Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Kelompok 8 Sistem Imun Dalam Rongga Mulut

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“SISTEM IMUN DALAM RONGGA MULUT”

Dosen Pengampuh:

Jeanne d’arcZ Adam, S.Pd, M.Kes

Di Susun Oleh:

Angelica Benedicta Ahmad 71124022244 Masyura Rahmola 711240222047

Aprilia Kiacili 711240222045 Nabila Mooduto 711240222048

Elmawati Nasrun 711240222046 Nurhaliza S Maseng 711240222049

POLITEKNIK KEMENKES KESEHATAN MANADO

TAHUN PELAJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Sistem Imun dalam Rongga Mulut”. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas dari Ibu Jeanne d’ArcZ Adam, S.Pd, M.Kes dosen pada mata kuliah
Histologi & Anatomi Fisiologi dipoltekkes kemenkes kesehatan manado,
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Sistem Imun dalam
Rongga Mulut.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, namun inilah usaha maksimal yang telah kami lakukan. Oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun
agar segala kekurangan dapat diperbaiki untuk masa depan. Kami juga
berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi orang yang membacanya.

6 Oktober, 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.....................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................2
1.3. Tujuan..................................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor yang Terlibat dalam Sistem Imun Rongga Mulut..................4-5
2.2 Sariawan karena Kekurangan Imun dalam Rongga Mulut...............5-6
2.3 Sistem imun non spesifik................................................................6-10
2.4 Sistem imun spesifik.....................................................................10-14
2.5 Contoh Penyakit Radang Tenggorokkan...................................... 14-18

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................19
3.2 Saran..............................................................................................19-20
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rongga mulut merupakan pintu masuk utama mikroorganisme, oleh


karena itu banyak faktor yang terlibat dalam sistem imun tubuh
terhadap kuman phatogen. Menurunnya fungsi faktor-faktor ini akan
menimbulkan berbagai kelainan karena adanya bakteri oportunistik
yang dapat menjadi phatogen. Oleh karena itu, sistem kekebalan sangat
dibutuhkan oleh tubuh terutama rongga mulut untuk membunuh
substansi phatogen seperti bakteri, menjaga tubuh dari infeksi dan
mempertahankan homeostasis. Kesehatan rongga mulut juga tergantung
pada kesehatan lapisan epidermis yang melindungi bagian-bagian lebih
dalam pada mulut. Reaksi sistem imun merupakan reaksi yang
dikoordinasi oleh sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba dan dental
material lainnya. Sehingga sistem imun bereaksi untuk
mempertahankan keutuhan tubuh dari mikroorganisme atau dental
material yang masuk ke dalam rongga mulut. Fungsi utama sistem imun
ini adalah untuk memperkuat dan mempertinggi fagositosis (peranan sel
darah putih sebagai kekebalan). Penyakit akibat kurangnya pertahanan
imun dalam rongga mulut seringkali diderita oleh masyarakat. Oleh
karena itu, diberikan ilmu atau pelayanan mengenai kesehatan gigi dan
mulut tentang Sistem Imun dalam Rongga Mulut yang disusun dalam
makalah ini dan bertujuan untuk memberitahukan bagaimanakah sistem
kekebalan yang terdapat dalam rongga mulut manusia sehingga dapat
membantusebagai upaya peningkatan status kesehatan gigi.

Virus adalah makhluk hidup yang sangat kecil, tetapi berperan


penting karena dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Tenaga
kesehatan dalam lingkup kedokteran gigi relevan untuk mempelajari

1
virus ini karena virus dapat menjadi penyebab penyakit yang langsung
(misalnya Herpes simpleks virus) atau tidak langsung (misalnya
manifestasi oral penyakit HIV) di rongga mulut maupun di bagian
tubuh lain. Selain hal tersebut, selama perawatan gigi, kemungkinan
dapat terjadi infeksi silang dari pasien pada tim kesehatan gigi, dan
penyakit yang dapat ditularkan antara lain penyakit yang disebabkan
oleh virus. Bidang ilmu yang mempelajari segala sesuatu mengenai
virus disebut Virologi. Selain virus, penyakit-penyakit di rongga mulut
maupun dibagian tubuh lainnya dapat juga disebabkan oleh jamur dan
bakteri. Bakteri dan jamur merupakan flora normal dalam mulut dan
memiliki potensi menjadi pathogen oportunistik jika berada dalam
jumlah berlebihan. Rongga mulut memiliki system pertahanan imun
terhadap kuman pathogen yang melibatkan barier anatomi dan fisiologi,
seperti epitel, aliran air liur atau anatomi gigi, dan imunitas seluler
misalnya fagositosis oleh leukosit dan makrofag; serta imunitas
humoral melalui antibodi di dalam air liur dan celah gusi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusanmasalahnya


adalah sebagai berikut:

1. Apa saja faktor-faktor yang terlibat dalam sistem imun rongga


mulut?

2. Bagaimana keterkaitan antara sistem imun dengan suatu penyakit


tertentu?

3. Apa saja komponen sistem imun dalam rongga mulut?

4. Apa yang dimaksud sistem imun non spesifik?

5. Apa yang dimaksud sistem imun spesifik?

2
1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang terlibat dalam sistem imun


rongga mulut

2. Untuk mengetahui bagaimana keterkaitan antara sistem imun dengan


suatu penyakit tertentu

3. Untuk mengetahui komponen sistem imun dalam rongga mulut

4. Untuk mengetahui sistem imun non spesifik

5. Untuk mengetahui sistem imun spesifik

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Faktor yang Terlibat dalam Sistem Imun Rongga Mulut.

a. Saliva (Air liur)

Saliva atau air liur adalah cairan bening yang dihasilkandalam mulut
manusia. Air liur sangat berperan dalammembersihkan rongga mulut
dari mikroorganisme. Dalam halini, air liur berperan sebegai pelumas
otot-otot lidah, bibir, dan pipi. Aliran liur akan mencuci permukaaan
mukosa mulut, dansirkulasi darah sub epitel bertindak sebagai
suplemen pada batas jaringan lunak dan keras melalui celah gusi.Air
liur mengalir rata-rata sekitar 19 ml/jam atau sekitar 500ml/hari. Rata-
rata sekresi air liur meningkat pada saat makandan menurun pada waktu
tidur. Bila jumlah aliran air liurmenurun, maka dapat meningkatkan
frekuensi karies gigi.Karena, pada PH air liur yang rendah
mikroorganisme dapat berkembang dengan baik dan sebaliknya, pada
PH air liur yang tinggi dapat mencegah terjadinya karies gigi.

b. Membran Mukosa

Pada rongga mulut, lapisan ini dikenal dengan oral mucosa.Lapisan


ini memiliki fungsi utama yaitu sebagai pelindung jaringan yang lebih
dalam pada rongga mulut. Fungsi lainnya yaitu sebagai organ sensoris,
aktifitas kelenjar, dan sekresi. Fungsi sensoris mukosa akan
memberikan informasi mengenai hal-hal yang terjadi dalam rongga
mulut. Dalam rongga mulut, reseptor akan berespon terhadap suhu,
sentuhan, dan rasa sakit. Komposisi jaringan lunak mulut merupakan
mukosa yangterdiri dari skuamosa, dan berfungsi sebagai barier
mekanik terhadap infeksi. Mekanisme proteksi tergantung
padadeskuamasinya yang konstan sehingga bakteri sulit melekat pada

4
sel-sel epitel dan derajat keratinisasinya yang mengakibatkan epitel
mukosa mulut sangat efisien sebagai barier. Kedua hal ini haruslah
dalam keadaan seimbang sehingga dapat menurunkan kemungkinan
penetrasi mikroorganisme.

Gambar 1. Komponen sistem imun dalam rongga mulut

Sumber : Feller L. Oral mucosal immunity. Oral Medicine Nov


2016;116(5): 576-583.

2.2. Sariawan karena Kekurangan Imun dalam Rongga Mulut

Hampir semua orang pernah mengalami sariawan atau


stomatitis. Sariawan adalah luka kecil dangkal yang terjadi pada
selaput lendir mulut atau di dasar gusi dengan rupa bercak yang
warnanya agak putih kekuningan dan bertekstur cekung. Penyebab
sariawan antara lain infeksi jamur candida albican, memasang gigi
palsu, luka tergigit, dan konsumsi air panas atau dingin. Selain itu,
sariawan juga terjadi karena menurunnya sistem daya tahan tubuh
karena kekurangan asupan vitamin B, zat besi, dan vitamin C.

5
Melemahnya sistem imun adalah pencetus sariawan. Karena, ketika
sistem imun melemah, kuman di dalam area mulut dapat tumbuh
dengan cepat. Seperti jamur candida albicans, jamur ini memang
biasa terdapat dalam rongga mulut, namun dalam jumlah yang
sedikit. Peningkatan jamur inilah yang dapat memicu terjadinya
sariawan. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan jumlah jamur
tersebut adalah kebersihan mulut yang kurang terjaga dengan baik
serta melemahnya sistem imun dalam tubuh.

2.3 Sistem imun non spesifik

Respon imun nonspesifik umumnya merupakan imunitas bawaan


(innate immunity) dalam arti bahwa respon zat asing dapat terjadi
walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar pada zat tersebut,
sedangkan respon imun spesifik merupakan respon didapat (acquired)
yang timbul terhadap antigen tertentu, terhadap bagian tubuh mana
yang terpapar sebelumnya. Perbedaan utama terhadap kedua jenis
respon imun itu adalah dalam hal spesifisitas dan pembentukan memory
terhadap antigen tertentu pada respon imun spesifik yang tidak terdapat
pada respon imun nonspesifik.

6
Gambar 2. Diagram sistem pertahanan imun yang terlibat dalam
rongga mulut.

Sumber : Bergmeier L.A. Immunology of the Oral Mucosa. In: Bergmeier


L. (eds) Oral Mucosa in Health and Disease. Springer, Cham. 2018

Komponen-komponen yang berperan dalam sistem imun nonspesifik


dalam rongga mulut adalah:

1. Komponen seluler

a. Sel-sel fagosit

• Sel monosit : sel yang berasal dan matang di sum-sum tulang dimana
setelah matang akan bermigrasi ke sirkulasi darah dan berfungsi sebagai
fagosit.

• Sel makrofag : diferensiasi dari sel monosit yang berada dalam


sirkulasi. Fagositosis

7
Fungsi netrofil dan makrofag yang terpenting adalah fagositosis,
yang berarti pencernaan intraseluler terhadap agen yang mengganggu.
Sistem imun tubuh membentuk antibody untuk melawan agen infeksius
seperti bakteri. Antibody kemudian melekat pada membrane bakteri dan
dengan demikian membuat bakteri menjadi rentan khususnya terhadap
fagositosis. Untuk melakukan hal ini, molekul antibody juga bergabung
dengan produk C3 dari kaskade komplemen. Molekul C3 ini kemudian
melekatkan diri pada reseptor di atas membrane sel fagosit, dengan
demikian memicu fagositosis. Proses seleksi dan fagositosis ini disebut
opsonisasi. Segera setelah partikel asing difagositosis, lisosom dan
granula sitoplasmik lainnya segera datang untuk bersentuhan dengan
gelembung fagositik dan membrannya bergabung dengan membrane
gelembung, selanjutnya mengeluarkan banyak enzim pencernaan dan
bahan bakterisidal ke dalam gelembung. Jadi, gelembung fagositik
sekarang menjadi gelembung pencerna, dan segera dimulailah proses
pencernaan partikel yang sudah difagositosis.

b. Sel N.K (Natural killer)

Sel ini baru jelas peranannya dalam system pertahanan, terutama


menghadapi perubahan komponen tubuh sendiri, sebagai akibat dari
perlakuan virus ataupun zat- zat kimia tertentu. Sel ini tidak memiliki
permukaan sel T ataupun sel B. dapat mengenal benda asing tanpa
memerlukan pengenalan spesifik terlebih dahulu (tidak mempunyai
memori). Tidak memiliki sifat fagosit tetapi mempunyai reseptor IgG
sehingga membunuh sel targetnya dengan mekanisme intim kontak
ekstraseluler. Sel ini menempati garis pertahanan yang terdapat dalam
system pertahanan seperti halnya natural antibody dari system
kekebalan humoral. Terutama dalam upayanya mengendalikan
kecenderungan sel menjadi ganas. Sel NK tidak membunuh bakteri
maupun benda asing lainnya dengan fagositosis. Sel NK memiliki
vesikel yang berisi perforin, dimana zat ini akan menempel pada

8
dinding sel bakteri dan membuat lubang pada sel bakteri yang
menyebabkan air, garam maupun zat lain yang berada di luar tubuh
bakteri masuk ke dalam tubuh bakteri sehingga bakteri akan lisis.

2. Komponen biokimia

a. Enzim lisozomal : merupakan enzim mukolitik yang mampu


memecahkan ikatan glikopeptide dinding bakteri gram positif, sehingga
lisis. Termasuk kolagenase, elastase, hyaluronidase. Mesikupun enzim-
enzim ini diproduksi oleh sel-sel neutrofil, sebagian besar dihasilkan
oleh kelenjar ludah.

b. Laktoferin dan laktoperoksidase : yang mempunyai aktifitas


antibakteri dan antivirus.

c. Musin : yang menghambat perlekatan virus pada sel epitel.

3. Komponen Humoral

a. Interferon

Glikoprotein yang diproduksi makrofag yang diaktifkan secara


nonspesifik-imunitas terhadap virus. Dapat menghambat multiplikasi
virus yang sama/ berbeda ditempat infeksi. Tidak memiliki efek
antivirus langsung tetapi dapat memicu sel host membentuk enzim-
enzim penghambat virus. Menginduksi sel lain utk mengeluarkan enzim
merusak mRNA sehingga menghambat sintesis protein dan
menghambat replikasi virus.

b. Komplemen

Molekul larut dari sistem imun nonspesifik yg tidak aktif tetapi dapat
diaktifkan oleh berbagai antigen, bakteri, kompleks imun. Aktivasi
komplemen merupakan usaha tubuh untuk menghancurkan antigen
asing (proteksi) tetapi sering menimbulkan kerusakan jaringan. Hasil
aktivasi komplemen adalah berbagai mediator dan enzim untuk reaksi

9
selanjutnya. Salah satu sistim enzim serum yang berperan dalam
inflamasi, opsonisasi partikel antigen, kerusakan (lisis) membran
patogen.

2.4 Sistem Imun Spesifik

Kekebalan tubuh spesifik adalah system kekebalan yang diaktifkan


oleh kekebalan tubuh nonspesifik dan merupakan system pertahanan
tubuh yang ketiga. Ciri-cirinya: Bersifat selektif terhadap benda asing
yang masuk ke dalam tubuh. Sistem reaksi ini tidak memiliki reaksi
yang sama terhadap semua jenis benda asing, Memiliki kemampuan
untuk mengingat infeksi sebelumnya, Melibatkan pembentukan sel-sel
tertentu dan zat kimia (antibodi), Perlambatan, waktu antara eksposur
dan respon maksimal.

Komponen humoral dimediasi oleh antibodi yang dihasilkan sel B


limfosit. Antibodi yang dihasilkan dapat berikatan dengan molekul
antigen untuk selanjutnya mengeliminasinya. Imunoglobulin (Ig) ada 5
kelas:

• Ig M berperan sbg reseptor permukaan sel B & disekresi pada tahap


awal respons sel plasma

• Ig G adalah Ig terbanyak di darah, diproduksi jika tubuh berespons


terhadap antigen yang sama Ig M & IgG berperan jika terjadi invasi
bakteri & virus serta aktivasi komplemen

• Ig E melindungi tubuh dari infeksi parasit & merupakan mediator


pada reaksi alergi; melepaskan histamin dari basofil & sel mast

• Ig A ditemukan pada sekresi sistem perncernaan, pernapasan, &


perkemihan (cth: airmata & ASI)

10
• Ig D terdapat pada banyak permukaan sel B; mengenali antigen pada
sel B

Komponen seluler dimediasi oleh sel T limfosit. Intraseluler


mikroba seperti virus dan beberapa bakteri dapat bertahan hidup dalam
sel pagosit/sel host sehingga tidak terdeteksi oleh antibodi. Maka
digunakan imunitas seluler yang dapat melisiskan sel yang terinfeksi
tersebut.

Imunitas spesifik dalam rongga mulut dikendalikan oleh sel-sel


yang tersebar dalam jaringan submukosa, gingival, kelenjar ludah,
epitel, cairan saku gusi, tonsil dan kelenjar getah bening ekstraoral.

1. Agregasi Jaringan Limfoid Submukosa

Sel-sel mononuclear (limfosit dan makrofag) ditemukan tersebar


tepat dibawah epitel mulut, didaerah palatum lunak, dasar mulut,
permukaan ventral dari lidah dan kadang-kadang di pipi dan di bibir.
Secara histologik, massa jaringan ini seperti jaringan tonsil.

2. Jaringan Limfoid Gingival

Melalui rangsang plak bakteri, jaringan ini menarik sel-sel terutama


sel-sel limfosit yang dalam situasi radang berubah menjadi sel-sel
plasma. Rasio sel T dan B dalam cairan saku gingival sehat akan
meningkat menjadi 1:3 dibandingkan rasio dalam darah. Selain itu,
dalam proporsinya, sel-sel ini mampu membuat antibody yang spesifik.
Bagaimanapun juga kebanyakan sel-sel ini memproduksi zat-zat
immunoglobulin non-reaktif. Makrofag hadir dalam gingiva, disamping
memproses antigen juga ikut membantu penghancuran plak gigi. Reaksi
timbal balik antara merusak dan melindungi berlangsung jelas dalam
limfoid gingiva.

11
3. Kelenjar Getah Bening Ekstraoral

Gambaran khas dari kelenjar ini ialah adanya sel-sel dendritik yang
berperan dalam pemrosesan dan pemaparan antigen. Demikian juga
tonsil faringeal, lingual dan nasofaring memiliki sel-sel dendritik dan
menjadi tempat berlangsungnya sekresi antibody local. Sistem imun
yang ditunjukan, dapat berbeda sesuai dengan antigen dan
presentasinya. imunitasseluler menyebabkan pembesaran daerah
parakortikal yang mengemban sel T. sedangkan imunitas humoral
melibatkan bagian korteks yang didominasi oleh sel B.

4. Jaringan Limfoid Kelenjar Ludah

Limfosit, makrofag dan sel-sel plasma ditemukan di dalam kelenjar


baik yang besar ataupun kecil, tersebar dalam kelompok-kelompok
dibawah mukosa mulut. Kebanyakan sel plasma memproduksi IgA dan
beberapa diantaranya IgG dan IgM. Tampak bawah kebanyakan IgA
dalam saliva disintesis secara local oleh sel-sel plasma kelenjar yang
bersangkutan dalam bentuk dimerik.3,4.

12
Gambar 3. Komponen – komponen yang terlibat dalam imunitas innate
dan imunitas adaptive.

Sumber : Wu, Ruiqing & Zhang. The mucosal immune system in the oral
cavity—an orchestra of T cell diversity. International journal of oral science
2016:6:10.1038/ijos.2014.48.

13
2.5 Contoh penyakit didalam rongga mulut adalah radang tenggorokkan

Radang tenggorokan (Strep Throat) merupakan sakit tenggorokan


disertai demam yang disebabkan oleh infeksi bakteri streptokokus, infeksi
inilah yang menyebabkan peradangan dan nyeri pada tenggorokan. Radang
tenggorokan dapat menyerang segala usia, tetapi paling sering terjadi pada
anak-anak usia 5 sampai 15 tahun. Infeksi ini dapat menular melalui bersin
dan batuk

Biasanya gejalanya akan semakin jelas setelah masa inkubasi dalam 1-4
hari. Tingkatan gejala dapat bervariasi dari ringan hingga berat, biasanya
bagian belakang tenggorokan dan amandel akan memerah dan bengkak
disertai bintik-bintik putih pada permukaannya. Pembengkakan ini bisa
menimbulkan rasa sakit dan membuat menelan menjadi sulit, dan ketika
dikombinasikan dengan demam maka dapat menyebabkan dehidrasi.

Diagnosa radang tenggorokan tidak ditegakkan hanya berdasarkan


gejala, namun juga membutuhkan pemeriksaan medis, seringkali dengan tes
usap tenggorok ke daerah yang terkena.

14
Gejala radang tenggorokan meliputi:

 Demam
 Bintik-bintik putih pada amandel
 Amandel memerah, meradang, dan bengkak
 Sakit tenggorokan
 kelenjar getah bening tender di bagian atas leher Anda

Ada gejala komplementer juga seperti:

 Sakit kepala
 Ruam scarlet (noda-noda merah pada dada, perut, punggung)
 Kehilangan nafsu makan
 Nyeri perut
 Mual / muntah
 Perasaan tidak nyaman
 Bintik-bintik merah pada langit-langit mulut Anda
 Kehabisan tenaga

Ada gejela khusus untuk kelompok usia yang berbeda

 Bayi

Bayi biasanya memiliki hidung meler, dan demam ringan di bawah


38 C. Mereka akan lebih rewel dan kehilangan nafsu makan. Radang
tenggorokan pada usia ini jarang sekali terjadi.

 Balita

Anak-anak berusia 1 sampai 3 tahun dapat mengeluh tentang


kesulitan dan rasa sakit saat menelan. Nafsu makan juga berkurang

15
dan pembengkakan kelenjar getah bening di bawah tulang rahang
bawah.

 Anak/Remaja

Radang tenggorokan pada usia ini sangat menyakitkan dan tidak


nyaman. Mereka sering mengeluh sakit tenggorokan yang parah,
terutama saat menelan, dan disertai dengan demam.

 Dewasa

Orang dewasa biasanya memiliki gejala ringan, seperti sakit


tenggorokan ringan, tapi tidak menutup kemungkinan untuk gejala
yang lebih parah. Sering terjadi bau mulut karena infeksi ini. Mereka
biasanya tidak/kurang membutuhkan perawatan medis kecuali bagi
yang memiliki riwayat radang tenggorokan.

Bagaimana caranya membedakan antara radang tenggorokan dan sakit


tenggorokan?

Perhatian! Radang tenggorokan Strep throat adalah infeksi tenggorokan


yang disebabkan bakteri streptokokus. Sedangkan radang/sakit tenggorokan
sore throat adalah sakit tenggorokan secara umum, namun umumnya karena
virus. Bintik-bintik merah dengan bercak putih pada amandel yang
membengkak adalah tanda-tanda radang tenggorokan (strep throat).

Jika Anda mengalami pilek, sinus, batuk, hidung meler, tenggorokan


gatal, suara berubah, hal ini mungkin sakit/radang tenggorokan (sore throat)
dari flu, bukan radang tenggorokan (strep throat). Radang tenggorokan
(strep throat) biasanya disertai demam.

Pembengkakan kelenjar getah bening di bawah dagu di depan leher bisa


disebabkan oleh infeksi apa saja, bukan hanya radang tenggorokan (strep

16
throat). Infeksi yang menyebabkan radang tenggorokan (strep throat) jauh
lebih menyakitkan daripada sakit/radang tenggorokan (sore throat) biasa,
durasinya juga lebih lama.

Pengobatan Radang Tenggorokan

Sebelum menentukan pengobatan, untuk mendiagnosis radang


tenggorokan biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan test usap
tenggorok. Hal ini untuk mencegah penggunaan antibiotik yang tidak
diperlukan dan menghindari resistensi antibiotik (kekebalan suatu bakteri
terhadap antibiotik tertentu akibat pasien atau orang di lingkungan pasien
sering mengkonsumsinya).

Jika demam berlangsung hingga 72 jam, segera hubungi dokter untuk


pengobatannya. Karena radang tenggorokan (strep throat) disebabkan oleh
bakteri, maka pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik. Lalu
bagaimana kalau ternyata penyebabnya virus (sore throat)? Biarkan saja.
Yang dapat dilakukan hanya meringankan gejalanya. Obat antibiotik tidak
bisa dipergunakan untuk masalah ini. Justru membuatnya semakin parah.

17
18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Faktor yang penting dalam imunitas rongga mulut adalah integritas


mukosa oral dan fungsi komponen salivary. Imunoglobulin A sekretori
(sIgA) adalah imunoglobulin yang paling penting dalam saliva, dan
memberikan peran perlindungan yang sangat besar bagi mukosa oral dari
infeksi.

2. Imunisasi merupakan salah satu cara untuk melindungi diri dari


berbagai macam penyakit. Umumnya, kegiatan imunisasi atau vaksinasi
dilakukan sejak bayi pada saat masa imunisasi yang bermanfaat untuk
membentuk kekebalan tubuhnya.

3. komponen dalam imunitas rongga mulut adalah integritas mukosa oral


dan fungsi komponen salivary. Imunoglobulin A sekretori (sIgA) adalah
imunoglobulin yang paling penting dalam saliva, dan memberikan peran
perlindungan yang sangat besar bagi mukosa oral dari infeksi.

4. Sistem imun non spesifik atau innate immunity adalah sistem


pertahanan tubuh yang bersifat fisik. Pertahanan ini menjadi “pertahanan
garis depan” dari tubuh kita terhadap benda-benda asing yang masuk.

5. Sistem imun spesifik adalah suatu sistem yang dapat mengenali suatu
substansi asing yang masuk ke dalam tubuh dan dapat memacu
perkembangan respon imun yang spesifik terhadap substansi tersebut.

3.2 Saran

Kesehatan gigi dan mulut masih menjadi masalah yang perlu


diperhatikan. Oleh karena itu, seharusnya kita lebih mempelajari lagi

19
ilmu-ilmu tentang sistem imun pada rongga mulut, supaya dapat
meminimalisir terjadinya penyakit tertentu yang berakibat dari
menurunnya imun tubuh terutama pada rongga mulut.

20
DAFTAR PUSTAKA

Winny Yohana, 2006, Imunologi Dasar, Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia

Sara Ekaputri, Sri Lelyati C Masulli, 2016, Cairan Sulkus


Gingiva,Majalah Kedokteran Gigi Indonesia

Premaysari, 2016, Imunologi Rongga Mulut, Education

Halodoc, 2019, Penyakit pada rongga mulut, Redaksi Halodoc

(L. Feller. Oral mucosal immunity. Oral Medicine November


2016;1165): 576-583.

21

Anda mungkin juga menyukai