ABC
ABC
ABC
PENDAHULUAN
sudah menjadi sebuah keharusan bagi setiap perusahaan yang bergerak dalam
bidang ini untuk selalu meningkatkan efisiensi dan efektifitas prosesnya guna
di bidang jasa kesehatan (medical), seperti rumah sakit. Banyak rumah sakit
yang berdiri baik dari sektor pemerintah maupun sektor swasta. Berdasarkan
kondisi tersebut rumah sakit dituntut untuk dapat memanfaatkan teknologi baik
membuat biaya operasional yang dikeluarkan rumah sakit menjadi besar yang
akan berdampak pada harga atau tarif rawat inap yang tinggi. Sehingga untuk
1
2
pelayanannya. Untuk itu rumah sakit memerlukan suatu strategi yang dapat
melakukan aktivitas yang bernilai tambah (value added activity) secara lebih
baik dengan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value
added) dan pemborosan lainnya. Oleh karena itu rumah sakit dalam penentuan
tarif jasa rawat inap harus kompetitif dan melakukan efisiensi biaya agar dapat
memenangkan persaingan.
menentukan tarif yang lebih rendah dan kualitas atau jasa yang lebih tinggi
daripada pesaing, dan hal tersebut dapat dilakukan dengan menghitung secara
akurat biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Selama ini pihak rumah sakit dalam menentukan harga pokoknya hanya
yang bersifat tidak langsung dan cenderung fixed. Di samping itu, biaya produk
Activity Based Costing System. Activity Based Costing System merupakan sebuah
yang dikerjakan di dalam suatu organisasi dan mengumpulkan biaya dengan dasar
tradisional dengan Activity Based Costing adalah jumlah cost driver (pemicu
biaya) yang digunakan. Dalam penentuan harga pokok produk dengan metode
Activity Based Costing menggunakan cost driver dalam jumlah lebih banyak
perusahaan.
kesehatan bagi masyarakat sekitar. Dalam menentukan biaya rawat inap rumah
antar rumah sakit, sistem yang digunakan oleh Rumah Sakit Hikmah dianggap
Dari latar belakang yang diuraikan di atas, maka yang menjadi masalah
2. Apakah ada perbedaan besarnya tarif jasa rawat inap pada Rumah Sakit
Costing System dalam menghitung tarif rawat inap di Rumah Sakit Hikmah.
rawat inap.
Costing System dalam kaitannya dengan penentuan tarif jasa rawat inap dan
3. Bagi pihak lainnya, penulis berharap bahwa hasil penelitian ini berguna
panduan bagi penelitia lain yang akan melakukan penelitian pada masalah
yang sama.
- Data-data yang digunakan dari rumah sakit hanya mencakup data tahun
2010.
- Penentuan tarif rawat inap yang akan di teliti adalah jenis perawatan umum.
- Tarif jasa rawat inap hanya sebatas harga kamar pada rumah sakit.
6
Penulisan skripsi ini terdiri dari enam bab, antara satu bab dengan bab
BAB I : Pendahuluan
Costing (ABC).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
biaya adalah bagian dari akuntansi manajemen dimana merupakan salah satu
pengendalian biaya.
macam tujuan. Untuk tujuan penentuan harga pokok produk, akuntansi biaya
menyajikan biaya yang telah terjadi di masa yang lalu. Untuk tujuan
keputusan yang akan diambil, dan biaya yang relevan dengan pengambilan
keputusan khusus ini selalu berhubungan dengan biaya masa yang akan datang.
pengendalian biaya. Pengumpulan dan analisis data biaya, baik biaya yang telah
terjadi maupun yang akan terjadi digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
kas atau nilai ekuivalen kas yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan guna untuk memberikan suatu
diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi
masa yang akan datang, oleh karena itu biaya (cost) dikapitalisasi sebagai
adalah biaya dari aktiva yang telah dikorbankan dalam usaha memperoleh
dalam periode yang akan datang. Beban (expenses) dimasukkan dalam laporan
laba rugi sebagai pengurang dari pendapatan. Biaya merupakan unexpired cost
dan beban merupakan expired cost, dimana beban merupakan biaya yang telah
terpakai.
a. Biaya produksi, terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead. Biaya bahan baku termasuk didalamnya adalah biaya
terlibat langsung dalam proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi.
Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang terjadi di pabrik dan berkaitan
dengan proses produksi, diluar bahan baku dan tenaga kerja langsung.
bahan, tenaga kerja, dan fasilitas produksi lainnya, selain biaya bahan baku dan
Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang totalnya
produksi.
Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang dalam
berubah-ubah.
produksi
12
a. Mengidentifikasi aktivitas.
Pada tahap ini harus diadakan (1) identifikasi terhadap sejumlah aktivitas
dengan cara membuat secara rinci tahap proses aktivitas produksi sejak
menerima barang sampai dengan pemeriksaana akhir barang jadi dan siap
menambah nilai (value added) dan tidak menambah nilai (non added
value).
penyebab terjadinya biaya (cost driver atau pemicu biaya). Cost driver
atau pemicu biaya adalah dasar yang digunakan dalam Activity Based
atau seberapa banyak usaha dan beban tenaga kerja yang dibutuhkan
sekelompok produk.
lainnya.
tiap-tiap kelompok.
berikut:
Jika dibuat dalam suatu bagan maka pembebanan biaya overhead dengan
Gambar 2.1
Pembebanan Biaya Overhead dengan menggunakan Metode ABC
Based Costing System tidak mencoba mengadakan suatu biaya teoritis atau
mengenai apa yang merupakan biaya menghasilkan produk pada masa yang
akan datang.
15
yang membebankan ke biaya atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang
adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas dan
dilakukan dengan menelusuri biaya dari aktivitas dan setelah itu menelusuri
2.2.1 Pengertian Activity Based Costing System dan Konsep Dasar Activity Based
Costing System
adalah:
Dari kedua definisi di atas Activity Based Costing System adalah sistem
mengendalikan biaya.
Activity Based Costing System (ABC) adalah suatu sistem biaya yang
perusahaan lalu membebankan biaya atau aktivitas tersebut kepada produk atau
jasa, dan melaporkan biaya aktivitas dan produk atau jasa tersebut pada
faktor).
overhead pabrik dibebankan ke obyek biaya seperti produk atau jasa, dengan
17
Based Costing berkenaan dengan sifat dan jumlah pemicu biaya (cost driver)
yang digunakan. Sistem Activity Based Costing memakai pemicu biaya dasar
unit maupun non unit dan biasanya jumlah pemicunya lebih besar ketimbang
jumlah pemicu biaya dasar unit yang lazim dipakai dalam system konvensional.
pokok produk.
ada dua asumsi penting yang mendasari Activity Based Costing System, yaitu:
Based Costing System berangkat dari asumsi bahwa sumber daya pendukung
harus dialokasikan. Tahap pertama dari Activity Based Costing systems adalah
timbulnya biaya.
(product and customers create the demand for activities), untuk membuat
sumber daya untuk pelaksanaan aktivitas tersebut. Karena itu, pada tahap
Gambar 2.2
Model Activing Based Costing
Objek Biaya
(missal, Produk, dan Konsumen)
Aktivitas
Biaya
transaksi dari aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi dan kemudian
tidak langsung dan biaya pendukung, dan (b) Pembebanan biaya dan alokasi
b. Pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipicu oleh aktivitas,
pengambilan keputusan.
informasi dan kinerja yang lebih unggul dibandingkan sistem akuntansi biaya
tradisional. Akan tetapi, bukti bahwa Activity Based Costing System dapat
menghasilkan informasi biaya yang akurat tidak menjamin bahwa sistem ini
merupakan sistem yang sempurna karena ternyata sistem ini masih memiliki
20
berikut:
lain diversifikasi produk yang tinggi, persaingan yang ketat, dan biaya
sesuai dengan aktivitas untuk membuat setiap produk. Sebab selama ini
pembebanan masih berdasarkan satu cost driver yaitu unit based yang ternyata
hanya terjadi subsidi silang yang berdampak pada kehancuran perusahaan itu
sendiri. Meskipun secara teoritis dapat diketahui bahwa Activity Based Costing
Menurut Supriyono (2002 : 247) ada dua hal mendasar yang harus
dipenuhi oleh perusahan yang akan menerapkan Activity Based Costing System,
yaitu :
21
biaya tenaga kerja langsung. Jika biaya-biaya ini jumlahnya kecil, maka
sama sekali tidak ada masalah dalam pengalokasiannya pada tiap produk.
tidak ada masalah jika cost driver berdasar unit digunakan untuk
dengan biaya produk system costing tradisional. Tiang penyangga yang tampak
system costing yang lama, biaya desain disebar keseluruh produk tanpa
digeser dari produk standar berupa tiang penyangga yang tidak membutuhkan
dibebankan dengan dasar jam mesin dalam system costing tradisional. Jam
mesin adalah basis lokasi untuk basis unit-level dan bukannya batch-level. Oleh
karena itu, produk dengan volume tinggi menyerap sebagian besar biaya batch-
yang baru menggeser dari order bervolume tinggi seperti tiang penyangga ke
2. Sistem biaya Activity Based Costing memfokuskan pada biaya, mutu dan
dapat diandalkan.
4. Sistem biaya Activity Based Costing mempunyai kebutuhan yang jauh lebih
kecil untuk analisis varian dari pada sistem tradisional, karena kelompok
biaya (cost pools) dan pemacu biaya (cost driver) jauh lebih akurat dan jelas,
selain itu ABC dapat menggunakan data biaya historis pada akhir periode
atau pemicu biaya adalah dasar alokasi yang digunakan dalam Activity Based
atau seberapa banyak usaha dan beban kerja yang dibutuhkan untuk melakukan
suatu aktivitas. Cost driver digunakan untuk menghitung biaya sumber dari
setiap unit aktivitas. Kemudian setiap biaya sumber daya dibebankan ke produk
atau jasa dengan mengalihkan biaya setiap aktivitas dengan kuantitas setiap
cost driver faktor yang dapat diukur yang digunakan untuk membebankan biaya
tertentu.
Paling tidak ada dua faktor utama yang harus diperhatikan dalam
pemilihan pemacu biaya (cost driver) ini yaitu biaya pengukuran dan tingkat
korelasi antara cost driver dengan konsumsi biaya overhead sesungguhnya. Hal
telah tersedia. Informasi yang tidak tersedia pada sistem yang ada
biaya yang dapat digunakan pada sistem informasi yang ada sebelumnya
Struktur informasi yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan cara lain untuk
Pemicu biaya ini dianggap sebagai pemicu sejumlah biaya yang berkaitan
dengan volume produksi. Pemicu biaya jenis ini telah mendominasi sistem
dianggap berkaitan erat dengan pemicu biaya tersebut. Dalam hal variabilitas
kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin dan biaya bahan
baku.
produk dengan batch (ukuran volume dan karateristik tertentu) yang berbeda-
beda, maka akan timbul sejumlah biaya yang terjadi karena pola aktivitas untuk
Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu
pihak pada pihak lain yang ada. Pada dasarnya tidak terwujud dan tidak
dalam operasi organisasi. Prinsip utama penerapan Activity Based Costing baik
untuk departemen jasa maupun untuk perusahaan jasa tidak berbeda. Dua
jasa. Manajemen aktivitas ini berdasarkan prinsip bahwa proses aktivitas atau
dengan cara menelusuri secara lebih spesifik terhadap support cost (biaya
28
semua produk jasa melalui direct berbasis, misalkan seperti tenaga kerja
BAB III
METODE PENELITIAN
ini, penulis melakukan penelitian pada Rumah Sakit Hikmah, yang berlokasi di
Makassar.
berikut :
teori dari berbagai literatur, referensi dan hasil penelitian yang berhubungan
1. Data Kuantitatif
Yaitu data-data pendukung perhitungan seperti biaya tarif jasa rawat inap
2. Data Kualitatif
Adapun sumber data yang digunakan dalam penulisan ini terdiri atas :
penentuan tarif jasa rawat inap yang diterapkan rumah sakit selama ini dengan
sebagai berikut :
1) Mengidentifikasikan aktivitas
31
ukuran aktivitas.
BOP yang dibebankan = tarif per unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih
BAB IV
Rumah Sakit Hikmah adalah salah satu rumah sakit swasta dan rumah
kesehatan yang prima dan mendukung setiap program peningkatan sumber daya
Patompo, Hj. Andi Azisah, dr. Chairuddin Rasjad, SpB, SpBO dan Diana
pelayanan kesehatan umum, bedah, bedah tulang, dan sendi serta didukung oleh
kesehatan yang lebih baik, maka pada tahun 1982 Yayasan Klinik Hikmah
untuk rawat inap serta penambahan ruang kamar operasi dan fasilitas
mencakup bidang pelayanan spesialistik dan sub spesialistik rawat jalan berupa:
polilinik umum, polik bedah, polik bedah tulang dan sendi, poli gigi serta
penyakit dalam, polik kesehatan anak, polik bedah ginjal, dan saluran kemih
dan poli bedah saluran cerna serta penambahan ruang perawatan intensive care
2
dan unit gawat darurat dengan luas bangunan keseluruhan ± 1998 m .
Hikmah juga berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan dan pelatihan bagi
dijadikannya Rumah Sakit Hikmah sebagai center kerjasama bedah plastic dan
Universitas Hasanuddin.
maupun kegiatan sosial lannya. Juga kerjasama dengan rumah sakit-rumah sakit
bencana dan huru-hara yang tergabung dalam tim gerak cepat penanggulangan
mendukung visi dan misi Departemen Kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010
1. Visi
2. Misi
berkualitas
3. Motto
H = HEALTHY
Sehat
I = INNOVATIVE
pendapat baru
K = KINDLY
M = MEDICATION
A = ACCURACY Teliti,
cermat, cepat
H = HOSPITALITY
untuk mencapai tujuan, agar kerjasama dapat berjalan dengan baik maka
diperlukan adanya suatu pembagian tugas yang jelas bagi setiap individu yang
1. Tugas Pokok
disekitarnya.
a. Direktur
i. Staf Keuangan
k. Rekam Medis
m. Bidan
n. Laboratorium
o. Radiografer
p. Tekhnisi
DEWAN PEMBINA
Ka. Sie Monitoring & Ka Sie keperawatan Internal Sub. Bag. Adm Rs. Dan Sub. Bag. Umum & RT
Ev.mutu pelayanan Kepegawaian
Sumber : RS Hikmah
39
tujuh kelas jasa yaitu: Super VIP Utama Patompo, Super VIP Biasa Patompo,
VIP Utama, VIP Biasa, Kelas I, Kelas II, dan Kleas III. Di mana masing-masing
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, TV, AC, kulkas, dispenser,
meja makan, lemari pakaian, sofa, dan heater water. Satu kamar ditempati
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, TV, AC, kulkas, dispenser,
meja makan, lemari pakean, sofa, dan heater water. Satu kamar ditempati
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, TV, AC, kulkas, dan
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, TV, AC, kulkas, dan
e) Kelas I
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, TV dan AC. Satu kamar
f) Kelas II
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, TV, kipas angin. Satu kamar
g) Kelas III
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, TV dan kipas angin. Satu
diperoleh keterangan bahwa dalam menentukan harga pokok jasa rawat inap,
hari pasien tinggal di rumah sakit. Dalam penentuan tarif jasa rawat inap, ada
a) Tarif pesaing. Penyesuaian tarif ini merupakan hal penting dalam penentuan
tarif
41
b) Segmen pasar. Pihak manajemen rumah sakit menerapkan tarif sesuai kelas-
Tabel 4.1
Tariff Jasa Rawat Inap RS Hikmah
Tahun 2010
5. Kelas I 250.000,-
6. Kelas II 150.000,-
Sumber : RS Hikmah
42
dengan metode Activity Based Costing antara lain data biaya rawat inap, data
pendukung jumlah pasien rawat inap, data pendukung lama hari perawatan
pasien rawat inap, data pendukung jumlah dan luas kamar rawat inap, data tarif
konsumsi tiap kelas. Adapun data biaya-biaya kamar rawat inap adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.2
Data Biaya Rawat Inap RS Hikmah
Tahun 2010
Sumber : RS Hikmah
43
Tabel 4.3
Data Pendukung Lama Hari Pasien Rawat Inap RS Hikmah
Tahun 2010
Tabel 4.4
Data Pendukung Jumlah Pasien Rawat Inap RS Hikmah
Tahun 2010
5. Kelas I 350
6. Kelas II 325
Jumlah 2.488
Sumber : RS Hikmah
45
Tabel 4.5
Data Pendukung Luas Ruangan Rawat Inap RS Hikmah
Tahun 2010
2
No. Kelas Luas Kamar (m )
2
1. Super VIP Utama Patompo 240 m
2
2. Super VIP Biasa Patompo 240 m
2
3. VIP Utama 240 m
2
4. VIP Biasa 240 m
2
5. Kelas I 200 m
2
6. Kelas II 200 m
2
7. Kelas III 200 m
2
Jumlah 672 m
Sumber : RS Hikmah
46
Tabel 4.6
Tarif Konsumsi Tiap Kelas RS Hikmah
Tahun 2010
5. Kelas I 28.000
6. Kelas II 20.000
Sumber : RS Hikmah
47
BAB V
5.1 Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Menggunakan Activity Based costing
System
Ada lima langkah dalam perhitungan harga pokok rawat inap berdasarkan
ukuran aktivitas.
a. Biaya perawat
b. Biaya kebersihan
a. Biaya konsumsi
48
b. Biaya administrasi
d. Biaya laundry
Biaya unit-level activity cost adalah biaya yang pasti bertambah ketika
produk tersebut. Aktivitas ini dilakukan setiap hari dalam menjalani rawat
inap pada Rumah Sakit Hikmah. Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini
adalah aktivitas perawatan, penyediaan tenaga listrik dan air dan biaya
konsumsi.
sejumlah batches yang di produksi dan terjual. Besar kecilnya biaya ini
tergantung dari frekuensi order produksi yang di olah oleh fungsi produksi.
Aktivitas ini tergantung pada jumlah batch produk yang di produksi. Yaitu
produk agar tetap dapat dipasarkan. Aktivitas ini tidak ditemui dalam
kategori ini adalah biaya laundry, biaya pemeliharaan gedung dan fasilitas
gedung perawatan.
Klasifikasi biaya kedalam berbagai aktivitas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.1
Klasifikasi Biaya Berdasarkan Tingkat Aktivitas
Total 3.779.620.860
Sumber : RS Hikmah
Tabel 5.2
Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver
Cost driver
Jumlah Biaya
No. Aktivitas Banyaknya
Satuan (Rp.)
Satuan
b. Biaya listrik dan air Jumlah hari rawat Inap 12.211Hari 293.847.587
2. Batch-related activity
cost
2
a. Biaya kebersihan Luas lantai 1.560 m 115.885.275
2
1) Super VIP Utama Luas lantai 240 m
Patompo
2
2) Super VIP Biasa Luas lantai 240 m
Patompo
2
3) VIP Utama Luas lantai 240 m
2
4) VIP Biasa Luas lantai 240 m
2
5) Kelas I Luas lantai 200 m
2
6) Kelas II Luas lantai 200 m
2
7) Kelas III Luas lantai 200 m
c. Biaya bahan habis Jumlah hari rawat Inap 12.211 Hari 887.767.670
pakai
53
3. Facility-sustaining
activity cost
a. Biaya laundry Jumlah hari rawat Inap 12.211Hari 37.320.000
b.Biaya pemeliharaan
Jumlah hari rawat Inap 12.211Hari 135.765.728
bangunan dan fasilitas
gedung perawatan
1) Super VIP Utama Jumlah hari rawat Inap 388Hari
Patompo
2) Super VIP Biasa Jumlah hari rawat Inap 1.108Hari
Patompo
3) VIP Utama Jumlah hari rawat Inap 2.339Hari
54
Pada tabel 5.2 dapat diketahui pengidentifikasian cost driver dari setiap
biaya yang terkait. Terdapat tiga cost driver yang digunakan dalam menentukan
tarif jasa rawat inap yaitu: jumlah hari rawat inap, jumlah pasien, dan luas
lantai. Pada biaya perawat, biaya listrik dan air, biaya konsumsi, biaya bahan
habis pakai, biaya laundry, dan biaya pemeliharaan bangunan dan fasilitas
gedung perawatan ditentukan pemicu biayanya adalah jumlah hari rawat inap
karena aktivitas yang menjadi pemicu biayanya dilakukan setiap hari selama
menjalani rawat inap di rumah sakit. Untuk biaya administrasi cost driver yang
jumlah pasien yang mendaftar. Sedangkan untuk biaya kebersihan cost driver
yang digunakan adalah luas lantai karena aktivitas yanga menjadi pemicu
tarif per unit cost driver karena setiap aktivitasnya memiliki cost driver dengan
55
cara membagi jumlah biaya dengan cost driver. Menurut Hansen and Mowen
(1999; 134), tarif per unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Berikut ini merupakan penentuan tarif per unit cost driver kamar rawat
Tabel 5.3
Penentuan Tarif Per Unit
Cost Driver Rawat Inap dengan Metode ABC
5) Kelas I 1.735
6) Kelas II 1.560
5) Kelas I 1.735
6) Kelas II 1.560
5) Kelas I 200
6) Kelas II 200
5) Kelas I 1.735
6) Kelas II 1.560
5) Kelas I 1.735
6) Kelas II 1.560
58
3. Facility-sustaining activity
cost
a. Biaya laundry 37.320.000 12.211 3.056,26
5) Kelas I 1.735
6) Kelas II 1.560
b.Biaya pemeliharaan
135.765.728 12.211 11.118,31
bangunan dan fasilitas
gedung perawatan
1) Super VIP Utama 388
Patompo
2) Super VIP Biasa 1.108
Patompo
3) VIP Utama 2.339
5) Kelas I 1.735
6) Kelas II 1.560
Dalam tahap ini, menurut Hansen and Mowen (1999; 138), biaya aktivitas
Pembebanan biaya overhead dari tiap aktivitas ke setiap kamar dihitung dengan
BOP yang dibebankan =Tarif/unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih
Dengan mengetahui BOP (biaya over head pabrik) yang dibebankan pada
masing-masingproduk, maka dapat dihitung tarif jasa rawat inap per kamar.
Untuk cost rawat inap per kamar diperoleh dari total biaya yang telah
Hikmah yaitu kelas Super VIP Utama Patompo 35%, Super VIP Biasa Patompo
30%, VIP Utama 25%, VIP Biasa 20%, Kelas I 15%, Kelas II 10%, dan Kelas
III 5%.
Berikut ini tarif jasa rawat inap untuk masing-masing jenis kamar (Tabel
Tabel 5.4
Tarif Jasa Rawat Inap
untuk Super VIP Utama Patompo
Tabel 5.5
Tarif Jasa Rawat Inap
untuk Super VIP Biasa Patompo
Tabel 5.6
Tarif Jasa Rawat Inap
Untuk VIP Utama
Tabel 5.7
Tarif Jasa Rawat Inap
Untuk VIP Biasa
Tabel 5.8
Tarif Jasa Rawat Inap
Untuk Kelas I
Tabel 5.9
Tarif Jasa Rawat Inap
Untuk Kelas II
Tabel 5.10
66
5% laba 8.138,09
Tabel 5.11
Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap dengan Menggunakan
Metode Tradisional dan Activity Based Costing System
jasa rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based Costing untuk
kelas Super VIP Utama Patompo Rp. 511.808,52, Super VIP Biasa patompo Rp.
491.924,34, VIP Utama Rp. 392.805,66, VIP Biasa Rp. 360.530,42, Kelas I Rp.
342.360,09, Kelas II Rp. 304.964,88, Kelas III Rp. 170.899,35. Dari hasil yang
diperoleh dapat dibandingkan selisih harga tarif rawat inap yang telah
Costing pada tipe kamar Super VIP Utama, Super VIP Biasa, dan VIP Utama
memberikan hasil perhitungan yang lebih kecil dari pada tarif yang telah
ditentukan oleh pihak rumah sakit. Yaitu dengan selisih harga untuk kelas Super
VIP Utama Patompo sebesar Rp. 88.191,48, Super VIP Biasa Patompo sebesar
Rp. 8.075,88, dan VIP Utama sebesar Rp. 7.194,34. Sedangkan pada tipe kamar
VIP Biasa, Kelas I, Kelas II, dan Kelas III hasil perhitungan metode Activity
Based Costing lebih besar dari pada tarif yang telah ditentukan oleh pihak
rumah sakit. Selisih untuk VIP Biasa Rp. 60.530,42, Kelas I Rp. 92.360,09,
dibebankan pada satu cost driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi
BAB VI
6.1 Kesimpulan
pada Rumah Sakit Hikmah Makassar, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:
oleh produk dan juga menggunakan dasar lebih dari satu cost driver.
diperoleh dengan menambah biaya (cost) rawat inap dengan laba yang
3. Hasil dari penentuan tarif jasa rawat inap jenis perawatan umum pada
Super VIP Utama Patompo Rp. 511.808,52, Super VIP Biasa patompo
Rp. 491.924,34, VIP Utama Rp. 392.805,66, VIP Biasa Rp. 360.530,42,
pendekatan Activity Based Costing yaitu untuk kelas Super VIP Utama
Patompo sebesar Rp. 88.191,48, Super VIP Biasa Patompo sebesar Rp.
8.075,88, dan VIP Utama sebesar Rp. 7.194,34. Sedangkan harga yang
untuk VIP Biasa Rp. 60.530,42, Kelas I Rp. 92.360,09, Kelas II Rp.
6.2 Saran
Daftar Pustaka
Blocher, Edward J., Kung H. Chen dan Thomas W. Lin. 2000. Manajemen Biaya
Dengan Tekanan Stategik, Edisi Pertama, Terjemahan Jilid Satu, Jakarta:
Salemba Empat.
Cooper, Robin & Robert S. Kaplan. 1998. The Design of Cost Management System
Text, Cases and Readings, Englewood Cliffs, New Jersey, Prentice-Hall, Inc.
Female, Fieda. 2007. “Penerapan Metode Activity Bas ed Costing System Dalam
Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap pada RSUD Kabupaten
Batang”. Skripsi. Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia.14410.
https://docs.geoogle.com/document/private. Akses 14 April 2010 pukul
13:07
Gorrison, Ray H and Eric W, Norren. 2000. Akuntansi Manajerial. Alih Bahasa A.
Totok Budisantoso. Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta.
Kamaruddin, Ahmad. 2005. Akuntansi Manajemen, Edisi Revisi 4. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
72
Tunggal, Amin Wijaya. 1992. Activity Based Costing untuk manufakturing dan
pemasaran. Rineke Cipta. Jakarta.