Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Prinsip Dasar Epistemologi Dalam Islam

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan segala kemampuan kami
yang ada. Makalah ini ditulis dengan kalimat yang efektif dan sederhana sehingga diharapkan dapat
memudahkan para pembaca.

Dalam makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, untuk itu
dengan senang hati kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Dengan harapan agar makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua terutama bagi mahasiswa dan
pribadi kami yang menyusun makalah ini.

Samarinda, 14 Oktober 2019

Penyusun

Kelompok 4

1
Daftar Isi

Kata pengantar...................................................................................................................................... 1
Daftar Isi .................................................................................................................................................. 2
Bab 1 ..................................................................................................................................................... 3

Pendahuluan ................................................................................................................................. 3
1. Latar belakang ......................................................................................................................... 3
2. Rumusan masalah ................................................................................................................... 3
3. Tujuan penulis ......................................................................................................................... 3
BAB II ..................................................................................................................................................... 4

PEMBAHASAN ...................................................................................................................................... 4
a). Pengertian Epistemologi ................................................................................................................ 4
b). Pengertian Islam ............................................................................................................................ 4
c). sumber pengetahuan....................................................................................................................... 5
d). kriteria kebenaran dalam epistemology islam ............................................................................... 7
BAB III.................................................................................................................................................... 9

PENUTUP ................................................................................................................................................ 9
KESIMPULAN ................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 9

2
Bab 1
Pendahuluan
1. Latar belakang
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa di zaman yang sekarang ini banyak masyarakat
yang tidak faham islam itu yang sebenarnya, bahkan ajarannya pun rentan untuk di
salahgunakan, itu sebabnya kurangnya mereka memahami proses dari ajaran islam itu
sendiri sehingga pengaruh-pengaruh penghancur islam yang masuk ke dalam agama islam
pun gampang untuk di terima oleh masyarakat khususnya Indonesia sendiri.
Karena pada dasarnya agama islam adalah agama yang menanamkan kedamaian dalam
seetiap pengikutnya serta tidak ada sedikitpun kebencian yang di ajarkan di dalamnya,
akan tetapi sulit untuk menggapai kedamaian itu sendiri apabila pengikutnya rentan
menciptakan pertikaian hanya permasalahan sepele. Dari sini kita bisa lihat bahwasannya
islam sudah tidak murni lagi artinya banyak pengikut yang tidak mengetahui makna islam
yang sesungguhnya. Maka dari itu kita sebagai mahasiswa yang faham akan islam itu
sendiri maka ini adalah jalan untuk membuka wawasan bahwa di dalam islam ada berbagai
macam proses pemikiran yang harus di pahami sehingga tidak akan terjadi yang namanya
pertikaian ddalam islam.

2. Rumusan masalah
a). pengertian epistemology
b). pengertian Islam
c). sumber pengetahuan
d). kriteria kebenaran dalam epistemology islam

3. Tujuan penulis
Untuk memperluas wawasan dan mengembalikan daya ingat kita terhadap berbagaimacam
hal-hal yang berkaitan dengan Prinsip-Prinsip Dasar Epistemologi Islam dan membuat kita
menjadi tahu. Dan juga untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Islam.

3
BAB II

PEMBAHASAN
a). Pengertian Epistemologi
Epistemologi secara etimologi berasal dari kata yunani episteme berarti pengetahuan, dan
logos berarti teori. Epistemology dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang
mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya pengetahuan. Dalam
epistemologi, pertanyaan pokoknya adaah “apa yang dapat saya keetahui”? persoalan-
persoalan dalam epistemologi adalah: 1. Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu?
2. Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh? 3. Bagaimanakah sah nya ilmu
pengetahuan?.1

Menurut Musa Asy’arie, epistemology adalah cabang filsafat yang membicarakan


mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha sistematik dan metodik untuk
menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu.

b). Pengertian Islam


Islam adalah agama yang mengimani satu tuhan, yaitu Allah. Dengan lebih dari atu
seperempat miliar orang pengikut di seluruh dunia, menjadikan islam ssebagai agama
terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen. Islam memiliki arti “penyerahan”, atau
penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah swt. Pengikut ajaran islam dikenal dengan
sebutan mslim yang berarti “seorang yang tunduk kepada tuhan, atau lebih lengkapnya
adalah muslimin bagi laki-laki dan muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa
Allah menurunkan firman-nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-nya, dan
mayakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang
diutus ke dunia oleh Allah.2

Epistemologi islam juga memiliki prinsip-prinsip dasar yang membedakannya dengan


epistemology barat. Dalam hubungan ini, syamsudin arif menyimpulkan bahwa prinsip-
prinsip dasar epistemologi seperti arti mengetahui, objek pengetahuan, sumber ilmu
pengetahuan, objek pengetahuan, sumber ilmu pengetahuan, validitas ilmu, dan lain-lain
dalam islam adalah khas. Oleh sebab itu, dalam proses mencari ilmu, umat islam di
perintahkan untuk bersikap hati-hati dan kritis dalam melakukan screening atau check and
recheck. Sikap hati-hati dan kritis sebagai bagian dari epistemologi islam ini antara lain
terlihat dari apa yang dilakukan khalifah abu-bakar ash-shiddiq, umar ibn al-khattab, dan ali
bin abi thalib yang terkenal sangat hati-hati dalam menerima suatu laporan atau khabar dari
para sahabat mengenai ucapan, perbuatan ataupun keputusan yang di tetapkan Rasulullah
saw.hal ini dilakukan guna mencegah kemungkinan terjadinya tindakan pemalsuan dan
dusta atas nama Rasulullah SAW. Selain itu para khalifah bukan hanya melakukan
pemeriksaan secara seksaama( tathabbut) dengan cara meminta minimal dua orang saksi

1
Aszufri. Prinsip dasar epistemmologi. https://aszufri92.wordpress.com/makalah-3/beberapa-prinsip-dasar-
epistemologi-islam/. Di akses pada 13 oktober 2019.
2
Aszufri. Prinsip dasar epistemology… di akses pada 13 oktober 2019.

4
(istisyhad) menuntut sumpah (istihlal) melainkan juga menghimbau agar orang tidak
gampangan mengeluarkan hadits (iqlal fi ar-riwaayah).

Sikap selektif terhadap sumber ilmu yang di kembangkan menjadi metode isnad ternyata
masih sangat relevan dalam tradisi intelektual di zaman modern ini. Pentingnya metode ini
dapat di rujuk kepada pernyataan ulama salaf Abdullah ibn al-mubarak (181 H/ 797 M)
yang menyatakan: tanpa isnad niscaya seorang akan berkata macam-macam sesduka hatinya
(lawla al-isnad, laqaala man syad’a ma sya’a).3

c). sumber pengetahuan

a. Wahyu
Di dalam pendidikan islam kedudukan dan peran akal dalam ajaran islam tidak boleh
brgerak dan berjalan tanpa bimbingan wahyu yang berfungsi meluruskan akal kalau ia
menjurus kejalan yang nyata-nyata salah akibat berbagai pengaruh. Karena itulah Allah
menurunkan pentuknya berupa wahyu.
Wahyu berasal dari kata arab al-wahy, artinya suara, api dan kecepatan di samping itu
wahyu juga mengandung makna bisikan, isyarat, tulisan, dan kitab, selanjutnya al-wahy
mengandung arti pemberitahuan secara tersembunyi dan dengan cepat. Namun dari sekian
banyak arti itu, wahyu lebih dikenal dalam arti “ apa yang disampaikan Allah kepada para
nabi” dengan demikian, dalam kata wahyu terkandung arti penyampaian sabda Allah
kepada orang pilihannya agar di teruskan kepada umat manusia untuk di jadikan pegangan
hidup. Sabda tuhan itu mengandung ajaran, petunjuk dan pedoman yang di perlukan umat
manusia dalam perjalanan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat nanti.
Dengan demikian wajar jika kebenaran itu di kembalikan pada pembuktian akan
kebenaran pernyataan firman Allah(QS. Al-Baqarah : 2).

ُ َ‫اِل الْ ِكت‬


‫اب ََل َريْ َب ِف ْي ِه هُدَئ لِلْ ُمتَّ ِق ْ َي‬ َ ِ ‫َذ‬
Terjemahannya:
“ Kitab(Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang-orang yang
bertakwa”.

Dalam islam wahyu atau sabda Allah yang di sampaikan kepada nabi Muhammad,
semuanya tersimpan dengan baik dalam al-qur’an, karena itu mengandung sabda tuhan
dalam Al-Qur’an tidak hanya dalam isi, tetapi juga dalam kata-katanya, wahyu yang di
sampaikan malaikat jibril kepada Rasulullah, menurut hossein Nasr. “ baik jiwa maupun
kata-katanya, baik isi maupun bentuknya” adalah suci dan diwahyukan. Kebenarannya
adalah mutlaq. Kalau susunan dan kata-katanya di ganti, itu bukan wahyu lagi, tetapi
olahan atau penafsiran manusia tentang Al-qur’an seperti telah di tegaskan juga di depan,
bukan al-qur’an dan bukan wahyu, tetapi hasil ijtihad atau pemikiran manusia.4

b. Ilham

3
Nata Abuddin, Islam & ilmu pengetahuan, (Jakarta: prenadamedia group, 2018) h. 79
4
Harisah Afifuddin, filsafat pendidikan islam, (sleman: cv. Budi utama, 2018)h.67-68

5
Ilham menurut bahasa adalah petunjuk yang datang dari tuhan yang terbit di hati bisikan
hati tau sesuatu yang menggerakkan hati. Fenomena ilham merupakan bagian integral
anatara hamba dengan tuhannya. Terkait dengan hal tersebut menurut para usuliyyun
(ulama ushul fiqhi) mereka merumuskan ada lima unsur pokok yang harus di pelihara yaitu
maqasid al-syariah dan diwujudkan sebagai bentuk kemaslahatan kehidupan manusia dan
usaha untuk menghindari mafsadat, yaitu: memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan
harta.
Wahba Az-zuhaily menyebutkan bahwa hidayah dan ilham sustansinya sama yaitu fitra
yang Allah swt berikan kepada semua makhluk ciptaannya. Contoh Allah swt memberikan
hidayah atau ilhami kepada lebah yang suka singgah di bunga untuk mengambil sripatinya,
dapat membangun seorang yang menurut para ahli adalah desain yang paling sempurna
berdasarkan fungsinya. Seorang bayi yang lapar di ilhami oleh Allah untuk menangis dan
merengek-rengek pada ibunya agar diberi asi. Siapakah yang mengajari lebah dan bayi tadi
untuk melakukan hal tersebut? Tentunya kita yang beriman kepada Allah swt. Yang telah
memberikan ilham kepada makhluknya. Semua makhluk yang di ciptakan Allah swt. Akan
menerima hidayah ini. Dalam bahasa kita hidayah dan ilham ini adalah isting rendah.5

c. Pengetahuan melalui akal

a). undzur/al-intidzar
kata undzur atau intadzar di ambil dari kata nadzara yang berarti memandang,
melihat atau berpikir. Yakni menggunakan akal pikiran guna menemukan hukum-hukum,
aturan, hikmah, atau pelajaran dari setiap objek yang di pikirkan tersebut bisa berupa alam
jagat raya, fenomena social, dan lain sebagainya. Islam menganjurkan agar manusia
senantiasa menggunakan akal pikirannya untuk memikirkan segala sesuatu.

b). tabyin/ijtihad
tabyin, berasal dari bahasa arab, bayyana-yubayyinu tabyiinan, yang berarti
menyatakan atau menerangkan. Yakni menyatakan sesuatu yang masih tersembunyi, dan
menerangkan sesuatu yang masih gelap yakni ayat-ayat Allah swt yang menggunakan
bahasa arab dimana tidak semua manusia mengerti atau mengetahui makna atau arti dari
setiap ayat tersebut. Sehingga mereka tidak memahami yang terkandung dalam ayat
tersebut . dalam keadaan demikian maka ayat-ayat tersebut perlu di jelaskan atau di
terangkan.
Penjelasan atau ijtihad di gunakan untuk memahami ayat-ayat yang terkandung di
dalam Al-qur’an dan al-hadits yang menimbulkan rumpun ilmu agama, seperti tafsir,
hadits, dan fikih.

c). Tadabbur
Tadabbur berasal dari bahasa arab, tadabbara-yatadabbaru, tadabburan yang berarti
memikirkan sesuatu atau menimbang . dalam tadabbur ini termasuk pula merenungi,
mengamati dan menangkap hikmah yang terkandung di dalamnya. Tadabbur di gunakan
untuk memahami fenomena social dalam kehidupan, seperti social, ekonomi, politik, dan
budaya yang melahirkan rumpun ilmu social. Hal ini misalnya dilakukan melalui
observasi, wawancara mendalam, dan studi kasus.

d). Jadali

5
Harisah Afifuddin, filsafat pendidikan islam, (sleman: cv. Budi utama, 2018)h.66

6
Jadali atau mujadalah berasal dari kosakata jadala yujadilu mujadaltun, yang
berarti berdebat, dialektika. Kosakata jadali dan reflektif digunakan untuk memahami
hakikat segala sesuatu yang melahirkan hikmah atau filsafat. Dan dari filsafat kemudian
berkembang ilmu pengetahuan

e). Tazkiyah al-Nafs


Tazkiyah al-nafs atau pembersihan diri di gunakan untuk memperoleh ilmu
langsung dari tuhan (ilmu hudluri) yang terkadang disebut makrifat (al-ghazali), isyraqiyah
(syuhrawardi), maudhubah (al-Syirbasyi), al-faih (ibnu sina), ilmu ladunia ( para ulama),
ilham (masyarakat), taufiq (masyarakat), hidayah(masyarakat) atau wangsit (para raja di
keraton).6

d). kriteria kebenaran dalam epistemology islam

Ukuran kebenaran merujuk pada landasan keindahan dan keyakinan terhadap keadilan
yang bersumber pada Al-Qur’an. Sebagaimana yang oleh Fazrul Rahman bahwa semangat
besar dari Al-Qur’an adalah semangat moral ide-ide keadilan sosial dan ekonomi. Hukum
moral adalah abadi, ia adalah “perintah Allah SWT”. Manusia tidak dapat membuat atau
memusnahkan hukum moral, tetapi ia harus menyerahkan diri kepadanya. Penyerahan dan
implementasinya dalam kehidupan disebut ibadah atau pengabdian kepada Allah SWT.

Dalam metodologi islam, terdapat beberapa teori tentang kebenaran.

1. Teori Korespondesi
Menurut teori ini, suatu pengertian dapat dikatakan benar apabila terdapat fakta
bersesuaian, yang berasalan dengan realitas, serasi dengan situasi akal. Oleh karena itu,
kebenaran itu sesuai dengan fakta dan selaras dengan situasi akal yang diberi interpretasi.

2. Teori Konsistensi
Menurut teori ini, kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement) dan
sesuatu yang lain, seperti fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antar-putusan itu sendiri.
Dengan kata lain, kebenaran itu ditegakkan atas hubungan antara putusan-outusan yang
baik dengan putusan lainnya yang telah kita ketahui dan diakui benar terlebih dahulu. Jadi,
suatu itu benar, hubungan itu saling berhubungan dengan kebenaran sebelumnya.

3. Teori Pragmatis
Teori ini mengemukakan benar tidaknya suatu ucapan, dalil bergantung pada berfaedah
tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia dalam kehidupannya.7

6
Nata Abuddin, Islam & ilmu pengetahuan, (Jakarta: prenadamedia group, 2018) h. 76-77
7
H. Mahmud, Metodologi Studi Islam, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2014) h. 35

7
Perananan dan fungsi pengetahuan Islam

Agana islam berisi ajaran-ajaran Allah SWT. Yang mengatur hubungan manusia dengan
Allah, manusia dengan manusia, manusia dengan alam. Islam dalam pengertian ini adalah
agama yang dibawa oleh para Rasul Allah. Sejak nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW.
Agama islam pada setiap zaman mengajarkan akidah yang sama, yaitu tauhid atau
mengesakan Allah SWT.

Ajaran islam yang turun kepada Nabi Muhammad SAW. Merupakan wahyu Allah SWT yang
diturunkan dengan sempurna. Keketapan ini dinyatakan dalam firman Allah SWT yang
artinya: “pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu dan telah Aku cukupkan
nikmat-ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu” (Q.S Al-Ma’idah:3).8

8
H. Mahmud, Metodologi Studi Islam.... h. 36

8
BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN
epistemology adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu, dan ilmu
sebagai proses adalah usaha sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran
yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu.
Islam memiliki arti “penyerahan”, atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah swt.
Pengikut ajaran islam dikenal dengan sebutan muslim yang berarti “seorang yang tunduk
kepada tuhan, atau lebih lengkapnya adalah muslimin bagi laki-laki dan muslimat bagi
perempuan. Sumber-sumber pengetahuan yaitu ada wahyu,iham, dan akal. Lalu kriteria
kebenaran dalam epistemology islam ada 3 yaitu teori korespondensi, teori konsistensi,
dan teori pragmatis.

DAFTAR PUSTAKA

Aszufri. Prinsip dasar epistemmologi. https://aszufri92.wordpress.com/makalah-


3/beberapa-prinsip-dasar-epistemologi-islam/. Di akses pada 13 oktober 2019.

Harisah Afifuddin.2018. islam dan ilmu pengetahuan.sleman: CV. Budi utama.

Mahmud. 2014. Metodologi studi islam.Bandung: CV pustaka Setia.

Nata Abuddin. 2018. Islam&ilmu pengetahuan. Jakarta: Prenadamedia group.

Anda mungkin juga menyukai