Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Analisis Serat Kasar

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS SERAT KASAR

II
TINJAUAN PUSTAKA

Serat kasar adalah bagian dari karbohidrat yang telah dipisahkan dengan
bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) yang terutama terdiri dari pati, dengan cara
analisis kimia sederhana. Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan
lignin. Fraksi serat kasar dapat diukur berdasarkan kelarutannya dalam larutan-
larutan detergen, yaitu menggunakan analisis Van Soest ( Tilman et al., 1989).

Analisis Van Soest merupakan sistem analisis bahan makanan yang lebih
relevan manfaatnya bagi ternak khususnya sistem evaluasi nilai gizi hijauan (
Sudarmadji, 1989).

Bagi ruminansia, selulosa merupakan sumber energi bagi


mmikroorganisme dalam rumen dan sebagai bahan pengisi rumen, sedangkan bagi
hewan-hewan monogastrik selulosa adalah komponen yang tidak dapat dicerna.
Meskipun bagi hewan non-ruminansia selulosa tidak memiliki peran spesifik,
namun keberadaannya penting dalam meningkatkan gerak peristaltik. Setiapo
pertambahan 1% serat kasar dalam tanaman menyebabkan penurunan daya cerna
bahan organiknya sekitar 0,7 - 1,0 unit pada ruminansia ( Tillman et al., 1989)

Selulosa
Selulosa tidak larut dalam air dingin maupun air panas serta asam panas
dan alkali panas. Selulosa merupakan komponen penysun dinding sel tanaman
bersama-sama dengan hemiselulosa, pektin dan protein. Selulosa merupakan
polimer dari glukosa berantai lurus dengan ikatan (1 4) glikosidik dengan
jumlah glukosa sampai 10.000 unit.. Ikatan (1 4) glikosidik ini menghasilkan
konformasi seperti pita yang panjang. Setiap dua residu terjadi rotasi 1800 yang
dapat membentuk ikatan Hidrogen antar molekul pada rantai yang paralel.
Amilase mamalia tidak bisa menghidrolisis ikatan (1 4).
Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan polisakarida heteropolimer yang menyusun
dinding sel tanaman tingkat tinggi dan sering terikat dengan selulosa dan lignin.
Struktur hemiselulosa dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan komposisi
rantai utamanya yaitu (1) D- xylan yaitu 1-4 xylosa; (2) D-manan yaitu (1 4)
-D- mannosa; (3) D-xyloglucan dan (4) D-galactans yaitu 1-3 -Dgalaktosa.
Hampir semua hemiselulosa disubtitusi dengan berbagai karbohidrat lain atau
residu non karbohidrat. Karena berbagai rantai cabang yang tidak seragam
menyebabkan senyawa ini secara parsial larut air.
Perbedaan selulosa dengan hemiselulosa yaitu hemiselulosa mempunyai
derajat polimerisasi rendah (50 200 unit) dan mudah larut dalam alkali, tetapi
sukar larut dalam asam, sedangkan selulosa sebaliknya.
Lignin
Lignin merupakan polimer non karbohidrat yang bersifat tidak larut dalam
air. Lignin merupakan senyawa turunan alkohol kompleks yang menyebabkan
dinding sel tanaman menjadi keras. Lignin merupakan heteropolimer yang
sebagian besar monomernya p-hidroksifenilpropana dan semua lignin
mengandung koniferil alkohol. Lignin tidak larut dalam air dan sebagian besar
pelarut organik.
Lignin adalah polimer yang banyak cabangnya dan banyak memiliki
ikatan silang. Karena bukan karbohidrat, lignin telah lama diperdebatkan apakah
masih bisa dikategorikan serat atau tidak. Mengingat kandungan lignin relatif
kecil pada bahan pangan, pertanyaan tersebut menjadi tidak penting lagi.
III
ALAT, BAHAN dan PROSEDUR
3.1 Alat dan Bahan
a) Gelas piala khusus 600 ml, berfungsi untuk tempat melarutkan zat yang
tidak butuh ketelitian tinggi.
b) Cawan porselen 30 ml, berfungsi untuk wadah sampel.
c) Corong buchner 4,5 cm, berfungsi untuk menyaring larutan dengan
bantuan pompa vakum.
d) Satu set alat pompa vakum, berfungsi untuk menyedot angin/udara pada
suatu alat tertentu.
e) Eksikator, berfungsi untuk menyerap uap air
f) Kertas saring bebas abu ( merek whatmen no.41 ), berfungsi untuk
menyaring sampel
g) Tanur listrik, berfungsi untuk memanaskan sampel pada suhu tinggi.
h) Hot plate, berfungsi untuk memanaskan larutan.
i) Tang penjepit, berfungsi untuk menjepit atau mengantil tabng reaksi, dll.
j) Timbangan analitik, berfungsi untuk menimbang sampel.
k) H2SO4 1,25%, berfungsi untuk bahan pengekstraksi.
l) NaOH 1,25 %, berfungsi untuk bahan pengekstraksi.
m) Aseton, berfungsi untuk pencuci/pembilas.
n) Aquades panas, berfungsi untuk pencuci/pembilas.
3.2 Prosedur kerja
a) Menyiaapkan kertas saring yang kering oven dengan diameter 4,5 cm ,
kemudian catat sebagai A gram.
b) Menyiapkan cawan porselen yang kering oven.
c) Residu atau sisa dari ekstraksi lemak dimasukkan kedalam gelas piala
khusus sebanyak 1 gram, kemudian catat sebagai B gram.
d) Menambahkan asam sulfat 1,25 % sebanyak 100 ml kemudian pasang
pada alat pemanas khusus tepat dibawah kondensor (reflux).
e) Kemudian mengalirkan air dan menyalakan pemanas listrik.
f) Tunggu hingga mendidih, kemudian hitung selama 30 menit. Waktu untuk
perhitungan dimulai saat mulai mendidih.
g) Setelah itu, mengambil dan menyaring sampel yang telah didihkan dengan
menggunakan corong buchner yang telah dipasang kertas saring (kertas
saring pada corong buchner ini tidak perlu diketahui beratnya).
h) Kemudian saring menggunakan pompa Vacum (pompa isap), setelah itu
mencuci/membilas dengan menggunakan aquades panas sebanyak 100 ml.
i) Residu yang terdapat dalam corong buchner dikembalikan kepada beaker
glass semula.
j) Menambahkan NaOH 1,25% sebanyak 100 ml kemudian pasang kembali
pada alat pemanas khusus seperti semula.
k) Melakukan pengamatan kembali seperti pada point 6 7. Tetapi
menggunakan kertas saring yang telah diketahui beratnya (lihat no 1)
l) Kemudian pada proses penyaringan cuci/bilas berturut turut dengan :
Air panas 100 ml
Asam sulfat panas 0.3 N (1.25%) 50 ml
Air panas 100 ml
Aceton 50 ml
m) Kemudian kertas saring dan isinya (residu) dimasukkan ke dalam cawan
porselen dengan menggunakan pincet.
n) Mengeringkan sampel yang sudah dalam cawan porselen dalam oven 100 -
1050 C selama 1 jam.
o) Setelah itu, mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit kemudian
timbang, dan catat sebagai C gram)
p) Memanaskan sampel yang ada di cawan porselen tadi dalam hot plate
sampai tidak berasap lagi, kemudian masukkan dalam tanur listrik 600oC
700oC selama 3 jam sampai abunya berwarna putih . Pada tahap ini serat
kasar di bakar sampai habis.
q) Kemudian dinginkan dalam eksikator selama 30 menit lalu timbang dan
catat sebagai D gram.
IV
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Sampel pada pengamatan ini adalah kelapa, yang diketahui :
a) Berat sampel = 0,592 gram
b) Berat kertas saring = 0,222 gram
c) Residu ( sampel+cawan+KS sebelum ditanur ) = 20,513 gram
d) Abu ( sampel+cawan+KS setelah ditanur ) = 20,179 gram

Ditanyakan berapa kadar serat kasar pada kelapa tersebut ?


Jawab :
()()
% = 100%
Berat Sampel
20.513(20,1790,222)
% = 100%
0.592
0,112
% = 0,592 100%

% = 18,91 %
4.2 Pembahasan
Prinsip pada praktikum analisis serat kasar adalah melarutkan sampel
dengan asam dan basa encer dalam pemasakan/perebusan (residu). Jika ada sisa,
itu adalah serat kasar dan abu oleh karena itu harus dimasukan ketanur untuk
menghasilkan abu yang nantinya akan menjadi hitungan untuk mencari serat kasar
dari sampel.
Sampel yang digunakan analisis serat kasar adalah kelapa. Pada kelapa
banyak mengandung selulosa, selulosa ini merupakan salah satu fraksi dari serat
kasar. Presentase serat kasar dari hitungan yang didapat dari sampel kelapa adalah
18,91%.
Menurut teori kadar serat kasar pada kelapa memanglah sangat tinggi.
Bungkil kelapa mempunyai faktor pembatas yaitu kandungan serat kasar yang
cukup tinggi dengan daya cerna yang rendah, sehingga perlulah hidrolisis yang
memecah serat kasar tersebut untuk meningkatkan daya cerna.
Menurut literatur yang didapat dari ( Tillman et. al., 1989 ) bahwa kelapa
mengandung 18,33%-21,3% serat kasar dibagian daging buahnya yang biasa
dipakai untuk bahan pakan ternak. Hal ini sesuai dengan hasil yang didapat dari
hitungan yang masih termasuk dalam range yang terdapat dalam literatur.
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa mahasiswa melakukan penelitian
analisis serat kasar ini dengan sangat hati-hati, teliti dan menguasai tentang materi
serta tata cara dalam melakukan praktikum ini. Serta alat yang digunakan untuk
praktikum serat kasar ini cukup memadai dan masih bisa berfungsi dengan baik.
Sehingga didapatkan hasil yang sesuai dengan literatur.
4.3 Kesimpulan
Jadi, kelapa merupakan bahan baku untuk pakan ternak yang mengandung
serat kasar yang tinggi, tetapi mempunyai daya cerna yang rendah. Sehingga
dibutuhkan hidrolisis agar memecah serat kasar tersebut untuk meningkatkan daya
cerna. Pada praktikum ini diketahui kandungan SK pada kelapa adalah 18,91%.
DAFTAR PUSTAKA
Tilman, A.D., H. Hartadi, S., Reksohadiprojo, S., Prawiro Kusuma., dan S.
Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta.
Sudarmadji Slamet, Haryono Bambang. Suhardi. 1989. Analisis Bahan Makanan
dan Pertanian. Penerbit Liberty : Yogyakarta.
Tensiska. 2008. Serat makanan. Fakultas Teknologi Industri Pangan Universitas
Padjadjaran : Bandung.

Anda mungkin juga menyukai