Evaluasi Program Supervisi Pendidikan
Evaluasi Program Supervisi Pendidikan
Evaluasi Program Supervisi Pendidikan
Supervisor dalam wadah tersebut pertama-tama harus menentukan bersama apa yang
hendak dicapai dalam program evaluasinya. Dalam proses yang bersifat kooperatif
dibutuhkan waktu untuk mencapai kesepakatan tentang tujuan-tujuan yang ingin dicapai yang
merupakan pedoman dan arahan dalam menentukan aspek-aspek yang akan dievaluasi. Untuk
mempermudah proses perumusan tujuan sebaiknya terlebih dahulu diadakan survey atau
penelitian sebagai usaha menginventarisasi kebutuhan-kebutuhan evaluasional suatu situasi,
misalnya dengan cara:
a. metode analisa: menganalisis tujuan-tujuan umum pendidikan dan supervisi
pendidikan yang telah dituangkan dalam program supervisi pendidikan. Metode ini
digunakan untuk menganalisa kebutuhan-kebutuhan untuk mengevaluasi.
b. Metode angket: mengumpulkan pendapat-pendapat secara tertulis dari pihak-pihak
yang bersangkutan, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka
menentukan kebutuhan-kebutuhan.
c. metode wawancara: menanyakan langsung secara lisan pendapat-pendapat dari
pihak-pihak yang bersangkutan mengenai kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Sehubungan dengan adanya penelitian atau survey ini kiranya perlu ada panitia khusus
atau panitia survey. Panitia ini tidak cukup hanya menyusun suatu daftar mengenai tujuan –
tujuan pokok yang hendak dicapai dalam program evaluasi supervisi pendidikan, tetapi
hendaknya tujuan –tujuan itu dirinci dan dirumuskan secara definitif agar lebih jelas sasaran
evaluasinya.
7. Follow Up Evaluasi
Agar evaluasi terhadap program supervisi pendidikan bermanfaat perlu sekali dipikirkan
oleh supervisor akan tindak lanjutnya. Biasanya tindak lanjut atau follow up dari hasil-hasil
evaluasi yang diperoleh perlu sekali mendapat supervisi yang seksama dan kontinyu dari
supervisor dalam rangka pengembangan program supervisinya.
Hakekat Evaluasi
Dewasa ini banyak diakui bahwa kemajuan dan perbaikan dalam pendidikan tergantung
pada pengukuran hasil aktivitas pendidikan dan evaluasi terhadap pengukuran itu berdasar
atas kreteria atau standar tertentu. Kedua faktor tersebut yaitu pengukuran dan penilaian
memiliki interdepensi. Pengukuran berusaha menetapkan jumlah hasil pendidikan sedangkan
penilaian berusaha menetapkan harganya secara kualitatif. Begitu pula dalam supervisi
pendidikan, pengukuran dan penilaian digunakan untuk menentukan keberhasilan aktivitas
supervisi pendidikan dalam hal ini merupakan program perbaikan. Pengukuran menyangkut
penentuan jumlah perubahan yang diharapkan dalam belajar mengajar sedangkan penilaian
berkenaan dengan penentuan harga terhadap perubahan-perubahan atau hasil-hasil yang
dicapai.
Dalam merancang program evaluasi program supervisi pendidikan, supervisor harus
mempertimbangkan tiga faktor, yaitu ruang lingkup evaluasi, metode evaluasi, dan
2. Metode Evaluasi
Memang secara tradisional skala penilaian sering digunakan sebagai instrumen atau alat
untuk menilai guru dan murid. Tetapi sebenarnya dalam evaluasi supervisi pendidikan yang
modern metode tradisional tetap digunakan tetapi juga dilengkapi dengan metode-metode
lain, yang dengan demikian hasil evaluasi yang dapat diperoleh dengan tes dapat dipadukan
dengan hasil evaluasi yang diperoleh dari metode-metode lain dengan harapan memperoleh
hasil yang maksimal. Metode-metode yang juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
supervisi pendidikan adalah catatan anekdot, catatan pertumbuhan, daftar cek, inventory,
interview. Kesemuanya dapat digunakan untuk mengukur aspek-aspek fisik, sosial,
emosional, status, dan pertumbuhan mental.
Dasar-dasar Evaluasi
Keberhasilan supervisi pendidikan dapat dievaluasi dengan mengukur perubahan-
perubahan dan perbaikan-perbaikan yang ada pada periode waktu tertentu dalam keseluruhan
program pendidikan. William H.Burton dan Leo J Bruekner menyebutkan bidang-bidang
yang akan diubah dalam, evaluasi keberhasilan program supervisi pendidikan sebagai
berikut:
1. Pertumbuhan dan perkembangan anak didik dalam mencapai tujuan pendidikan.
2. Perbaikan kurikulum.
Selain dari perubahan-perubahan seperti diatas sebagai dasar evaluasi bisa juga
memperhatikan hal-hal lain, misalnya hasil kepemimpinan yang dicapai oleh mereka yang
bertanggung jawab atas perbaikan belajar mengajar, pengukuran terhadap tujuan-tujuan
program supervisi yang telah dicapai, aktifitas-aktifitas supervisor sehari-hari.
Untuk memperoleh data evaluasi yang lengkap perlu digali berbagai informasi. Informasi
ini bisa datang dari staf sekolah dan dokumen-dokumen yang ada disekolah.Banyak metode
yang dapat digunakan untuk mengali data ini, anatara lain dengan wawancara, observasi,
angket, dokumen bidang studi. Kelengkapan yang akan dijadikan dasar pengambilan
kesimpulan sangat penting. Makin lengkap data yang kita peroleh makin mendekati ketepatan
dalam mengambil kesimpulan.
Selain mempertimbangkan metode-metode yang akan digunakan untuk memperoleh data
yang lengkap, perlu kirannya juga mempertimbangkan pendekatan-pendekatan apa yang akan
ditempuh dalam mengevaluasi supervisi pendidikan. Pada dasarnya ada dua pendekatan yang
dapat digunakan oleh supervisi dalam mengevaluasi supervisi pendidikan, yaitu pendekatam
berdasarkan kriteria dan pendekatan yang berdasarkan norma.
Contoh di atas adalah jalan termudah. Namun sebenarnya pendekatan norma dalam
penilaian dapat dilakukan melalui nilai-nilai baris skor-skor mentah, dapat melihat ranking,
Kemudian dicari mean atau rata-rata hitung serta standar deviasinya. Setelah ini ditentukan
skor standar sehingga dari skor standar ini dipindahkan ke nilai, yang menggambarkan
kualitas.
Selanjutnya ditinjau dari cara menggambarkan hasilnya ada dua cara, yaitu bisa berupa
penilaian kuantitatif dan Penilaian Kualitatif. Dengan cara penilaian kuantitatif, cara
penilaian ini hasilnya di wujudkan dalam bentuk angka-angka hasil penilaian ini sudah
menggambarkan kualitas dari apa yang telah di nilai. Jadi bukan lagi berupa skor mentah
yang baru menggambarkan hasil pengukuran yang menunjukkan frekuensi atau jumlah.
Sedangkan dengan cara penilaian ini hasilnya di wujudkan dalam bentuk pernyataan dengan
kata-kata. Misalnya: Baik, cukup kurang sangat kurang dan sebagainya. Biasanya cara
penilaian kualitatif ini akan lebih obyektif apabila didasarkan atas pengolahan data yang
berupa angka juga Sebab tidak mudah begitu saja mengatakan baik apabila tidak didasari
oleh data tertentu. Begitu pula kreteria “Baik” itu harus jelas mengapa dikatakan demikian.
2. Obyektif
Obyektif pada pembahasan ini berarti sesuai dengan kenyataan yang dilaksanakan oleh
program supervisi pendidikan. Apabila program supervisi pendidikan baik hasilnya, maka
katakanlah baik, dan apabila kurang berhasil katakanlah kurang berhasil. Keberanian
mengungkapkan adanya itulah yang menjamin keobyektifan evaluasi. Tentu saja perlu
adanya kelengkapan data dan pelibatan semua pihak dalam evaluasi. Antara penilai dan pihak
yang dinilai harus ada saling keterbukaan.
Pengertian
Disadari bahwa betapa pentingnya evaluasi bagi suatu pekerjaan yang nantinya berfungsi
untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan maka dapat dikatakan bahwa tidak hanya siswa yang harus
dievaluasi, melainkan semua aspek dalam Program Supervisi Pendidikan juga mutlak
dievaluasi. Adapun aspek itu yakni: aspek personel, material, dan operasional, dan sosial.
Salah satu aspek personel ini adalah guru.
Dengan demikian dapat diketahui betapa pentingnya evaluasi keberhasilan guru, selain
untuk mengetahui keberhasilan program supervisi pendidikan, juga penting bagi kepala
sekolah, guru, serta siswa.
Dengan bersifat diagnostik, setelah evaluasi dapat diketahui kebaikan dan kelemahan
guru. Dan dari data yang ada kepala
1. sekolah harus dapat menemukan atau mendiagnosa sumber masalah.
2. Dengan kontinyu, evaluasi dilaksanakan secara bertahap dan terus menerus.
3. Dengan obyektif, dalam menafsirkan hasil evaluasi harus didasarkan pada kenyataan
atau apa adanya. Bila baik dikatakan baik dan buruk dikatakan buruk.
4. Dengan fungsional, hasil evaluasi dapat digunakan untuk membina pertumbuhan
jabatan guru.
a. Silabus
Guru mampu menyusun silabus yaitu rencana pembelajaran pada suatu dan/atau
kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi
dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian
Aspek Sosial
1. Hubungan dengan kepala sekolah baik
2. Hubungan dengan guru lain baik
3. Hubungan dengan petugas TU baik
4. Hubungan dengan petugas lainnya baik
5. Hubungan dengan murid baik
6. Hubungan dengan orang tua murid baik
7. Hubungan dengan masyarakat baik
4. Follow up
Setelah diketahui hasil evaluasi, kepala sekolah dapat melakukan tindakan-tindakan
untuk peningkatan profesi mengajar masing -masing guru.
Untuk guru yang kurang berhasil dapat diberikan :
a. Pengarahan pengarahan individual atau kelompok.
b. Saling mengunjungi kelas untuk saling belajar di antara guru.
c. Mengadakan diskusi diskusi tentang hasil evakuai.
d. Hasilnya dapat dipakai sebagai acuan dalam menyusun program supervisi
pendidikan pada periode yang akan datang.
2. Instrumen Penilaian
Check List
NO
ASPEK YANG DINILAI YA TIDAK
.
1. Aspek personal
a. Penampilan sehari-hari
1) Apakah Anda kelihatan sehat V
2) Apakah Anda berpenampilan menarik. V
3) Apakah Anda berpakaian rapi. V
4) Apakah Anda berpakaian bersih. V
5) Apakah Anda bersifat humoris. V
b. Cara berbicara dan berinisiatif.
1) Apakah pembicaraan Anda mudah didengar. V
2) Apakah Anda berbicara dengan gramatikal
V
yang benar.
3) Apakah Anda selalu berinisiatif. V
c. Keseimbangan emosi
1) Apakah Anda selalu memper -timbangkan
V
bila akan bertindak.
2) Apakah Anda bisa menerima kritik dengan
V
baik.
3) Apakah Anda tidak mudah tersinggung. V
4) Apakah Anda selalu tenang dalam setiap si-
V
tuasi.
d. Sikap ramah-tamah
1) Apakah Anda selalu bersikap sopan. V
2) Apakah Anda menghormati orang lain. V
3) Apakah Anda tidak sombong. V
2. Aspek Profesional I
a. Sebagai supervisor
1) Apakah Anda selalu membantu guru dalam
V
proses belajar mengajar.
2) Apakah Anda selalu membantu guru yang
V
menghadapi problema.
b. Sebagai Administrator
1) Apakah Anda mampu menyusun jadwal
V
pelajaran pertahun.
2) Apakah Anda menguasai GBBP untuk tiap
V
bidang studi.
3) Apakah Anda mampu menyusun program
V
sekolah untuk satu tahun.
Pada instrumen di atas ada 50 item yang harus dijawab oleh kepala sekolah. Setiap item
tersebut diberi skor 2 apabila dijawab Ya dan diberi skor 0 apabila dijawab tidak, jadi skor
maksimal (apabi13 dijawab ya semua) adalah 100. Dari instrumen di atas, kepala sekolah
menjawabnya sebanyak 40 sedang yang dijawab tidak sebanyak 10 item. Dengan demikian
skor yang dicapai kepala sekolah tersebut 40 x 2 = 80. Berdasarkan kriteria di atas, berarti
tingkat keberhasilan kepala sekolah tersebut adalah baik. Cara pengolahan ini hanya bisa
diketahui tingkat keberhasilan kepala sekolah secara keseluruhan, tetapi belum bisa
mengetahui keberhasilan masing-masing aspek.
Follow Up
Hasil instrumen yang diperoleh diolah menjadi nilai untuk mengetahui tingkat
keberhasilan seorang kepala sekolah. Instrumen itu dapat dijadikan patokan untuk mengukur
dan memperbaiki kekurangannya. Jadi yang telah baik ditingkatkan dan yang kurang baik
diperbaiki menurut dasar kriteria supervisi yang baik. Akhirnya tindak lanjut ini berupa:
1. Kepala Sekolah mengadakan pertemuan secara berkelompok atau perorangan untuk
membicarakan tentang hasil evaluasi. Terutama hambatan-hambatan yang dihadapi
guru dalam melaksanakan tugasnya.
2. Dalam usahanya, kepala sekolah harus memperhatikan hasil evaluasi yang lalu
untuk lebih meningkatkan program supervisi pendidikan selanjutnya.
Adams, H. P. dan Dicky, F.G. 1959. Basic Principles of Supervision, New York : American
Book Company.
Briggs, Thomas H. and Joseph Justman, 1954. Improving Instruction Through Supervision,
New York: The Nac Milland Company.
Burton, William H. and Lee J. Brueckner, 1959. Supervision, New York : Appleton Century-
Croft, Inc.
Elsbree, Willand S. , Harold J. Mc. Nally and Richard Wyne, 1967. Elementary School
Administration and Supervision, Third Edition, New York American Book Company.
Kimball Wiles, John T. Lovell, 1983, Supervisor for Better Schools, Disadur oleh J.F.
Tahalele Prof. Malang: Sub Proyek Penulisan Buku Pelajaran Proyek
Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi IKIP Malang.
Lucia, William H. and John D. Mc. Neil, 1969. Supervision A Synthesis of Thought and
Action, Second Edition, New York : Mc. Graw Hill Book Company.
Me Nerney, Ch. T., 1951. Education Supervision. New Mc. Graw Hill Book Company.
Soetopo, Hendayat dan Wasty Soetanto. 1983. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,
Jakarta: Bina Aksara.
Soetopo, Hendyat. Jilid I. 1992. Evaluasi Program Supervisi Pendidikan. Malang: Proyek
Operasi dan Perawatan Fasilitas IKIP MALANG.
Soetopo, Hendyat. Jilid II. 1992. Evaluasi Program Supervisi Pendidikan. Malang: Proyek
Operasi dan Perawatan Fasilitas IKIP MALANG.
Soetopo, Henyat dan Wasty Soemanto, 1982. Pengantar Operasional Administrasi
Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional.
Wiles, Kimball, 1967. Supervision of Better Schools, Third Edition, New York: Prentice Hall
Inc., Englewood Cliffs