Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah Komunikasi Interpersonal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KOMUNIKASI INTERPERSONAL/

KONSELING (KIP/K)

OLEH:
Kelompom 2

TIA SULFIANI
HILDA SINUR
EMA J
SUSANTI TANDAI
AYU
KRISTINA RISMA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan


yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa
kesehatan, kesempatan serta pengetahuan sehingga makalah tentang
‘KOMUNIKASI INTERPERSONAL/
KONSELING (KIP/K)

Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah


pengetahuan rekan-rekan Mahasiswa. Mudah-mudahan makalah
sederhana yang telah berhasil kami susun ini bisa dengan mudah
dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami meminta
maaf bilamana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang
berkenan. Serta tak lupa kami juga berharap adanya masukan serta
kritikan yang membangun dari Anda demi terciptanya makalah yang lebih
baik lagi.

Palopo, 01 Mei
2019

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide
atau gagasan. Secara sederhana, kegiatan komunikasi dipahami sebagai
kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan atau ide dari satu pihak ke
pihak lain, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan atau ide
yang dipertukarkan.

B. PENYAJIAN
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal atau Konseling ( KIP/K )
Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang dilakukan dari
orang ke orang, bersifat 2 arah baik secara verbal dan non verbal, dengan
saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu
atau individu atau antar individu di dalam kelompok kecil.
Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap,
dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal,
teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan untuk
membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang
sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi
masalah tersebut ( Saifudin, Abdul Bari : 2002 ).
Montersen ( 1964 : 301 ) mendefinisikan konseling sebagai suatu
proses antar-pribadi, dimana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya
untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan
masalahnya. Willian Ratingan ( 1967: 114-115 ), mendeskripsikan
konseling sebagai usaha untuk membantu seseorang menolong dirinya
sendiri.
Suatu komunikasi interpersonal belum tentu suatu konseling tetapi
konseling selalu merupakan komunikasi interpersonal. Orang yang
memberi bantuan dalam konseling disebut konselor. Sedangkan orang
yang diberi konseling disebut konseli. Dalam kebidanan konseli disebut
juga Klien dalam konseling hubungan atau pertalian antara konselor
dengan klien memegang peranan yang penting bagi keberhasilan
konseling, dan ini berbeda dengan hubungan pada situasi lain.
a. Konseling merupakan bentuk percakapan wawancara
Wawancara sebagai alat pengumpul data digunakan untuk
mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi,
harapan, persepsi, keinginan dan lain- lain dari individu atau responden.
Caranya melalui pertanyaan – pertanyaan yang sengaja diajukan kepada
individu. Konseling merupakan salah satu bentuk wawancara.
b. Kelebihan wawancara :
Apabila pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang diberikan
dilakukan secara lisan, maka ini disebut wawancara. Bila pertanyaan yang
diajukan dan jawaban yang diberikan secara tertulis, disebut kuesioner.
1) Kelebihan wawancara :
a) Pertanyaan bila lebih bebas dan mendalam
b) Hubungan dapat dibina lebih baik sehingga respon lebih bebas
menggunakkan pendapatnya.
c) Dapat direkam dan lebih lengkap ( komprehensif )
d) Sifat data primer
e) Dapat mengklarifikasi yang tidak jelas
f) Banyak digunakan dalam penelitian sosial dan pendidikan.
2) Jenis wawancara
1. Terstruktur : jawaban telah dipersiapkan, ada laternatif jawabannya.
Keuntungan mudah diolah dan dianalisis.
2. Tak terstruktur ( bebas ) : tidak perlu menyiapkan jawaban, klien
bebas menjawab. Keuntungannya informasi lebih padat dan
lengkap. Sulit dianalisis karena jawaban aneka ragam sehingga
perlu pengaktagorian.
3) Tips wawancara yang efektif
1) Ciptakan suasana terbuka
2) Jangan memotong pembicaraan
3) Berikan perhatian
4) Jangan bersifat evaluatif
5) Tenggang rasa atau bijaksana
2. Faktor Penghambat KIP/K
a. Faktor Individual. Orientasi kultural ( keterikatn budaya ) merupakan
faktor individual yang dibawa seseorang dalam melakukan
interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari :
1) Faktor fisik: kepekaan panca indera ( kemampuan untuk
melihat, mendengar), usia, jender ( jenis kelamin ).
2) Sudut pandang : nilai- nilai
3) Faktor sosial : sejarah keluarga dan relasi, jaringan sosial, peran
dalam masyarakat, status sosial, peran sosial.
4) Bahasa.
b. Faktor- faktor yang berkaitan dengan interkasi
1) Tujuan dan harapan terhadap komunikasi
Ini biasanya terjadi apabila dalam suatu komunikasi/
konseling, komunikator tidak memberikan konseling sesuai
kebutuhan klien, maka apa yang disampaikan komunikator tidak
akan didengar atau diperhatikan oleh klien karena tidak sesuai
dengan harapannya. Untuk menghindari hal tersebut sudah
seharusnya seorang komunikator memiliki kemampuan untuk
menganalisa masalah klien sehingga dapat memberikan konseling
sesuai dengan kebutuhan klien. Dengan demikian tujuan dan
harapan dari kedua belah pihak dapat tercapai.
2) Sikap terhadap interkasi
Sikap terbuka dan bersahabat sangat mendukung
komunikasi, tetapi sebaliknya orang yang tertutup dan kurang
bersahabat akan sulit untuk diajak komunikasi, biasanya orang
seperti ini mempunyai sifat introved sehingga susah untuk
mengungkapkan masalah yang dihadapi. Mendapatkan klien yang
seperti ini sebagai seorang bidan harus mampu memancing
percakapan dan menggunakan pertanyaan- pertanyaan terbuka.

3) Pembawaan diri seseorang terhadap orang lain ( seperti


kehangatan, perhatian, dukungan ).
Pembawaan diri seseorang sangat mempengaruhi komunikasi.
Orang sombong, sinis dan tidak memberikan dukungan merupakan
hambatan komunikasi yang harus mampu kita hadapi. Kadang-
kadang sebagai menusia biasa kita sebagai petugas kesehatan sudah
merasa malas dahulu untuk memberikan konseling pada orang
semacam itu. Tapi kita harus menyingkirkan sikap seperti itu dan harus
profesional. Cobalah untuk bersahabat dan tidak menggurui, tetapi
harus menguasai kontens/ materi yang akan kita berikan. Dengan
sikap seperti itu biasanya mereka akan merubah sikapnya.
4) Sejarah hubungan
Sejarah hubungan adalah sesuatu yang telah lampau tetapi
akan sangat berpengaruh dimasa sekarang atau masa datang. Orang
yang punya hubungan kurang harmonis dimasa lalu dan tiba- tiba
bertemu dalam suatu konsultasi/ konseling akan menyebabkan sikap
canggung dan malas untuk bertemu. Tapi sekali lagi kita sebagai
tenaga kesehatan harus profesional dalam menhadapi ini, lupakan
sejenak masalah yang lalu dan hadapi klien sesuai masalah yang
harus dipecahkan oleh klien saat ini. Tidak perlu mengungkit- ungkit
masa lalu dan pura- puralah lupa kalau pernah ada hubungan/
masalah yang kurang harmonis dimasa lalu.
c. Faktor Situsiasional
Situasi selama melakukan komunikasi sangat mempengaruhi
keberhasilan komunikasi, lingkungan yang tenang dan terjaga
privasinya merupakan situasi yang sangat mendukung, begitu pula
sebaliknya komunikasi yang dilakukan ditempat keramaian akan
sangat mengganggu pendengaran.
d. Kompetensi dalam melakukan percakapan
Agar komunikasi interpersonal berjalan lancar dan mendatangkan
hasil yang diharapkan, baik komunikator maupun komunikan perlu
memiliki kemampuan dan kecakapan dalam melakukan komunikasi
interpersonal.
Kompetensi KIP adalah tingkat dimana perilaku kita dalam komunikasi
interpersonal sesuai dan cocok dengan situasiu dan membantu kita
mencapai tujuan komunikasi interpersonal yang kita lakukan dengan
orang lain. Dengan kompetensi, perilaku komunikasi kita akan sesuai
dengan peraturan- peraturan dalam KIP dan membantu mencapai
tujuan komunikasi. Agar komunikasi interpersonal berhasil kita perlu
memiliki keterampilan dalam komunikasi interpersonal baik sosial
maupun behavioral. Kompetensi tersebut meliputi :
a. Empati ( emphati ) adalah kecakapan memahami perasaan dan
pengertian orang lain.
b. Perspektif sosial adalah kecakapan melihat kemungkinan –
kemungkinan perilaku yang diambil oleh orang yang kita ajak
komunikasi.
c. Kepekaan ( sensitivity ) terhadap sesuatu hal dalam KIP.
d. Pengetahuan akan situasi pada saat melakukan KIP.
e. Memonitor diri adalah kemampuan menjaga ketepatan perilaku dan
pengungkapan komunikan.
f. Kecakapan dalam tingkah laku antara lain keterlibatan dalam
berinteraksi.
3. Pengaruh Pemahaman Diri Terhadap Proses KIP/K
a. Memahami diri sendiri
Memahami diri bertujuan untuk mengetahui dan mengenal
siapakah diri kita, apakah persepsi orang lain terhadap diri kita
sama atau tidak. Misal mungkin anda merasa ramah, namun
menurut orang lain anda judes dan lain- lain. Pemahaman diri
meliputi pengetahuan tentang siapa aku, aku kelemahanku,
bagaimana perasaanku, apa keinginanku dsb. Kita perlu
memahami diri kita agar apa yang menjadi diri kita agar apa yang
menjadi potensi dari dalam diri kita pertahankan ayau bahkan kita
tingkatkan dan apa yang menjadi kelemahan dan kekurangan kita
bisa kita rubah atau kita tutupi, agar menjadi lebih baik, sehingga
hal ini akan mengantar kita kearah kesuksesan.
b. Pengetahuan, keterampilan, sikap yang dimiliki konselor
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga aspek yaitu aspek
kogniktif, aspek psikomotor dan aspek afektif ( perasaan, sifat,
sikap ).
Pengetahuan yang harus dimiliki Bidan tidak hanya pengetahuan
kebidanan saja tapi dalam semua bidang ilmu. Antara lain
pengetahuan tentang psikologis, kesehatan reproduksi, kebidanan
dan kandungan, keluarga berencana, kesehatan neonatus, bayi
dan balita, ilmu sosial budaya, pengetahuan tentang hubungan
antar manusia, komunikasi interpersonal, pengetahuan tentang
konseling dan sebagainya.
Keterampilan yang perlu dimiliki Bidan tentunya semua
keterampilan yang sesuai dengan kompetensi Bidan yaitu ada
sembilan kompetensi Bidan. Dalam komunikasi dan konseling
keterampilan yang harus dapat dikuasai Bidan adalah keterampilan
dalam melakukan komunikasi antara lain : terampil dalam
membantu memecahkan masalah yang dihadapi klien, terampil
dalam melakukan komunikasi interpersonal, terampil dalam
menggunakan alat bantu visual untuk pemberian informasi, terampil
dalam mengatasi masalah genting yang dihadapi klien, terampil
membantu klien mengambil keptusan dan sebagainya.
Adapun sikap yang sebaiknya dimiliki bidan adalah mempunyai
motivasi yang tinggi untuk membantu orang lain, bersikap ramah,
sopan santun, menerima klien apa adanya, empati terhadap klien
membantu dengan ikhlas, terbuka terhadap pendapat orang lain.
c. Pengaruh pemahaman diri terhadap KIP/K
Pentingnya pemahaman diri adalah karena Bidan bekerja
dengan melibatkan banyak aspek, orang dan kondisi. Bidan perlu
memahami bahwa setiap orang mempunyai bio- psiko-sosial-
spritual yang berbeda. Sehingga perlu pemahaman diri untuk
menghadapi orang dengan berbagai karakteristik. Bidan harus
mampu memahami untuk bisa menghadapi kecemasan,
kemarahan, kesedihan dan kegembiraan klien. Bidan harus
mengetahui bagaimana dia harus mengambil sikap, dan ini bisa
menghindarkan dari hal- hal yang tidak diinginkan. Bayangkan
apabila Bidan sendiri tidak memahami dirinya, dia tidak tahu bisa
mengendalikan diri, misalnya Bidan yang mudah marah.

BAB II
KETERAMPILAN OBSERVASI
A. PENDAHULUAN
Melatih kepekaan observasi adalah keteramoilan dasar dalam
membina komunikasi efektif. Yang perlu kita observasi adalah tingkah
laku verbal, non verbal dan kesenjangan antara tingkah laku verbal dan
non verbal.
Bidan perlu mengamatu tingkah laku verbal dan non verbal untuk
mengidentifikasi pesan- pesan yang tidak sinkron/ tidak sejalan dan
campur aduk. Seorang bidan yang tajam pengamatannya akan
mengetahui bahwa ada beberapa konflik atau ketidaksesuaian antara
tingkah laku verbal dan non verbal, antara apa yang diucapkan dan
dikerjakan.
B. PENYAJIAN
1. Keterampilan Observasi
a. Tingkah laku/komunikasi non verbal
1) Komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal.
Dengan kata lain komunikasi verbal dan non verbal merupakan
kegiatan yang saling melengkapi dan selalu dilakukan secara
bersamaan. Komunikasi nin verbal dapat berbentuk bahasa tubuh,
tanda, tindakan/ perbuatan atau objek.
a) Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh ini meliputi ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan,
postur tubuh dan gaya gaya berjalan, sound, gerak isyarat.
b) Tanda
Tanda dalam komunikasi non verbal menggantikan kata- kata
misalnya bendera, rambu- rambu lalu lintas, dsb
c) Tindakan atau perbuatan
Tindakan atau perbuatan secara khusus tidak menggantikan kata-
kata tetapi mengandung makna, misalnya pakaian, aksesori
dandan, dll. Dari pakaian atau aksesoris dandanan maka bisa kita
ketahui sosial ekonomi atau gaya orang tersebut.
d) Objek
Objek juga secara khusus tidak mengganti kata tetapi mempunyai
makna, misalnya pakaian, aksesori dandan, dll. Dari pakaian atau
aksesoris dandanan maka bisa kita ketahui sosial ekonomi atau
gaya orang tesebut.
e) Warna
Kita sering menggunakan warna untuk menunjukkan suasana
emosional, citra rasa, keyakinan agama, politik dll. Di Indonesia
warna merah muda adalah feminin ( warna roamntis, jatuh cinta ),
warna biru adalah maskulin, warna hijau sering diasosiasikan
dengan islam dan muslim karena dipercaya sebagai warna surga,
warna putih sebagai warna suci, murni dan bersih.
f) Fungsi komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal dapat berfungsi untuk
- Melengkapi komunikasi verbal
Misalkan ada anak kecil yang bertengkar maka, selain dengan
kata- kata kita melerai biasanya diikuti dengan mata yang
melotot.
- Menekankan komunikasi verbal
Misalkan dalam suatu rapat ada orang yang tidak sependapat
maka dia berkata saya akan out dari ruangan sambil menutup
pintu keras- keras.
- Membesar- besarkan komunikasi non verbal
Misalkan bercerita tentang gurila yang tubuhnya besar sambil
melebar- lebarkan tangannya kesamping
- Melawan komunikasi verbal
Misalnya saat orang mengatakan tidak malu tetapi pipi dan
wajahnya memerah
- Meniadakan komunikasi non verbal
Misalnya kita dipaksa untuk memberikan uang lalu kita katakan ini
uangnya sambil memasukkan uang itu ke saku.
2) Komunikasi verbal
Adalah komunikasi yang menggunakan kata- kata, entah lisan
maupun tertulis. Melalui kata- kata, perasaan, emosi, pemikiran,
gagasan bisa diungkapkan. Dalam komunikasi verbal ini bahasa
memegang peranan penting. Bahasa verbal merupakan sarana utama
untuk menyatakan perasaan, pikiran dan maksud kita. Sampai saat ini
belum diketahui secara pasti bagaimana perasaan, pikiran dan
maksud kita.
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti bagaimana
bahasa bisa muncul dimuka bumi ini. Menurut Lary L. Barker bahasa
memiliki 3 fungsi yaitu penamaan, interaksi dan transmisi informasi (
Mulyana, 2007 ).
Komunikasi verbal menyangkut beberapa aspek, yakni : vocabulary
(perbendaharaan kata- kata), racing ( kecepataan ), intonasi suara,
humor, singkat, timing ( waktu yang tepat ).
b. Pengamatan dan Penafsiran Interprestasi
Pengamatan objektif adalah berbagai tingkah laku yang bisa
kita lihat dan kita dengar. Penafsiran atau interpretasi adalah kesan
terhadap apa yang kita lihat dan kita dengar. Interpretasi dapat
diartikan sebagai suatu usaha konselor untuk memberitahukan suatu
arti kepada konseli.
Tahap- tahap interpretasi meliputi :
1) Refleksi perasaan, yaitu konselor tidak pergi jauh dari apa yang
dikatakan klien, dengan refleksi perasaan apa yang ada dihati klien
didengar oleh konselor.
2) Klarifikasi yaitu menjelaskan apa yang tersirat dalam perkataan
klien.
3) Refleksi yaitu penilaian konselor terhadap apa yang diungkapkkan
klien.
4) Konfrontasi yaitu konselor membawa kepada perhatian cita- cita dan
perasaan klien yang tersirat tetapi tidak disadari.
5)Interpretasi yaitu konselor memperkenalkan konsep- konsep,
hubungan dan pertalian baru yang berakar dalam pengalaman
klien.
c. Keterampilan Membina Hubungan Baik
Dalam konseling, bidan yang baik adalah bidan yang selalu
berusaha untuk membina hubungan baik dengan klien. Dan ini
akan terjadi bila ada kerjasama diantara keduanya. Keterampilan
membina hubungan baik merupakan dasar dari proses kmonikasi
interpersonal bidan dengan klien, dengan petugas kesehatan yang
lain, tokoh masyarakat dan sebagainya. Dalam membina hubungan
baik perlu memberikan dukungan atau motivasi kepada klien.
1) Tiga hal penting yang perlu diperhatikan agar hubungan baik
mantap.
a) Menunjukkan tanda perhatian verbal
b) Menjalin kerjasama
c) Memberikan respon yang positif, pujian, dukungan.
2) Sikap dan perilaku dasar yang dibutuhkan
Keterampilan membina hubunganh baik merupakan dasar dari
komunikasi interpersonal. Membina hubungan baik bisa kita awali
dengan sikap hangat, menghormati, menerima klien apa adanya,
empati dan tulus. Hubungan baik harus dimulai sejak awal
hubungan dan tetap dipertahankan seterusnya. Perilaku bidan yang
mendukung terciptanya hubungan baik antara lain : Memberi salam
dengan ramah, mempersilahkan duduk, tidak memotong
pembicaraan, menjaga kerahasiaan klien, tidak menilai klien dll.
Selain itu sikap yang perlu dimiliki adalah SOLER yang merupakan
singkatan dari :
S : Face your squaerely ( mengahadap ke klien ) dan /nod at
client senyum / mengangguk ke klien )
O : open and non judgemental facial expressio ( ekspresi
muka menunjukkan sikap terbuka dan tidak menilai )
L : Lean towards client/ tubuh condong ke klien
E : Eye contact in aculturally acceptable manner/ kontak mata
sesuai cara, budaya setempat.R : Relaxed and freindy manner (
santai dan sikap bersahabat )
3) Beberapa sikap yang bisa diamati dalam membina hubungan baik
( Sumber : Tarigan, 2002 )
No Tingkah Laku Yang Diamati Ya Tidak catatan
1. Menyediakan lingkungan fisik yang
dapat membuat klien merasa nyaman.
2. Menyambut dan mempersilahkan
duduk dengan ramah
3. Duduk menghadap klien.
4. Senyum dan mengangguk
5. Ekspresi wajah menunjukkan
mendengar dengan penuh perhatian
6. Tubuh condong ke klien
7. Kontak mata/ tatapan mata sesuai
yang diterima budaya setempat
8. Santai dan sikap bersahabat
9. Volume suara memadai
10. Intonasi dan kecepatan berbicara
memadai
11. Memberi pujian/dikungan
12. Menyampaikan akan menjaga
kerahasiaan
13. Tidak mengintererupsi/memotong
pembicaraan klien
14. Tidak melakukan penilaian (
menyalahkan, komentar negatif )
15. Menanyakan alasan kedatangan klien
16. Menghargai apapun pertanyaan
maupun pendapat klien

d. Mendengar Aktif
Menjadi pendengar aktif bagi konselor sangat penting karena :
1) Menunjukkan kepedulian
2) Merangsang dan memberanikan klien bereaksi secara spontan
terhadap konselor,
3) Menimbulkan situasi yang mengajarkan,
4) Klien membutuhkan gagasan- gagasan baru
Untuk mencapai tujuan dari komunikasi perlu saling memahami dan
saling mendengarkan. Dalam komunikasi terapeutik bidan perlu
mempelajari keterampilan mendengar aktif.
Untuk menjadi pendengar yang baik konselor harus memiliki
kemampuan sebagai berikut :
1) Mampu berhubungan dengan orang diluar kalangannya
2) Mempunyai cara- cara untuk membantu klien
3) Memperlakukan klien untuk menimbulkan respon yang bermakna
4) Bertanggung jawab bersama klien dalam konseling
Dalam komunikasi interpersonal konseling ada 4 bentuk
mendengarkan yang bisa digunakan sesuai situasi yang dihadapi
1) Mendengar pasif ( diam )
Mendengarkan memerlukan keterampilan dan latihan yang terus-
menerus, dengan mendengarkan kita akan memperoleh informasi
yang lengkap dari klien. Meskipun ini memerlukan kesabaran. Di
Indonesia mendengar pasif biasanya dilakukan saat klien
menceritakan masalahnya, berbicara tanpa henti, mengebu- gebu
dengan perasaan kesal atau sedih, saat klien berhenti bicara sejenak,
konselor dapat diam untuk memberi kesempatan klien berpikir dan
menenangkan diri.
2) Memberi tanda perhatian verbal
Konselor perlu memberikan respon pada klien dengan menggunakan
kata- kata atau perhatian verbal. Hal ini dilakukan untuk memberikan
motivasi pada klien agar semangat dalam berbicara.
3) Membuka pembicaraan, undangan untuk berbicara ( mengajukan
pertanyaan untuk mendalami dan klarifikasi )
Mengajukan pertanyaan dilakukan apabila konselor belum puas
dengan jawaban yang diberikan klien, perlu klarfikasi mengenai hal
yang diungkapkan klien, menandakan konselor mengikuti alur
pembicaraan klien.
4) Mendengar aktif : memberikan umpan balik/ merefleksikan isi ucapan
dan perasaan yaitu merangkum, merefleksikan isi uacapan (
paraphrasing ) dan refleksi perasaan.
e. Kemampuan Bertanya
Bertanya merupakan keterampilan yang cukup penting dan
strategis dalam proses komunikasi baik dalam memulai, selama proses
atau ataupun dalam mengakhiri.
Keterampilan bertanya dapat dikembangkan dengan memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut :
1) Perhatikan suasana konseling klien
2) Kuasai materi yang berkaitan dengan pertanyaan
3) Ajukan pertanyaan dengan cara yang jelas dan terarah, serta tidak
keluar dari topik
4) Segera beri respon/ umpan balik terhadap jawaban pertanyaan yang
diajukan dengan sikap yang baik dan empati.
Jenis pertanyaan :
1) Pertanyaan tertutup : pertanyaan tertutup yang jawabannya sudah
pasti dan ini biasanya hanya membutuhkan jawaban “ ya atau Tidak’
untuk mengumpulkan informasi yang faktual ( biasanya diawal
percakapan ).
2) Pertanyaan terbuka : merupakan pertanyaan yang menuntut jawaban
yang menungkinkan adanya berbagai macam jawaban, dan memberi
kebebasan menjawab pada klien. Ini akan menuntut partisipasi aktif
dari klien dan merupakan cara efektif untuk menggali informasi dari
klien.
3) Pertanyaan mendalam : dimaksudkan untuk menggali lebih
mkendalam apa yang sudah diungkapkan oleh klien, sehingga
informasi didapat secara lengkap dan mendetail. Melengkapi dan
menggali lebih dalam hal- hal yang diperlukan, terutama yang bersifat
privasi, untuk melakukan ini memerlukan pendekatan dan keakraban
dan didasarkan saling percaya, dimana ini memerlukan teknik yang
khusus agar tidak bias.
4) Pertanyaan mengarahkan/sugestif : mengarahkan berarti Bidan
mengarahkan apa yang dibicarakan klien. Tidak selalu tepat digunakan
pada berbagai kondisi. Pertanyaan mengarahkan ini sebaiknya
dihindari oleh Bidan dan biarkan klien mengungkapkan perasaannya
secara spontan.
Bertanya efektif :
Ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan agar Bidan bisa
bertanya secara efektif :
1) Gunakan intonasi suara yang menunjukkan perhatian, minat dan
keakraban. Jangan terlalu cepat/lambat atau terlalu keras/ lemah.
Karena suara yang terlalu lemah dan lambat akan susah didengar dan
sering membuat ngantuk karena seolah- olah kita dibuai oleh suara
seperti itu. Begitu pula suara yang terlalu keras akan membuat telinga
sakit dan mengurangi konsentrasi untuk mendengar.
2) Gunakan kata- kata yang difahami klien, karena bahsa- bahasa ilmiah
yang tidak dipahami klien tidak akan bisa terjadi atau bahkan
menyebabkan salah arti. Ini sering terjadi pada bidan- bidan diawal
pekerjaannya. Istilah- istilah kebidanan sering digunakan untuk
berkomunikasi dengan klien yang tidak memahami istilah tersebut.
3) Ajukan pertanyaan satu persatu. Jangan mengajukan beberapa
pertanyaan sekaligus. Karena ini tidak efektif kadang klien hanya ingat
pertanyaan yang terakhir saja sehingga kita harus mengulang- ulang
lagi. Sehingga ajukan pertanyaan satu persatu agar bisa terjawab
sesuai apa yang kita butuhkan.
4) Tunggu jawaban dengan penuh minat, jangan memotong. Biarkan
klien menyelesaikan kalimatnya karena pemotongan ditengah kalimat
bisa menimbulkan salah persepsi.
5) Gunakan kata- kata yang mendorong klien untuk tetap bicara. Dengan
demikian klien merasa diperhatikan dan lebih semangat untuk
mengungkapkan pembicaraannya.
6) Bila harus menanyakan hal yang sangat pribadi, jelaskan mengapa hal
itu harus ditanya. Kadang- kadang klien malu untuk mengungkapkan
dan menutupi hal- hal tersebut. Dengan penjelasan bahwa hal itu
untuk tujuan penyembuhan dll maka klien akan mengungkapkan
secara sukarela dan terbuka.
7) Hindari penggunaan kata tanya “ mengapa “ karena kemungkinan kita
dapat merasa disahkan.

BAB III
MACAM-MACAM KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN

A. PENDAHULUAN
Mengingat tugas yang perlu dulaksanakan seorang bidan maka
setelah memperoleh pendidikan, bidan diharapkan mempunyai
keterampilan berpikir, berkomunikasi dan menguasai keterampilan
praktis. Bidan dalam pekerjaannya sehari- hari perlu membantu pasien
menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi pasien. Untuk itu dia
harus mampu memahami berbagai penyakit dan upaya kesehatan serta
mampu mengkomunikasikannya baik pada pasien perorangan maupun
pada masyarakat. Lingkup berkomunikasi tak kalah pentingnya bagi
seorang bidan untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, Bidan
harus mampu berkomunikasi dengan pasien dalam proses anamnesis,
pemeriksaan fisik, menjelaskan hasil pemeriksaan bahkan bidan
dikomunitas juga harus mampu berkomunikasi dengan masyarakat
agar program kesehatan yang direncanakan dapat berjalan dengan
baik.

B. PENYAJIAN
1. Macam – Macam Klien Dalam Asuhan Kebidanan
Dalam pelayanan kebidanan, sesuai dengan wewenang dan
lingkup pelayanan, maka Bidang konseling kebidanan ( BK )
meliputi :
a. Komunikasi pada bayi dan balita
Bayi merupakan mahkluk yang menakjubkan, diciptakan
untuk memberikan dan menerima kebahagiaan, ditakdirkan untuk
makan, tidur, beristirahat dan bermain kapanpun mereka mau. Bayi
belum bisa berkata- kata, sebagai gantinya bayi menangis untuk
mengungkapkan perasaan dan keinginannya. Komunikasi bayi
dimulai sejak dia lahir ke dunia, dimulai ketika bayi mulai menangis
sampai bayi dapat bicara lancar, adapun prosesnya dari bayi
menangis sampai bisa berkata- kata belum dipahami secara pasti.
1) Perkembangan Komunikasi
Fase pertumbuhan dan perkembangan komunikasi pada
bayi meliputi :
a) Fase prelinguistic ( fase sebelum bicara )
Suara pertama yang dikeluarkan bayi baru lahir adalah
tangis sebagai rekasi sehubungan perubahan tekanan udara dan
suhu luar uterin. Kebutuhan dikomunikasikan lewat tangis sampai
usia satu tahun, pada saat usia anak dua sampai tiga minggu
seharusnya orang tua sudah dapat membedakan tangis bayi.
Biasanya bayi menangis karena lapar, pantat basah, kesakitan atau
minta perhatian.
b) Kata pertama
- Usia 10-12 bulan tumbuh pengertian pasif dari bahasa
- Kata pertama mungkin tidak disadari oleh orang tuanya karena
anak banyak akal untuk mengerti perlu mendengar apa yang
dikatakan anak sehubungan dengan apa yang dikerjakan misal
namun bisa berarti mama, bisa berarti makan.
- Anak memberikan reaksi yang berbeda pada satu kata ucapkan
dengan intonasi pada usia 4-5 bulan. Ketika ada orang bilang
diam sambil membentak akan berbeda ketika orang berkata
diam untuk menenangkan tangisan.
- Bicara sesungguhnya mulai usia 12- 18 bulan karena sudah
bisa dimengerti maksudnya.
- Satu kata mengandung satu kalimat, misal mengatakan makan
maka berarti saya mau makan.
- Menggunakan empat kata usia lima belas bulan, sepuluh kata
usia delapan belas bulan, lima puluh kata usia dua tahun dan
anak sudah bisa bereaksi terhadap perintah orang tuanya.
c) Kalimat pertama
- Usia dua tahun anak mulai menyusun kata
- Periode ini dikenal sebagai pembicaraan komplit.
- Kalimat anak seperti juga kata pertama, punya arti pribadi dan
tidak ikut aturan tata bahasa. Misal anak bilang makan berarti
aku mau makan. Jadi orang tua atau orang disekitarnya harus
tanggap terhadap kata- kata anak tersebut.
- Kadang- kadang disusun kombinasi kata yang aneh dan
merubah- rubah huruf/kata karena sulit mengucapkan satu
nama. Contoh perahu diucapkan pelahu.
d) Kemampuan bicara egosentris dan memasyarakat
Psikolog Perancis Jean Peeget mengkategorikan anak usia empat
sampai sebelas tahun keatas berbicara egosentris dan
memasyarakat. Kemampuan bicara egosentris ( berpusat pada diri
sendiri ) dibedakan tiga macam :
- Repetitif ( pengulangan ). Kata yang didengar diulang – ulang.
- Menolong ( berbicara satu arah ) biasa pada anak pra sekolah.,
anak bicar sendiri memainkan banyak peran dengan berkata-
kata sendiri.
- Menolong kolentif. Beberapa anak berkumpul dalam suatu
tempat tapi mereka bicara sendiri – sendiri biasanya asyik
memainkan maianannya sendiri.
e) Perkembangan semantik
Semantik adalah pengetahuan yang mempelajari arti dari
kata pada bahasa yang diajarkan. Anak pertama kali memahami
arti konkrit dan jenis kata konkrit kemudian mulai mengetahui arti
dan jenis kata abstrak.
2) Faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
a) Intelegensi ( kecerdasan ). Ini jelas mempengaruhi bahasa,
misalnya idiot akan lebih lambat perkembangan bahasanya
dibanding anak- anak yang punya intelegensi normal atau rugi.
b) Jenis kelamin. Tahun pertama tidak banyak perbedaan, setelah itu
wanita lebih superior. Usia sekolah akhir setara kembali dalam
perbendaharaan kata, laki- laki lebih unggul dalam kata- kata
tertentu, wanita unggul dalam tata bahasa.
c) Bilingual ( dua bahasa ). Penelitian kontradiktif anak dengan dua
bahasa lambat perkembangan bahasanya.
d) Status tunggal atau kembar. Pada anak kembar rangasang bicara
kurang dari orang lain.
e) Rangsangan/dorongan orang tua. Ibu yang orientasi objek dan
tidak kritis/instruktif anak lebih cepat dalam perkembangan bahasa.
f) Sosial ekonomi. Sosial ekonomi tinggi lebih unggul ditunjang
fasilitas.
3) Cara- cara dalam memberikan dukungan rangsangan aktif adalah :
a) Memperbaiki model orang tuanya : orang tua didorong untuk
melengkapi diri dan jadi model yang baik, mempelajari bahasa yang
baik, komunikatif sesuai tingkat perkembangan anak.
b) Mendorong kemampuan komunikasi, baik verbal maupun non verbal
c) Berikan anak pengalaman untuk dapat berbicarakan
d) Mendorong anak untuk mendengar
e) Mendorong anak berbicara sebagai pengganti tindakan aksi
f) Gunakan kata yang pasti dan benar. Meskipun anak belum bisa
menyebutkan R misal pelmen untuk menyebut permen tapi orang tua
harus tetap menyebutnya permen.
4) Prinsip komunikasi efektif
Yang harus kita perhatikan saat komunikasi dengan anak :
a) Kesabaran mendengar. Cobalah dengarkan seluruh ucapan anak,
jangan memotong sedikit pun kata- kata mereka. Sebagian besar
orang tua tak tahan tidak memotong pembicaraan anak, karena
merasa lebih tahu dan lebih tua.
b) Role playing. Bermain peran sebagai guru, ayah ibu, polisi- penjahat,
dokter hewan dan sebagainya akan membuat anak- anak mampu
mengekspresikan segala emosi, perasaan, pikiran dan keinginan
mereka secara bebas.
c) Tepat guna. Bila anak melakukan kesalahan, tegurlah pada saat itu juga.
Bukan tindakan bijaksana apabila kita menunda kemarahan/teguran
sampai ayah pulang dari kantor atau mengungkit-ungkit kesalahan anak
yang sudah lalu.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pentingnya pemahaman diri adalah karena Bidan bekerja
dengan melibatkan banyak aspek, orang dan kondisi. Bidan perlu
memahami bahwa setiap orang mempunyai bio- psiko-sosial-spritual
yang berbeda. Sehingga perlu pemahaman diri untuk menghadapi
orang dengan berbagai karakteristik. Bidan harus mampu memahami
untuk bisa menghadapi kecemasan, kemarahan, kesedihan dan
kegembiraan klien.
Mengingat tugas yang perlu dulaksanakan seorang bidan maka
setelah memperoleh pendidikan, bidan diharapkan mempunyai
keterampilan berpikir, berkomunikasi dan menguasai keterampilan
praktis. Bidan dalam pekerjaannya sehari- hari perlu membantu pasien
menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi pasien. Untuk itu dia
harus mampu memahami berbagai penyakit dan upaya kesehatan
serta mampu mengkomunikasikannya baik pada pasien perorangan
maupun pada masyarakat.

B. Saran
Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas
pertukaran ide atau gagasan. Secara sederhana, kegiatan komunikasi
dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan atau
ide dari satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan untuk mencapai
kesamaan pandangan atau ide yang dipertukarkan.

DAFTAR PUSTAKA

http://ilmu-pasti-pengungkap kebenaran.blogspot.com/2012/06/
makalah-komunikasi-interpersonalkonseli.html

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................
A. PENDAHULUAN ...................................................................................
B. PENYAJIAN ..........................................................................................
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal atau Konseling (
KIP/K ) ...................................................................................................
2. Faktor Penghambat KIP/K .............................................................
3. Pengaruh Pemahaman Diri Terhadap Proses KIP/K ....................
BAB II KETERAMPILAN OBSERVASI ................................................................
A. PENDAHULUAN ...................................................................................
B. PENYAJIAN ..........................................................................................
1. Keterampilan Observasi .....................................................................
2. Komunikasi verbal ..............................................................................
3. Beberapa sikap yang bisa diamati dalam membina
hubungan baik ....................................................................................
BAB III MACAM-MACAM KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN ....................
A. PENDAHULUAN ...................................................................................
B. PENYAJIAN ..........................................................................................
BAB IV PENUTUP ...............................................................................................
A. KESIMPULAN ............................................................................................
B. Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................

Anda mungkin juga menyukai