Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Analisis Jurnal Kebidanan Dalam Islam

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS JURNAL KEBIDANAN DALAM ISLAM

TUMBUH KEMBANG JANIN YANG BERKAITAN DENGAN AL-


QUR’AN

KELOMPOK C5

Oleh :

Arvina Devi Widhihastuti 1810104300

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH

YOGYAKARTA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan janin dalam kandungan merupakan hasil interaksi


antara potensi genetik dari ayah maupun ibu dan lingkungan intrauterin.
Pertumbuhan janin dipengaruhi oleh faktor-faktor selama kehamilan,
yaitu sakit berat, komplikasi kehamilan, kurang gizi, dan keadaan stress
pada ibu hamil (Soetjiningsih, 2012). Status gizi ibu pada kehamilan
berpengaruh pada status gizi janin. Asupan makanan ibu dapat masuk ke
janin melalui tali pusat yang terhubung kepada tubuh ibu. Kondisi
terpenuhinya kebutuhan zat gizi janin terkait dengan perhatian asupan
gizi dari makanan yang adekuat agar tumbuh kembang janin berlangsung
optimal (Indreswari et al., 2008).

Islam memandang manusia otentik (manusia sebagai pribadi atau


Aku) dan historisitasnya didasarkan pada keberadaan Aku dalam
kerangka struktur ruang dan waktu di dunia. Manusia dalam ruang dan
waktu di dunia akan tunduk pada kausalitas atau hukum alam. Manusia
pada dasarnya mempunyai banyak sifat yang serupa dengan makhluk
hidup lainnya. Namun, ada seperangkat perbedaan antara manusia dengan
jenis binatang lainnya, yang menjadikan manusia mempunyai ciri
tersendiri dan tidak dapat disamai dengan makluk hidup lainnya karena
berbagai macam anugerah keunggulan pada diri manusia. Para ahli
antropologi dan biologi yang mendasarkan pandangannya pada teori
evolusi cenderung beranggapan bahwa manusia termasuk ordo
primat,yaitu jenis hewan yang hidup di pohon. Manusialah satu-satunya
dari ordo ini yang hidup di tanah.

Berdasarkan teori evolusi ini, jelas manusia berasal dari jenis makhluk
yang lebih rendah, yaitu hewan. Manusia merupakan hasil evolusi organik,
hasil perkembangan organisme yang paling sederhana sampai kepada
hewan tingkat tinggi, bangsa anthroponide (primate, simpanse) dan
akhirnya jenis manusia. Dalam al-Qur‟an, konsep evolusi tidaklah
berhubungan dengan studi antropologis yang didasarkan atas penemuan
Paleontologis. Tetapi, kerangka evolusi tersebut berkaitan erat dengan
embriologi. Evolusi embrionik dalam konsepsi al-Qur‟an merujuk pada
tahapan-tahapan Aku yang hadir dalam susunan ruang dan waktu dan
terakumulasi dalam kejadian manusia dari satu sel menjadi wujud “ide”
manusia.

Dalam hubungannya dengan ilmu dan teknologi ini, bagaimana al-


Qur’an maupun al-Hadis berbicara tentang perkembangan janin dalam
rahim?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kehamilan

1. Pengertian

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin


intrauterinmulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan
persalinan (Manuaba,1998). Masa kehamilan di mulai dari konsepsi
sampai lahirnya janin.

Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9


bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir. (Sarwono, 2002).
Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan
keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh
di dalam rahim ibu, dan selanjutnya dapat dijelaskan tingkat
pertumbuhan dan besarnya janin sesuai usia kehamilan, pada setiap
dilakukan pemeriksaan kahamilan (Muhimah dan Safe’I, 2010).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah


peristiwa yang dimulai dari konsepsi (pembuahan) dan berakhir dengan
permulaan persalinan.

2. Etiologi

Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek berikut, yaitu :


a. Ovum
Ovum adalah suatu sel dengan diameter + 0,1 mm yang terdiri
dari suatu nukleus yang terapung-apung dalam vitelus dilingkari oleh
zona pellusida oleh kromosom radiata.
b. Spermatozoa
Berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala berbentuk
lonjongagak gepeng berisi inti, leher yang menghubungkan kepala
denganbagian tengah dan ekor yang dapat bergerak sehingga sperma
dapatbergerak cepat.
c. Konsepsi
Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di
tuba fallopii.
d. Nidasi
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium.
e. Plasentasi
Plasentasi adalah alat yang sangat penting bagi janin yang
berguna untuk pertukarann zat antara ibu dan anaknya dan sebaliknya.
(Mochtar, 1998).
Tanda-tanda mungkin hamil
1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil
2) Pada pemeriksaan dalam dijumpai :
a) Tanda hegar
Uterus segmen bawah lebih lunak dari pada bagian yang lain.
b) Tanda piscasek
Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke
jurusan pembesaran perut.
c) Tanda Chadwick
Perubahan warna pada servix dan vagina menjadi kebirubiruan.
d) Tanda braxton-hicks
Uterus mudah berkontraksi jika dirangsang.
e) Teraba ballottement
3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif.
Sebagian kemungkinan positif palsu (Manuaba, 1998).
Tanda-tanda Pasti
1) Terdengar Denyut Jantung Janin.
2) Terasa pergerakan janin dalam rahim
3) Pemeriksaan ultrasonografi
a) Terdapat kantong hamil, hamil 4 minggu
b) Terdapat fetal plate, hamil 4 minggu
c) Terdapat kerangka janin, hamil 12 minggu
f. Terdapat denyut jantung janin, hamil 6 minggu.
B. Pengertian perkembangan janin
Perkembangan dalam pengertian sempit biasa disebut sebagai proses
pematangan fungsi-fungsi yang non fisik.1 Elizabeth B. Hurlock dalam
bukunya Psikologi Perkembangan, mengungkapkan bahwa istilah
perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai
akibat dari proses pematangan dan pengalaman.2 Seperti yang dikatakan Van
Den Daille, perkembangan berarti perubahan secara kualitatif.3 Ini berarti
bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa centimeter pada
badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang, melainkan suatu
proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks.
Menurut Dr. Kartini Kartono dalam bukunya Psikologi
Perkembangan, perkembangan diartikan sebagai psiko-fisik sebagai hasil dari
proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak, ditunjang oleh
factor-faktor lingkungan dan proses belajar dalam passage waktu tertentu
menuju kedewasaan. Perkembangan dapat diartikan pula sebagai proses
transmisi dari konstitusi psiko-fisik yang hereditter dirangsang oleh
aktorfaktor lingkungan yang menguntungkan dalam perwujudan proses aktif
menjadi kontinu.4
Perkembangan menurut Muhibin Syah, merupakan rentetan perubahan
jasmani dan rohani (psiko-psikis) manusia yang menuju kearah yang lebih
sempurna.Pengertian janin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bakal
bayi.6 yang masih dalam kandungan ibu. Yang penulis maksudkan adalah
dimulainya dari pertemuan sel sperma dan dari orang tua laki-laki dan sel
ovum dari orang-tua perempuan dari tahap zigot, embrio hingga fetus.
Perkembangan janin dalam kandungan dapat diartikan sebagai segala
fenomena atau gejala perkembangan janin dalam kandungan sebagai akibat
dari atau produk dari kerjasama dan pengaruh timbal balik antara potensialitas
herediter (warisan sejak lahir), sifat bawaan dari kedua orang tua yang
terdapat dalam gen (pembawa sifat keturunan) dengan faktor-faktor
lingkungan.

C. Perkembangan janin menurut Al-Qur’an


1. Tahapan Evolusi Manusia dalam Rahim

Dalam konteks ini, istilah evolusi tersebut dipergunakan dalam


rangkaian merujuk pada perkembangan embrionik manusia secara definitif.
Kompetisi hidup, seleksi kehidupan merupakan campur tangan Tuhan dalam
memusnahkan suatu populasi untuk regenerasi, sebagai jalan membentuk
populasi baru lainnya. Dalam al-Qur‟an, refleksi kejadian manusia disebut
berulang-ulang dalam beberapa ayat, mulai dari tanah, air, sampai menjadi
manusia sebagai suatu perwujudan evolusi penciptaan manusia. Dalam hal
ini, Allah berfirman mengenai evolusi embrio manusia yang hadir dalam
susunan ruang dan waktu sebagaimana dalam

QS. al-Ha{ jj [22]: 5, yang berbunyi:‫ث ِمنَ َريب فِي كنتم إِن النَّاس أَيُّهَا يَا‬ ِ ‫فَ ِإنَّا البَع‬
‫علَقَة ِمن ث َّم نطفَة ِمن ث َّم ت َراب ِمن َخلَق َناكم‬ َ ‫غي ِر م َخلَّقَة مضغَة ِمن ث َّم‬ َ ‫َون ِق ُّر ۚ َلكم ِلنبَ ِينَ م َخلَّقَة َو‬
ِ ‫س ًّمى أَجَل ِإ َلى نَشَاء َما اْلَرح‬
‫َام ِفي‬ َ ‫َو ِمنكم يت َ َو َّفى َمن َو ِمنكم ۖ أَشدَّكم ِلتَبلغوا ث َّم ِطف ًل نخ ِرجكم ث َّم م‬
‫ام َدةً اْلَرضَ َوتَ َرى ۚ شَيئًا ِعلم بَع ِد ِمن يَعلَ َم ِلكَي َل العم ِر أَرذَ ِل ِإ َلى ي َر ُّد َمن‬
ِ ‫علَيهَا أَن َزلنَا َف ِإذَا َه‬
َ ‫ال َما َء‬
‫بَ ِهيج َزوج ك ِل ِمن َوأَنبَتَت َو َربَت اهت َ َّزت‬

Yang artinya “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang


kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) bahwasannya Kami telah
menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan
Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki, sampai waktu yang
telah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sampai pada kedewasaan,
dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan ada yang dipanjangkan
umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang
dahulunya telah diketahuinya.”
Statement Allah di atas menunjukkan suatu evolusi secara lengkap
tentang kejadian manusia sampai kematiannya. Al-Qur‟an menjelaskan
kejadian manusia pertama kali merujuk pada tanah (tu} râb). Kata “tanah”
sebagai awal kejadian manusia dipakai dengan istilah yang berbeda dengan
bahasa Qur‟annya. Kata “tanah” disebut sebagai ard} yang dipakai pula dalam
QS. Hûd [11]: 61; Huw ansha‟akum min al-ard} (Dia telah menciptakan
kamu dari bumi (tanah).

Dalam perkembangannya, sebelum menjadi bayi yang dilahirkan,


seseorang melalui berbagai fase tahapan di dalam kandungan sang ibu.
Adapun fase tahapan yang dilalui masingmasing orang adalah sebagai
berikut:

1. Fase Pertama Nutfah Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa nutfah


adalah sperma laki-laki sendiri yang memancar ke dalam rahim
perempuan, karena Allah telah menjelaskan dalam firmannya bahwa Dia
menciptakan manusia dari air yang memancar: “Maka hendaklah
manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari
air yang dipancarkan,” QS al-Tariq [86]: 5-6. Pancaran tersebut hanya
berasal dari laki-laki. Pendapat jumhur (kesepakatan para ulama)
mengatakan bahwa nutfah adalah sperma laki-laki dan indung telur
perempuan secara bersamaan. Pendapat ini didukung oleh firman Allah
setelah dua ayat di atas: “yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki
dan tulang dada perempuan.” QS al-Tariq [86]: 7 Maksudnya adalah
tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan. Selain itu pendapat
jumhur itu juga didukung oleh Hadis Nabi saw : Beliau menjawab, 'Air
mani seorang lelaki berwarna putih dan air mani seorang wanita
berwarna kuning, jika keduanya menyatu lalu air mani si lelaki lebih
dominan atas air mani wanita maka janin itu akan berkelamin lakilaki
dengan izin Allah.3 Dengan demikian maka yang dimaksud dengan
nutfah adalah sperma laki-laki dan indung telur perempuan apabila
bersatu di dalam rahim perempuan , dan itulah fase pertama janin.

2. Fase Kedua ‘Alaqah Al-Qurtubi menafsirkan firman Allah surat al-‘Alaq:


“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” QS al-‘Alaq
[96]:2 Maksudnya; Allah menciptakan dari darah, bentuk jama’ dari
‘alaqah, yang berarti darah yang menggumpal. Apabila darah mengalir,
maka disebut masfuh. Al-Qurtubi juga mengatakan bahwa firman Allah
‘Dari segumpal darah’ menggunakan bentuk jama’ karena yang
dimaksud dengan manusia adalah gabungan. Mereka semua diciptakan
dari ‘alaq setelah fase nutfah. ‘Alaq adalah darah yang lembab, disebut
demikian karena ia mengait (‘allaqa) apa yang dilewatinya karena ia
basah. Jika kering ia tidak disebut ‘alaqah. Allah secara khusus menyebut
manusia sebagai penghormatan baginya. Satu pendapat mengatakan
bahwa Allah ingin menjelaskan kebesaran nikmat-Nya pada manusia,
yang menciptakannya dari segumpal darah yang hina, kemudian
menjadikannya manusia sempurna dan berakal yang mampu
membedakan antara baik dan buruk.5 Dari ucapan al-Qurtubi itu dapat
disimpulkan bahwa ‘alaqah adalah segumpal darah yang membeku yang
tercipta dari campuran sperma laki-laki dan indung telur perempuan.

3. Fase Ketiga: Mudhghah Mudhghah berarti seukuran kunyahan.


Sedangkan yang dimaksud mudhghah dalam fase janin adalah sepotong
daging yang seukuran kunyahan, yang terbentuk dari ‘alaqah. Al-Razi
menafsirkan firman Allah, “Lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging … .” Maksudnya, Kami menjadikan darah yang
menggumpal itu mudhghah, yaitu sepotong daging seolah-olah
ukurannya sebesar kunyahan. Seperti kata ghurfah yang berarti seukuran
gayung. Perubahan ini disebut dengan kata khalaq (menciptakan), karena
Allah menghilangkan sifat-sifat sementara padanya kemudian
menciptakan sifatsifat sementara lainnya, sehingga penciptaan sifat-sifat
ini disebut khalaqa, dan seolah-olah Allah menciptakan organ tambahan
padanya.

Tiga fase kehamilan ini masing-masing memakan waktu empat puluh


hari sebelum beralih ke fase selanjutnya. Apabila janin telah mencapai masa
seratus dua puluh hari, maka ditiupkanlah kepadanya ruh dan menjadi ciptaan
yang baru.
BAB III

ANALISIS JURNAL PERKEMBANGAN JANIN MENURUT AL-


QUR’AN

Dalam al-Qur‟an, refleksi kejadian manusia disebut berulang-ulang


dalam beberapa ayat, mulai dari tanah, air, sampai menjadi manusia sebagai
suatu perwujudan evolusi penciptaan manusia. Dalam hal ini, Allah
berfirman mengenai evolusi embrio manusia yang hadir dalam susunan
ruang dan waktu sebagaimana dalam

QS. al-Ha{ jj [22]: 5, yang berbunyi:‫ث ِمنَ َريب فِي كنتم إِن النَّاس أَيُّهَا يَا‬ ِ ‫فَ ِإنَّا البَع‬
‫علَقَة ِمن ث َّم نطفَة ِمن ث َّم ت َراب ِمن َخلَق َناكم‬ َ ‫َون ِق ُّر ۚ َلكم ِلنبَيِنَ م َخلَّقَة َو‬
َ ‫غي ِر م َخلَّقَة مضغَة ِمن ث َّم‬
‫َام فِي‬ِ ‫س ًّمى أَجَل إِ َلى نَشَاء َما اْلَرح‬ َ ‫َو ِمنكم يت َ َوفَّى َمن َو ِمنكم ۖ أَشدَّكم ِلتَبلغوا ث َّم ِطف ًل نخ ِرجكم ث َّم م‬
‫ام َدةً اْلَرضَ َوتَ َرى ۚ شَيئًا ِعلم بَع ِد ِمن يَعلَ َم ِلكَي َل العم ِر أَرذَ ِل ِإ َلى ي َر ُّد َمن‬
ِ ‫علَيهَا أَن َزلنَا َف ِإذَا َه‬
َ ‫ال َما َء‬
‫َب ِهيج َزوج ك ِل ِمن َوأَن َبتَت َو َر َبت اهت َ َّزت‬

Yang artinya “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang


kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) bahwasannya Kami telah
menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan
Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki, sampai waktu yang
telah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sampai pada kedewasaan,
dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan ada yang dipanjangkan
umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang
dahulunya telah diketahuinya.”
Statement Allah di atas menunjukkan suatu evolusi secara lengkap
tentang kejadian manusia sampai kematiannya. Al-Qur‟an menjelaskan
kejadian manusia pertama kali merujuk pada tanah (tu} râb). Kata “tanah”
sebagai awal kejadian manusia dipakai dengan istilah yang berbeda dengan
bahasa Qur‟annya. Kata “tanah” disebut sebagai ard} yang dipakai pula dalam
QS. Hûd [11]: 61; Huw ansha‟akum min al-ard} (Dia telah menciptakan
kamu dari bumi (tanah).

Berdasarkan pendapat di atas, menurut Maurice Bucaille, kata “sesuatu


yang bergantung” merupakan terjemahan yang lebih tepat dari kata „alaq.
Sementara kata “segumpal darah” yang selama ini menjadi terjemahan dari
kata „alaq merupakan suatu kekeliruan dan perlu dikoreksi. Penerjemahan
dengan “sesuatu yang bergantung” relevan dengan sains modern. Karena,
menurut pengetahuan sains modern proses kejadian manusia tidak pernah
melewati proses “segumpal darah”. Berdasarkan hal tersebut, proses setelah
pembuahan, nampak seperti daging yang digulung-gulung atau dalam bahasa
al-Qur‟an dikenal dengan mud } ghah. “Sesuatu yang bergantung” sebagai
terjemahan dari „alaq berproses sebelum terbentuknya daging ini, sel-sel yang
telah dibuahi disebut zygote. Pada tahap zygote ini, sel-sel yang telah dibuahi
disebut zygote.

Istilah yarqat pada tahap „alaqah ini juga merupakan sebagai “sesuatu
yang bergantung atau melekat” pada dinding rahim, sebagaimana dikatakan
Munawar Ahmad Anees, yaitu: Zigote (sel hasil pembuahan), Pen.)
mengalami serangkaian pembagian sel mitosis (pembelahan sel tubuh yang
berlipat ganda, pen.) dan terus bergerak maju menuju rahim. Dalam tiga hari
setelah pembuahan pembagian sel yang cepat menghasilkan suatu masa yang
padat dan berbentuk bola yang dinamakan morolla. Dalam dua hari
berikutnya, ia membentuk suatu ronggo yang terisi cairan dan dinamakan
Blastulla. Dalam waktu satu minggu setelah pembuahan, enzim yang
dikeluarkan oleh Blastulla membantunya bersembunyi kedalam
endomteiumlapisan rahim. Pada akhirnya ia mencapai pembuluh darah utama
dan menempelkan diri rapat-rapat ke dinding rahim (menjadi sesuatu yang
bergantung atau melekat), pada tahap ini sudah dapat disebut Embrio.

Setelah pembuahan, sel-sel tersebut berlipat ganda dengan membelah diri


menjadi berjuta-juta sel dengan teratur dan berkesinambungan. Pembelahan
sel yang sangat banyak menjadi suatu kesatuan yang padat, sehingga sel-sel
tersebut dapat menyerupai sepotong daging dalam masa pertumbuhannya.
Sepotong daging tersebut dinamakan mud } ghah atau lah } m. Kedua istilah
tersebut dapat dilihat perbedaannya setelah diteliti dengan sains modern,
khususnya embriologi.

Dalam al-Qur‟an kata mud } ghah atau lah } m dipakai dalam konteks
yang berbeda sehingga mempunyai makna yang berbeda pula. Allah
berfirman dalam QS. al-Mu‟minûn [23]: 14; Thumm khalaqnâ alnut } fah
„alaqah fa khalaqnâ al-„alaqah mud } ghah fa khalaqnâ al-mud } ghah „iz }
âm fa kasawnâ al-„iz } âm lah } m (Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah (sesuatu yang bergantung), lalu segumpal darah (sesuatu
yang bergantung) itu Kami jadikan mud } ghah (segumpal daging) dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging (lah } m).

Dua tipe daging itu diberi nama yang berbeda dalam al-Qur‟an. Maurice
Bucaille memberikan terjemahan yang berbeda dalam pembahasan ini.
Pertama, mud } ghah bukan berarti “segumpal daging”. Tetapi mud } ghah
terjemahan yang tepat adalah “daging yang digulunggulung”. Kedua, kata lah
} m berarti daging yang utuh. Perbedaan dua kata tersebut sangat perlu
digarisbawahi. Embrio pada permulaannya merupakan daging yang digulung-
gulung. Sistem tulang berkembang pada daging yang digulung-gulung.
Tulang yang sudah terbentuk dibungkus dengan otot-otot.
BAB IV

REKOMENDASI

Al-Qur‟an ternyata sudah sangat jelas dan rinci berbicara mengenai proses
penciptaan manusia. Oleh sebab itu, kiranya tidak berlebihan jika al-Qur‟an
dapat dijadikan sebagai referensi yang tepat untuk menggali informasi tentang
reproduksi dan proses penciptaan manusia. Berdasarkan keterangan al-Qur‟an
tersebut, di dapat sebuah informasi bahwa dalam proses reproduksi manusia ada
beberapa tahapan yang sederhananya dapat disebut dengan evolusi embrionik.
Merujuk pada keterangan beberapa intelektual yang concern terhadap penelitian
tentang penciptaan manusia dinyatakan bahwa evolusi embrionik memiliki sisi
analogilitas dengan teori evolusi Darwin. Evolusi embrionik merupakan konsep
evolusi Darwin yang berlangsung di dalam rahim, bukan di alam semesta.

Selain itu, poin lain yang lebih penting dari ayat-ayat tentang proses
penciptaan manusia adalah status “Aku” pada manusia atau nafs dalam bahasa
al-Qur‟an. Selama ini “Aku” diartikan sebagai dualitas antara jasmani dan
rohani. Ada hal yang terlupakan dalam deskripsi tentang eksistensi manusia
tersebut, yaitu adanya ide kemanusiaan yang terdiri dari akal atau qalb. Sisi ini
untuk melengkapi dua ide sebelumnya, yaitu ide kealaman (tubuh) dan ide
ketuhanan (roh). Dengan demikian, manusia dapat dikatakan sebagai penyatuan
dari trinitas ide tersebut, dan itulah yang disebut dengan “Aku”.
DAFTAR PUSTAKA

Anees, Munawar Ah}mad. Islam dan Masa Depan Biologia Umat Manusia,
terj. Rahmani Astuti. Bandung: Mizan, 1991.

Alûsî (al), Mah}mûd b. „Abd Allâh al-H{usayn. Rûh} al-Ma„ânî fî Tafsîr al-
Qur‟ân al-„Az}îm wa al-Sab„ al-Mathânî. Beirut: Dâr Ih}yâ‟ al-Turâth al-

„Arabî, t.th.

Bucaille, Maurice. Bibel, Qur‟an, dan Sains Modern, terj. Rasyidi. Jakarta:
Bulan Bintang, 1979.

. Asal-usul Manusia menurut Bibel, al-Qur‟an, dan Sains, terj. Rahusai


Astuti. Bandung: Mizan, 1990.

Dahlar, Franz dan Chandra, Julius. Asal dan Tujuan Manusia: Teori Evolusi
yang Menggambarkan Dunia. Yogyakarta: Kanisius, 1991.

Departemen Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemahannya. Semarang: Toha Putra,


1998.

Ibn Kathîr, Ismâ„îl b. „Umar. Tafsîr al-Qur‟ân al-„Az}îm. t.tp: Dâr Ta} yyibah, 1999.

Iqbâl, Muha} mmad. “The Reconstruction of Religious Thought in Islam”, dalam


ISN Primary Resources in International Affairs (PRIA), 1930.
Mahmud, Musthafa. Rahasia Hidup dan Misteri Kematian. Bandung: Risalah,
1985.

Mutahhari, Murtadha. Perspektif al-Qur‟an tentang Manusia dan Agama, terj.

Tim Penerjemah Mizan. Bandung: Mizan, Bandung, 1984.

Nawfal, „Abd al-Razzâq. Allah dari Segi Ilmu Pengetahuan Modern,


terj.Halimuddin. Surabaya: Bina Ilmu, 1983.

Rais, Tarsan Hamim. “Aku Pernah Naik Kapal Nabi Nuh”, Makalah,
disampaikan pada Pekan Apresiasi Ilmu Fak. Ushuluddin IAIN Sunan
Ampel, Surabaya, 23 Desember 1988.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-


Qur‟an. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

T{âbarî (al), Muh}ammad b. Jarîr. Jâmi„ al-Bayân „an Ta‟wîl ay al-


Qur‟ân.Beirut: Dâr al-Fikr, 1984.

Anda mungkin juga menyukai