Nangka.

44
M. Iqbal Hasan, Metodologi penelitian & Aplikasinya, Ghalia Indonesia, Jakarta,
2002, h. 98.
45
Ibid. h. 144.

32
DAFTAR PUSTAKA

. (2009). Undan-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Tahun 2005).


Jakarta: Sinar Grafika.

. (2012). UU RI No. 20 tahun 2003 Tentang SISDIKNAS. Bandung:


Fokusindo Mandiri.

Adi, I. R. (1994). Psikologi, Pekerjaan Sosial, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial:


Dasar- Dasar Pemikiran. Jakarta: Grafindo Persada.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi


VI), Jakarta: Rineka Cipta.

Asmani, J. M. (2009). 7 Kompetensi Guru Menyenagkan dan Profesional,


Yogyakarta: Power Books.

Atkinson, R. L. et al. (1995) Pengantar Psikologi, (terjemahan Nurdjannah


Taufiq), Jakarta: Airlangga.

Bahrudin. (2007). Psikologi Pendidikan: Refleksi Teoritis terhadap Fenomena,


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Darajat, Z. (1978). Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang.

Djamarah, S. B. (2002). Psikologi Belaja. Jakarta: Rineka Cipta.

Hasan, M. I. (2002). Metodologi penelitian & Aplikasiny. Jakarta: Ghalia


Indonesia.

Hully, L. M. (2012) Profesi Keguruan. Yogyakarta: Alam Tara Institut Mataram.

Khodijah, N. (2014). Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Roqib, M. dan Nurfuadi. (2011). Kepribadian Guru, Yogyakarta: STAIN


Purwokerto Press.

Samani, M. et al. (2006). Mengenal Sertifikasi Guru di Indonesia. Surabaya: SIC.

Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali


Pers.

Saudagar, F. dan Idrus, A. (2009). Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta:


Gaung persada Press.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:


Alfabeta.

33
Sukandarrumidi. (2002). Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Pemul,
Gajah Mada Bandung, University Press.

Sukmadinata, N. S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosdakarya.

Tafsir, A. (2004). Ilmu Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosada


Karya.

Uno, H. B. (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang


Pendidika. Bumi Aksara, Jakarta, 2007,

Wahyuni, E N. (2010). Motivasi dalam Pembelajaran. Malang: UIN-Malang


Press.

Yusuf, S. dan Nurihsan, A. J. (2007). Teori Kepribadian, Bandung: Remaja


Rosdakarya.

34

Anda mungkin juga menyukai