Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah Landasan Pengembangan Kurikulum

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

LANDASAN-LANDASAN
DALAM PENGEMBANGAN
KURIKULUM

DISUSUN
OLEH :

HERMAN SETIADI NIM. 8196122006


MARTHA ULINA GULTOM NIM. 8196122005

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Landasan-
Landasan Dalam Pengembangan Kurikulum”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen pengampu mata kuliah Prof. Dr. Abdul Hasan Saragih, M.Pd yang
telah membimbing dalam menulis makalah ini yang telah membantu dalam menulis
makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Medan, Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………. 2
C. Tujuan Pembahasan ……………………………………….. 2
D. Manfaat Pembahasan ……………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Pengembangan Kurikulum……………………….. 3
B. Landasan Pengembangan Kurikulum...…………………… 6
1. Landasan Filosofis......……….………………………… 6
2. Landasan Psikologis.....……….………………………… 7
3. Landasan Sosial Budaya.…….………………………… 10
4. Landasan IPTEK..........……….………………………… 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ……………………………………………… 14
B. Saran…. …………………………………………………. 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakikatnya pengembangan kurikulum itu merupakan usaha untuk
mencari bagaimana rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan untuk mencapai
tujuan tertentu dalam suatu lembaga. Pengembangan kurikulum diarahkan pada
pencapaian nilai-nilai umum, konsep-konsep, masalah dan keterampilan yang akan
menjadi isi kurikulum yang disusun dengan fokus pada nilai-nilai tadi.
Kurikulum sebagai sebuah rancangan pendidikan mempunyai kedudukan
yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat
pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan
kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa
menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.
Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para
penyusun kurikulum atau kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai
kurikulum ideal, akan tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan dasar
pertimbangan oleh para pelaksana kurikulum yaitu para pengawas pendidikan dan
para guru serta pihak-pihak lain yang terkait dengan tugas-tugas pengelolaan
pendidikan, sebagai bahan untuk dijadikan instrumen dalam melakukan pembinaan
terhadap implementasi kurikulum di setiap jenjang pendidikan. Penyusunan dan
pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Dibutuhkan
berbagai landasan yang kuat agar mampu dijadikan dasar pijakan dalam melakukan
proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga dapat memfasilitasi tercapainya
sasaran pendidikan dan pembelajaran secara lebih efektif dan efisien.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis menyusun suatu makalah
dengan judul “Landasan-Landasan dalam Pengembangan Kurikulum”.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut :
1. Apa prinsip pengembangan kurikulum?
2. Apa itu landasan filsafat?
3. Apa itu landasan psikologis?
4. Apa itu landasan sosial budaya?
5. Apa itu landasan IPTEK?

C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah:
1. Untuk memahami prinsip pengembangan kurikulum
2. Untuk memahami landasan filsafat
3. Untuk memahami landasan psikologis
4. Untuk memahami landasan sosial budaya
5. Untuk memahami landasan IPTEK

D. Manfaat Pembahasan
Sejalan dengan tujuan pembahasan, makalah ini diharapkan memberikan
manfaat kepada para pembaca sebagai bahan diskusi dan khususnya kepada
pemerintah atau institusi pendidikan dalam pengembangan kurikulum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Pengembangan Kurikulum


Audrey Nicholls dan Howard Nicholls, sebagaimana dipahami oleh Oemar
Hamalik, bahwa pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-
kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan-
perubahan yang diinginkan dan menilai sampai di mana perubahan dimaksud telah
terjadi pada diri siswa.
Menurut UU No.20 tahun 2003 Bab X tentang kurikulum, bahwa
pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Suatu kurikulum
diharapkan memberikan landasan, isi dan menjadi pedoman bagi pengembangan
kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntunan dan tantangan
perkembangan masyarakat.
Jadi, pengembangan kurikulum itu merupakan usaha untuk mencari
bagaimana rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu
dalam suatu lembaga. Pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian nilai-
nilai umum, konsep-konsep, masalah dan keterampilan yang akan menjadi isi
kurikulum yang disusun dengan fokus pada nilai-nilai tadi. Adapun selain
berpedoman pada landasan-landasan yang ada, pengembangan kurikulum juga
berpijak pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
1. Prinsip Relevansi
Kurikulum merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa siswa agar
dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta
membekali siswa baik dalam bidang pengetahuan, sikap maupun
keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Oleh sebab
itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disusun dalam kurikulum harus
relevan dengan kebutuhan masyarakat. Inilah yang disebut dengan prinsip
relevansi.

3
Ada dua macam relevansi, yaitu relevansi internal dan relevansi eksternal.
Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki
keserasian antara komponen-komponennya, yaitu keserasian antara tujuan
yang harus dicapai, isi, materi atau pengelaman belajar yang harus dimiliki
siswa, strategi atau metode yang digunakan serta alat penilaian untuk
melihat ketercapaian tujuan. Relevansi internal ini menunjukkan keutuhan
suatu kurikulum.
Relevansi eksternal berkaitan dengan keserasian antara tujuan, isi, dan
proses belajar siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan kebutuhan dan
tuntutan masyarakat. Ada tiga macam relevansi eksternal dalam
pengembangan kurikulum :
a. Relevan dengan lingkungan hidup peserta didik.
b. Relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun dengan
yang akan datang.
c. Relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan.

2. Prinsip Fleksibilitas
Apa yang diharapkan dalam kurikulum ideal kadang-kadang tidak sesuai
dengan kondisi kenyataan yang ada. Bisa saja ketidaksesuaian itu
ditunjukkan oleh kemampuan guru yang kurang, latar belakang, atau
kemampuan dasar siswa yang rendah atau mungkin sarana dan prasarana
yang ada di sekolah tidak memadai. Kurikulum harus bersifat lentur atau
fleksibel. Artinya, kurikulum itu harus bisa dilaksanakan sesuai dengan
kondisi yang ada. Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel akan sulit
diterapkan.
Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi, yaitu :
a. Fleksibel bagi guru, yang artinya kurikulum harus memberikan ruang
gerak guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai
dengan kondisi yang ada.
b. Fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan berbagai
kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.

4
3. Prinsip Kontinuitas
Prinsip mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan
berkesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis
program pendidikan. Dalam penyusunan materi pelajaran perlu dijaga agar
apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu materi pelajaran pada jenjang
yang lebih tinggi telah diberikan dan dikuasai oleh siswa pada waktu mereka
berada pada jenjang sebelumnya. Prinsip ini sangat penting bukan hanya
untuk menjaga agar tidak terjadi pengulangan-pengulangan materi pelajaran
yang memungkinkan program pengajaran tidak efektif dan efisien, akan
tetapi juga untuk keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran pada
jenjang pendidikan tertentu.

4. Efektifitas
Terdapat dua sisi efektifitas dalam suatu pengembangan kurikulum, yaitu :
a. Efektifitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan
tugas mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas.
b. Efektifitas kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar.

5. Efisiensi
Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu,
suara dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Kurikulum
dikatakan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana,
biaya yang minimal dan waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang
maksimal. Kurikulum harus dirancang untuk dapat digunakan dalam segala
keterbatasan.

6. Prinsip Khusus
Adapun prinsip khusus yang harus diperhatikan dalam mengembangkan
kurikulum, antara lain: prinsip keimanan, nilai dan budi pekerti luhur,
penguasaan integrasi nasional, keseimbangan etika, logika, estetika,
dan kinetika, kesamaan memperoleh kesempatan abad pengetahuan, dan

5
teknologi informasi,pengembangan keterampilan hidup berpusat pada anak
serta pendekatan menyeluruh dan kemitraan.

B. Landasan Pengembangan Kurikulum


Landasan adalah suatu gagasan atau kepercayaan yang menjadi sandaran,
suatu prinsip yang mendasari. Dengan demikian landasan pengembangan
kurikulum adalah suatu gagasan, suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran
atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum agar dapat berfungsi sesuai
dengan tuntutan pendidikan dalam Undang- Undang No 20 tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
1. Landasan Filosofis
Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti “cinta akan kebijakan” (love of
wisdom). Orang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti dan berbuat
secara bijak. Untuk dapat mengerti kebijakan dan berbuat secara bijak, ia harus tau
atau mengetahui. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses berfikir, yaitu
berfikir secara sistematis, logis, dan mendalam. Pemikiran demikian dalam filsafat
sering disebut sebagai pemikiran radikal atau berfikir sampai ke akar-akarnya.
Sebagai suatu landasan fundamental, filsafat memegang peranan penting
dalam proses pengembangan kurikulum. Ada empat fungsi filsafat dalam proses
pengembangan kurikulum, yaitu :
a. Filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan
b. Filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajaran yang harus diberikan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
c. Filsafat dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan
d. Filsafat dapat menentukan bagaimana tolok ukur keberhasilan proses
pendidikan.
Dalam arti luas, pendidikan dapat diartikan sebagai proses pengembangan
semua aspek kepribadian manusia, baik aspek pengetahuan, nilai dan sikap,
maupun keterampilan. Hummel (1977), mengemukakan ada tiga hal yang harus
diperhatikan dalam mengembangkan tujuan pendidikan, yaitu :

6
a. Autonomy, artinya memberikan kesadaran, pengetahuan dan
kemampuan yang prima kepada setiap individu dan kelompok untuk
dapat mandiri dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik.
b. Equity, artinya pendidikan harus dapat memberi kesempatan kepada
seluruh warga masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kebudayaan
dan ekonomi.
c. Survival, artinya pendidikan bukan saja harus dapat menjamin
terjadinya pewarisan dan memperkaya kebudayaan dari generasi ke
generasi akan tetapi juga harus memberikan pemahaman akan saling
ketergantungan antara manusia.
Pengembangan ketiga aspek itu diarahkan agar kehidupan manusia lebih
baik, lebih bermakna, bertanggung jawab, lebih bermartabat dan lebih beradab,
sehingga pada gilirannya setiap manusia terdidik dapat mempertahankan,
mengembangkan, bahkan kalo perlu dapat mengubah kebudayaan yang
dianggapnya tidak relevan dengan pandangan hidup atau nilai-nilai yang
dimilikinya.
Filsafat sebagai sistem nilai (value system) harus menjadi dasar dalam
menentukan tujuan pendidikan. Artinya, pandangan hidup atau sistem nilai yang
dianggap baik oleh suatu masyarakat akan tercermin dalam tujuan pendidikan yang
harus dicapai.

2. Landasan Psikologis
Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antar individu manusia, yaitu
antara peserta didik dengan pendidik dan juga antara peserta didik dengan orang-
orang yang lainnya. Manusia berbeda dengan mahkluk yang lainya, karena kondisi
psikologisnya. Manusia berbeda dengan benda atau tanaman, karena benda atau
tanaman tidak mempunyai aspek psikologis. Apa yang dimaksud dengan kondisi
psikologis itu? Kondisi psikologis merupakan karakteristik psiko-fisik seseorang
sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Kondisi psikologis tiap individu berbeda, karena perbedaan tahap
perkembangannya, latar belakang sosial-budaya, juga karena perbedaan faktor-

7
faktor yang dibawa dari kelahirannya. Kondisi ini pun berbeda pula bergantung
pada konteks, peranan, dan status individu diantara individu-individu lainnya.
Interaksi yang tercipta dalam situasi pendidikan harus sesuai dengan kondisi
psikologis para peserta didik maupun kondisi pendidiknya.
Peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses
perkembangan. Perkembangan atau kemajuan-kemajuan yang dialami anak
sebagian besar terjadi karena usaha belajar, baik berlangsung melalui proses
peniruan, pengingatan, pembiasan, pemahaman, penerapan, maupun pemecahan
masalah.
Jadi, minimal ada dua bidang psikologi yang mendasari perkembangan
kurikulum yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Keduanya sangat
diperlukan, baik di dalam merumuskan tujuan, memilih dan menyusun bahan ajar,
memilih dan menerapkan metode pembelajaran serta teknik-teknik penilaian.
a. Psikologi Perkembangan
Untuk memahami perkembangan siswa, salah satu teori yang banyak
digunakan adalah seperti yang dikemukakan oleh Piaget yang terkenal dengan teori
perkembangan kognitif. Menurut Piaget, kemampuan kognitif merupakan suatu
yang fundamental yang mengarahkan dan membimbing perilaku anak. Ada dua
konsep yang perlu diketahui untuk memahami teori perkembangan kognitif dari
Piaget, yaitu :
1. Konsep tentang fungsi
Fungsi merupakan mekanisme biologis bawaan yang sama untuk setiap
orang. Tujuannya adalah untuk menyusun struktur kognitif internal.
Melalui fungsi akan terjadi kecenderungan-kecenderungan biologis
untuk mengorganisasi pengetahuan ke dalam struktur kognisi dan untuk
beradaptasi kepada berbagai tantangan yang datang dari luar
(lingkungannya).
2. Konsep tentang Stuktur
Struktur merupakan seperangkat keterampilan, pola-pola kegiatan yang
fleksibel yang digunakan untuk memahami lingkungan. Piaget
berpendapat bahwa dalam memahami lingkungan itu anak bersifat aktif.

8
Artinya pengetahuan itu dibentuk dan diciptakan sendiri. Anak tidak
menerima pengetahuan secara pasif dari lingkungannya.
Tahapan-tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget terdiri dari 4 fase,
yaitu :
1. Sensorimotor yang berkembang dari mulai lahir sampai 2 tahun
2. Praoperasional, mulai dari 2 sampai 7 tahun
3. Operasional konkret, berkembang dari 7 sampai 11 tahun
4. Operasional formal, yang dimulai dari 11 sampai dengan 14 tahun ke atas.
Maka, untuk menentukan tujuan maupun isi kurikulum harus
mempertimbangkan taraf perkembangan anak. Tanpa pertimbangan psikologis
anak, maka dapat dipastikan kurikulum yang disusun tidak akan efektif.

b. Psikologi Belajar
Pengembangan kurikulum tidak akan terlepas dari teori belajar. Sebab, pada
dasarnya kurikulum disusun untuk membelajarkan siswa. Banyak teori yang
membahas tentang belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Namun
demikian, setiap teori itu berpangkal dari pandangan tentang hakikat manusia, yaitu
hakikat manusia menurut pandangan John Locke dan hakikat manusia Leibnitz.
Menurut John Locke, manusia itu merupakan organisme yang pasif. Dengan
teori tabularasa-nya, Locke menganggap bahwa manusia itu seperti kertas putih,
hendak ditulisi apa kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya. Dari
pandangan yang mendasar tentang hakikat manusia itu, memunculkan aliran belajar
behavioristik-elementeristik.
Berbeda dengan pandangan Locke, Leibnitz menganggap bahwa manusia
adalah organisme yang aktif. Manusia merupakan sumber dari pada semua
kegiatan. Pada hakikatnya manusia bebas untuk manusia bebas untuk membuat
suatu pilihan dalam setiap situasi. Titik pusat kebebasan ini adalah kesadarannya
sendiri. Menurut aliran ini tingkah laku manusia hanyalah ekspresi yang dapat
diamati sebagai akibat dari eksistensi internal yang pada hakikatnya bersifat
pribadi. Pandangan hakikat manusia menurut pandangan Leibnitz ini kemudian
melahirkan aliran belajar kognitif-wholistik.

9
Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan
asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan kecenderungan untuk
bertindak atau hubungan antara Stimulus dan Respons (S-R). Oleh karena itulah
teori ini juga dinamakan teori Stimulus-Respons. Dengan demikian, menurut aliran
behavioristik proses, belajar sangat tergantung pada adanya rangsangan atau
stimulus yang muncul dari luar diri atau yang kita kenal dengan faktor lingkungan.
Proses belajar dapat dipelajari dari kegiatan yang tampak yang dapat dilihat.
Berbeda dengan aliran behavioristik, pada aliran kognitif belajar adalah kegiatan
mental yang ada dalam diri setiap individu. Kegiatan mental itu memang tidak dapat
dilihat secara nyata, akan tetapi menurut aliran ini, justru sesuatu yang ada dalam
diri itulah yang menggerakkan seseorang mencapai perubahan tingkah laku.

3. Landasan Sosial Budaya


Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai
suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita
maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk
terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan
semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk
hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal
maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan
masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan
budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-manusia
yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui
pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan
masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus
disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan
yang ada di masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial
budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota
masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan

10
nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga
masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau
segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat
untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan
yang terjadi di sekitar masyarakat.
Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) mengemukakan bahwa
melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam
peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang.
Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya
mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial-
budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.

4. Landasan IPTEK
Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara
sistematis yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi
adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis
dalam kehidupan. Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan. Sejak abad
pertengahan ilmu pengetahuan telah berkembang dengan pesat. Perkembangan
ilmu pengetahuan pada masa kini banyak didasari oleh penemuan dan hasil
pemikiran para filsuf purba seperti Plato, Socrates, Aristoteles, John Dewey,
Archimides, dan lain-lain.
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dimiliki manusia
masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan
yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini
dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang.
Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak
dihasilkan temuan-temuan baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia seperti
kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik, dan kehidupan lainnya. Ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bukan menjadi monopoli suatu bangsa atau
kelompok tertentu. Baik secara langsung maupun tidak langsung perkembangan

11
ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut berpengaruh pula terhadap pendidikan.
Perkembangan teknologi industri mempunyai hubungan timbal-balik dengan
pendidikan. Industri dengan teknologi maju memproduksi berbagai macam alatalat
dan bahan yang secara langsung atau tidak langsung dibutuhkan dalam pendidikan
dan sekaligus menuntut sumber daya manusia yang handal untuk
mengaplikasikannya.
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya
merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang
akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi
berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan
abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong
merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua
dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan
pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan
sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai,
pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat
yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dan standar mutu tinggi. Sifat
pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan
canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-
kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to
learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta menngatasi
situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian.
Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat
hasil industri seperti televisi, radio, video, komputer, dan peralatan lainnya.
Penggunaan alat-alat yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan program
pendidikan, apalagi disaat perkembangan produk teknologi komunikasi yang
semakin canggih, menuntut pengetahuan dan keterampilan serta kecakapan yang
memadai dari para guru dan pelaksana program pendidikan lainnya. Mengingat
pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa depan dan
perubahan masyarakat yang semakin pesat termasuk di dalamnya perubahan ilmu

12
pengetahuan dan teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan
pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara
langsung berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya
mencakup pengembangan isi/materi pendidikan, penggunaan strategi dan media
pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak langsung menuntut
dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta didik agar
memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah
pendidikan.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengembangan kurikulum berpijak pada prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum, yaitu prinsip relavansi, prinsip fleksibilitas, prinsip kontinuitas,
efektifitas, efisinesi dan prinsip khusus.
2. Landasan pengembangan kurikulum adalah suatu gagasan, suatu asumsi,
atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan
kurikulum agar dapat berfungsi sesuai dengan tuntutan pendidikan dalam
Undang- Undang No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. Landasan filosofis memegang peranan penting dalam proses pengembangan
kurikulum. Ada empat fungsi filsafat dalam proses pengembangan
kurikulum, yaitu : Filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan,
Filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajaran yang harus diberikan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, Filsafat dapat menentukan strategi
atau cara pencapaian tujuan dan Filsafat dapat menentukan bagaimana tolok
ukur keberhasilan proses pendidikan.
4. Landasan psikologi sangat diperlukan baik di dalam merumuskan tujuan,
memilih dan menyusun bahan ajar, memilih dan menerapkan metode
pembelajaran serta teknik-teknik penilaian. Minimal ada dua bidang
psikologi yang mendasari perkembangan kurikulum yaitu psikologi
perkembangan dan psikologi belajar.
5. Kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan,
merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial-budaya dalam
suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.
6. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara
langsung berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di
dalamnya mencakup pengembangan isi/materi pendidikan,
penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem
evaluasi. Secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk
dapat membekali peserta didik agar memiliki kemampuan memecahkan

14
masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.

B. Saran
1. Mahasiswa diharapkan mampu memahami materi makalah yang
didiskusikan.
2. Diharapkan kepada pemerintah atau institusi pendidikan agar lebih
memahami landasan-landasan pengembangan kurikulum dalam membuat
kebijakan atau perubahan konten isi kurikulum.
3. Memperbanyak referensi sebagai bahan acuan bagi peneliti yang ingin lebih
memperdalam mengenai materi pengembangan kurikulum.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, O. 1990. Pengembangan Kurikulum: Dasar-dasar dan Perkembangannya.


Bandung : Mandar Maju
Sukmadinata, Nana Syaodih. 1997. Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktik.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta :
Prenadamedia Group.
Sudin, Ali. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : UPI Press
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Winarso, Widodo. 2015. Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah. Cirebon : Press

16

Anda mungkin juga menyukai