Perc 1. Interferometer Michelson
Perc 1. Interferometer Michelson
Perc 1. Interferometer Michelson
EKSPERIMEN FISIKA
(ABKC 4604)
INTERFEROMETER MICHELSON
(Percobaan 1)
Dosen Pembimbing:
Abdul Salam M, M.Pd
Asisten Praktikum:
M. Rahmawan
Disusun oleh:
Latifah A1C413220
Lita Lestari A1C413214
Mirnawati A1C414212
Nor Alina A1C414094
Nur Zubaidah A1C414202
Nurul Hasanah A1C414210
Kelompok IV
Kelas B
ABSTRAK:
Percobaan interferometer Michelson bertujuan untuk mengamati
perubahan gambar interferensi dan mengukur panjang gelombang laser He-Ne
dengan menggeser salah satu cermin dari interferometer. Adapun prinsip kerja
dari percobaan ini dimana seberkas cahaya monokromatik menumbuk suatu
kolimator/pemecah berkas cahaya (beam splitter) yang berfungsi untuk
meneruskan sebagian cahaya ke cermin pertama dan memantulkan sebagian
cahaya ke cermin kedua, kemudian berkas cahaya tersebut memantul kembali
pada kolimator lalu meneruskannya ke layar pengamatan (viewing screen), maka
terlihatlah pola interferensi dan akan teramati frinji. Alat dan bahan yang
digunakan pada percobaan ini yakni: landasan dasar interferometer, layar tembus
cahaya, He-Ne laser, tingkap, cermin datar, dan lensa dengan fokus 50 cm. Pada
tujuan kedua mengukur panjang gelombang sumber cahaya dimana pada
percobaan ini sumber cahaya yang digunakan adalah laser He-Ne, dengan cara
memutar secara perlahan-lahan skrup mikrometer pengatur pada M2 sebanyak 5
kali pemutaran kemudian menghitung perubahan frinji yang diamati pada layar.
Pada percobaan kali ini, dari analisis data hasil percobaan dapat diketahui besar
panjang gelombang laser He-Ne yang diperoleh yaitu berturut-turut 111 nm, 160
nm, 200 nm, 174 nm, dan 175 nm.
I. PENDAHULUAN
Interferensi merupakan penggabungan dua gelombang atau lebih yang
bertemu dalam satu titik ruang untuk membentuk gelombang yang baru. Suatu
alat yang digunakan untuk mendeteksi pola interferensi yaitu interferometer.
Interferometer bukan hanya digunakan sebagai pendeteksi pola interferensi, tetapi
juga digunakan untuk menguji keberadaan eter. Salah satu jenis interferometer
tersebut adalah interferometer Michelson. Pada tahun 1852 sampai 1931 seorang
fisikawan Amerika Serikat, A.A. Michelson menemukan alat tersebut. Cara untuk
mendapatkan pola interferensi tersebut adalah dengan memisahkan cahaya ke dua
bagian dan selanjutnya direkombinasikan untuk membentuk pola interferensi.
Dengan adanya beam splitter pada alat interferometer Michelson, maka berkas
akan terpisah menjadi dua. Kedua berkas tersebut akan berjalan pada lintasan satu
dan dua. Setelah terpantul dari masing-masing cermin bergerak dan juga cermin
tetap maka kedua sinar itu akan bergabung dan menghasilkan pola interferensi
yang diamati pada layar. Hasilnya berupa deretan cincin-cincin lingkaran terang
dan gelap. Apabila kedua sinar berinteferensi saling menghancurkan, maka akan
terjadi lingkaran gelap di pusat pola. Dan jika saling menguatkan, maka akan
memberikan lingkaran terang di pertengahan.
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat beberapa rumusan masalah,
antara lain: Bagaimana perubahan gambar interferensi? dan Bagaimana hasil
pengukuran panjang gelombang laser He-Ne dengan menggeser salah satu cermin
dari interferometer?
Adapun tujuan percobaan ini, yaitu mengamati perubahan gambar interferensi
dan mengukur panjang gelombang laser He-Ne dengan menggeser salah satu
cermin dari interferometer.
Susunan ini identik dengan penempatan pelat udara yang datar sejajar antara
cermin S1 dan gambar maya S2 dri S2. Jika sinar divergen jatuh ke pelat datar
sejajar, terjadi suatu susunan cincin-cincin interferensi yang terpusat (kurva-kurva
dengan kemiringan yang sama, lihat terjadinya interferensi pada pelat datar
sejajar). Tetapi cincin-cincin interferensi baru timbul jika S1 dan S2 saling tegak
lurus. Jika salah satu pengaturan yang terlihat hanya potongan dari kumpulan
lingkaran-lingkaran yang hampir putus. Cermin S1 dapat diukur pergeserannya
dengan tombol penyetel halus. Satu putaran pada roda-roda penggerak menggeser
cermin datar S1 sebesar 5 10 3 mm. Pada pergeseran tersebut cincin-cincin
interferensi membesar.
Untuk evaluasi maka dihitunglah pertukaran kecerahan ditengah-tengah
gambar interferensi, yang terjadi karena pergeseran S1 sebesar l , panjang
gelombang dari laser dengan jumlah Z dari intensitas maksimum atau minimum
yang terhitung adalah sebagai berikut:
Z 2 l (1)
Faktor Z muncul karena baik untuk sinar yang datang maupun yang dipantulkan,
jalur berubah 1. l dapat dihitung lebih tepat, semakin besar pergeseran
keseluruhan l .
(Tim Dosen, 2017: 1)
Laser He Ne merupakan salah satu tipe laser dimana medium aktif dari laser
ini adalah gas helium neon. Laser He-Ne sering digunakan dalam bidang optik
dikarenakan compact, portable dan mudah digunakan sebagai sumber cahaya yang
terlihat untuk berbagai keperluan seperti penilitian.
Proses selanjutnya yaitu terjadinya perpindahan tingkat energi atom neon dari
tingkat energi tinggi E4 dan E6 ke tingkat energi rendah E3 dan E5 , yang
menyebabkan emisi foton dengan panjang gelombang bervariasi, 339 nm - 632.8
nm. Hubungan besarnya emisi foton (E) tersebut dengan panjang gelombang ()
yang dipancarkan adalah :
(2)
(3)
dimana:
h = konstanta planck
c = kecepatan cahaya 3 . 108 m/s
Untuk menghasilkan output laser dengan frekuensi tertentu, maka digunakan
design cermin sedemikian rupa yang hanya akan memantulkan frekuensi yang
dibutuhkan.
(Magnafandy, 2008: tanpa halaman)
D. Langkah Kerja
Menyusun peralatan sesuai Gambar 3. Menghidupkan laser dan memfokuskan
pada layar menjadi satu bayangan (satu titik). Meletakkan lensa didepan layar
sehingga bayangan sinar laser menjadi sebuah pola gelap terang pada layar.
Memutar tombol roda perlahan-lahan, satu kali atau beberapa kali dengan
meletakkan jari-jari pada tuas yang tepat dan sekaligus menghitung intensitas
maksimum atau minimum yang muncul dan menghilang ditengah-tengah gambar
interferensi.
E. Rancangan Percobaan
B. Pembahasan
Prinsip dari percobaan interferometer Michelson, yaitu seberkas cahaya
monokromatik yang dipisahkan di suatu titik tertentu (beam splitter) sehingga
masing-masing berkas dibuat melewati dua panjang lintasan yang berbeda, dan
kemudian disatukan kembali melalui pantulan dari dua cermin yang letaknya
saling tegak lurus dengan titik pembagi berkas tersebut. Setelah berkas cahaya
monokromatik tersebut disatukan maka akan didapat pola interferensi akibat
penggabungan dua gelombang cahaya tersebut.
Pola interferensi itu terjadi karena adanya perbedaan panjang lintasan yang
ditempuh dua berkas gelombang cahaya yang telah disatukan tersebut. Jika
panjang lintasan dirubah dengan diperpanjang maka yang akan terjadi adalah
pola-pola frinji akan masuk ke pusat pola. Jarak lintasan yang lebih panjang akan
mempengaruhi fase gelombang yang jatuh ke layar. Bila pergeseran beda panjang
lintasan gelombang cahaya mencapai maka akan terjadi interferensi konstruktif
yaitu terlihat pola terang, namun bila pergeserannya hanya sejauh l/4 yang sama
artinya dengan berkas menempuh lintasan l/2 maka akan terlihat pola gelap.
Tujuan kedua dari percobaan ini yaitu Mengukur panjang gelombang sumber
cahaya yang digunakan dalam percobaan. Untuk menentukan nilai panjang
gelombang laser He-Ne (laser merah) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan:
2l
Z
yaitu dengan cara menyiapkan perangkat alat interferometer ,kemudian diberikan
sumber cahaya. Sumber cahaya yang digunakan pada percobaan kali ini adalah
laser He-Ne (laser merah) dengan panjang gelombang 632,8.
Adapun perangkat alat interferometer Michelson yang digunakan pada
percobaan ini, yaitu seperti Gambar 5 dibawah ini.
Soedojo, P. 1992. Azas-azas Ilmu Fisika Jilid 3 Optika. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Tipler, P. A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Tehnik Jilid 2. Erlangga: Jakarta.
Lampiran 1. Perhitungan
1. Percobaan Pertama
Diketahui:
l 1 10 3
Z 18
Ditanya: = ...?
Jawab:
2l 2 1 10 3
111 nm
Z 18
Jadi, panjang gelombang yang diperoleh pada percobaan pertama sebesar 111
nm.
2. Percobaan Kedua
Diketahui:
l 2 10 3
Z 25
Ditanya: = ...?
Jawab:
2l 2 2 10 3
160 nm
Z 25
Jadi, panjang gelombang yang diperoleh pada percobaan kedua sebesar 160
nm.
3. Percobaan Ketiga
Diketahui:
l 3 10 3
Z 30
Ditanya: = ...?
Jawab:
2l 2 3 10 3
200 nm
Z 30
Jadi, panjang gelombang yang diperoleh pada percobaan ketiga sebesar 200
nm.
4. Percobaan Keempat
Diketahui:
l 4 10 3
Z 46
Ditanya: = ...?
Jawab:
2l 2 4 10 3
174 nm
Z 46
Jadi, panjang gelombang yang diperoleh pada percobaan keempat sebesar 174
nm.
5. Percobaan Kelima
Diketahui:
l 5 10 3
Z 57
Ditanya: = ...?
Jawab:
2l 2 5 10 3
175 nm
Z 57
Jadi, panjang gelombang yang diperoleh pada percobaan kelima sebesar 175
nm.
Lampiran 2. Foto Percobaan