Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

MAKALAH Terapi Komplementer

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TERAPI KOMLEMENTER :
Jamu Pasien Tumor/Kanker sebagai Terapi Komplementer

DI SUSUN OLEH :
TENRI AULIA SUPARDI
NIM : 01-2017-021

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KURNIA JAYA PERSADA
PALOPO
2020
Kata Pengantar

Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas atau makalah ini dengan baik sehingga makalah
yang berjudul “TERAPI KOMLEMENTER : Jamu Pasien Tumor/Kanker sebagai Terapi
Komplementer” dapat selesai tepat pada waktunya. Dalam menyelesaikan makalah ini
penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak.
Dalam hal ini penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Penulis merasa
berbahagia bila ada pembaca yang ingin memberikan saran dan masukan bagi perbaikan
tulisan ini. Semoga tulisan ini memberikan manfaat yang baik guna kemajuan ilmu
pengetahuan terutama dalam studi terapi komplementer, baik bagi penulis khususnya dan
bagi para pembaca umumnya. Semoga Allah menjadikan makalah ini berguna bagi kita
semua.

Palopo, 31 Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar …………………………………………………………………………1


Daftar isi………………………………………………………………………………..2
Latar Belakang…………………………………………………………………………...3
Hasil Penelitian………………………………………………………………………….3-8
Pembahasan………………………………………………………………………………8
Kesimpulan ………………………………………………………………………………9
Daftar pustaka…………………………………………………………………………....10
BAB I
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Tumor adalah benjolan yang muncul akibat sel yang memperbanyak diri secara
berlebihan, atau akibat sel lama yang seharusnya mati masih terus bertahan hidup,
sementara pembentukan sel baru terus terjadi.Tumor dapat terjadi di bagian tubuh
mana pun, dan ada yang bersifat jinak maupun ganas. Yang dimaksud dengan tumor
jinak adalah tumor yang tidak menyerang sel normal di sekitarnya dan tidak menyebar
ke bagian tubuh lain. Sedangkan tumor ganas bersifat sebaliknya, dan disebut dengan
kanker.Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel-
sel tubuh yang tumbuh dan berkembang secara tidak normal di luar batas kewajaran
dan sangat liar. Keadaan kanker terjadi jika sel-sel normal berubah dengan
pertumbuhan yang sangat cepat sehingga tidak dapat dikendalikan oleh tubuh dan
tidak terbentuk (Junaidi, 2007). American Cancer Society (2008) menyatakan kanker
adalah sekelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan dan perkembangan sel-
sel yang tidak terkontrol dan abnormal. Kanker dapat disebabkan oleh faktor eksternal
(infeksi, radiasi, zat kimia tertentu)
Di Indonesia prevalensi penyakit kanker cukup tinggi.Data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 4,3 per 1000
penduduk dan merupakan penyebab kematian nomor 7 sebesar 5,7% dari seluruh
penyebab kematian. Oleh karena itu, sekarang ini ditemukan berbagai jenis terapi
untuk mengobati kanker. Seperti terapi konvensional, terapi kestrad dan juga terapi
terapi komplenter.
Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas, termasuk didalamnya
orang yang terlibat dalam memberi pengobatan karena banyaknya professional
kesehatan dan terapetis selain dokter umum yang terlibat dalam terapi komplementer.
Hal ini dapat meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian-
penelitian yang dapat memfasilitasi terapi komplementer agar menjadi dapat
dipertanggungjawabkan.Kekayaan sumberdaya alam menjadikan Indonesia sebagai
negara yang kaya akan rempah-rempah, yang mana telah digunakan sebagai
pengobatan tradisional yang telah ada sejak dulu dan terus berkembang hingga saat
ini. Pengobatan tradisional Indonesia yakni terapi Jamu banyak menjadi salah satu
terapi komplementer yang masih terus berkembang serta adanya kasus kanker yang
dapat disembuhkan dengan tanaman obat mendorong makin banyak masyarakat yang
memilih pengobatan alternatif antara lain dengan tanaman obat sebagai cara
pengobatan kanker. Hal ini menjadi pendorong dilakukannya penelitian ini.

B. Hasil penelitian
Dari penelitian Jamu Registry ini diperoleh 71 pasien tumor/kanker dengan total 129
kunjungan yang bervariasi antara 1 sampai 4 kali kunjungan. Kunjungan I = 57,3%,
kunjungan II = 24,2 %, kunjungan III = 11,3 % dan kunjungan IV = 7,3%. Terjadi
penurunan jumlah kunjungan sejak kunjungan pertama ke kunjungan berikutnya, hal
ini mungkin terjadi karena pasien merasakan ada perbaikan pada kualitas hidupnya
sehingga merasa tidak perlu berobat lagi. Hal ini tampak pada penilaian quality of life
(QoL) akhir yang membaik sejumlah 79,6% dan tidak satupun pasien yang
mengalami memburuknya kondisi pada QoL akhir.
Dari data yang diperoleh, langkah-langkah yang dilakukan dalam tindakan pelayanan
medik herbal sudah sesuai dengan standar pelayanan medik herbal menurut
Kepmenkes No.121/Menkes/SK/ II/2008.

Tabel 1.Karakteristik pasien kanker,jamu registry tahun 2014


karakteristik Jumlah Presentase
20-30 tahun 6 8.5
31-40 tahun 17 23.9
41-50 tahun 28 39.4
51-60 tahun 12 16.9
61-70 tahun 4 5.6
≥ 71 tahun 4 5.6
Laki-laki 10 14.1
Perempuan 61 85.9
Tidak sekolah 1 1.4
Tidak tamat SD 1 1.4
Tamat SD 3 4.2
Tamat SLTP 7 9.9
Tamat SLTA 20 28.2
Tamat Perguruan Tinggi 39 54.9
Tidak bekerja 19 26.8
Sekolah 1 1.4
Tentara/Polisi/PNS 7 9.9
Pegawai Swasta 18 25.4
Wiraswasta 8 11.3
Buruh/Petani/Nelayan 7 9.9
Lainnya 11 15.4

Karakteristik pasien
Responden penelitian ini adalah pasien dewasa yang datang ke dokter praktek jamu.
Terdapat 71 pasien dengan total 129 kunjungan, yang bervariasi antar 1-4 kali
kunjungan per pasien.
Dari hasil penelitian (Tabel 1) diperoleh karakteristik pasien dengan keluhan kanker
berada pada usia antara 20 hingga lebih dari 71 tahun. Persentase terbesar pada
rentang usia 41-50 tahun yaitu sebesar 39,4%, diikuti usia 31-40 tahun sebesar 23,9%,
usia 51-60 tahun sebesar 16,9%. Jumlah pasien perempuan 6 kali lebih banyak
daripada laki-laki.
Menurut Oemiati, dkk, berdasarkan kelompok umur, makin tua usia responden risiko
terkena penyakit tumor/kanker makin tinggi, yang mencapai puncaknya pada usia 35
sampai 44 tahun. Selanjutnya secara perlahan risikonya akan menurun dan akan
terjadi peningkatan kembali pada usia > 65 tahun. Menurut jenis kelamin risiko
penyakit tumor/kanker lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki. Data statistik
WHO menunjukkan bahwa tumor ganas payudara menempati urutan pertama dengan
jumlah kasus terbanyak dari seluruh jenis kasus keganasan di seluruh dunia.
tumor/kanker yang terbanyak ditemukan pada penelitian ini adalah pada organ
payudara (45,1%). Tumor/kanker ginjal, darah, kelenjar getah bening, lidah, dan kulit
hanya ditemukan 1,4%, seperti terlihat pada Tabel 2.
Menurut WHO dalam WHO Global Burden of Disease (2008), 69% kejadian tumor
payudara di seluruh dunia terjadi di negara berkembang, walaupun di Afrika dan Asia
Tenggara, termasuk Indonesia, tumor ganas payudara menempati urutan kedua
kejadian tertinggi setelah kanker leher rahim. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
Oemiati, dkk yang memperoleh prevalensi tumor terbanyak yaitu ovarium & serviks
uteri sebesar 19,3% (95%CI 17,8-20,9), kedua yaitu tumor payudara sebesar 15,6%
(95% CI 14,2-17,1), diikuti oleh tumor kulit (14,9%), kelenjar gondok dan endokrin
(12,5%). Terendah tumor saluran nafas (paru) 0,6% (95% CI 0,40,9).

Tabel 2. Gambaran jenis tumor/kanker,jamu registry tahun 2014


jenis Tumor/Kanker Jumlah Presentase
Payudara 32 45.1
Ovarium 9 12.7
Kandungan 6 8.5
Leher 6 8.5
Paru 4 5.6
Kolon 4 5.6
Serviks 3 4.2
Hidung 2 2.8
Ginjal 1 1.4
Darah 1 1.4
Kelenjar getah bening 1 1.4
Lidah 1 1.4
Kulit 1 1.4

Modalitas terapi
Dari 71 pasien tumor/kanker, 57 pasien (80,3%) menerima terapi jamu, 10 pasien
(14,1%) menerima terapi konvensional dan jamu, 2 pasien (2,8%) menerima terapi
konvensional, jamu dan kesehatan tradisional; dan 1pasien (1,4%)menerima terapi
jamu dan kesehatan tradisional.
Tabel 3. Jenis terapi yang diberikan, jamu registry tahun 2014
Jenis Terapi Frekuensi presentase
Jamu 57 80.3
Jamu dan kestrad 1 1.4
Konvensional dan jamu 10 14.1
Konvensional, jamu dan 2 2.8
kestrad
Tidak menerima terapi 1 1.4

Terapi konvensional
Tumor/kanker adalah penyakit yang harus didiagnosa sesuai dengan kaidah
kedokteran modern menggunakan sarana diagnosis yang berlaku dalam ilmu
kedokteran barat, misalnya dengan radiodiagnostik, patologi anatomi/klinik atau
peralatan canggih lainnya. Ada empat metode konvensional standar untuk pengobatan
kanker yaitu pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi, dan hormone terapi (terapi
biologis).Akan tetapi, pada kenyataannya dengan 4 modalitas utama ini saja seringkali
kanker belum bisa diatasi. Beberapa pasien yang dalam pengobatannya
dikombinasikan dengan tanaman obat, sel darah merah dan putihnya tidak mengalami
penurunan seperti yang terjadi pada pasien yang hanya menjalani terapi konvensional.
Pasien yang menjalani terapi konvensional terutama kemoterapi, umumnya daya
tahan tubuhnya akan menurun drastis. Dengan, daya tahan tubuh rendah
mengakibatkan sel-sel kanker lebih mudah menyebar dan sisa-sisa sel kanker yang
tidak terangkat bisa menyebar lagi.

Tabel 4. Terapi konvensional untuk tumor/kanker, jamu registry tahun 2014


Jenis terapi konvensional Jumlah presentase
vitamin 13 32
Analgetik/anti inflamasi 12 29
Antibiotic 5 12
Kemoterapi/antikanker 4 10
Obat lambung 3 7
Asam traneksamat 2 5
Hormonal 2 5
Terapi konvensional yang diberikan pada penderita tumor/kanker meliputi
kemoterapi, analgetik, antiinflamasi, obat lambung, obat penghenti perdarahan,
vitamin dan antibiotic (Tabel 4).
Vitamin sebagai suplemen merupakan yang terbanyak digunakan pada penderita
kanker, disusul oleh analgetik (penghilang rasa sakit).
Terapi kesehatan tradisional
Terapi kesehatan tradisional yang digunakan oleh dokter hanya didapatkan oleh 3 dari
71 pasien yang berobat, satu pasien diantaranya mendapatkan 2 jenis terapi kesehatan
tradisional sekaligus (Tabel 5).

Tabel 5. Terapi kesehatan tradisional untuk tumor/ kanker, jamu Registry


tahun 2014
Jenis terapi kestrad Jumlah Presentase
Akupunktur 2 2.8
akupresur 1 1.4
Prana 1 1.4

Akupunktur yang digunakan pada terapi kanker bukan ditujukan untuk mengobati
penyakit kankernya karena penusukan pada lesi merupakan kontraindikasi. Hal ini
dilakukan untuk pengobatan paliatif yaitu mengurangi nyeri kronis, mengurangi efek
samping kemoterapi ataupun radioterapi seperti nyeri, mual, muntah, serta
mengurangi dosis obat anti-nyeri sehingga kualitas hidup penderita dapat
ditingkatkan.

Terapi jamu
Terapi jamu yang diberikan berupa ramuan beberapa komponen jamu yang berbeda-
beda oleh tiap dokter. Dalam satu terapi jamu dapat terdiri dari satu komponen
tunggal maupun gabungan beberapa komponen jamu dengan rata-rata 3-4 komponen,
dan yang terbanyak sampai 12 komponen jamu dalam satu terapi. Pada Tabel 6
diuraikan 10 komponen jamu yang paling sering digunakan dalam terapi
tumor/kanker. Ditemukan ramuan jamu dengan komponen yang sama diberikan oleh
8 dokter yang berbeda yaitu rumput mutiara, kunyit putih dan bidara upas.

Tabel 6. Komponen terapi jamu terbanyak untuk tumor/kanker, jamu registry


tahun 2014
Komponen jamu Jumlah presentase
Kunyit putih 48 23
Rumpt Mutiara 46 22
Bidara upas 36 17
Sambiloto 18 9
Keladi tikus 12 6
Temu manga 10 5
Temulawak 7 3
Benalu 7 3
Daun sirsak 6 3
Daun dewa 4 2

Penilaian Quality of Life


Hasil pengobatan digambarkan dalam formulir quality of life (QoL) dari Komisi
Nasional Saintifikasi Jamu yang disarikan dari WHO yakni dengan menilai kualitas
hidup pasien sebelum dan sesudah diberikan terapi. Hal-hal yang dinilai dalam
formulir ini termasuk 4 aspek kehidupan, yaitu aspek fisik berupa gejala fisik dan
kemandirian, aspek psikis berupa sedih dan cemas, aspek spiritual berupa tujuan
hidup dan arti hidup, serta aspek sosial berupa kebutuhan dan dukungan. Berbagai
aspek ini dinilai derajat berat atau ringannya dan diberi skor sesuai derajatnya.
Semakin ringan keluhan maka skor akan semakin besar, dan sebaliknya. Penilaian
baik, sedang atau buruk mengacu pada interval jumlah skor semua dimensi. QoL
dikatakan baik jika memiliki skor 2532, sedang 17-24, buruk 8-16.

Tabel 7.Gambaran penilaian QoL, jamu registry tahun 2014


QoL Awal
Baik Sedang Buruk
51.4% 40% 8.6%
QoL Akhir
Membaik Menetap Memburuk
79.6% 20.4% 0

Kejadian tidak diinginkan


Sejumlah 4 dari 131 pasien (3,1%) mengalami kejadian yang tidak diinginkan berupa
keluhan efek samping. Efek samping yang dikeluhkan berupa alergi (gatal, kulit
kemerahan, bengkak), masa perdarahan menstruasi yang lebih pendek dari satu
minggu, mual, muntah, rasa kembung dan cepat kenyang, serta rasa tidak nyaman
pada perut bagian bawah

C. Pembahasan
Pengobatan kanker yang baik harus memenuhi fungsi menyembuhkan (kuratif),
mengurangi rasa sakit (paliatif) dan mencegah timbulnya kembali
(preventif).Pengobatan komplementer alternatif adalah salah satu pelayanan kesehatan
yang akhir-akhir ini banyak diminati oleh masyarakat maupun kalangan kedokteran
konvensional.Pelayanan kesehatan tradisional komplementer alternatif merupakan
pelayanan yang menggabungkan pelayanan konvensional dengan kesehatan
tradisional dan/atau hanya sebagai alternatif menggunakan pelayanan kesehatan
tradisional, terintegrasi dalam pelayanan kesehatan formal. Keberhasilan masuknya
obat tradisional ke dalam sistem pelayanan kesehatan formal hanya dapat dicapai
apabila terdapat kemajuan yang besar dari para klinisi untuk menerima dan
menggunakan obat tradisional.
Beberapa fakta yang kita jumpai pada masyarakat akhir-akhir ini adalah
kecenderungan kembali ke alam. Banyaknya pilihan tanaman obat yang ditawarkan,
mahalnya biaya pengobatan kanker secara konvensional, ketidakberhasilan dan
banyaknya penyulit sampingan dalam pengobatan kanker dalam kedokteran
konvensional, serta adanya kasus kanker yang dapat disembuhkan dengan tanaman
obat mendorong makin banyak masyarakat yang memilih pengobatan alternatif antara
lain dengan tanaman obat sebagai cara pengobatan kanker. Hal ini menjadi pendorong
dilakukannya penelitian ini.8 Untuk mengetahui penggunaan jamu sebagai terapi
komplementer pada dokter praktek jamu, dilakukan analisis untuk mengetahui
komponen jamu yang digunakan sebagai terapi komplementer kanker, perbaikan
kualitas hidup, serta efek samping yang timbul pada pasien tumor/kanker dengan
terapi komplementer alternatif. Berdasarkan analisis ini, ditemukan adanya perubahan
quality of life (QoL) dan efek samping yang terjadi. Hasil studi ini merupakan unit
analisis dari penelitian jamu registry yang telah dilakukan Badan Litbang Kesehatan
Kementerian Kesehatan pada tahun 2014.
Responden penelitian ini adalah pasien dewasa yang datang ke dokter praktek jamu.
Terdapat 71 pasien dengan total 129 kunjungan, yang bervariasi antar 1-4 kali
kunjungan per pasien.Jenis tumor/kanker yang terbanyak ditemukan pada penelitian
ini adalah pada organ payudara. Terapi jamu merupakan Terapi komplementer yang
pelaksanaannya menggunakan komponen tumbuhan seperti Kunyit putih, Rumput
Mutiara, Bidara upas, Sambiloto dll yang diolah menjadi jamu.Komponen jamu yang
paling banyak diberikan kepada pasien tumor/kanker yaitu kunyit putih (C.zedoaria).
pasien yang mencari pengobatan komplementer alternatif yang mana dalam penelitian
kali ini berupa Terapi Jamu berada pada semua derajat kualitas hidup, Pasien yang
datang dengan kualitas hidup buruk pada pasca terapi menjadi membaik atau
menetap, tidak ada yang memburuk pada akhirnya. Namun terdapat beberapa kejadian
yang tidak diinginkan berupa keluhan efek samping. Efek samping yang dikeluhkan
berupa alergi (gatal, kulit kemerahan, bengkak), masa perdarahan menstruasi yang
lebih pendek dari satu minggu, mual, muntah, rasa kembung dan cepat kenyang, serta
rasa tidak nyaman pada perut bagian bawah.
D. Kesimpulan
Terapi jamu pada pasien yang datang dengan kualitas hidup buruk pasca terapi
menjadi membaik atau menetap, tidak ada yang memburuk pada akhirnya. Namun
terdapat juga kejadian yang tidak diinginkan berupa keluhan efek samping berupa
alergi (gatal, kulit kemerahan, bengkak), masa perdarahan menstruasi yang lebih
pendek dari 1 minggu, mual, muntah, dsb.
Sepuluh komponen jamu yang paling banyak digunakan pada pasien tumor/kanker
berturut-turut adalah kunyit putih, rumput mutiara, bidara upas, sambiloto, keladi
tikus, temulawak, temu mangga, daun dewa, benalu, dan daun sirsak. Pada akhir
terapi ditemukan 79,6% pasien dengan kualitas hidup yang membaik dan 20,4%
yang menetap, pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi komplementer
alternatif dapat meningkatkan kualitas hidup pada pasien tumor/kanker yang berobat
di dokter praktek jamu yang terlibat dalam penelitian ini. Sebanyak 3,1% pasien yang
hanya diterapi jamu saja tanpa diterapi konvensional mengalami kejadian yang tidak
diinginkan berupa mual, muntah, alergi pada kulit, rasa kembung dan cepat kenyang,
dan masa perdarahan menstruasi yang lebih pendek dari satu minggu. Hal ini terjadi
pada terapi komponen jamu temulawak, keladi tikus, kunir putih, rumput mutiara,
sambiloto, daun ungu, temu putih, daun dewa, kunyit, dan bidara upas. Perlu
penelitian dengan jumlah responden yang lebih besar dan dilakukan di pusat rujukan
kanker agar evaluasi terapi secara medis juga bisa dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Siti Nur Hasanah.Lucia Widowati. 2016. Jurnal Kefarmasian Indonesia.
2016;6(1)49-59.
Widyatuti. 2011. Jurnal Keperawatan Indonesia 2011;12(1)53-57

Anda mungkin juga menyukai