Makalah Manusia Dan Revolusi Mental
Makalah Manusia Dan Revolusi Mental
Makalah Manusia Dan Revolusi Mental
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena anugerah dari-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Manusia dan revolusi Mental” ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan
menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
Pendidikan Budi Pekerti ini. Di samping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga
terealisasikanlah makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun para pembaca. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Karena itu, saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca yang budiman sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah
ini kedepannya. Terima kasih.
1. MANUSIA
A. PENGERTIAN MANUSIA
Manusia merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna dari makhluk lainnya. Dengan
segala kelebihan yang dimiliki manusia dibanding makhluk lainnya membuat manusia memiliki kedudukan
atau derajat yang lebih tinggi. Manusia juga disertai akal, pikiran, perasaan sehingga manusia dapat memenuhi
segala keinginannya yang diberikan Tuhan.
Manusia adalah mahluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada
aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, dan kematian. Serta terkait dan
berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik, baik itu positif maupun
negatif.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga
dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam
dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam
diri individi ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan
jiwanya. Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari
sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri.
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan
yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia
sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang
dibina sejak lahir akan selalu menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya
manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan
untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau
tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan
dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara,
dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Sejak lahir manusia dibekali pemikiran akal pemikiran yang sangat tinggi. Itulah yang menyebabkan
manusia memiliki potensi di berbagai bidang. Pemanfaatan dan manejemen pemikiran secara baik sangat
dibutuhkan agar manusia dapat menjalani kehidupannya dengan baik. Sekalipun banyaknya hambatan dan
permasalahan dalam kehidupan, kita dapat menyelesaikannya secara tenang dan dapat mengantisipasinya
kelak.
B. HAKEKAT MANUSIA
Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan paling sempurna. Di dalam diri manusia terdapat sesuatu yang
terdapat di dalam makhluk hidup lainnya yang bersifat khusus. Dia berkembang, bertambah besar, makan,
istirahat, melahirkan dan berkembang biak, menjaga dan dapat membela dirinya, merasakan kekurangan dan
membutuhkan yang lain sehingga berupaya untuk memenuhinya.
Dia memiliki rasa kasih sayang dan cinta. Rasa takut dan aman, menyukai harta, menyukai kekuasaan dan
kepemilikan, rasa benci dan rasa suka, merasa senang dan sedih dan sebagainya yang berupa perasaan-
perasaan yang melahirkan rasa cinta. Hal itu juga telah menciptakan dorongan dalam diri manusia untuk
melakukan pemuasan rasa cintanya itu dan memenuhi kebutuhannya sebagai akibat dari adanya potensi
kehidupan yang terdapat dalam dirinya.
Manusia sebagai makhluk sosial adalah kodrat yang dimiliki manusia itu sendiri. Mulai dari pembentukan
zigot sampai ketika manusia itu meninggal tak lepas dari perannya sebagai makhluk sosial. Setiap langkah
hidupnya selalu melekatkan dirinya sebagai individu yang memiliki predikatnya, yaitu manusia sebagai
makhluk sosial.
Manusia pada dasarnya adalah mahluk yang hidup dalam kelompok dan mempunyai organisme yang
terbatas di banding jenis mahluk lain ciptaan Tuhan. Untuk mengatasi keterbatasan kemampuan organisasinya
itu, manusia mengembangkan sistem-sistem dalam hidupnya melalui kemampuan akalnya seperti sistem mata
pencaharian, sistem perlengkapan hidup dan lain-lain. Dalam kehidupannya sejak lahir manusia itu telah
mengenal dan berhubungan dengan manusia lainnya. Seandainya manusia itu hidup sendiri, misalnya dalam
sebuah ruangan tertutup tanpa berhubungan dengan manusia lainnya, maka jelas jiwanya akan terganggu.
Naluri manusia untuk selalu hidup dan berhubungan dengan orang lain disebut “gregariousness” dan oleh
karena itu manusia disebut mahluk sosial. Dengan adanya naluri ini, manusia mengembangkan
pengetahuannya untuk mengatasi kehidupannya dan memberi makna kepada kehidupannya, sehingga timbul
apa yang kita kenal sebagai kebudayaan yaitu sistem terintegrasi dari perilaku manusia dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Dengan demikian manusia dikenal sebagai mahluk yang berbudaya karena berfungsi
sebagai pembentuk kebudayaan, yang didorong oleh hasrat atau keinginan yang ada dalam diri manusia, yaitu
menyatu dengan manusia lain yang berbeda disekelilingnya.
Semua itu dapat terlihat dari reaksi yang diberikan manusia terhadap alam yang kadang kejam dan ramah
kepada mereka. Manusia itu pada hakekatnya adalah mahluk sosial, tidak dapat hidup menyendiri. Ia
merupakan “Soon Politikon” , manusia itu merupakan mahluk yang hidup bergaul, berinteraksi. Perkembangan
dari kondisi ini menimbulkan kesatuan-kesatuan manusia, kelompok-kelompok sosial yang berupa keluarga,
dan masyarakat. Maka terjadilah suatu sistem yang dikenal sebagai sistem kemasyarakatan atau organisasi
sosial yang mengatur kehidupan mereka, memenuhi kebutuhan hidupnya.
Makhluk sosial di sini maksudnya adalah makluk yang terdapat dalam beragam aktivitas dan lingkungan
sosial. Meliputi interaksinya maupun bagaimana kehidupannya dalam lingkungan-lingkungan sosial yang
menjadi tempat manusia itu tinggal. Tempat mereka berkembang biak dan melakukan berbagai aktivitas dalam
mengisi hidup mereka dengan berkehidupan sosial.
Ada beberapa hakikat yang menjadikan manusia sebagai makhluk sosial. Makhluk yang tidak pernah bisa
lepas atau melepaskan diri dari lingkungan sosial maupun aktivitas sosial. Hal ini tentunya berkaitan pula
dengan peran manusia yang juga sebagai makhluk individu. Makhluk yang mempunyai cipta, rasa dan karsa.
Cipta untuk menciptakan sesuatu sesuai dengan ide yang dimilikinya. Rasa yaitu perasaan yang meliputi
berbagai emosi yang mungkin dapat ia keluarkan sebagai seorang individu. Ini menyangkut karakteristik
masing-masing individu tersebut.
Sementara untuk karsa, yaitu kehendak yang dimiliki manusia yang membuatnya memiliki keinginan
untuk melakukan segala sesuatu dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan pribadinya.
Manusia disebut sebagai makhluk sosial karena manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan manusia lain
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu manusia senantiasa berusaha mendapatkan apa yang
sesuai dengan kebutuhannya, hal ini juga dialami oleh para makhluk-makhluk hidup lainnya. Hanya saja,
manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya dalam hal kesempurnaan tata cara untuk memperoleh benda-
benda pemuas kebutuhannya dan juga tata cara untuk memuaskan kebutuhannya tersebut. Makhluk hidup lain
melakukannya hanya berdasarkan naluri yang telah Tuhan ciptakan untuknya sementara manusia
melakukannya berdasarkan akal dan pikiran yang telah dikaruniakan Tuhan kepadan
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karrena beberapa alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Manusia memiliki unsur-unsur kehausan biologis, yaitu:
a. Dorongan untuk hidup
b. Dorongan untuk mempertahankan diri
c. Dorongan untuk melestarikan keturunan
1. Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dan supranatural, manusia
mempunyai jiwa bebas dan hakikat yang mulia.
2. Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya diri sendiri, dan
sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yang bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki
kemauan, ikut campur dalam alam yang independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan
mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami. Kekuatan ini
memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yang tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan
dengan mengacu pada sistem nilai.
3. Manusia adalah makhluk yang sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satunya makhluk hidup yang
mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri. Ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui
dan menilai dirinya.
4. Manusia adalah makhluk yang sadar. Ini adalah kualitasnya yang paling menonjol. Kesadaran dalam
arti bahwa melalui daya refleksi yang menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal,
menyingkap rahasia yang tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa masing-masing
realita dan peristiwa. Ia tidak tetap tinggal pada permukaan serba-indera dan akibat saja, tetapi
mengamati apa yang ada di luar penginderaan dan menyimpulkan penyebab dari akibat. Dengan
demikian ia melewati batas penginderaannya dan memperpanjang ikatan waktunya sampai ke masa
lampau dan masa mendatang, ke dalam waktu yg tidak dihadirinya secara objektif. Ia mendapat
pegangan yang benar, luas dan dalam atas lingkungannya sendiri. Kesadaran adalah suatu zat yang
lebih mulia daripada eksistensi.
5. Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya ini memisahkan dirinya secara
keseluruhan dari alam, dan menempatkannya di samping Tuhan. Hal ini menyebabkan manusia
memiliki kekuatan ajaib yang memberinya kemampuan untuk melewati parameter alami dari
eksistensi dirinya, memberinya perluasan dan kedalaman eksistensial yang tak terbatas, dan
menempatkannya pada suatu posisi untuk menikmati apa yg belum diberikan alam.
6. Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yang ideal. Dengan ini berarti ia tidak pernah puas dengan
apa yang ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yang seharusnya. Idealisme adalah
faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme tidak memberikan kesempatan untuk
puas di dalam pagar-pagar kokoh realita yang ada. Kekuatan inilah yang selalu memaksa manusia
untuk merenung, menemukan, menyelidiki, mewujudkan, membuat dan mencipta dalam alam
jasmaniah dan rohaniah.
7. Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan penting mengenai nilai. Nilai terdiri dari
ikatan yg ada antara manusia dan setiap gejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yang lebih
tinggi daripada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut ikatan suci, karena ia
dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang merasa rela untuk membaktikan atau mengorbankan
kehidupan mereka demi ikatan ini.
8. Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yg luar biasa dan tidak dapat dijelaskan.
Kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber
utama yang bebas, sejarah dan masyarakat sepenuhnya bergantung, serta terus menerus melakukan
campur tangan pada dan bertindak atas rangkaian deterministis ini. Dua determinasi eksistensial,
kebebasan dan pilihan, telah memberinya suatu kualitas seperti Tuhan.
C. PERKEMBANGAN MANUSIA
Kehadiran manusia pertama tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Asal usul manusia
menurut ilmu pengetahuan dapat dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat evolusinya, yaitu :
Pertama, tingkat pra manusia yang fosilnya ditemukan di Johanesburg Afrika Selatan pada tahun 1942
yang dinamakan fosil Australopithecus.
Kedua, tingkat manusia kera yang fosilnya ditemukan di Solo pada tahun 1891 yang disebut
pithecanthropus erectus.
Ketiga, manusia purba, yaitu tahap yang lebih dekat kepada manusia modern yang sudah digolongkan
genus yang sama, yaitu Homo walaupun spesiesnya dibedakan. Fosil jenis ini di neander, karena itu
disebut Homo Neanderthalesis dan kerabatnya ditemukan di Solo (Homo Soloensis).
Keempat, manusia modern atau Homo sapiens yang telah pandai berpikir, menggunakan otak dan
nalarnya.
Tahap – tahap perkembangan manusia memiliki fase yang cukup panjang. Klasifikasi periode
perkembangan manusia meliputi :
1. Periode pra kelahiran,
2. Masa bayi,
3. Masa awal anak anak,
4. Masa pertengahan dan akhir anak anak,
5. Masa remaja,
6. Masa awal dewasa,
7. Masa pertengahan dewasa dan
8. Masa akhir dewasa.
Manusia sebagai makhluk sosial memiiki tiga aspek penting dalam hidupnya. Ketiga aspek ini meliputi:
1. Aspek Organik
Aspek organik ini yaitu manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki fisik yang disebut jasmani. Organ
tubuh manusia mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, hingga ia bisa disebut sebagai manusia. Tidak
disebut binatang tertentu atau tumbuhan yang juga merupakan ciptaan Tuhan yang ada di muka bumi ini.
2. Aspek Psikologis
Aspek psikologi disini yakni unsur rohaniah yang terdapat dalam diri manusia sebagai makhluk sosial.
Jiwa atau ruh yang menjadikan seorang manusia itu hidup dan memiliki ciri-ciri hidup. Mulai dari
bernafas, tumbuh, berkembang, dan dapat memiliki pemikiran-pemikiran yang sifatnya abstrak. Termasuk
memiliki perasaan tehadap segala sesuatu yang dialaminya dalam hidupnya baik sebagai individu maupun
manusia sebagai makhluk sosial.
3. Aspek Sosial
Aspek sosial yang dimaksud, yaitu adanya kebersamaan yang menjadi bagian dari ciri manusia sebagai
makhluk sosial. Dalam situasi atau kondisi tertentu mereka melakukan sesuatu secara bersama-sama.
Mereka melakukan kerja sama dengan manusia lainnya untuk menghasilkan sesuatu bisa juga dalam
upayanya untuk mewujudkan peranan manusia sebagai makhluk sosial.
2. REVOLUSI MENTAL
Revolusi telah banyak terjadi dalam sejarah umat manusia dan bervariasi dalam berbagai
metode,durasi,dan ideologi motivasi. Hasilnya telah terjadi perubahan besar dalam budaya,
ekonomi, dan institusi sosial politik.
Sedangkan Mental atau tepatnya Mentalitas adalah cara berpikir atau kemampuan untuk
berpikir, belajar, dan merespon terhadap suatu situasi dan kondisi. Metalitas berasal dari kata
mental, yang berarti pikiran. Bagaimana pikiran kita bekerja itulah mentalitas kita, yaitu cara kita
berpikir tentang sesuatu. Cara berpikir (mentalitas) dibentuk dari pengalaman, hasil belajar, atau
pengaruh lingkungan. Jadi, Revolusi Mental dapat diartikan dengan perubahan yang relatif cepat
dalam cara berpikir kita dalam merespon, bertindak dan bekerja.
Perombakan cara berpikir, cara kerja, dan cara hidup ini punya dua tujuan besar: pertama,
menamankan rasa percaya diri pada diri sendiri dan kemampuan sendiri; dan kedua,
menanamkan optimisme dengan daya kreatif di kalangan rakyat dalam menghadapi rintangan
dan kesulitan-kesulitan bermasyarakat dan bernegara. Untuk melancarakan revolusi mental ini,
Bung Karno kemudian menganjurkan ‘Gerakan Hidup Baru’. Gerakan ini merupakan bentuk
praksis dari revolusi mental. Menurut Soekarno, setiap revolusi mestilah menolak ‘hari kemarin’
(reject yesterday). Artinya, semua gaya hidup lama, yang tidak sesuai dengan semangat
kemajuan dan tuntutan revolusi, mestilah dibuang. Tetapi beliau juga berpendapat
bahwa revolusi mental bukanlah pekerjaan satu-dua hari, melainkan sebuah proyek nasional
jangka panjang dan terus-menerus.
Revolusi Mental Menurut Benny Susetyo (Sekretaris Eksekutif Komisi HAK KWI,
Pemerhati Sosial)
Perubahan dari ketidakpercayaan diri menjadi bangsa yang penuh kepercayaan.
Menyadari diri bahwa kita adalah bangsa besar dan bisa berbuat sesuatu yang besar. “Visi”
revolusi mental ini begitu pentingnya mengingat beragam kegagalan kita sebagai bangsa, kerap
(selalu) dimulai dari mentalitas ini.
1. Bangsa Besar
Harus ada yang terus mengingatkan bahwa Indonesia adalah bangsa besar. Namun,
masyarakatnya kerap tidak percaya diri saat menghadapi tantangan- tantangan zaman. Pola pikir
ini harus diubah karena perubahan selalu berasal dari sikap dan mental manusia. Kendati sudah
merdeka berpuluh tahun lamanya, kita masih merasa sebagai bangsa yang rendah diri dan
bermental “jongos”. Kita tidak maju akibat sikap mental yang selalu merasa diri terjajah dan
bahkan menikmati situasi ketergantungan pada bangsa lain. Kemakmuran yang ada seperti
sebuah fatamorgana, hanya indah di buku-buku sekolahan, namun pahit dalam kenyataan.
Sumber daya alam negeri ini bahkan nyaris ludes dikuasai oleh pihak asing.
2. Merdeka Sepenuhnya
Kita sering merasa minder sebagai bangsa. Kurang bisa memaknai harga diri dan begitu
mudah menyerahkan segalagalanya pada bangsa lain. Orientasi elite kerap hanya keuntungan
dirinya saja, dengan hanya menjadi perantara atau makelar saja. Bukan sebagai bangsa yang
tangguh yang berani mengelola semua potensi untuk rakyat sendiri. Berabad-abad lamanya
menjadi bangsa yang bisa membungkuk pada orang lain. Dan, inilah musabab segala
problematika bangsa ini sebab mental elite tidaklah merdeka sepenuhnya. Dalam konteks
pendidikan, ketakutan luar biasa terhadap mereka yang memiliki uang merupakan cermin
gagalnya pengelolaan republik ini. Kita belum mampu memproses manusia yang merdeka,
mendidik manusia untuk benar-benar menjadi merdeka.
Tidak ada kesadaran bahwa selama sistem lama masih bercokol, jangan harap
menghasilkan elite yang berkualitas. Citacita kemerdekaan yang digariskan oleh para pendiri
republik seolah luntur. Barangkali, tak pernah disangka oleh para pendiri republik bahwa
akhirnya kemerdekaan yang telah diraih dengan darah dan pengorbanan untuk keluar dari jerat
pikir penjajahan kembali lagi menuju penjajahan di bawah dalih kemerdekaan. Ironisnya,
penjajahan dalam arti yang lebih luas (politik, ekonomi, sosial, dan budaya) dilakukan oleh
bangsa sendiri bersama dengan bangsa lain melalui persekongkolan jahat. Dalihnya
kemakmuran, tapi nyatanya ketertindasan. Romantisme perjuangan dalam bentuk solidaritas
kebangsaan yang amat kuat luntur karena para pengisinya tak pernah sadar bahwa usaha
membangun selalu dilakukan bersama, bukan orang per orang dan kelompok per kelompok.
4. Kemerdekaan Sejati
Kemerdekaan adalah kepedulian untuk terus-menerus memberdayakan manusia agar ia
memahami dirinya sendiri sekaligus mengaktualisasikan kreativitasnya demi membangun
kemakmuran bangsa dan negara. Gagasan Romo Mangun tersebar dalam berbagai pikiran untuk
membebaskan manusia dari belenggu. Bangsa baginya tidak hanya sebagai kumpulan manusia
yang setiap tahun merayakan kemerdekaan. Kemerdekaan bangsa adalah cerminan dari manusia
sebagai individu yang otonom. Kenyataannya, meski kita sudah merdeka hampir setengah abad
dari penjajah, arti kemerdekaan itu hanya bisa dilekatkan sebagai kemerdekaan secara formal.
Itupun masih harus kita pertanyakan kembali, meski kita sudah merdeka, pada hakikatnya kita
masih terjajah secara ekonomi. Atas itu semualah, revolusi mental diperlukan, bukan hanya
dalam kata-kata namun juga dalam tindakan konkret untuk mengembalikan Indonesia sebagai
bangsa besar yang mengelola kekayaan alam untuk rakyatnya sendiri.
Reformasi 16 tahun tidak banyak membawa perubahan dalam cara kita mengelola
ekonomi. Pemerintah dengan gampang membuka keran impor untuk bahan makanan dan
kebutuhan lain. Banyak elite politik kita terjebak menjadi pemburu rente sebagai jalan pintas
yang diambil yang tidak memikirkan konsekuensi terhadap petani di Indonesia. Ironis kalau
Indonesia dengan kekayaan alamnya masih mengandalkan impor pangan. Indonesia secara
ekonomi seharusnya dapat berdiri di atas kaki sendiri, sesuai dengan amanat Trisakti. Ketahanan
pangan dan ketahanan energi merupakan dua hal yang sudah tidak dapat ditawar lagi. Indonesia
harus segera mengarah ke sana dengan program dan jadwal yang jelas dan terukur. Di luar kedua
sektor ini, Indonesia tetap akan mengandalkan kegiatan ekspor dan impor untuk menggerakkan
roda ekonomi.
Sifat ke-Indonesia-an juga semakin pudar karena derasnya tarikan arus globalisasi dan
dampak dari revolusi teknologi komunikasi selama 20 tahun terakhir. Indonesia tidak boleh
membiarkan bangsanya larut dengan arus budaya yang belum tentu sesuai dengan nilai-nilai
luhur bangsa kita. Sistem pendidikan harus diarahkan untuk membantu membangun identitas
bangsa Indonesia yang berbudaya dan beradab, yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral agama
yang hidup di negara ini. Akses ke pendidikan dan layanan kesehatan masyarakat yang
terprogram, terarah, dan tepat sasaran oleh nagara dapat membantu kita membangun kepribadian
sosial dan budaya Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://joerig.wordpress.com/2007/04/13/definisi-manusia/
http://azenismail.wordpress.com/2010/05/14/manusia-sebagai-makhluk-individu-dan-makhluk-
sosial/
http://calvinfatmanausia.wordpress.com/2011/10/20/makalah-manusia-sebagai-makhluk-
individu-dan-sosial/
http://www.anneahira.com/manusia-sebagai-makhluk-sosial.htm
http://3nurdianto.blogspot.com/2012/03/hakikat-manusia-sebagai-makhluk-sosial.html
http://helmy-chimonberbagiilmu.blogspot.com/2012/04/makalah-ilmu-dasar-sosial-manusia.html
http://revolusimental.go.id/tentang-gerakan/nilai-nilai-strategis-revolusi-mental.html
http://nasional.kompas.com/read/2014/10/17/22373441/Jokowi.dan.Arti.Revolusi.Mental
http://kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=288195