Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Referat Gigi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

Referat

MANIFESTASI ORAL DARI PENYAKIT AUTOIMUN

Disusun untuk memenuhi tugas


Laboratorium Gigi dan Mulut

Pembimbing :

drg. Noenoeng

Disusun Oleh:

Mega Memory Rahasa Putra


21804101021

KEPANITRAAN KLINIK MADYA


FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM MALANG
LABORATORIUM GIGI DAN MULUT
RSD MARDI WALUYO
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah, serta Inayah-Nya kepada penyusun sehingga laporan kasus
stase Gigi dan Mulut yang berjudul “Manifestasi Oral dari Penyakit Autoimun”
ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan.
Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai laporan referensi untuk
memenuhi tugas kepanitraan klinik dan menambah pengetahuan bagi penulis dan
pembaca khususnya di stase gigi dan mulut
Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Kritik dan
saran membangun dari pembimbing klinik dan pembaca sangat diharapkan demi
perbaikan laporan ini. Atas perhatiannya dalam penyusunan laporan ini, penyusun
mengucapkan banyak terima kasih.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang
membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang
kedokteran.

Blitar, 6 Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Cover ............................................................................................................... i
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................. 1
1.4 Manfaat ................................................................................ 2
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Anatomi Gigi dan Mulut ......................................................... 3
2.2 Manifestasi Oral dari Penyakit Autoimun
2.2.1 Systemic lupus erythematosus .............................................. 7
2.2.2 Sjogren Syndrome ............................................................... 9
2.2.3 Idiopatic Thrombocytopenic Purpura .................................. 11
2.2.4 Psoriasis ............................................................................... 13
2.2.5 Rheumatoid Arthritis............................................................ 14
BAB III Kesimpulan .................................................................................. 16
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit autoimun terjadi sekitar 3-5% dari seluruh populasi. Penyakit ini
sering terjadi pada wanita tapi masih belum diketahui alasannya. Pada penyakit
autoimun yg bersifat sistemik seperti SLE dapat menyerang pada organ ginjal,
kulit, pembuluh darah, dan daerah mulut. Hal yang sama juga terjadi pada
penyakit Sjorgen Syndrome, ITP, dan psoriasis. Pada Sjorgen syndrome terjadi
xerostomia yang akan bermanifestasi pada oral. Selain itu, ITP akan
bermanifestasi di daerah oral berupa pendarahan serta psoriasis yang
dapatmemberikan gambaran geograpic tongue. Pada penyakit lain seperti
rheumathoid arthritis dapat menyebabkan gangguan pada rahang sehingga
penderita merasa sakit untuk membuka mulut.

Penyakit autoimun dapat bermanifestasi di rongga mulut sehingga perlu


dilakukan pemeriksaan yang komprehensif. Pengetahuan mengenai manifestasi
oral dari penyakit autoimun ini dapat membantu mempercepat penegakan
diagnosis. Oleh sebab itu, pada referat ini membahas mengenai manifestasi oral
dari penyakit autoimun.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana manifestasi oral dari penyakit SLE ?


1.2.2 Bagaimana manifestasi oral dari penyakit Sjorgen Syndrome ?
1.2.3 Bagaimana manifestasi oral dari penyakit ITP ?
1.2.4 Bagaimana manifestasi oral dari penyakit psoriasis ?
1.2.5 Bagaimana manifestasi oral dari penyakit rheumatoid arthritis ?
1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahi manifestasi oral dari penyakit SLE.


1.3.2 Mengetahi manifestasi oral dari penyakit Sjorgen Syndrome.
1.3.3 Mengetahi manifestasi oral dari penyakit ITP.
1.3.4 Mengetahi manifestasi oral dari penyakit psoriasis.
1.3.5 Mengetahi manifestasi oral dari penyakit rheumatoid arthritis.

1
1.4 Manfaat

1.4.1 Menambah wawasan mengenai penyakit gigi dan autoimun


1.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian gigi dan mulut

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Gigi dan Mulut

Gambar 2.1 Anatomi Gigi dan Rongga Mulut


Rongga mulut merupakan sebuah bagian tubuh yang terdiri dari : lidah
bagian oral (dua pertiga bagian anterior dari lidah), palatum durum (palatum
keras), dasar dari mulut, trigonum retromolar, bibir, mukosa bukal, ‘alveolar
ridge’, dan gingiva. Tulang mandibula dan maksila adalah bagian tulang yang
membatasi rongga mulut (Paulsen, 2013)
Rongga mulut yang disebut juga rongga bukal, dibentuk secara anatomis
oleh bukal, palatum durum, palatum mole, dan lingual. bukal membentuk dinding
bagian lateral masing-masing sisi dari rongga mulut. Pada bagian eksternal dari
bukal oleh kulit. Sedangkan pada bagian internalnya dilapisi oleh membran
mukosa dari epitel pipih berlapis yang tidak terkeratinasi. Bagian anterior dari
bukal berakhir pada bagian labia.
Bibir atau disebut juga labia adalah lekukan jaringan lunak yang
mengelilingi bagian yang terbuka dari mulut. Labia terdiri dari otot orbikularis
oris dan dilapisi oleh kulit pada bagian eksternal dan membran mukosa pada
bagian internal (Scheid & Weiss, 2012).
Secara anatomi, labia dibagi menjadi dua bagian yaitu labia superior dan
labia inferior. Bibir bagian atas terbentang dari dasar dari hidung pada bagian
superior sampai ke lipatan nasolabial pada bagian lateral dan batas bebas dari sisi
vermilion pada bagian inferior. Bibir bagian bawah terbentang dari bagian atas
sisi vermilion sampai ke bagian komisura pada bagian lateral dan ke bagian
mandibula pada bagian inferior (Paulsen, 2013).

3
Kedua bagian labia tersebut, secara histologi, tersusun dari epidermis,
jaringan subkutan, serat otot orbikularis oris, dan membran mukosa yang tersusun
dari bagian superfisial sampai ke bagian paling dalam. Bagian vermilion
merupakan bagian yang tersusun atas epitel pipih yang tidak terkeratinasi. Epitel-
epitel pada bagian ini melapisi banyak pembuluh kapiler sehingga memberikan
warna yang khas pada bagian tersebut. Selain itu, gambaran histologi juga
menunjukkan terdapatnya banyak kelenjar saliva minor. Folikel rambut dan
kelejar sebasea juga terdapat pada bagian kulit pada bibir, namun struktur tersebut
tidak ditemukan pada bagian vermilion (Scheid & Weiss, 2012).
Permukaan labia bagian dalam dari labia superior maupun inferior
berlekatan dengan gingiva pada masing-masing bagian labia oleh sebuah lipatan
yang berada di bagian tengah dari membran mukosa yang disebut frenulum labial
(Paulsen, 2013).
Palatum merupakan sebuah dinding atau pembatas yang membatasi antara
rongga mulut dengan rongga hidung sehingga membentuk atap bagi rongga
mulut. Palatum secara anatomis dibagi menjadi dua bagian yaitu palatum durum
dan palatum mole. Palatum durum terletak di bagian anterior dari atap rongga
mulut. Palatum durum merupakan sekat yang terbentuk dari tulang yang
memisahkan antara rongga mulut dan rongga hidung. Palatum durum dibentuk
oleh tulang maksila dan tulang palatin yang dilapisi oleh membran mukosa.
Bagian posterior dari atap rongga mulut dibentuk oleh palatum mole. Palatum
mole merupakan sekat berbentuk lengkungan yang membatasi antara bagian
orofaring dan nasofaring. Palatum mole terbentuk dari jaringan otot yang sama
halnya dengan paltum durum, juga dilapisi oleh membran mukosa (Scheid &
Weiss, 2012).

Gambar 2.2 Anatomi Lidah


Lidah atau lingua merupakan salah satu organ aksesoris dalam sistem
pencernaan. Secara embriologis, lidah mulai terbentuk pada usia 4 minggu

4
kehamilan. Lingua tersusun dari otot lurik yang dilapisi oleh membran mukosa.
Lidah beserta otot-otot yang berhubungan dengan lidah merupakan bagian yang
menyusun dasar dari rongga mulut. Lidah dibagi menjadi dua bagian yang lateral
simetris oleh septum median yang berada disepanjang lidah. Lidah menempel
pada tulang hyoid pada bagian inferior, prosesus styloid dari tulang temporal dan
mandibula.
Setiap bagian lateral dari lidah memiliki komponen otot-otot ekstrinsik
dan intrinsik yang sama. Otot ekstrinsik lidah terdiri dari otot hyoglossus, otot
genioglossus dan otot styloglossus. Otot-otot tersebut berasal dari luar lidah dan
masuk kedalam jaringan ikat yang ada di lidah. Otot-otot eksternal lidah berfungsi
untuk menggerakkan lidah dari sisi yang satu ke sisi yang berlawanan dan
menggerakkan ke arah luar dan ke arah dalam (Paulsen, 2013).
Otot-otot intrisik lidah berasal dari dalam lidah dan berada dalam jaringan
ikat lidah. Otot ini mengubah bentuk dan ukuran lidah pada saat berbicara dan
menelan. Otot tersebut terdiri atas otot longitudinalis superior, otot longitudinalis
inferior, otot transversus linguae, dan otot verticalis linguae. Untuk menjaga agar
pergerakan lidah terbatas ke arah posterior dan menjaga agar lidah tetap pada
tempatnya, lidah berhubungan langsung dengan frenulum lingual.
Pada bagian dorsum lidah (permukaan atas lidah) dan permukaan lateral
lidah, lidah ditutupi oleh papila. Papila adalah proyeksi dari lamina propria yang
ditutupi oleh epitel pipih berlapis. Sebagian dari papila memiliki kuncup perasa,
reseptor dalam proses pengecapan, sebagian yang lainnya tidak. Namun, papila
yang tidak memiliki kuncup perasa memiliki reseptor untuk sentuhan dan
berfungsi untuk menambah gaya gesekan antara lidah dan makanan, sehingga
mempermudah lidah untuk menggerakkan makanan di dalam rongga mulut
(Paulsen, 2013).
Secara histologi terdapat empat jenis papila yang dapat dikenali sampai
saat ini, yaitu :
1. Papila filiformis. Papila filiformis mempunyai jumlah yang sangat banyak di
lidah. Bentuknya kerucut memanjang dan terkeratinasi, hal tersebut
menyebabkan warna keputihan atau keabuan pada lidah. Papila jenis ini tidak
mengandung kuncup perasa.

2. Papila fungiformis. Papila fungiformis mempunyai jumlah yang lebih sedikit


dibanding papila filiformis. Papila ini hanya sedikit terkeratinasi dan berbentuk
menyerupai jamur dengan dasarnya adalah jaringan ikat. Papila ini memiliki
beberapa kuncup perasa pada bagian permukaan luarnya. Papila ini tersebar di
antara papila filiformis.

3. Papila foliata. Papila ini sedikit berkembang pada orang dewasa, tetapi
mengandung lipatan-lipatan pada bagian tepi dari lidah dan mengandung
kuncup perasa.

5
4. Papila sirkumfalata. Papila sirkumfalata merupakan papila dengan jumlah
paling sedikit, namun memiliki ukuran papila yang paling besar dan
mengandung lebih dari setengah jumlah keseluruhan papila di lidah manusia.
Dengan ukuran satu sampai tiga milimeter, dan berjumlah tujuh sampai dua
belas buah dalam satu lidah, papila ini umumnya membentuk garis berbentuk
menyerupai huruf V dan berada di tepi dari sulkus terminalis.

Gambar 2.3 Anatomi Gigi


Manusia memiliki dua buah perangkat gigi, yang akan tampak pada periode
kehidupan yang berbeda. Perangkat gigi yang tampak pertama pada anak-anak
disebut gigi susu atau deciduous teeth. Perangkat kedua yang muncul setelah
perangkat pertama tanggal dan akan terus digunakan sepanjang hidup, disebut
sebagai gigi permanen. Gigi susu berjumlah dua puluh empat buah yaitu : empat
buah gigi seri (insisivus), dua buah gigi taring (caninum) dan empat buah geraham
(molar) pada setiap rahang. Gigi permanen berjumlah tiga puluh dua buah yaitu :
empat buah gigi seri, dua buah gigi taring, empat buah gigi premolar, dan enam
buah gigi geraham pada setiap rahang (Paulsen, 2013).

Gambar 2.4 Struktur Gigi Anak dan Dewasa

6
Gigi susu mulai tumbuh pada gusi pada usia sekitar 6 bulan, dan biasanya
mencapai satu perangkat lengkap pada usia sekitar 2 tahun. Gigi susu akan secara
bertahap tanggal selama masa kanak-kanak dan akan digantikan oleh gigi
permanen (Scheid & Weiss, 2012).

Gigi melekat pada gusi (gingiva), dan yang tampak dari luar adalah bagian
mahkota dari gigi. Mahkota gigi mempunyai lima buah permukaan pada setiap
gigi. Kelima permukaan tersebut adalah bukal (menghadap kearah pipi atau bibir),
lingual (menghadap kearah lidah), mesial (menghadap kearah gigi), distal
(menghadap kearah gigi), dan bagian pengunyah (oklusal untuk gigi molar dan
premolar, insisal untuk insisivus, dan caninus) (Scheid & Weiss, 2012).

Bagian yang berada dalam gingiva dan tertanam pada rahang dinamakan
bagian akar gigi. Gigi insisivus, caninus, dan premolar masing-masing memiliki
satu buah akar, walaupun gigi premolar pertama bagian atas rahang biasanya
memiliki dua buah akar. Dua buah molar pertama rahang atas memiliki tiga buah
akar, sedangkan molar yang berada dibawahnya hanya memiliki dua buah akar
(Scheid & Weiss, 2012).

Bagian mahkota dan akar dihubungkan oleh leher gigi. Bagian terluar dari akar
dilapisi oleh jaringan ikat yang disebut cementum, yang melekat langsung dengan
ligamen periodontal. Bagian yang membentuk tubuh dari gigi disebut dentin.
Dentin mengandung banyak material kaya protein yang menyerupai tulang.
Dentin dilapisi oleh enamel pada bagian mahkota, dan mengelilingi sebuah
kavitas pulpa pusat yang mengandung banyak struktur jaringan lunak (jaringan
ikat, pembuluh darah, dan jaringan saraf) yang secara kolektif disebut pulpa.
Kavitas pulpa akan menyebar hingga ke akar, dan berubah menjadi kanal akar.
Pada bagian akhir proksimal dari setiap kanal akar, terdapat foramen apikal yang
memberikan jalan bagi pembuluh darah, saraf, dan struktur lainnya masuk ke
dalam kavitas pulpa (Paulsen, 2013).

2.2 Manifestasi Oral dari Penyakit Autoimun


2.2.1 Systemic Lupus Erythematosus
Lupus eritematosus sistemik (Systemic Lupus Erythematosus/SLE) adalah
kelainan inflamatori multisistem yang kronik, rekuren dan fatal sehingga sulit
untuk didiagnosis. Lupus eritematosus sistemik merupakan penyakit autoimun
prototipik yang ditandai oleh produksi antibodi terhadap komponen sel nukleus
yang berhubungan dengan manifestasi klinis yang luas. Lupus eritematosus
sistemik merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis dengan etiologi yang
belum diketahui serta manifestasi klinis, perjalanan penyakit dan prognosis yang
sangat beragam. Penyakit ini terutama menyerang wanita usia reproduksi dengan
angka kematian yang cukup tinggi.

7
Patofisiologi SLE didasari oleh autoantibodi dan kompleks imun yang
berikatan ke jaringan dan menyebabkan inflamasi multisistem. Patofisiologi SLE
disebabkan oleh respon imun yang abnormal berupa:

1. Aktivasi sistem imun bawaan (sel dendritik, monosit/makrofag) oleh DNA dari
kompleks imun, DNA atau RNA virus dan RNA dari protein self-antigen

2. Ambang batas aktivasi sel imun adaptif (limfosit T dan limfosit B) yang lebih
rendah dan jaras aktivasi yang abnormal

3. Regulasi sel T CD4+ dan CD8+, sel B dan sel supresor yang tidak efektif.

Gambar 2.5 Manifestasi Klinis Lupus

Manifestasi Oral
Lesi oral dari pasien SLE terjadi sekitar 5-25% pada pasien. Lesi tersebut
biasanya terdapat pada mukosa bukal dan gingiva. Kadang-kadang mereka
tampak seperti lichenoid areas tapi mereka terlihat tidak spesifik atau sering
terlihat seperti granulomatous. Pada labial biasanya juga terlihat didaerah
vermilion zone dari labial bawah biasanya terlihat. (Sridevi, 2012). Meskipun
kondisi oral bukan yang paling dominan, lesi pteki dan pendarahan gingiva seperti
desquamative gingivitis, gingivitis marginalis, atau lesi erosi pada mukosa terjadi
sekitar 40% dari pasien. (Saccucci, 2018)

8
Gambar 2.6 Manifestasi Oral pada Penderita SLE.

2.2.2 Sjogren Syndrome


Sindrom Sjögren (SS) atau autoimmune exocrinopathy adalah penyakit
autoimun kronis yang ditandai dengan infiltrasi limfositik dari ludah dan kelenjar
lacrymal menyebabkan xerostomia dan keratokonjungtivitis sicca (KCS).
Penyakit ini juga dapat mempengaruhi kelenjar lain , seperti di perut, pankreas,
dan usus, dan dapat menyebabkan kekeringan di tempat-tempat lain yang
membutuhkan kelembaban, seperti hidung, tenggorokan, saluran pernafasan, dan
kulit (Alain S, 2016).

Mekanisme patofisiologi yang mendasari terjadinya SS adalah stimulasi


terus-menerus pada sistem autoimun, baik sel B maupun sel T, walaupun
mekanisme abnormalitas imunitas humoral maupun selular masih belum diketahui
pasti. Ada beberapa faktor yang diyakini bertanggung jawab mencetuskan SS
yaitu kerentanan genetik, stres psikologis, hormonal, dan infeksi dapat memicu
aktivasi sel epitel yang ditandai dengan terstimulusnya Toll-like receptor.
Permulaan perjalanan SS adalah kelainan struktur kelenjar seperti perubahan
matriks ekstraselular akibat infiltrasi sitokin, kemokin, dan limfosit. Adanya
stimulus pada Toll-like receptor memicu aktivasi sel T dan sekresi sitokin pro-
inflamasi. Teraktivasinya sel epitel tidak hanya berfungsi sebagai APC yang
memicu aktivasi sel B atau sel T, tetapi juga mengaktivasi sel dendritik melalui
regulasi molekul pro-apoptosis yang menyimpan bentukan eksosom sehingga
dapat membantu aktivasi sel B. Selanjutnya terjadi peningkatan aktivitas B-cell
activating factor (BAFF) yang sekresinya memicu disproporsi terhadap jumlah sel
B yang diaktivasi sehingga memicu jumlah limfosit tambahan pada jaringan
kelenjar yang selanjutnya memperberat proses destruksi kelenjar (Alain S, 2016).

9
Gambar 2.7 Patofisiologi Sjorgen Syndrome

Manifestasi Oral

Manifestasi oral dari penyakit ini paling dominan adalah mulut kering atau
xerostomia. Derajat keparahan dari berbagai pasien berbeda – beda. Manifestasi
lain termasuk peningkatan kebutuhan cairan, kesulitan mengunyah dengan
makanan yang kering, sensitif terhadap asam dan gangguan bicara /serak. Pasien
juga dapat mengeluhkan sensasi terbakar dan tersengat di daerah mulut.
Manifestasi oral tersebut menurunkan self esteem, menyebabkan penurunan
produktivitas pekerjaan, dan mengganggu kualitas hidup (Saccucci, 2018). Pada
lidah dapat terjadi kering, merah, dan terdapat fisura. Penurunan saliva dapat
menyebabkan akumulasi plak, edema dan inflamasi pada gingiva, candidiasis.
Diperkirakan 70% dari pasien terjadi karies gigi dan 8% terjadi infeksi pada
daerah mulut seperti oral candidiasis. Candidiasis terjadi karena penurunan
lysozime dan imunoglobulin.. Pada bibir dapat mengalami kekeringan dan mudah
terkelupas. (Sridevi, 2012).

10
Gambar 2.8 Manifestasi Oral dari Sjorgen Syndrome

2.2.3 Idiopatic Thrombocytopenic Purpura

Penyakit ITP merupakan kelainan perdarahan yang disebabkan oleh


penurunan jumlah trombosit. Penyakit ITP adalah penyakit autoimun yang
disebabkan adanya destruksi trombosit normal akibat adanya antibodi (antibody-
mediated destruction of platelets) dan gangguan produksi megakariosit. Penyakit
ITP merupakan kelainan akibat disregulasi imun dengan hasil akhir adanya
hilangnya toleransi sistem imun terhadap antigen diri yang berada di permukaan
trombosit dan megakariosit. Sel T teraktivasi akibat pengenalan antigen spesifik
trombosit pada APC (antigen presenting cell) yang kemudian menginduksi
ekspansi antigen-spesifik pada sel B. Kemudian sel B menghasilkan autoantibodi
yang spesifik terhadap glikoprotein yang diekspresikan pada trombosit dan
megakariosit. Trombosit yang bersirkulasi diikat oleh autoantibodi trombosit
kemudian terjadi pelekatan pada reseptor FC makrofag limpa yang
mengakibatkan penghancuran trombosit. Selain itu, terbentuk juga autoantibodi
anti megakariosit yang mengurangi kemampuan megakariosit untuk menghasilkan
trombosit. Terjadi produksi autoantibodi (A) yang meningkatkan penghancuran
trombosit oleh makrofag limpa (B) dan menurunnya produksi trombosit akibat
antibodi anti-megakariosit (C) (Alvina &Aulia, 2016).

11
Gambar 2.9 Patofisiologi ITP

Manifestasi Oral

Manifestasi dari ITP adalah pendarahan gingiva dan mucocutaneus, pteki. Pteki
terjadi di mukosa dan palatum. Pada prosedur bedah di gigi, penyakit ini adalah
salah satu kontraindikasi karena ditakutkan terjadi pendarahan masif. (Sridevi,
2012)

Gambar 2.10 Manifestasi Oral dari ITP

2.2.4 Psoriasis

Psoriasis adalah penyakit inflamasi kulit kronik yang umum dijumpai,


bersifat rekuren dan melibatkan beberapa faktor misalnya; genetik, sistem
imunitas, lingkungan serta hormonal. Psoriasis ditandai dengan plak eritematosa
yang berbatas tegas dengan skuama berlapis berwarna keputihan. Penyakit ini

12
umumnya mengenai daerah ekstensor ekstremitas terutama siku dan lutut, kulit
kepala, lumbosakral, gluteus dan genitalia (Cantika, 2012).

2.11 Gambaran Klinis Psoriasis

Manifestasi Oral

Manifestasi oral jarang terjadi pada psoriasis. Oral psoriasi terjadi sektiar
2% dari pasien. Lesi oral terjadi di bibir, mukosa bukal, palatum, gingiva, dan dan
lidah. Pada penderita psoriasis manifestasinya terdapat 4 tipe yaitu
(1) Well-defined, keabu-abuan sampai kuning muda, kecil, lesi lingkaran sampai
oval.
(2) Lacy, circinate (bergelung), putih dengan peninggian lesi dari mukosa oral dan
lidah.
(3) Fiery, kemerahan dari mukosa mulut termasuk lidah yang biasanya terjadi
pada psoriasis akut.
(4) a geographic tongue (paling sering terjadi).
Pada psoriasis lesi tidak konsisten. Pattern dari lesinya bervariasi dari
terjadi peninggian, putih, di daerah palatum atau mukosa bukal. Lesi orang
biasanya dapat menghilang dengan cepat atau dapat mengalami eksaserbasi atau
remisi dengan cepat.(Sridevi, 2012).

13
Gambar 2.10 Lesi Oral Psoriasis berupa Geograpic Tongue

2.2.5 Rheumatoid Arthritis

Artritis Reumatoid atau Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit


autoimun sistemik. RA merupakan salah satu kelainan multisistem yang
etiologinya belum diketahui secara pasti dan diduga akibat dari destruksi sinovitis.
Penyakit ini merupakan peradangan sistemik yang paling umum ditandai dengan
keterlibatan sendi yang simetris. Penyakit RA ini merupakan kelainan autoimun
yang menyebabkan inflamasi sendi yang berlangsung kronik dan mengenai lebih
dari lima sendi (poliartritis). Kerusakan sendi mulai terjadi dari proliferasi
makrofag dan fibroblas sinovial. Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskular dan
terjadi proliferasi sel-sel endotel kemudian terjadi neovaskularisasi. Pembuluh
darah pada sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan kecil atau sel-sel
inflamasi. Terbentuknya pannus akibat terjadinya pertumbuhan yang iregular pada
jaringan sinovial yang mengalami inflamasi. Pannus kemudian menginvasi dan
merusak rawan sendi dan tulang Respon imunologi melibatkan peran sitokin,
interleukin, proteinase dan faktor pertumbuhan. Respon ini mengakibatkan
destruksi sendi dan komplikasi sistemik (Perhimpunan Reumatologi Indonesia,
2011).

Manifestasi Oral

Pada penderita RA di bagian temporomandibular joitn (TMJ) mengalami


kekakuan, krepitasi, nyeri, nyeri tekan, dan kesulitan untuk membuka mulut.
Nyeri ketika menggigit pada sendi. Selain itu dapat terjadi subluksasi dan

14
ankylosis pada TMJ, serta dapat terjadi destruksi dari kepala condylar dan dapat
terjadi maloklusi (Sridevi, 2012).

Gambar 2.11 Manifestasi Oral dari RA

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit autoimun sering disertai abnormalitas struktur mulut dan rahang.


Diagnosis yang tepat dibutuhkan untuk menginisiasi terapi yang benar. Selain itu,
diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai penyakit autoimun dan
manifestasinya di rongga mulut bagi seorang dokter.

3.2 Saran

Perlu melakukan anamnesa yang menyeluruh ke pasien tentang keluhan


lain selain didaerah mulut. Hal ini dapat mempercepat diagnosa dan
mempermudah penanganan pada pasien. Penulisan referat ini masih memiliki
kekurangan sehingga kritik dan saran diperlukan untuk memperbaiki makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

ACR. 2002. Guidelines For The Management of Rheumatoid Arthritis. Arthritis


& Rheumatism Vol. 46, No. 2, February 2002, pp 328–346 DOI
10.1002/art.10148. Wiley-Liss, Inc.
Alain Saraux, Jacques-Olivier Pers, Valérie Devauchelle-Pensec, Treatment of
primary Sjögren syndrome, 2016; 465-471
Alvina, A &Aulia, D.(2016). Idiopathic Thrombocytopenic Purpura.Indonesian
journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. 16(3), 149-151.
Cantika, A., 2012. Hubungan Derajat Keparan Psoriasis Vulgaris. Semarang:
Fakultas Kedokteran Universitas Diponogoro.
Harshanur, Itjingningsih W., 1995, Anatomi Gigi., Jakarta. EGC.
Judha, M., & Setiawan, D. I. (2015). Apa dan Bagaimana Penyakit Lupus ?
(Sistemik Lupus Eritematosus). Yogyakarta: Gosyen Publising.
Kertia, N. (2007). The lupus book: Panduan lengkap bagi penderita lupus dan
keluarganya. Yogyakarta: B-First.
Paulsen F. & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi
Umum dan Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC.
Perhimpunan Reumatologi Indonesia. (2011). Diagnosis dan pengelolaan Lupus
Eritematosus Sistemik.
Rahman A, Isenberg D.A. (2008). Systemic Lupus Erythematosus. N Engl J Med.
Roviati, E. (2012). Systemic Lupus Erithematosus (Sle): Kelainan Autoimun
Bawaan Yang Langka Dan Mekanisme Biokimiawinya. Jurnal Scientiae
Educatia.
Saccucci, M., Carlo, G. Di, Bossù, M., Giovarruscio, F., Salucci, A. dan Polimeni,
A. (2018) “Review Article Autoimmune Diseases and Their Manifestations
on Oral Cavity : Diagnosis and Clinical Management,” Autoimmune Diseases
and Their Manifestations on Oral Cavity: Diagnosis and Clinical
Management, 19(1), hal. 1–7.
Scheid, r. C. & Weiss, G. (2012). Woelfel : Anatomi Gigi. 8th ed. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 207-240.
Sridevi, P., Munisejhar, M. S., Harika, C. H. dan Rama, K. A. (2012) “Review
Article Oral Manifestations of Autoimmune Diseases Sridevi P, Munisekhar
MS, Harika CH, Rama Krishna A,” International Journal of Oral and
Maxilofacial Pathology, 3(4), hal. 27–33

17

Anda mungkin juga menyukai