Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Fraktur Monteggia&Galeazzi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

FRAKTUR MONTEGGIA DAN GALEAZZI

Disusun Oleh:

Penulis :
Riza Lestari Tambunan
(1061050166)

Pembimbing :
dr. Ronald Munthe, Sp.OT

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE 9 MEI 11 JUNI 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL :
REFERAT FRAKTUR MONTEGGIA DAN GALEAZZI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah.

Pembimbing :

dr. Ronald Munthe., Sp.OT

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Rumah Sakit Umum Universitas Kristen Indonesia
Periode 9 Mei 11 Juni 2016

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Tuhan yang Mahakuasa, karena atas kehendakNya
penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul Fraktur Monteggia Galeazzi.
Refarat ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Ilmu
Penyakit Bedah. Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu
yang tersedia untuk menyusun referat ini sangat terbatas, penulis sadar masih
banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa maupun sistematika
penulisannya. Untuk itu kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun
sangat harapkan.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada dr. Ronald Munthe ,Sp.OT. Selaku pembimbing kepaniteran ilmu penyakit
Bedah di RSU FK UKI, yang telah memberikan masukan yang berguna dalam
proses penyusunan makalah ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada rekan rekan yang juga turut membantu dalam upaya penyelesaian referat
ini.
Akhir kata penulis berharap kiranya makalah ini dapat menjadi masukan
yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain yang
terkait dengan masalah kesehatan pada umumnya dan khususnya tentang masalah
Fraktur Monteggia Galeazzi.

Jakarta, Mei 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
Pada ulna dan radius sangat penting gerakan-gerakan pronasi dan supinasi.
Untuk mengatur gerakan ini diperlukan otot-otot supinator, pronator teres dan
pronator kuadratus. Yang bergerak supinasi-pronasi (rotasi) adalah radius.1
Umumnya trauma yang terjadi pada antebrachii adalah trauma langsung,
dimana radius dan ulna patah satu level yaitu biasanya pada 1/3 tengah dan
biasanya garis patahnya transversal. Tetapi bisa pula terjadi trauma tak langsung
yang akan menyebabkan level garis patah pada radius dan ulna tak sama dan
bentuk garis patahnya juga dapat berupa oblique atau spiral.1
Pada tahun 1814 seorang dokter dari Milan bernama Giovanni Batista
Monteggia pertama kali mendeskripsikan tentang fraktur 1/3 proksimal tulang
ulna yang disertai dislokasi anterior pada kaput tulang radius. Yang menarik
bahwa Monteggia telah mampu mendeskripsikannya sebelum masa rontgen
ditemukan. Monteggia mendeskripsikan fraktur Monteggia hanya berbekal
riwayat kejadian dan temuan pemeriksaan fisik. Insiden fraktur Monteggia kurang
dari 5% dari kasus fraktur yang terjadi pada lengan bawah, pada beberapa literatur
insiden fraktur Monteggia berkisar 12%.2
Fraktur Galeazzi adalah fraktur radius 1/3 distal disertai dislokasi sendi
radio ulnar distal. Radius-ulna dihubungkan oleh jaringan yang kuat yaitu
membrane interosea. Apabila terjadi salah satu tulang yang patah, dan tulang yang
patah tersebut dislokasi, pasti disertai dislokasi sendi yang berdekatan.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi1
Radius
Tulang radius terletak pada sisi lateral, tulang ini meluas pada bagian
proksimal namun lebih luas pada bagian distal. Secara garis besar tulang radius
dibagi dalam 3 bagian yaitu: proximal end. Pada bagian proximal end terdiri dari
caput (kepala), collum (leher) dan tuberositas.
Caput merupakan bagian ujung proksimal yang membentuk cekungan dangkal
dan sebagai penghubung antara humerus dengan radius (humeral capitulum).
Corpus berbentuk konveks pada sisi lateral, dan segitiga pada sisi yang lain.
Membrane interoseus melekat pada 3/4 bagian distal, dan menghubungkan antara
radius dan ulna.
Distal end merupakan bagian yang paling luas dari tulang radius. Terdapat 4
bagian, pada sisi lateral sedikit kasar,memproyeksikan prosesus stiloideus pada
bagian ujung. Pada area persendian tangan terbagi atas 2 sisi yaitu sisi medial dan
sisi lateral. Sisi anterior merupakan sisi yang tebal dan kasar. Sisi medial adalah
titik pertemuan antara radius dan ulna, dengan bentuk konkav yang lembut untuk
persendian antara radius dan ulna. Sisi posterior terdapat Listers tubercle, yang
membatasi bagian medial.

Gambar 1. Tulang Radius dan Ulna

Ulna
Ulna terletak pada sisi medial. Pada saat tangan dalam posisi supinasi. Pada
bagian proksimal berbentuk konkav. Secara garis besar tulang ulna juga dibagi
menjadi 3 bagian yaitu: Proximal end. Pada bagian proximal tulang ulna memiliki
olecranon yang besar dan prosesus koronoid dan cekungan radius untuk
persendian dengan humerus dan radius. Olecranon lebih kearah proksimal dengan
puncak seperti paruh burung.
Corpus ulna berbentu segitiga tetapi pada bagian distal hamper silinders. Pada
bagian distal sedikit meluas dan terdapat prosesus stiloideus. Pada caput ulna
tampak pada pronasi pada aspek posteromedial pergelangan tangan. Pada sisi
lateral terdapat persendian yang berbentuk conveks yang merupakan tempat
persendian antara radius dan ulna.
B. Klasifikasi Fraktur3
Fraktur dibagi berdasarkan ada tidaknya hubungan patahan tulang dengan
dunia luar, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur terbuka
memungkinkan masuknya kuma dari luar ke dalam luka. Fraktur terbuka dibagi
menjadi 3 derajat:
Derajat I : Keadaan luka fraktur terbuka dengan luka <1 cm, luka bersih, fraktur
simple transversal atau fraktur oblilque.
Derajat II : Fraktur terbuka dengan luka >1cm dengan kerusakan jaringan lunak
minimal, jaringan lunak bisa disatukan, fraktur simple transversal atau fraktur
oblique dengan minimal kominutif
Derajat III A : Fraktur terbuka disertai laserasi yang luas, penutup tulang masih
adekuat, fraktur segmental, gunshot fraktur.
Derajat III B : Fraktur terbuka disertai laserasi yang luas, disertai bone ekspose
dan periosteal yang terlepas, biasanya disertai kontaminasi yang massif.
Derajat III C : Cedera vascular yang menuntut perbaikan.
C. Proses Penyembuhan Fraktur
Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase yaitu1 :
1

Fase hematoma

Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang
melewati kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada daerah
fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma
yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong dan dapat
mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga dapat
terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak.
Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah
fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah
cincin avaskuler tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur segera setelah trauma.
2

Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal


Pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi
penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik
yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada
daerah endosteum membentuk kalus interna sebagai aktifitas seluler dalam
kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat pada periosteum, maka
penyembuhan sel berasal dari diferensiasi sel-sel mesenkimal yang tidak
berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan
fraktur ini terjadi pertambahan jumlah dari sel-sel osteogenik yang memberi
pertumbuhan yang cepat pada jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat
dari tumor ganas. Pembentukan jaringan seluler tidak terbentuk dari organisasi
pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus
dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik.
Pada pemeriksaan radiologis kalus belum mengandung tulang sehingga
merupakan suatu daerah radiolusen.

Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis)


Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel
dasar yang berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk
tulang rawan. Tempat osteoblast diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan
perlengketan polisakarida oleh garam-garam kalsium membentuk suatu tulang
yang imatur. Bentuk tulang ini disebut sebagai woven bone. Pada pemeriksaan
radiologi kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi
radiologik pertama terjadinya penyembuhan fraktur.

Fase konsolidasi (fase union secara radiologik)


Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan diubah
menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi
struktur lamelar dan kelebihan kalus akan diresorpsi secara bertahap.

Fase remodeling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian yang
menyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada
fase remodeling ini, perlahan-lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan
tetap terjadi proses osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna secara perlahanlahan menghilang. Kalus intermediat berubah menjadi tulang yang kompak dan
berisi sistem Haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan
untuk membentuk ruang sumsum.

Gambar 2. Proses penyembuhan fraktur.

BAB III
FRAKTUR MONTEGGIA DAN GALEAZZI
3.1 Fraktur Monteggia
3.1.1

Definisi1
Fraktur Monteggia adalah fraktur pada tulang ulna disertai dislokasi pada

tulang radius proksimal. Monteggia mempublikasikan fraktur ini sebagai fraktur


1/3 proksimal ulna disertai dislokasi kapitulum radius ke anterior, tapi ternyata
dislokasi ini juga dapat terjadi ke lateral dan posterior. Penyebab umumnya adalah
trauma langsung terhadap ulna, misalnya sewaktu melindungi kepala pada
pukulan, sehingga kadang fraktur ini disebut patah tulang tangkis.
1.1.2

Etiologi3
Penyebab fraktur monteggia terutama berhubungan dengan jatuh saat

posisi tangan terjulur dengan kekuatan pronasi. Jika sendi elbow dalam keadaan
fleksi fraktur Monteggia tipe II dan III lebih sering terjadi. Beberapa teori
mekanisme injury untuk fraktur Monteggia sebagai berikut:
a. Direct Blow Theory (Teori Benturan Langsung)
Teori ini diusulkan pertama kali oleh Speed dan Boyd yang dimuat
dalam literatur English. Teori ini kemudian ditetapkan oleh Smith,
tetapi sesungguhnya teori ini telah diusulkan oleh Monteggia sendiri.
Dia mencatat bahwa fraktur ini terjadi ketika tulang ulna terbentur
secara langsung. Kemudian, salah satu dari fraktur ulna memberikan
tekanan secara langsung, sehingga membuat caput radius mengalami
dislokasi.

Gambar 3. Direct Blow Theory (Teori Benturan Langsung)

b. Hyperpronation Theory
Pada tahun 1949, Evans mempublikasikan hasil observasi mengenai
fraktur Monteggia anterior. Sebelumnya dia telah mengobservasi
bahwa Direct Blow Theory semata-mata hanya berdasarkan klinis saja,
tetapi Evan menggunakan eksperimen terhadap cadaver untuk
mendukung hipotesisnya. Dia mendemonstrasikan bahwa hiperpronasi
pada lengan bawah mengakibatkan fraktur pada ulna disertai dislokasi
caput radius. Dia berpendapat bahwa selama terjatuh pada posisi
tangan terjulur mengawali terjadinya pronasi, pronasi diakibatkan oleh
kekuatan tubuh yang ditopang oleh lengan bawah. Hiperpronasi ini
mengakibatkan tulang radius menyilang sampai ke tengah ulna,
menyebabkan dislokasi anterior pada caput radius atau fraktur 1/3
radius proksimal dan fraktur ulna.

Gambar 4. Hyperpronation Theory


c. Hiperekstensi-dislokasi caput radius-fraktur ulna
Pada tahun 1971, Tompkins menganalisa kedua teori terdahulu dan
memperkenalkan berdasarkan klinis terbaik bahwa fraktur Monteggia
tipe I disebabkan gabungan antara kekuatan dinamik dan static. Dalam

penelitiannya, dia berpendapat bahwa ada tiga mekanisme terjadinya


fraktur: Hiperekstensi, dislokasi caput radius, dan fraktur ulna
Hiperekstensi. Pasien terjatuh dalam posisi tangan terjulur ke depan,
memaksa elbow joint untuk hiperekstensi.
Dislokasi caput radius. Tulang radius mengalami dislokasi kea rah
anterior oleh karena penarikan yang kuat dari otot bisep, memaksa
radius keluar dari kapiteliumnya
Fraktur ulna. Segera setelah radius mengalami dislokasi, beban tubuh
akan dipindahkan ke tulang ulna. Karena tulang radius biasanya
menjadi tompangan berat badan, tulang ulna tidak mampu mengambil
alih tumpuan pada saat terjadi tulang radius mengalami dislokasi.
Sehingga terjadi tegangan yang kuat pada tulang ulna yang
mengakibatkan fraktur. Fraktur yang sering terjadi adalah tipe oblig,
sering dengan butterfly fragment, atau greenstick fracture.

Gambar 5. Hiperekstensi-dislokasi caput radius-fraktur ulna


1.1.3

Patofisiologi4
Struktur lengan bawah yang selalu berhubungan, dan setiap
gangguan terhadap salah satu tulang mempengaruhi yang lain. Tulang
radius dan ulna berada dalam kontak langsung satu sama lain. Tulang
radius dan ulna berada dalam kontak langsung satu sama lain, hanya pada
proksimal dan persendian radioulnar distal, namun mereka dipersatukan

disepanjang jalurnya oleh membrane interoseus. Hal ini memungkinkan


radius untuk memutar di sekitar ulna. Ketika ulna mengalami fraktur,
energy ditransmisikan sepanjang membrane interoseus, menggusur radius
proksimal. Akhirnya akan mengganggu membrane interoseus bagian
proksimal dari fraktur, dislokasi persendian radioulnar proksimal dan
dislokasi persendian radiocapitellar.
Struktur pada forearm tertaut secara baku. Dan jika ada satu tulang
yang mengalami disrupsi maka akan berpengaruh ke tulang lain. Ulna dan
radial berikatan secara intak hanya pada proksimal dan distal sendi.
Namun, mereka menyatu sepanjang sumbu dihubungkan dengan
membrane interosseus. Hal inilah yang menyebabkan radius bias berputar
mengelilingi ulna. Ketika ulna mengalami fraktur, energy disalurkan
sepanjang membrane interosseus dan terdisplasi pada proksimal radius.
Akhirnya yang terjadi adalah disrupsi membrane interosseus sehingga
mendisplasi proksimal radius. Hasil akhirnya adalah disrupsi menbran
intraoseus poksimal dari fraktur, dislokasi sendi proksimal radioulnar dan
dislokasi sendi radiocapitellar
Dislokasi kaput radialis bisa mengarah pada cedera nervus radialis.
Cabang dari nervus radialis yang mempersarafi posterior interoseus yang
mengelilingi leher dari radius, sangat rentan beresiko untuk mengalami
cedera, terutama pada injuri dengan Bado tipe II. Cedera pada nervus
radialis cabang median interoseus anterior dan nervus ulnaris juga
dilaporkan. Kebanyakan cedera saraf adalah neurapraksis dan membaik
dalam waktu 4-6 bulan. Pemuntiran pada pergelangan tangan akibat
trauama bisa diatasi dengan ekstensi dan latihan gerak jari bisa mencegah
terjadi kontraktur sembari menunggu cedera saraf.
1.1.4

Klasifikasi3
Pada tahun 1967, Bado menciptakan istilah untuk fraktur Monteggia dan
klasifikasi ke dalam beberapa tipe, yaitu:
Tipe I: fraktur pada 1/3 proksimal atau 1/3 tengah ulna disertai dislokasi
anterior caput radius.

Tipe II: fraktur pada 1/3 proksimal atau 1/3 tengah tulang ulna disertai
dislokasi posterior caput radius.
Tipet III: fraktur pada bagian metafisis ulna disertai dislokasi lateral caput
radius.
Tipe IV: fraktur 1/3 proksimal atau 1/3 tengah tulang ulna dan radius
disertai dislokasi anterior caput radius.

Gambar 6. Klasifikasi Bado


1.1.5

Gambaran Klinis5
Fraktur moteggia pada umumnya menyerupai fraktur pada lengan
bawah dan apabila terdapat dislokasi ke anterior, kapitulum radius akan
dapat diraba pada fosa kubitus. Pergelangan tangan dan tangan harus
diperiksa untuk mencari ada tidaknya tanda-tanda cedera pada saraf
radialis. Terdapat 2 tipe yaitu tipe ekstensi (lebih sering) dan tipe fleksi.
Pada tipe ekstensi gaya yang terjadi mendorong ulna kearah hiperekstensi
dan pronasi. Sedangkan pada tipe fleksi, gaya mendorong dari depan
kearah fleksi yang menyebabkan fragmen ulna mengadakan angulasi ke
posterior.

1.1.6

Penatalaksanaan

Terapi Medis
Nyeri ditangani sedini mungkin. Jika fraktur sudah terbuka, maka
imunisasi tetanus, antibiotic intravena harus diberikan. Luka terbuka harus
dirigasi dengan larutan saline steril dan ditutup dengan kasa yang steril
dan lembab. Kaput radialis sebaiknya direduksi saat di IGD jika
memungkinkan. Reduksi tertutup-closed reduction pada anak akan lebih
mudah jika dilakukan dalam keadaan narkose. Ketamin 1-2mg/kgBB IV
atau 3-4 mg/kgBB IM bisa digunakan sebagai sedasi. Sebaiknya ada
imaging intensifier yang bersifat real-time sehingga reduksi bisa dipantau
apakah sudah tercapai secara optimal dan maksimal.
Terapi Pembedahan1
1.

Pada anak yang dilakukan adalah reduksi tertutup dari ulna. Jika
kaput radialis masih belum bisa direduksi dengan memperbaiki ulna,
reduksi ulna lanjutan bisa dilakukan dengan supinasi forearm dan
tekanan langsung pada kaput radialis biasanya berhasil. Ketika kaput
radialis secara anatomis tidak bisa direduksi, memanipulasi sendi dan
kapsulnya dengan memperbaiki anular ligament bisa dialkukan

2.

Pada orang dewasa. Operasi sangat direkomendasikan. Reduksi


terbuka disertai dengan kompresi menggunakan plate pada ulna secara
umum dan diikuti dengan reduksi secara tidak langsung pada tulang
radius. Jika reduksi secara langsung tidak bisa tercapai maka reduksi
terbuka juga harus dilakukan. Jika kaput radialis tetap tidak stabil
pertahankan selama kurang lebih 6 minggu dalam posisi supinasi. Jika
kaput radialis stabil setelah reduksi baik terbuka ataupun tertutup,
lakukan gerakan aktif dengan hinged elbow orthosis menjaga forearm
dalam posisi supinasi. Lindungi lengan sampai sembuh. Jika anterior
dislokasi dan reduksi tertutupnya tidak stabil,

1.1.7

Prognosis
Pada tahun 1991, Anderson and Meyer

mengguankan criteria

untuk mengevalusi fraktur forearm dan prognosisnya:

Excellent - Union with less than 10 loss of elbow and wrist


flexion/extension and less than 25% loss of forearm rotation

Satisfactory - Union with less than 20 loss of elbow and wrist


flexion/extension and less than 50% loss of forearm rotation

Unsatisfactory - Union with greater than 30 loss of elbow and wrist


flexion/extension and greater than 50% loss of forearm rotation

Failure - Malunion, nonunion, or chronic osteomyelitis

4.1 Fraktur Galeazzi


4.1.2

Definisi
Fraktur Galeazzi pertama kali diuraikan oleh Riccardo Galeazzi (1935)

yaitu fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi sendi radio-ulnar distal.
4.1.3 Epidemiologi
Fraktur Galeazzi meliputi 3-7% dari semua fraktur lengan bawah. Ia
biasanya lebih sering terjadi pada laki-laki. (5) Fraktur Galeazzi lebih banyak
ditemukan daripada fraktur Monteggia.6,7 Kebanyakan ditemukan pada orang
dewasa dan jarang pada anak-anak. (4)
Etiologi dari fraktur Galeazzi di duga akibat dari jatuh yang menyebabkan
beban aksial ditumpukan pada lengan bawah yang hiperpronasi.(5,6,7)
2.1.4. Mekanisme trauma
Ada beberapa perbedaan pendapat pada mekanisme yang tepat yang
menyebabkan terjadinya fraktur Galeazzi. Mekanisme yang paling mungkin
adalah jatuh dengan tumpuan pada tangan disertai dengan pronasi lengan bawah
yang

ekstrim.

Daya

tersebut

diduga

melewati

artikulasi

radiocarpal,

mengakibatkan dislokasi dan pemendekan dari tulang radius.(5,7) Terjadi fraktur


pada 1/3 distal radius dan subluksasi atau dislokasi sendi radioulnar distal. (7)
Deforming forces termasuk brakioradialis, kuadriseps pronator, dan ekstensor ibu
jari, serta berat tangan. Cedera otot dan jaringan lunak yang deformasi yang
terkait dengan fraktur ini tidak dapat dikontrol dengan imobilisasi plester.(6)
2.1.5. Diagnosis
Gambaran Klinis
Terdapat gejala fraktur dan dislokasi pada daerah distal lengan bawah. (4)
Adanya tonjolan tulang atau nyeri pada ujung ulnar adalah manifestasi yang

paling sering ditemukan.(7) Nyeri dan edema pada jaringan lunak bisa didapatkan
pada daerah fraktur radius 1/3 distal dan pada pergelangan tangan. Cedera ini
harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiologi.(5,6)
Anterior interroseous nerve palsy juga bisa terjadi tapi sering dilewati
karena tidak ada komponen sensorik pada temuan ini. Nervus interosseous
anterior merupakan cabang dari nervus medianus. Cedera pada nervus
interosseous anterior ini bisa mengakibatkan paralisis dari fleksor policis longus
dan fleksor digitorum profundus pada jari telunjuk, dan menyebabkan hilangnya
mekanisme menjepit antara ibu jari dengan jari telunjuk.(6)

Gambar 1. Fraktur Galeazzi.(9)


Pemeriksaan Radiologis
Dengan pemeriksaan roentgen diagnosis dapat ditegakkan.

(4)

Foto

radiologi lengan bawah posisi anteroposterior (AP) dan lateral di perlukan untuk
menegakkan diagnosis. Foto radiologi ekstremitas kontralateral bisa diambil
untuk perbandingan. Foto polos lengan bawah bisa ditemukan cedera pada sendi
radioulnar distal: (6)

Fraktur pada dasar dari styloideus ulnaris.

Pelebaran dari ruang sendi radioulnar distal yang bisa terlihat pada foto
posisi AP.

Dislokasi radius yang relative dengan ulna pada foto lateral, yang bisa
didapatkan dengan mengabduksikan bahu 90.

Pemendekan dari radius lebih dari 5 mm relatif dengan ulnar distal.

Gambar 2. Foto radiologis posisi anteroposterior menunjukkan fraktur


Galeazzi klasik: fraktur radius yang berbentuk oblik dan transversum
dengan adanya dislokasi sendi radioulnar distal.(6)

Gambar 3. Fraktur Galeazzi. Gambar menunjukkan perbedaan antara (a)


fraktur Monteggia dan (b) fraktur Galeazzi. (c,d) Tipe Galeazzi sebelum
dan setelah reduksi dan pemasangan plat.(7)
2.1.6. Penatalaksanaan
Fraktur bersifat tidak stabil dan terdapat dislokasi sehingga
sebaiknya dilakukan operasi dengan fiksasi interna. Pada fraktur Galeazzi
harus dilakukan reposisi secara akurat dan mobilisasi segera karena bagian
distal mengalami dislokasi. Dengan reposisi yang akurat dan cepat maka
dislokasi sendi ulna distal juga tereposisi dengan sendirinya. Apabila
reposisi spontan tidak terjadi maka reposisi dilakukan dengan fiksasi K-

Wire. Operasi terbuka dengan fiksasi rigid mempergunakan plate dan


screw.(4)
Open reduction internal fixation merupakan terapi pilihan, karena
closed treatment dikaitkan dengan tingkat kegagalan yang tinggi. Fiksasi
plate dan screw adalah terapi pilihan. Pendekatan Henry anterior (interval
antara fleksor karpi radialis dan brakioradialis) biasanya menyediakan
eksposur yang cukup untuk melihat fraktur radius, dengan fiksasi plate
pada permukaan yang datar, permukaan volar dari radius.(8)
Cedera

sendi

radioulnar

distal

biasanya

menyebabkan

ketidakstabilan bagian dorsal, karena itu, capsulotomy dorsal dapat


dilakukan untuk mendapatkan akses ke sendi radioulnar distal jika tetap
dislokasi setelah radius difiksasi. Fiksasi Kirschner wire mungkin
diperlukan untuk mempertahankan reduksi dari sendi radioulnar distal jika
ianya tidak stabil. Jika sendi radioulnar distal diyakini stabil,
bagaimanapun, imobilisasi plester pasca operasi mungkin sudah cukup. (8)
Ada 3 kemungkinan yang bisa terjadi pada pasien dengan fraktur
Galeazzi: (7)
1. Sendi radio-ulnar tereduksi dan stabil
Tidak dilakukan tindakan lanjut. Lengan di istirihatkan untuk
beberapa hari, kemudian dilakukan pergerakan aktif dengan hati-hati.
Sendi radio-ulnar harus diperiksa baik secara klinis dan radiologis
setelah 6 minggu.
2. Sendi radio-ulnar tereduksi tapi tidak stabil
Imobilisasi lengan dalam posisi stabil (biasanya supinasi), jika
diperlukan disertai juga dengan K-wire transversum. Lengan di balut
dengan cast di bagian atas siku selama 6 minggu. Jika terdapat
fragmen styloideus ulnaris yang besar, maka harus direduksi dan
difiksasi.
3. Sendi radio-ulnar tidak tereduksi
Keadaan ini jarang didapatkan. Open reduction harus dilakukan
untuk membersihkan jaringan lunak yang rusak. Setelah itu lengan di
imobilisasi dalam posisi supinasi selama 6 minggu.

Manajemen pascaoperasi: (8)


1. Jika sendi radioulnar distal stabil: Pergerakan dini adalah dianjurkan.
2. Jika sendi radioulnar distal tidak stabil: Imobilisasi lengan dalam
posisi supinasi selama 4 sampai 6 minggu dengan menggunakan long
arm splint atau cast.
3. Pin sendi radioulnar distal, jika diperlukan, dan akan dilepas pada 6
sampai 8 minggu.
2.1.7. Komplikasi
1. Malunion: Reduksi nonanatomik dari fraktur radius disertai dengan
kegagalan untuk mengembalikan alignment rotasi atau lateral dapat
mengakibatkan hilangnya fungsi supinasi dan pronasi, serta nyeri pada
range of motion. Ini mungkin memerlukan osteotomy atau ulnar distal
shortening untuk kasus-kasus di mana gejala pemendekan dari radius
mengakibatkan ulnocarpal impaction. (8)
2. Nonunion: Ini jarang terjadi dengan fiksasi yang stabil, tetapi
mungkin memerlukan bone grafting.(8)
3. Compartement syndrome: kecurigaan klinis harus diikuti dengan
pemantauan tekanan kompartemen dengan fasciotomy darurat setelah
didiagnosa sebagai sindrom kompartemen.(8)
4. Cedera neurovaskuler: (8)
a. Biasanya iatrogenik.
b. Cedera saraf radialis superfisial (dibawahnya brakioradialis) adalah
beresiko dengan pendekatan radius anterior.
c. Cedera saraf interoseus posterior (di supinator) adalah beresiko
dengan pendekatan radius proksimal.
d. Jika pemulihan tidak terjadi, eksplorasi saraf setelah 3 bulan.
5. Radioulnar synostosis: Jarang terjadi (3% sampai 9,4% kejadian).(8)
a.

Faktor risiko meliputi:


-

Fraktur kedua tulang pada tingkat yang sama (11% kejadian).

Closed head injury

Penundaan operasi > 2 minggu.

Satu sayatan untuk fiksasi kedua fraktur lengan bawah.

Penetrasi pada membran interoseus oleh bone grafting atau


screw, fragmen tulang, atau peralatan bedah.

b.

Crush injury.

Infeksi.
Prognosis terburuk adalah dengan synostosis distal, dan yang

terbaik adalah dengan synostosis diafisis.


6. Dislokasi rekuren: Ini bisa terjadi akibat dari malreduksi dari radius.
Ini menekankan bahwa perlunya pemulihan secara anatomi pada
fraktur radius untuk memastikan penyembuhan yang cukup dan fungsi
biomekanik dari sendi radioulnar distal.(8)

BAB IV
PENUTUP
Fraktur Monteggia adalah fraktur pada tulang ulna disertai dislokasi pada
tulang radius proksimal. Monteggia mempublikasikan fraktur ini sebagai fraktur
1/3 proksimal ulna disertai dislokasi kapitulum radius ke anterior, tapi ternyata
dislokasi ini juga dapat terjadi ke lateral dan posterior. Penyebab umumnya adalah
trauma langsung terhadap ulna, misalnya sewaktu melindungi kepala pada
pukulan, sehingga kadang fraktur ini disebut patah tulang tangkis
Fraktur Galeazzi yaitu fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi sendi
radio-ulnar distal. Fraktur Galeazzi meliputi 3-7% dari semua fraktur lengan
bawah. Ia biasanya lebih sering terjadi pada laki-laki. Fraktur Galeazzi lebih
banyak ditemukan daripada fraktur Monteggia. Kebanyakan ditemukan pada
orang dewasa dan jarang pada anak-anak.
Menggunakan foto polos sudah cukup untuk menegakkan diagnosis
fraktur galeazzi dan moteggia. Sebaiknya dilakukan operasi dengan fiksasi
interna. Pada fraktur Galeazzi dan Monteggia harus dilakukan reposisi secara
akurat dan mobilisasi segera karena terjadi dislokasi. Dengan reposisi yang akurat
dan cepat maka dislokasi sendi juga tereposisi dengan sendirinya.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Atesok KI, Jupiter JB, Weiss AP. Galeazzi fracture. J Am Acad Orthop
Surg. 2011 Oct. 19(10):623-33.[Medline]. )

2.

Hughston JC. Fracture of the distal radial shaft; mistakes in


management. J Bone Joint Surg Am. 1957 Apr. 39-A(2):249-64;
passim. [Medline].

3.

Beutel BG. Monteggia fractures in pediatric


populations. Orthopedics. 2012 Feb. 35(2):138-44.[Medline].

4.

Chairuddin R. Bab 14 Trauma. Dalam: (Chairuddin R ed.) Pengantar Ilmu


Bedah Ortopedi. Jakarta: Yarsif Watampone.2009; P. 394-95, 418.

5.

Mikic Z. DJ. Galeazzi Fracture-Dislocations. Vol 57-A No 8. 1975.


P.1071-80.
[cited
06/04/2016];
Available
from:
http://jbjs.org/data/Journals/JBJS/546/1071.pdf.

6.

Ertl J. P. Galeazzi Fracture. Medscape Reference [cited 06/04/2016];


Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/1239331overview#aw2aab6b2b1aa.

7.

Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Injuries of the forearm and wrist. In:


(Solomon L, Warwick D, Nayagam S. eds.) Apleys System of Orthopaedics
and Fractures. Ninth Edition.UK: Hodder Arnold.2010; P.771-72.

8.

Koval K. J, Zuckerman J. D. Upper Extremity Fractures and Dislocations


Distal radius. In: (Koval K. J, Zuckerman J. D. eds) Handbook of Fractures.
Third Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins. 2006; P.222-25.

9.

Thompson J. C. Chapter 5 Forearm. In: (Thompson J. C. ed) Netters


Concise Orthopaedic Anatomy. Second Edition. Saunders. P.145.

10.

Swiontkowski, Marc F.; Stovitz, Steven D. (editors). Monteggia FractureDislocation of The Elbow Chapter 18. In: E-book Manual of Orthopaedics

and

adult

Anda mungkin juga menyukai