Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Teori Bermain Menurut para Ahli

Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

TEORI BERMAIN MENURUT PARA AHLI

Banyak ahli yang membahas bermain menurut riset dan pandangan mereka
Masing-masing. Para ahli sepakat, anak-anak perlu bermain agar mereka dapat
mencapai perkembangan yang optimal. Tanpa bermain, anak akan bermasalah
di
kemudian hari. Berikut ini, akan Anda baca pandangan singkat para ahli tentang
bermain. Sambil membaca, Anda catat poin-poin yang penting.

1.Herbert Spencer
Menurut Herbert Spencer (Catron & Allen, 1999) anak bermain karena
mereka punya energi berlebih. Energi ini mendorong mereka untuk
melakukan aktivitas sehingga mereka terbebas dari perasaan tertekan. Hal
ini berarti, tanpa bermain, anak akan mengalami masalah serius karena
energi mereka tidak tersalurkan.

2.Moritz Lazarus
Menurut Moritz Lazarus, anak bermain karena mereka memerlukan
penyegaran kembali atau mengembalikan energi yang habis digunakan
untuk kegiatan rutin sehari-hari. Hal ini mengandung pengertian bahwa
apabila tidak bermain anak akan menderita kelesuan akibat ketiadaan
penyegaran.

3.Erikson
Menurut Erikson (1963), bermain membantu anak mengembangkan rasa
harga diri. Alasannya adalah karena dengan bermain anak memperoleh
kemampuan untuk menguasai tubuh mereka, menguasai, dan memahami
benda-benda, serta belajar keterampilan sosial. Anak bermain karena
mereka berinteraksi guna belajar mengkreasikan pengetahuan. Bermain
merupakan cara dan jalan anak berpikir dan menyelesaikan masalah. Anak
bermain karena mereka membutuhkan pengalaman langsung dalam
interaksi sosial agar mereka memperoleh dasar kehidupan sosial.
4. Sigmund Freud
Sigmund Freud (1920) melihat bermain dari kaca mata psikoanalitis.
Dengan demikian, teorinya disebut teori bermain psikoanalisis.
Menurutnya, bermain bagi anak merupakan suatu mekanisme untuk
mengulang kembali peristiwa traumatik yang dialami sebelumnya sebagai
upaya untuk memperbaiki atau menguasai pengalaman tersebut demi
kepuasan anak. Dengan demikian, Freud melihat bermain sebagai sarana
melepaskan kenangan dan perasaan yang menyakitkan. Hal ini berarti anak
bermain karena mereka butuh melepaskan desakan emosi secara tepat
(Freud, 1958; Isenberg & Jalongo, 1993). Para mahasiswa juga perlu tahu
bahwa Freud lah yang mengembangkan teori perspektif psikoanalisis untuk
bermain. Gagasan Freud (1958) ini telah mempengaruhi perkembangan
terapi bermain, dan wilayah ini cukup diminati sebagai topic-topik
penelitian dewasa ini.

5.Froebel
Froebel terkenal dengan pendekatan dan ide-idenya yang berpusat pada
anak yang kita kenal sekarang sebagai bermain bebas. Froebel percaya
bahwa anak-anak membutuhkan pengalaman nyata dan aktif secara fisik. Di
sini lah terdapat kaitan antara bermain dan belajar. Lagu dan ritme
diperkenalkan dan menjadi stimulasi lanjutan. Froebel juga menunjukkan
pentingnya permainan outdoordan alat main natural yang diperoleh dari
lingkungan sekitar. Froebel lalu mendirikan Taman Kanak-kanak yang
kemudian banyak berpengaruh terhadap teori-teorinya di kemudian hari.

6.Tahukah Anda, bahwa Froebel mendirikan TK karena ada maksud tertentu,


bukan dimaksudkan sebagai sekolah untuk anak. Pada tahun 1837, di
Keilhau, Froebel membuka sebuah lembaga yang ia namakan, ”Sekolah
Latihan Psikologis bagi Anak-anak melalui Permainan dan Kegiatan”.
(Catatan: Kata “sekolah” sendiri tidak begitu disukai Froebel karena tersirat
kegiatan yang sistematis dan diatur secara ketat (Downs,1978). Froebel
ingin agar anak-anak tumbuh lebih leluasa, seperti tanaman bunga. Oleh
karena itu, saat Foebel bersama teman -temannya berjalan kaki di lembah
penuh bunga, ia berhenti sejenak,dan dengan mata berbinar-binar ia berseru,
“Wah, saya menemukannya! Die Kindergarten. Itulah nama yang sesuai! Taman
Kanak
-Kanak (Snider,1900). Sejak itu, Froebel mempropagandakan gagasan Taman
Kanak-kanaknya itu, mulai Dresden dan Leipzig.

7.Perlu juga Anda ketahui bahwa bermain menurut Froebel adalah “cara anak
untuk belajar” atau “anak belajar dengan berbuat.” Anak didik bukanlah
bejana pasif yang menerima begitu saja apa yang diberikan kepadanya,
melainkan ikut ambil bagian dalam pendidikannya. Peran itu tampak dalam
beberapa hal, antara lain (a) bermain, (b) bernyanyi, (c) menggambar, dan
(d) memelihara tanaman atau binatang kecil. Dengan demikian, bermain
menjadi metode andalan di Taman Kanak-kanak.

8. Lev Vygotsky
Bermain, menurut Vygotsky (1969), merupakan sumber perkembangan
anak, terutama untuk aspek berpikir. Menurut Vygotsky, anak tidak serta
merta menguasai pengetahuan karena faktor kematangan, tetapi lebih
karena adanya interaksi aktif dengan lingkungannya. Bermain, dalam
perspektif ini, menyediakan ruang bagi anak untuk mengonstruksi
pengetahuan melalui interaksi aktif dengan berbagai aspek yang terlibat,
seperti peran dan fungsi. Anak adalah individu aktif, yang di dalam proses
bermain melibatkan diri untuk membangun konsep-konsep yang dibutuhkan,
seperti memahami bentuk benda, fungsi benda, karakteristik benda. Anak juga
membangun konsep-konsep abstrak,seperti aturan-aturan, nilai-nilai tertentu, dan
kultur.

Anda mungkin juga menyukai