Makalah Landasan Kurikulum
Makalah Landasan Kurikulum
Makalah Landasan Kurikulum
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
TUJUAN
Melalui pemaparan topik ini mahasiswa diharapkan:
Setelah membaca makalah ini kita hendaknya dapat mengetahui apa-apa saja
landasan yang di buat dalam menetapkan sebuah kurikulum.
Mengidentifikasi beberapa landasan kurikulum yang harus dijadikan dasar
pijakan dalam mengembangkan kurikulum oleh berbagai pihak terkait,
seperti para pembuat kebijakan pendidikan, baik di tingkat pusat maupun
daerah dalam melakukan program perencanaan pendidikan maupun dalam
melakukan pembinaan.
Memiliki sikap yang positif bahwa setiap landasan pengembangan kurikulum
harus dijadikan dasar pertimbangan oleh para guru, kepala sekolah terutama
dalam mengembangkan isi maupun dalam melaksanakan proses
pembelajaran, sehingga program pendidikan/kurikulum yang diterapkan
memiliki nilai manfaat yang optimal bagi siswa, masyarakat, bangsa, dan
negara.
BAB II
LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
1. LANDASAN FILOSOFIS
1. Filsafat Pendidikan
Bidang telaahan filsafat pada awalnya mempersoalkan siapa manusia itu? Kajian
terhadap persoalan ini berupaya untuk menelusuri hakikat manusia, sehingga muncul
beberapa asumsi tentang manusia. Misalnya manusia adalah makhluk religius, makhluk
sosial, makhluk yang berbudaya, dan lain sebagainya. Dari beberapa telaahan tersebut filsafat
mencoba menelaah tentang tiga pokok persoalan, yaitu hakikat benar-salah (logika), hakikat
baik-buruk (etika), dan hakikat indah-jelek (estetika). Oleh karena itu maka ketiga pandangan
tersebut sangat dibutuhkan dalam pendidikan. Terutama dalam menentukan arah dan tujuan
pendidikan. Artinya ke mana pendidikan akan dibawa, terlebih dahulu harus ada kejelasan
pandangan hidup manusia atau tentang hidup dan eksistensinya..
Tujuan pendidikan nasional di Indonesia tentu saja bersumber pada pandangan dan
cara hidup manusia Indonesia, yakni Pancasila. Hal ini berarti bahwa pendidikan di Indonesia
harus membawa peserta didik agar menjadi manusia yang berPancasila. Dengan kata lain,
landasan dan arah yang ingin diwujudkan oleh pendidikan di Indonesia adalah yang sesuai
dengan kandungan falsafah Pancasila itu sendiri.
Sebagai implikasi dari nilai-nilai filsafat Pancasila yang dianut bangsa Indonesia,
dicerminkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional seperti terdapat dalam UU No.20
Tahun 2003, yaitu : Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadimanusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta
bertanggung jawab (Pasal 2 dan 3). Dalam rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut,
tersurat dan tersirat nilai-nilai yang terkandung dalam rumusan Pancasila.
Melalui rumusan tujuan pendidikan nasional di atas, sudah jelas tergambar bahwa peserta
didikyang ingin dihasilkan oleh sistem pendidikan kita antara lain adalah untuk melahirkan
manusia yang beriman, bertaqwa, berilmu dan beramal dalam kondisi yang serasi, selaras dan
seimbang. Di sinilah pentingnya filsafat sebagai pandangan hidup manusia dalam
hubunganya dengan pendidikan dan pembelajaran.
3. Manfaat Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa ke mana anak-anak melalui
pendidikan di sekolah? Sekolah adalah suatu lembaga yang didirikan untuk
mendidik anak-anak ke arah yang dicita-citakan oleh masyarakat, bangsa dan negara.
Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat yang dianut, kita
mendapat hamparan yang jelas tentang hasil yang harus dicapai.
Filsafat dan tujuan pendidikan memberi kesatuan yang bulat kepada segala usaha
pendidikan.
Tujuan pendidikan memungkinkan si penduduk menilai usahanya, hingga manakah
tujuan itu tercapai.
Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi kegiatan-lkegiatan
pendidikan.
Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan, karena
tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa, maka
tentu saja kurikulum yang dikembangkan juga akan mencerminkan falsafah/pandangan hidup
yang dianut oleh bangsa tersebut oleh karena itu terdapat hubungan yang sangat erat antara
kurikulum pendidikan di suatu negara dengan filsafat negara yang dianutnya. Sebagai contoh,
Indonesia pada masa penjajahan Belanda, kurikulum yang dianut pada masa itu sangat
berorientasi pada kepentingan politik Belanda. Demikian pula pada saat negara kita dijajah
Jepang, maka orientasi kurikulum berpindah yaitu disesuaikan dengan kepentingan dan
sistem nilai yang dianut oleh negara Matahari Terbit itu. Setelah Indonesia mencapai
kemerdekaannya, dan secara bulat dan utuh menggunakan pancasila sebagai dasar dan
falsafah dalam berbangsa dan bernegara, maka kurikulum pendidikan pun disesuaikan
dengan nilai-nilai pancasila itu sendiri.
Pengembangan kurikulum walaupun pada tahap awal sangat dipengaruhi oleh filsafat
dan ideologi negara, namun tidak berarti bahwa kurikulum bersifat statis, melainkan
senantiasa memerlukan pengembangan, pembaharuan dan penyempurnaan disesuaikan
dengan kebutuhan dan tuntutan dan perkembangan zaman yang senantiasa cepat berubah.
2.LANDASAN PSIKOLOGIS
Penerapan landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum, tiada lain agar upaya
pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan dari segi materi atau bahan yang harus
disampaikan, penyesuaian dari segi proses penyampaian atau pembelajarannya, dan
penyesuaian dari unsur-unsur upaya pendidikan lainnya.
Implikasi lain dari pengetahuan tentang anak terhadap proses pembelajaran (actual
curriculum) dapat diuraikan sebagai berikut :
Psikologi belajar merupakan suatu cabang bagaimana individu belajar. Belajar bisa
diartikan sebagai perubahan perilaku yang terjadi melalui pengalaman. Segala perubahan
perilaku baik yang berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotor dan terjadi karena
prosespengalaman dapat dikategorikan sebagai perilaku belajar. Perubahan-perubahan
perilaku yang terjadi secara insting atau terjadi karena kematangan, atau perilaku yang terjadi
secara kebetulan, tidak termasuk belajar. Mengetahui tentang psikologi/teori belajar
merupakan bekal bagi para guru dalam tugas pokoknya yaitu pembelajaran anak.
Psikologi atau teori belajar yang berkembang pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam
tiga rumpun, yaitu : Teori Disiplin Mental atau Teori Daya (Faculty Theory), Behaviorisme,
dan Organismik atau kognitif Gestalt Field.
2. Teori Behaviorisme
Rumpun teori ini mencakup tiga teori, yaitu koneksionisme atau teori asosiasi, teori
kondisioning, dan teori reinforcement (operant conditioning). Behaviorisme berangkat dari
asumsi bahwa individu tidak membawa potensi sejak lahir. Perkembangan individu
ditentukan oleh lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat). Teori ini tidak mengakui sesuatu
yang sifatnya mental, perkembangan anak menyangkut hal-hal nyata yang dapat dilihat dan
diamati. Teori Asosiasi adalah teori yang awal dari rumpun Behaviorisme. Menurut teori ini
kehidupan tunduk kepada hokum stimulus-respon atau aksi-reaksi. Belajar merupakan upaya
untuk membentuk hubungan stimulus-respon sebanyak-banyaknya.
Landasan sosial budaya merupakan asumsi – asumsi yang bersumber dari sosiologi
dan antropologi yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Karakteristik
sosial budaya dimana peserta didik hidup berimplikasi pada program pendidikan yang akan
dikembangkan.
Kebudayaan bukan hanya berupa material belaka, melainkan juga berupa sikap
mental, cara berpikir dan kebiasaan hidup. Kebudayaan mencakup berbagai dimensi,
diantaranya keluarga, pendidikan, politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan rekreasi. Semua
dimensi tersebut hendaknya dipertimbangkan dalam proses pengembangan kurikulum
Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam pengembangan kurikulum dengan
pertimbangan :
1. Individu lahir tak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap, pengetahuan,
keterampilan, dan lain sebagainya.
2. Kurikulum dalam suatu masyarakat pada dasarnya merupakan refleksi dari cara
orang berpikir, berasa, bercita-cita, atau kebiasaan-kebiasaan.
3. Seluruh nilai yang telah disepakati masyarakat dapat pula disebut kebudayaan.
Kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, karsa manusia yang diwujudkan dalam tiga
gejala, yaitu:Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan lain-lain.Kegiatan,
yaitu tindakan berpola dari manusia dalam bermasyarakat.Benda hasil karya
manusia.
Masyarakat dan Kurikulum
Mayarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan mereka sendiri ke
dalam kelompok-kelompok berbeda. Kebudayaan hendaknya dibedakan dengan istilah
masyarakat yang mempunyai arti suatu kelompok individu yang terorganisir yang berpikir
tentang dirinya sebagai suatu yang berbeda dengan kelompok atau masyarakat lainnya. Tiap
masyarakat mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri, dengan demikian yang membedakan
masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya adalah kebudayaan. Hal ini mempunyai
implikasi bahwa apa yang menjadi keyakinan pemikiran seseorang, reaksi terhadap
perangsang sangat tergantung kepada kebudayaan di mana ia dibesarkan..
Perubahan sosial budaya dalam suatu masyarakat akan mengubah pula kebutuhan
masyarakat. Kebutuhan masyarakat juga dipenuhi oleh kondisi dari masyarakat itu sendiri.
Adanya perbedaan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya sebagian besar
disebabkan oleh kualitas individu-individu yang menjadi anggota masyarakat tersebut. Di sisi
lain kebutuhan masyarakat pada umumnya juga berpengaruh terhadap individu-individu
sebagai sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum yang hanya
berdasarkan pada keterampilan dasar saja tidak akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
modern yang bersifat teknologis dan mengglobal.
Pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan individu yang
mencakup keterkaitannya dengan lingkungan sosial setempat. Lingkungan sosial budaya
merupakan sumber daya yang mencakup kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan uraian di atas, sangatlah penting memperhatikan faktor kebutuhan masyarakat
dalam pengembangan kurikulum. Perkembangan masyarakat menuntut tersedianya proses
pendidikan yang relevan. Untuk terciptanya proses pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan masyarakat maka diperlukan rancangan berupa kurikulum yang landasan
pengembangannya memperhatikan faktor perkembangan masyarakat.
4. LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
a. Dampak Positif
a) Pembelajaran Jarak Jauh
Masyarakat Indonesia sudah banyak memanfaatkan produk teknologi dalam
pendidikan, seperti computer, internet, dan mesing hitung. Internet merupakan salah
satu bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat membantu
kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Dengan kemajuan teknologi,
proses pembelajaran tidak harus mempertemukan siswa dengan guru secara
langsung, tapi lewat internet misalnya, maka siswa sudah bisa mendapatkan materi
tanpa harus bertemu langsung dengan guru. Ini akan mempermudah penyampaian
materi serta kurikulum menjadi mudah dilaksanakan.
b) Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa dan
guru dalam proses pembelajaran. Dengan kemajuan teknologi terciptalah metode-
metode baru yang membuat siswa mampu memahami materi-materi. Misalnya saja
seperti penggunaan LCD dalam pembelajaran. Sebelum teknologi berkembang, guru
cenderung menggunakan metode ceramah yang terkadang membuat siswa merasa
bosan. Namun seiring dengan berkembangnya teknologi, maka diciptakan media-
media yang dapat membuat metode pembelajaran menjadi lebih menarik.
Penyampaian materi dengan metode ceramah, yang kemudian dibantu juga dengan
LCD, maka akan membuat siswa lebih memperhatikan materi pembelajaran dan
tidak merasa bosan.
c) Kita akan lebih cepat mendapatkan informasi-informasi yang akurat dan terbaru di
bumi bagian manapun melalui Internet. Internet dapat digunakan sebagai alat yang
efektif untuk memperoleh pengetahuan. Semua pengguna web dapat mencari
pengetahuan yang diinginkan di internet. Siswa dapat menggunakan internet untuk
mendapatkan semua informasi tambahan yang mereka butuhkan untuk meningkatkan
basis pengetahuan mereka.
d) Teknologi menawarkan media audio-visual yang interaktif pada proses
pembelajaran. Presentasi PowerPoint dan perangkat lunak animasi dapat digunakan
untuk memberikan informasi kepada siswa secara interaktif. Efek visual yang
diberikan membuat siswa lebih tertarik untuk belajar. Selain itu, software ini
berfungsi sebagai alat bantu visual untuk para guru dan memfasilitasi siswa untuk
melihat informasi secara lebih jelas. Media Interaktif telah terbukti bermanfaat dalam
meningkatkan tingkat konsentrasi siswa.
b. Dampak Negatif
a) Penyalahgunaan teknologi yang lainnya adalah pengetahuan untuk melakukan tindak
kriminal dan tidak dibenarkan. Seperti yang diketahui bahwa kemajuan di bidang
pendidikan juga mencetak generasi yang berpengetahuan tinggi tetapi mempunyai
moral yang rendah. Contonya dengan ilmu komputer yang tinggi, maka orang akan
berusaha menerobos sistem perbankan dan lain-lain.
b) Menurunnya motivasi dan prestasi belajar serta berkurangnya jumlah jam belajar
para remaja rela membolos saat jam sekolah demi bermain game di warnet-warnet
kesayangannya.
c) TV merupakan salah satu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
menampilkan informasi, hiburan, serta banyak hal-hal menarik lainnya. Namun, segi
negatif yang lain dari media TV untuk pendidikan anak adalah, kecenderungan anak
untuk mengadakan peniruan dan identifikasi. Kita mengetahui bahwa anak suka
meniru, dan pada masa tertentu, terutama pada awal masa pubertas ada masa anak
untuk beridentifikasi dengan tokoh-tokoh pujaan tertentu. Sering terjadi jika anak
sudah memuja seorang, apa saja yang dilakukan oleh tokoh tersebut selalu dianggap
baik. Padahal mungkin saja, tidak semua tingkah laku tokoh tersebut baik, apalagi
idolanya itu adalah tokoh dalam film-film Barat yang mungkin tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia.
Landasan ekonomi, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari factor ekonomi yang
menjadi sasaran belajar,yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
Landasan ekonomi dalam proses pengembangan kurikulum haruslah memperhatikan aspek
ekonomi masyarakat Indonesia pada umumnya, dan tidak memberikan tuntutan tugas yang
melebihi kemampuan masyarakat tersebut. Yang berkenaan dengan factor ekonomi dalam
sebuah kurikulum antara lain,
a. Pemberian tugas
tugas yang dibebankan pada peserta didik yang bersifat relevan dan dapat di
wujudkan tanpa memberatkan dari aspek ekonomi
b. Bahan ajar
bahan ajar bagi guru disusun dan disetting sedemikian rupa ( lengkap dari segi isi,
sesuai dengan kebutuhan siswa) dengan meminimalisir biaya produksi
c. Media
Penggunaan media yang dituntut dalam sebuah kurikulum harus sesui dengan
kebutuhan siswa, dan pengelolaan media tersebt dianggap tidak memberatkan bagi
semua pihak yang terkait didalamnya. Peranan ekonomi dalam dunia pendidikan
cukup menentukan tetapi bukan pemegang peranan utama. Dunia pendidikan adalah
lembaga yang berkewajiban mengembangkan individu manusia, sudah tentu
pendidikan itu tidak akan membawa peserta didik kearah hidup yang
membingungkan, menyusahkan, dan sengsara walaupun bisa mencari uang banyak.
Dana pendidikan di Indonesia sangat terbatas, oleh karena itu ada kewajiaban
lembaga pendidikan untuk memperbanyak Sumber-sumber dana pendidikan yang mungkin
bisa diperoleh di antaranya:
a. Dari pemerintah dalam bentuk proyek pembangunan, penelitian dan
sebagainya;
b. Kerjasama dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta maupun dunia
usaha. Kerja samanya dalam bidang penelitian, pengabdian pada masyarakat;
c. Membentuk pajak pendidikan. Program ini bisa dirancang bersama antara
lembaga pemerintah setempat dan masyarakat, dengan cara ini bukan saja
orang tua siswa yang membayar dana pendidikan tetapi semua masyarakat;
d. Usaha-usaha lainya.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan pendidikan tertentu ini
meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi
daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan
pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan
potensi yang ada di daerah.
Ansyar, Mohammad dan Nurtei. 1993. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Bandung :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan & Dirjen Dikti.
Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarata: PT Bumi Aksara.
Karyadi, Benny dan Ibrahim. 1996. Pengembangan Inovasi dan Kurikulum Modul 1 – 6.
Jakarta : Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudjana, Nana. 1996. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung : Sinar
Baru Algerindo.
Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan. 1996. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Universitas
Pendidikan Indonesia.