Propaganda Politik Sebagai Bagian Dari Komunikasi Politik
Propaganda Politik Sebagai Bagian Dari Komunikasi Politik
Propaganda Politik Sebagai Bagian Dari Komunikasi Politik
Politik
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Propagandis mencoba untuk mengarahkan opini publik untuk mengubah tindakan dan
harapan dari target individu. Yang membedakan propaganda dari bentuk-bentuk lain dari
rekomendasi adalah kemauan dari propagandis untuk membentuk pengetahuan dari orang-
orang dengan cara apapun yang pengalihan atau kebingungan. Propaganda adalah senjata
yang ampuh untuk merendahkan musuh dan menghasut kebencian terhadap kelompok
tertentu, mengendalikan representasi bahwa itu adalah pendapat dimanipulasi. Metode
propaganda termasuk kegagalan untuk tuduhan palsu.
Propaganda dapat digolongkan menurut sumbernya:
1. Propaganda putih, berasal dari sumber yang dapat diidentifikasi secara terbuka.
2. Propaganda hitam, berasal dari sumber yang dianggap ramah akan tetapi sebenar - benarnya
bermusuhan.
3. Propaganda abu-abu, berasal dari sumber yang dianggap netral tapi sebenarnya bermusuhan.
Propaganda telah berkembang dalam perang psikologis di mana
propaganda menemukan ekstensinya.
1. propaganda politik yaitu melibatkan usaha pemerintah, partai atau golongan untuk
pencapaian tujuan strategis dan taktis.
2. propaganda sosiologi yaitu melakukan perembesan budaya kemudian masuk ke dalam lembaga - lembaga
ekonomi, sosial dan politik.
Ada beberapa hal pokok yang biasa dilakukan dalam propaganda. Dalam bukunya
Dan Nimmo mengulas ada 7 teknik propaganda penting yang memanfaatkan kombinasi kata,
tindakan dan logika untuk tujuan persuasif sebagai berikut :
1. Name calling, memberi label buruk kepada gagasan, orang, objek atau tujuan agarorang
menolak sesuatu tanpa menguji kenyataannya. Misalnya menuduh lawan pemilihan sebagai
penjahat.
2. Glittering generalities, menggunakan kata yang baik untuk melukiskan sesuatu agar
mendapat dukungan, lagi-lagi tanpa menyelidiki ketepatan asosiasi itu. Misal AS menyebut
operasi mereka ke Afghanistan beberapa waktu lalu sebagai Operasi Keadilan Tak Terhingga,
dengan misi Hukum Tanpa Batas begitu juga saat merencanakan serangan ke Irak, AS
menyebutnya sebagai misi kemanusiaan untuk membebaskan manusia dari teror senjata
pemusnah massal.
3. Transfer, yakni mengidentifikasi suatu maksud dengan lambang otoritas, misalnya Pilih
Kembali Mega di Pemilu 2004.
4. Testimonial, memperoleh ucapan orang yang dihormati atau dibenci untuk mempromosikan
atau meremehkan suatu maksud. Kita mengenalnya dalam dukunganpolitik oleh surat kabar,
tokoh terkenal dan lain-lain.
5. Plain folks, imbauan yang mengatakan bahwa pembicara berpihak kepada khalayaknya
dalam usaha bersama yang kolaboratif. Misalnya, “saya salah seorang dari anda, hanya rakyat
biasa”.
6. Card stacking, memilih dengan teliti pernyataan yang akurat dan tidak akurat, logis dan tak
logis dan sebagainya untuk membangun suatu kasus. Misalnya kata-kata pembunuhan
terhadap pemimpin kita, benar-benar menunjukan penghinaan terhadap partai kita.
7. Bandwagon, usaha untuk meyakinkan khalayak akan kepopuleran dan kebenaran tujuan
sehingga setiap orang akan turut naik. Prinsip satu-kepada-banyak yang menjadi pegangan
propaganda, semakin menemukan momentumnya seiring dengan berkembangnya media
massa. Orde Baru misalnya, secara terus menerus memanfaatkan TVRI sebagai ideological
state aparatus. Dengan mengusung propaganda “pembangunan”, dalam waktu yang relatif
lama mampu bertahan melakukan korporasi terhadap hampir segenap lapisan masyarakat.
Dari berbagai model komunikasi yang sudah ada, di sini akan dibahas tiga model paling utama, serta
akan dibicarakan pendekatan yang mendasarinya dan bagaimana komunikasi dikonseptualisasikan dalam
perkembangannya.
Pertama, model komunikasi ini dikemukakan oleh Claude Shannon dan Warren Weaver pada tahun
1949 dalam buku The Mathematical of Communication. Mereka mendeskripsikan komunikasi sebagai proses
linear karena tertarik pada teknologi radio dan telepon dan ingin mengembangkan suatu model yang dapat
menjelaskan bagaimana informasi melewati berbagai saluran (channel). Hasilnya adalah konseptualisasi dari
komunikasi linear (linearcommunication model). Pendekatan ini terdiri atas beberapa elemen kuncisumber
(source), pesan (message) dan penerima (receiver). Model linear berasumsi bahwa seseorang
hanyalah pengirim atau penerima. Tentu saja hal ini merupakan pandangan yang sangat sempit terhadap
partisipan-partisipan dalam proses komunikasi.
Kedua, model interaksional dikembangkan oleh Wilbur Schramm pada tahun 1954 yang menekankan
pada proses komunikasi dua arah di antara para komunikator. Dengan kata lain, komunikasi berlangsung dua
arah dari pengirim dan kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan
bahwa komunikasi selalu berlangsung. Para peserta komunikasi menurut model interaksional adalah orang-
orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial, tepatnya melalui pengambilan peran
orang lain. Patut dicatat bahwa model ini menempatkan sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang
sederajat. Satu elemen yang penting bagi model interkasional adalah umpan balik (feedback), atau tanggapan
terhadap suatu pesan.
Ketiga, model komunikasi transaksional dikembangkan oleh Barnlund pada tahun 1970. Model ini
menggaris bawahi pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus-menerus dalam sebuah
episode komunikasi. Komunikasi bersifat transaksional adalah proses kooperatifpengirim dan penerima sama-
sama bertanggung jawab terhadap dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi. Model transaksional
berasumsi bahwa saat kita terus menerus mengirimkan dan menerima pesan, kita berurusan baik dengan
elemen verbal dan nonverbal.
dari pola pikir seseorang melalui kebiasaannya, sehingga semakin sama latar
efektif. Kedua, Ikatan kelompok atau group. Nilai-nilai yang dianut oleh suatu
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari paparan di atas dapat kita simpulkan beberapa hal penting yang dapat menjadi
bahan pembelajaran. Propaganda merupakan salah satu pendekatan dalam persuasi politik,
selain retorika dan periklanan. Secara sederhana propaganda didefinisikan sebagai
komunikasi yang digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptakan
partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-
individu, dipersatukan secara psikologis melalui manipulasi psikologis dan digabungkan di
dalam suatu organisasi.
Karena kaitannya dengan karakteristik propaganda sebagai transmisi pesan
satu - kepada - banyak, maka media massa menjadi medium pesan yang sangat efektif untuk
digunakan. Melalui upaya manipulasi psikologis, propaganda berupaya menyatukan khalayak
ke dalam suatu organisasi atau tujuan propagandis. Hanya saja, dalam perspektif teori agenda
setting, media massa dalam mengemas propaganda politik dipandang tidak seperkasa bullet
theory yang memandang khalayak sangat pasif. Namun demikian, media dipandang berperan
dalam menonjolkan pesan propaganda tertentu, untuk menjadi hal yang penting atau
dianggap penting oleh khalayak.
3.2 Saran
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi(pesan, ide, gagasan) dari
satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal
yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat
dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-
gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
Dalam makalah ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa betapa
pentingnya berkomunikasi dengan baik, agar orang yang mendengarkan kita berkomunikasi
dapat menerima pesan yang kita sampaikan, dan dapt berpartisipasi dalam pesan yang
disampaikan.