Uts Ekopolkom
Uts Ekopolkom
Uts Ekopolkom
NIM : L1B022129
2. Ideologi
Ideologi merupakan istilah yang lahir dari Bahasa Yunani, dari kata “eidos”
yang berarti ide, gagasan, tujuan, serta konsep/rancangan. Dan dari kata “logos” yang
berarti pemahaman, ajaran, ataupun ilmu. Dari penjelasan di atas, idologi
didefinisikan sebagai ajaran sebuah ilmu atau pemahaman tentang landasan/ide-ide
tertentu. Dalam makna lain, ideologi diartikan sebagai suatu pemahaman yang
dijadikan sebagai landasan/pemahaman tentang sesuatu dan itu bersifat tetap. Ideologi
memiliki nilai-nilai dan aturan tertentu yang menjadi pandangan/diyakini oleh
individu maupun kelompok. Manusia bertindak/menilai sesuatu berdasarkan apa yang
ia yakini, dengan begitu ideologi mempengaruhi bagaimana individu berpikir,
bertindak, dan mengatasi permasalahan hidupnya. Dari penjelasan di atas ideologi
dapat didefinisikan sebagai sekumpulan nilai yang diyakini oleh individu/kelompok
sebagai landasan untuk menjalani kehidupannya.
Propaganda Media
Secara umum propaganda media merupakan usaha sistematis untuk distribusi
informasi yang bertujuan mempengaruhi opini, sikap, atau perilaku masyarakat dalam
mendukung rencana atau kepentingan tertentu. Propaganda media seringkali
digunakan oleh instansi kepemerintahan, kelompok politik, organisasi, atau
perusahaan untuk menggiring opini supaya mendapatkan dukungan yang mendukung
rencana mereka.
Dari penjelasan di atas, dapat kita pahami bahwa ideologi sangat memiliki keterkaitan
dengan propaganda media. Oleh karena itu propaganda media tidak dapat dipisahkan
dengan ideologi yang diyakini/dipercayai.
Distribusi Media
Pesan yang sudah dirancang sedemikian rupa memerlukan media untuk
menyalurkan/menyampaikan pesan tersebut secara cepat dan luas. Media yang
digunakan dapat berupa media sosial, atau media cetak. Setiap media memiliki
karakteristik pengguna yang berbeda-beda. Oleh karena itu pemilihan media yang
sesuai dengan isi pesan yang sudah dirancang akan memberikan hasil yang lebih
maksimal.
Contoh : “Setelah tim sukses tiga kandidat sudah selesai menyusun isi pesan, maka
selanjutnya akan disalurkan melalui berbagai platform media sosial seperti facbook,
Instagram, twitter ataupun media cetak seperti baliho, spanduk, poster, stiker, dan
lain-lain”
Konsumsi media
Pesan yang sudah diframing dan disalurkan melalui media, akan diterima dan
dicerna oleh para pembaca. Para pembaca ini lah yang berperan sebagai target
audience sekaligus sebagai konsumen media. Audience akan terlebih dahulu
mencerna dan mengartikan pesan yang diterima sebelum akhirnya menentukan
tindakan/feedback.
Contoh : “Sarif sedang scroll reel Instagram dan menemukan konten yang berisi
tentang kejelekan/keburukan salah satu dari tiga kandidat calon kepala negara. Lalu
sarif langsung menerima mentah-mentah informasi tersebut”. Perilaku sarif tersebut
dapat dikatakan sebagai konsumsi media.
4. Struktur kepemilikan media sangat berpengaruh terhadap relasi kuasa media karena
beberapa hal antara lain :
a. kontrol narasi dan agenda
Pemilik media memiliki kekuatan untuk menentukan narasi yang disajikan dalam
berita dan program-program mereka. Dengan kontrol atas narasi, pemilik media
dapat memengaruhi persepsi publik tentang isu-isu tertentu dan mempromosikan
agenda mereka sendiri.
b. Pengaruh Politik dan Kepentingan Khusus
Struktur kepemilikan media sering kali mencerminkan kepentingan politik dan
ekonomi tertentu. Pemilik media yang memiliki hubungan dengan pemerintah
atau kepentingan bisnis tertentu dapat menggunakan media sebagai alat untuk
memperkuat kekuasaan dan memajukan agenda mereka.
c. Kontrol terhadap opini public
Melalui kontrol atas berbagai outlet media, pemilik media dapat memengaruhi
opini dan sikap publik terhadap topik tertentu. Dengan memilih dan mengemas
informasi secara selektif, pemilik media dapat membentuk persepsi publik yang
sesuai dengan kepentingan mereka.
d. Kontrol terhadap informasi
Pemilik media memiliki kekuatan untuk mengendalikan akses dan penyebaran
informasi. Dengan mengontrol aliran informasi, mereka dapat memilih untuk
menampilkan atau menyembunyikan informasi tertentu sesuai dengan
kepentingan mereka.
5. Bahasa dan wacana memiliki peran penting dalam menjaga kekuasaan penguasa
karena menjadi instrumen utama dalam membentuk pandangan, memengaruhi, dan
mengontrol pemikiran masyarakat. Penguasa sering memanfaatkan bahasa dan
wacana untuk membentuk cerita yang mendukung legitimasi dan kepentingan mereka.
Mereka bisa saja menggunakan bahasa yang menjelaskan pemerintahan mereka
sebagai sah, efektif, dan berkualitas tinggi, sambil mengabaikan atau menyalahkan
pihak lain atas masalah atau kegagalan.
Framing, yakni cara menyajikan isu dalam konteks tertentu, juga seringkali
digunakan oleh penguasa untuk memengaruhi persepsi publik dengan menyoroti
aspek-aspek tertentu dari suatu isu atau peristiwa, sementara mengesampingkan atau
mengurangi nilai aspek lainnya. Penguasa memiliki kendali atas akses terhadap
informasi dan wacana yang disebarkan kepada masyarakat melalui media dan institusi
lainnya. Mereka dapat memilih untuk membatasi akses atau menyensor informasi
yang dapat mengancam kekuasaan mereka, sementara mempromosikan atau
menampilkan informasi yang mendukung narasi yang mereka bangun.
Bahasa dan wacana juga berperan dalam membangun identitas dan persatuan
di antara pendukung penguasa. Dengan menggunakan kata-kata yang memicu emosi,
simbol-simbol, dan cerita yang menguatkan ikatan bersama, penguasa bisa
meningkatkan dukungan dan kesetiaan terhadap rezim mereka. Penguasa sering
menggunakan bahasa untuk mengecilkan atau mencemarkan reputasi lawan politik
atau oposisi. Mereka mungkin menggunakan kata-kata negatif atau stereotip untuk
meredam perlawanan atau kritik terhadap kebijakan atau tindakan mereka.
REFRENSI
Adila, I., & Prasetya, A. B. (2020). Ekonomi politik komunikasi: sebuah realitas industry
media di Indonesia. Universitas Brawijaya Press.