Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Proses Singkat Pengolahan Air Pdam Tirta Daroy

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

PROSES SINGKAT PENGOLAHAN AIR

PDAM TIRTA DAROY


BAB I PENDAHULUAN

PDAM TIRTA DAROY membangun sebuah Instalasi Pengolahan Air yang bersumber dari
aliran air Sungai Lambaro. Mengolah air keruh, berlumpur dan mengandung zat-zat kimia
dari Sungai Lambaro untuk menjadi air bersih, kemudian air dapat dikonsumsi masyarakat
sesuai dengan persyaratan-persyaratan baku mutu air bersih. Oleh karena itu, Kunjungan ini
bertujuan untuk mengkaji unit-unit pengolah air bersih, proses serta teknis operasional.
Setelah itu meneliti bagaimana tingkat kualitas air sebelum dan sesudah proses pengolahan.
Sehingga Masyarakat tahu bagaimana proses dan tahap-tahap pengolahan air serta kualitas
airnya. Langkah-langkah treatment IPA Jurug yaitu, air dari sungai masuk Intake melalui
pipa dengan menggunakan prinsip gravitasi, kemudian dipompa ke bak pra sedimentasi. Pada
bak pra sedimentasi air mengalami pengendapan pertama kemudian air masuk pada ruang
koagulasi, di ruang koagulasi terjadi proses kimiawi yaitu adanya proses pengendapan
partikel-partikel kecil yang tak dapat mengendap dengan sendirinya. Selanjutnya air akan
masuk pada ruang flokulasi. Pada ruang ini akan terjadi pengadukan lambat, bertujuan untuk
meratakan bahan kimia yang ditambahkan agar dapat bercampur dengan baik sehingga
terbentuk partikel-partikel padat (floc). Kemudian air masuk pada bak sedimentasi atau
bangunan pengendap kedua, pada bangunan ini floc-floc yang terbentuk akan mengendap.
Selanjutnya air akan masuk pada Filter atau saringan, gumpalan-gumpalan atau lumpur akan
tertahan pada lapisan atas filter. Setelah itu yang mengendap akan masuk pada bak lumpur,
kemudian akan dibuang kembali ke sungai. Air yang keluar dari Filter sudah dapat digunakan
atau dalam keadaan bersih yang selanjutnya akan dialirkan pada bak penampungan atau
Reservoir. Dari bak penampungan air akan dipompa untuk disalurkan kepada pelanggan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Umum
Air merupakan kebutuhan yang essensial bagi manusia karena air digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari seperti minum, mandi, mencuci dan lain-lain. Secara
umum manfaat air bagi kehidupan manusia meliputi dua aspek (Hadi, 1992), yaitu :
Aspek Internal
Yaitu air yang berperan dalam tubuh manusia, misalnya untuk keperluan minum, proses
metabolisme, melarutkan bahan makanan, dan lain-lain.
Aspek Eksternal
Yaitu peranan air di luar tubuh manusia, misalnya untuk keperluan industri, pertanian,
transportasi, dan lain-lain.
Ketersediaan air di bumi yang dapat dikonsumsi oleh manusia terdiri dari :
Air Hujan
Air Permukaan

Air Tanah
Dari ketiga macam air di atas, yang dapat langsung dikonsumsi oleh manusia adalah air hujan
dan air tanah dengan kriteria tertentu. Air permukaan yaitu air hujan yang telah terendapkan
di permukaan bumi selama beberapa lama dan tidak dapat dikonsumsi langsung karena rentan
terhadap penyebaran penyakit yang dapat disebarkan melalui air (water borne disease). Oleh
karena itu, untuk mendapatkan air yang sesuai dengan kualitas yang diharapkan air harus
diolah terlebih dahulu sebelum akhirnya dikonsumsi oleh manusia.
Kualitas Air
Kualitas air tergantung dari karakteristik fisik, kimia dan biologinya. Adapun syarat-syarat
kualitas air secara fisik, kimia dan biologi adalah sebagai berikut (Hadi,1992) :
Persyaratan fisis, meliputi warna, bau, rasa, kekeruhan, temperatur, dan daya hantar listrik.
Persyaratan kimia, meliputi pH, kesadahan, besi, mangan, seng, krom cadmium, nitrat,
chlor, sulfat, klorida, dan lain-lain.
Persyaratan radioaktif, meliputi sinar alpha dan sinar betha.
Persyaratan mikroorganisme, meliputi total koliform dan koli tinja.
Air bersih yang diproduksi harus memenuhi standar kualitas atau ketentuan air bersih/minum
yang ditentukan oleh lembaga-lembaga yang bertanggung jawab (WHO) atau peraturan
perundang-undangan yang ada pada suatu negara. Standar air minum yang digunakan oleh
PDAM Tirta Daroy adalah KEPMENKES No. 907/VII/2002
Tabel 3.1 Standar Air Minum No. 907/Menkes/SK/VII/2002
NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU
A Parameter Fisika
1 Warna TCU 15
2 Kekeruhan NTU 5
3 Temperatur 0C Suhu Udara 30c
B Parameter Kimia
4 Mangan mg/l Mn 0,1
5 Klorida mg/l Cl- 250
6 Flourida mg/l F- 1,5
7 N i t r i t mg/l NO2--N 3
8 N i t r a t mg/l NO3--N 50
9 S u l f a t mg/l SO42- 250
10 Besi Total mg/l Fe 0,3
11 Khlor bebas mg/l Cl2 0,2
12 Total Khlor mg/l Cl2 0,2
13 Kesadahan mg/l CaCo3 500
14 Nitrogen Ammonia mg/l NH3-N 1,5
15 Aluminum mg/l Al3+ 0,2
16 Chromium mg/l Cr6+ 0,05
17 Cuver/Tembaga mg/l Cu 2
18 Zinc/Seng mg/l Zn 3
19 Nickel mg/l Ni 0,02
20 pH - 6,5 - 8,5

Pengolahan Air
Pengolahan air adalah usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu zat

sesuai standar air minum yang diinginkan. Proses pengolahan air pada dasarnya dapat
digolongkan menjadi tiga bagian pengolahan (Reynolds, 1982), yaitu :
Pengolahan fisik, yaitu suatu tingkat pengolahan yang bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan kotoran-kotoran yang kasar, penyisihan lumpur dan pasir, serta mengurangi
kadar zat-zat organik yang ada dalam air yang akan diubah
Pengolahan kimia, yaitu tingkat pengolahan dengan menggunakan zat-zat kimia untuk
membantu proses pengolahan selanjutnya
Pengolahan bakteriologis, yaitu suatu tingkat pengolahan untuk membunuh atau
memusnahkan bakteri-bakteri yang terkandung di dalam air.
Unit-unit pengolahan air yang biasa digunakan dalam proses pengolahan air akan dijelaskan
dalam sub bab-sub bab di bawah ini.
Bangunan Sadap Air (Intake)
Bangunan sadap (intake) merupakan bangunan penangkap atau pengumpul ai baku dari suatu
sumber sehingga air baku tersebut dapat dikumpulkan dalam suatu wadah untuk selanjutnya
diolah. Bangunan penyadap sangat penting dalam proses pengolahan air, jika bangunan
penyadap mengalami kerusakan atau kesalahan maka keseluruhan IPA akan terganggu
(Kawamura, 1991). Secara umum fungsi dari bangunan intake adalah sebagai berikut :
Mengumpulkan air dari sumber untuk menjaga kuantitas debit air yang dibutuhkan oleh
instalasi
Menyaring benda-benda kasar dengan menggunakan bar screen
Mengambil air baku sesuai debit yang diperlukan instalasi pengolahan yang direncanakan
demi menjaga kontinuitas penyediaan dan pengambilan air dari sumber
Kriteria yang harus diperhatikan dalam pembuatan intake yaitu :
Tertutup untuk mencegah masuknya sinar matahari yang memungkinkan tumbuhan atau
miroorganisme hidup di dalamnya
Harus kedap air untuk mencegah terjadinya kebocoran
Intake dekat dengan permukaan air untuk mencegah masuknya suspended solid
Bangunan harus didesain untuk menghadapi keadaan darurat
Mampu mengatasi fluktuasi muka air
Prasedimentasi
Prasedimentasi merupakan pengolahan pendahuluan yang dilakukan instalasi pengolahan air
minum. Pengolahan pendahuluan adalah proses pengolahan yang dilakukan untuk membantu
meringankan kinerja instalasi pengolahan air minum.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan prasedimentasi yaitu :
Lokasi diusahakan berdekatan dengan intake sehingga mengurangi penyumbatan pada pipa
transmisi
Bak berbentuk rectangular
Kondisi aliran harus seragam untuk meningkatkan efisiensi pengolahan
Inlet dan outlet harus dilengkapi oleh gate/valve
Koagulasi
Koagulasi adalah proses destabilisasi koloid dan partikel-partikel yang tersuspensi di dalam
air baku karena adanya pencampuran yang merata dengan senyawa kimia tertentu (koagulan)
melalui pengadukan cepat. Secara umum koagulasi merupakan proses kimia dimana ion-ion
yang muatannya berlawanan dengan muatan koloid dimasukkan ke dalam air, sehingga
meniadakan kestabilan koloid. Jadi koagulasi adalah proses pembentukkan koloid yang stabil
menjadi koloid yang tidak stabil dan membentuk flok-flok dari gabungan koloid yang

berbeda muatan.
Secara garis besar pembentukkan flok terbagi dalam empat tahap yaitu :
Tahap destabilisasi partikel koloid
Tahap pembentukkan mikroflok
Tahap penggabungan mikroflok
Tahap pembentukkan mikroflok
Tahap 1 dan 2 terjadi pada proses koagulasi, sedangkan untuk tahap 3 dan 4 terjadi pada
proses flokulasi.
Pemilihan jenis dari unit koagulasi tergantung pada karakteristik koagulan, partikel dan
kualitas air. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi koagulasi dan flokulasi menurut
Reynolds dan Richards (1996:174) yaitu :
Kekeruhan air yang akan diolah
Kandungan zat padat tersuspensi
Temperatur air yang diolah
Derajat pH
Konsentrasi dan komposisi kation dan anion dalam air
Lamanya pengadukan pada proses koagulasi dan flokulasi
Dosis dan sifat dasar koagulan
Keperluan koagulan pembantu
Unit koagulasi merupakan suatu unit dengan pengadukan cepat dimana pengadukan cepat
(koagulasi) dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
1. Koagulasi Hidrolis
Pada prinsinya pengadukan secara hidrolis ini menggunakan efek gravitasi, sehingga terjadi
besaran tinggi terjun untuk pengadukan cepat (koagulasi) dan head loss (kehilangan tekanan)
atau beda tinggi permukaan pada proses pembentukan flok pada unit flokulasi. Dalam
koagulasi hidrolis ini didesain untuk dua jenis aliran, yaitu aliran terbuka yang mudah dalam
pengoperasian dan pemeliharaannya serta aliran bertekanan dalam pipa (Schulz dan Okun,
1984:92)
Rumus yang dipergunakan untuk perhitungan pada koagulasi hidrolis adalah sebagai berikut :
G = (1)
Dimana P untuk koagulasi hidrolis menggunakan rumus :
P = (2)
Sehingga rumus untuk gradien kecepatan pada koagulasi hidrolis adalah sebagai berikut :
G=
Keterangan :
G = gradien kecepatan (/detik)
P = daya yang diberikan (kg m2/detik3)
= densitas cairan (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/dtk2)
hL = headloss (m)
Q = debit (m3/dtk)
= viskositas cairan (kg/m.detik)
V = volume (m3)
2. Koagulasi Mekanis
Pengadukan dengan cara mekanik adalah pengadukan yang memindahkan energi mekanik
untuk pengadukkan. Pengadukkan ini dilakukan dengan menggunakan blade.
Rumus yang dipergunakan untuk perhitungan pada koagulasi mekanis adalah sebagai berikut :
G = (1)
P = (2)

Sehingga rumus untuk gradien kecepatan pada koagulasi hidrolis adalah sebagaiberikut :
G=
Dimana :
G = gradien kecepatan (/detik)
P = daya yang diberikan (kg m2/detik3)
Cd = koefisien drag
= densitas cairan (kg/m3)
A = luas pengaduk (m2)
v = kecepatan aliran (m/detik)
g = percepatan gravitasi (m/dtk2)
hL = headloss (m)
Q = debit (m3/dtk)
= viskositas cairan (kg/m.detik)
V = volume (m3)
Kriteria desain dari unit koagulasi adalah sebagai berikut :
G = 750/detik 1000/detik
Td = < 60 dtk Head loss = > 30 cm
GT value = 104 106
(Sumber : Schulz & Okun, 1992)
Koagulan merupakan bahan kimia yang digunakan dalam proses koagulasi. Fungsi utama
koagulan adalah desabilisasi partikulat dan penguatan flok untuk mengurangi pecahnya flok.
Koagulan yang digunakan untuk salah satu atau kedua manfaat tersebut harus memenuhi
persyaratan praktis seperti murah dalam pembiayaan, mudah dalam penanganan, ketersediaan
dan stabilitas koagulan selama penyimpanan. Sebagai tambahan, koagulan harus mampu
membentuk senyawa insoluble atau dapat diadsorbsi oleh permukaan parikulat agar dapat
memenuhi konsentrasi residu terlarut yang mungkin lolos dari pengolahan.
Dalam penentuan koagulan dilakukan percobaan jartest. Jartest merupakan suatu metode
penentuan dosis koagulan yang akan dipakai. Pada tes ini sampel dari air baku yang akan
diuji dimasukkan dalam beberapa beker gelas, kemudian masing-masing ditambahkan
koagulan dengan variasi dosis berbeda. Isi baker kemudian diaduk secara cepat dan kemudian
secara perlahan untuk menstimulasikan flokulasi. Setelah beberapa saat, pengadukan
dihentikan dan dibiarkan mengendap. Yang perlu diperhatikan dalam percobaan ini adalah ;
Waktu yang diperlukan untuk pembentukkan flok
Apakah flok yang terbentuk cukup besar dan padat
Dari beberapa jenis dan dosis koagulan, mana yang paling tinggi penurunan kekeruhannya
Dosis yang ditentukan apakah memberikan suatu perkiraan dosis yang dibutuhkan untuk
instalasi pengolahan.
Ada dua jenis bahan kimia koagulan yang umum digunakan yaitu ;
Koagulan Garam Logam
Contoh dari koagulan garam logam adalah alumunium sulfat atau taws (Al2(SO4)3.14H2O),
Feri Chloride FeCl3, Fero chloride FeCl2, Feri Sulfat Fe2(SO4)3.
Bahan yang sering digunakan adalah senyawa alumunium dan senyawa besi. Koagulan yang
umum dipakai adalah alumunium sulfat atau dalam bahasa pasarnya tawas. Sedangkan pada
Feri Chloride dan Fero Sulfat juga merupakan koagulan yang baim tetapi jarang digunakan di
suatu instalasi pengolahan air di Indonesia.
Koagulan Primer
Contoh dari koagulan garam logam adalah Poly alumunium Chloride (PAC).
Koagulan primer merupakan koagulan sintesis. Koagulan yang umum dipakai adalah PAC

yang merupakan polymerisasi dari alumunium chloride. Polimer ini umunya dipakai karena
sifat kelarutannya di dalam air dan tingka pembentukkan floknya yang lebih baik. Maka
polimer ini sering digunakan sebagai coagulant Aid atau zat kimia tambahan untuk
memperbaiki kondisi koagulasi.

Flokulasi
Unit flokulasi merupakan unit pengadukan lambat setelah koagulasi, yang berfungsi untuk
mempercepat penggabungan partikel-partikel kolid sehingga terbentuk partikel-partikel
berukuran besar yang dengan mudah dan cepat mengendap.
Secara garis besar mekanisme pembentukkan flok terdiri atas 4 tahap :
Tahap destabilisasi partikel koloid
Tahap pembentukkan mikroflok
Tahap penggabungan mikroflok
Tahap pembentukkan makroflok
Tahap pertama dan kedua berlangsung selama proses koagulasi, sedangkan tahap ketiga dan
keempat berlansung pada proses flokulasi.
Kriteria desain dari unit flokulasi hidrolis adalah sebagai berikut ;
G = 10 100 /detik (Schulz & Okun, 1992)
GT = 10.000 100.000 (Kawamura, 1991)
Td = 15 30 menit (Kawamura, 1991)
Tingkat efisiensi terjadinya proses flokulasi sebagian besar ditentukan oleh banyaknya
tabrakan yang terjadi antara patikel-partikel teragulasi dalam satuan unit waktu.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam desain unit flokulasi :
Kualitas air baku dan karakteristik flokulasi
Kualitas tujuan dari proses pengolahan
Headloss tersedia dan variasi debit instalasi
Flokulasi terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
Hidrolis, prinsip kerja flokulator ini adalah dengan cara pengadukan (mixing) contohnya
adalah horizontal-flow baffle channel, vertikal- flow baffle channel dan heksakoloidalflokulator
Mekanis, contoh : mekanik paddle dan mekanik propeller
Pneumatis, flokulator ini dirancang dengan cara mensuplai udara ke dalam bak flokulasi,
cara kerjanya sama seperti yang dilakukan pada aerasi, bedanya suplai udara yang diberikan
ke bak flokulasi tidak sebesar pada bak aerasi. Jenis flokulator ini jarang sekali kita temukan
saat ini
Dalam instalasi PDAM Tirta Daroy pada unit flokulasi menggunakan jenis flokulasi vertical
baffle channel. Dalam 1 unit flokulasi terdapat 6 kompartemen yang berbentuk hexacoiddal.

Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengolahan yang digunakan untuk mengendapkan flok-flok yang
terbentuk pada proses flokulasi. Menurut Kawamura (1991), sedimentasi adalah suatu operasi
yang dirancang untuk menghilangkan sebagian besar padatan yang dapat mengendap secara
gravitasi. Tujuan digunakannya unit sedimentasi yaitu untuk menghilangkan pasir atau kerikil
halus, particulate-matter, biological-floc, chemical-floc serta untuk pemekatan padatan dalam
tangki pemekat lumpur.
Proses sedimentasi dari suatu partikel yang berada di dalam air dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu : ukuran partikel, bentuk partikel, berat jenis/kecepatan partikel, viskositas
cairan, konsentrasi partikel dalam suspense, sifat-sifat partikel dalam suspensi.

Kriteria desain dari unit sedimentasi adalah sebagai berikut :


Surface Loading (SL) = 3,8-7,5 m/jam (Kawamura, 1991)
Kecepatan di tube settler (0) = maks. 0,15 m/menit (Kawamura, 1991)
Td = 10-15 menit
NRe < 2000
Berdasarkan konsentrasi dan kecenderungan interaksi partikel, proses pengendapan dapat
dibagi menjadi 4 tipe, yaitu :
1. Tipe I : Discrete Particle
Partikel mengendap secara bebas dengan suatu kecepatan tetap
Padatan rendah
Tidak ada interaksi
2. Tipe II : Flocculant
Kecepatan pengendapan lebih cepat
3. Tipe III : Hindered (zone)
Suspension tinggi
Partikel saling menghambat
Mengendap sebagai satu kesatuan
Interface padat-cair
4. Tipe IV : Compression
Strukur partikel terbentuk
Filtrasi
Proses filtrasi merupakan proses pengolahan dengan cara mengalirkan air limbah melewati
suatu media filter yang disusun dari bahan-bahan butiran dengan diameter dan tebal tertentu.
Proses ini ditujukan untuk menghilangkan bahan-bahan terlarut dan tak terlarut (biological
floc yang masih tersisa setelah pengolahan secara biologis).
Berdasarkan kontrol terhadap laju filtrasinya, filter dibedakan menjadi :
Filter dengan aliran tetap/Constant Rate Filter (CRF)
Filter dengan aliran menurun/ Declining Rate Filter (DRF).
Berdasarkan driving force-nya, filter dibedakan menjadi :
Filter dengan gravitasi
Filter bertekanan
Berdasarkan susunan media penyaring di dalamnya, filter dibedakan menjadi :
Filter dengan media tunggal, media filter yang digunakan hanya satu lapisan dari jenis
media yang sama, biasanya berupa pasir atau hancuran anthrasit
Filter dengan media ganda, media filter yang digunakan dua lapisan dari jenis media yang
berbeda, biasanya berupa pasir atau hancuran antrasit
Filter dengan multi media, media filter yang digunakan lebih dari dua lapisan yang
brmacam-macam, biasanya berupa hancuran antrasit, pasir dan garnet.
Berdasarkan laju filtrasinya (hydraulic loading), dibedakan menjadi :
Saringan pasir cepat (rapid sand filter)
Saringan pasir lambat (slow sand filter)
Pembilasan saringan pasir pada unit filtrasi dilakukan dengan mengalirkan air bersih dengan
arah aliran yang berlawanan dengan arah aliran pada saat penyaringan. Selama pelaksanaan
pembilasan bahan-bahan yang tertangkap di dalam media pasir akan terlepas dan akan
dikeluarkan bersama-sama aliran air bilasan.
Untuk membantu melepaskan bahan-bahan padat yang tertangkap di dalam media filter,
biasanya sebelum air bilasan dialirkan, maka terlebih dahulu pasir diaduk dengan
menginjeksikan udara yang bertekanan searah dengan aliran air pada saat pembilasan.

Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses pembubuhan bahan kimia (desinfektan) yang bertujuan untuk
membunuh mikroorganisme patogen.
Air banyak mengandung mikroorganisme, dimana ada sebagian mikroorganisme di dalam air
yang dapat menyebabkan penyakit. Secara biologis air minum harus bebas dari
mikroorganisme penyebab penyakit, karena mikroorganisme ini dapat menyebabkan
kematian pada balita dan terganggunya kesehatan manusia.
Proses pengolahan air telah 99% menghilangkan mikroorganisme, tetapi ada kemungkinan
masuknya beberapa mikroorganisme berbahaya ke dalam air setelah proses pengolahan
dilakukan.
Desinfektan terdiri dari 3 macam, yaitu :
Kimia, seperti kaporit, ozon dan gas klorin (Cl2)
Fisik dengan cara pendidihan
Mikrobiologis, dengan menggunakan media dengan bakteri di dalamnya
Desinfektan yang bisa digunakan untuk pengolahan air minum adalah klorin. Menurut
Schulz dan Okun klorin terbagi menjadi 3 bentuk, yaitu gas klorin, kalsium hipoklorit,
Sodium Hipochlorit
Dari tiga jenis bentuk penggunaan klorin di atas, Sodium Hipochlorit lebih sering digunakan
karena tidak berbahaya dan mudah untuk ditambahkan dalam air. Untuk penentuan dosis
optimum dalam penggunaan klorin, maka digunakan teknik penentuan dosis klor yaitu break
point chlorination di laboratorium.
Titik balik klorinasi yaitu metode dimana sisa klor akan dihubungkan dengan nitrogen
amonium yang menghasilkan kloramin. Titik balik klorinasi juga dapat didefinisikan sebagai
jumlah klor yang dibutuhkan sehingga semua zat yang dapat dioksidasi teroksidasi dan
amoniak hilang sebagai gas N2.

BAB III PROSES PENGOLAHAN


1. Proses penampungan air dalam bak penampungan air yang bertujuan sebagai tolak ukur
dari debit air bersih yang dibutuhkan. Ukuran bak penampungan disesuaikan dengan
kebutuhan (debit air) yang mana ukuran bak 2 kali dari kebutuhan
2. Proses oksidasi atau penambahan oksigen ke dalam air agar kadar-kadar logam berat serta
zat kimiawi lainnya yang terkandung dalam air mudah terurai. Dalam proses ini ada beberapa
perlakuan yang bisa dilakukan seperti dengan penambahan oksigen dengan sistem aerasi
(dengan menggunakan alat aerator) dan juga dapat dilakukan dengan menggunakan
katalisator bahan kimia untuk mempercepat proses terurainya kadar logam berat serta zat
kimiawi lainnya (dengan menggunakan clorine, kaporite, kapur dll
3. Proses pengendapan atau koagulasi, proses ini bisa dilakukan dengan menggunakan bahan
kimia seperti bahan koagulan (Hipoklorite/PAC) dengan rumus kimia juga proses ini bisa
dilakukan dengan menggunakan teknik lamela plate.
4. Proses filtrasi (carbon actived), proses ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran
kotoran yang masih terkandung dalam air dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas air agar
air yang dihasilkan tidak mengandung bakteri (sterile) dan rasa serta aroma air. Biasanya
proses ini menggunakan bahan sand filter yang disesuaikan dengan kebutuhan baik debit
maupun kualitas air dengan media filter (silica sand/quarsa, zeolite, dll).
5. Proses terakhir adalah proses pembunuhan bakteri, virus, jamur, makroba dan bakteri

lainnya yang tujuannya mengurangi patogen yang ada, proses ini menggunakan proses
chlorinator atau sterilisasi dengan menggunakan kaporit.

Anda mungkin juga menyukai