6490-Article Text-20684-1-10-20240211
6490-Article Text-20684-1-10-20240211
6490-Article Text-20684-1-10-20240211
DOI: https://doi.org/10.5281/zenodo.10646491
p-ISSN: 2622-8327 e-ISSN: 2089-5364
Accredited by Directorate General of Strengthening for Research and Development
Available online at https://jurnal.peneliti.net/index.php/JIWP
Abstract
Received: 11 Desember 2023 West Bandung regency has many attractions that can be visited by tourists. In
Revised: 15 Januari 2024 increasing tourist visits, KBB implemented various marketing through
Accepted: 07 Februari 2024 traditionally and online methods. In order to determine originality and distinguish
with previous research, researchers conducted a study at the West Bandung
Tourism and Culture Office in the Era of the Covid-19 Pandemic, where the
tourism sector experienced a very significant decrease in visitor numbers. Some
methods are used in gathering information with depth interview methods,
empirical descriptive and SWOT analysis. The purpose of this study is to find out
and analyze Tourism Communication through tourism marketing mix strategies
used by Department of Tourism and Culture Province in West Bandung Regency
in increasing tourist visits. Also, to find out the challenges and solutions in
promoting West Bandung Regency Tourism (especially the impact of the decrease
in tourist numbers due to the Covid-19 pandemic). Therefore, this study will look
at marketing analysis before pandemics - during pandemics - after Community
Activities Restrictions Enforcement has been lifted.
Keywords: Tourism Communication, Marketing Strategy, Marketing Mix, Tourism
How to Cite: Setiaputri, M. D., Kuswarno, E., & Wibowo, K. A. (2024). Komunikasi Pariwisata Berdasarkan
Analisis Sektor Wisata di Kabupaten Bandung Barat (Studi Pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Bandung Barat). https://doi.org/10.5281/zenodo.10646491.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan kaya akan
banyak objek wisata alam. Sumber daya alam yang ada dapat menjadi suatu sumber
penghasilan ekonomi jika dapat dimaksimalkan manfaatnya dengan pengelolaan yang
baik dan dapat menjadi sumber kesejahteraan bagi warganya (Suradi, 2012). Salah satu
sektor yang dapat dikembangkan yaitu di bidang Pariwisata yang menjadi pendorong
ekonomi daerah atau suatu wilayah. Daya tarik wisata di Kabupaten Bandung Barat
(KBB) merupakan sebuah peluang yang besar, dimana harus dapat dimanfaatkan dengan
baik, dengan demikian objek wisata yang ada dapat menjadi sumber mata pencaharian,
dan membantu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selain dari pada keindahan alamnya, daerah KBB juga sangat terkenal dengan
kulinernya, dan tempat rekreasi (Bonita, 2016). Dengan keunggulannya, Kabupaten
Bandung Barat menjadi salah satu tujuan utama para wisatawan untuk berkunjung dan
menghabiskan waktu mereka untuk berlibur. Setiap tahunnya pengunjung kota bandung
selalu meningkat, dapat dilihat data pada table II. Akan tetapi dengan adanya Pandemi
Covid-19 berdampak besar pada penurunan jumlah pengunjung secara signifikan di
banyak objek wisata. Di era pendemi ini, salah satu tindakan yang diambil oleh pengelola
objek wisata di beberapa daerah yaitu adalah pengurangan tenaga kerja (Purwahita,
576
Setiaputri, M. D., Kuswarno, E., & Wibowo, K. A. / Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 10(6), 576-588
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi Pariwisata
Komunikasi pariwisata adalah sebuah aktivitas dengan tujuan untuk
menyampaikan sebuah informasi mengenai suatu perjalanan ke suatu daerah atau objek
wisata lainnya yang akan dikunjungi wisatawan. Hal ini untuk menarik wisatawan dan
juga sampai pada tindakan untuk mengunjungi tempat wisata tersebut. Komunikasi
promosi pariwisata atau tourism marketing communication atau disingkat (TCM), pada
bidang ini TMC mengkaji dan membahas secara keseluruhan mengenai komunikasi
pemasaran. Bidang kajian ini menjelaskan 4P, 7P, Communication Mix, dan Marketing
- 577 -
Setiaputri, M. D., Kuswarno, E., & Wibowo, K. A. / Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 10(6), 576-588
Mix. Bidang ini adalah bidang yang secara utuh membincangkan TCM dalam konteks
teoritis dan praktis yang lengkap (Bungin, 2015). Dengan menggabungkan model
komunikasi modern dan juga berbasis kearifan lokal diharapkan dapat meningkatkan
efektifitas dalam meningkatkan kunjungan pada destinasi wisata
Strategi Pemasaran Bauran Pariwisata
Strategi Pemasaran adalah suatu usaha yang dilakukan oleh suatu pihak tertentu
dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Berhasil atau tidaknya
aktivitas pemasaran yang dilakukan, tergantung pada efektivitas strategi yang dibuat
untuk dapat direalisasikan. Secara keseluruhan dapat dimaknai bahwa pemasaran
meliputi aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh pelaku organisasi atau usaha dalam
membuat sebuah konsep-konsep promosi yang juga meliputi harga dan lain-lain, dalam
meningkatkan minat dari target konsumen, atau pada penelitian ini yaitu wisatawan
(Fikri, 2017).
Sedangkan Bauran Pemasaran atau promotion mix “Merupakan sebuah kombinasi
yang berisi strategi-strategi paling efektif dari variabel periklanan, personal selling, dan
tipe promosi lainnya, yang dapat diaplikasikan dalam mencapai tujuan. Untuk
meningkatkan minat pengunjung, tentunya harus ada daya tarik yang mampu dijual dan
disebarkan dalam bentuk promosi sehingga meningkatkan kesadaran wisatawan akan
keberadaan objek-objek wisata yang ada. Promosi menjadi sebuah kunci dalam sebuah
pencapaian dalam posisi pasar yang kompetitif. Dengan menerapkan elemen pemasaran
bauran yang tepat, dapat meningkatkan loyalitas pengunjung dan kecenderungan mereka
untuk kembali lagi ke objek wisata tersebut atau dapat dipahami bahwa hubungan antara
objek wisata dengan pengunjung adalah: kualitas - kepuasan - loyalitas.
Wisatawan
Berdasarkan dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Prasetyo
(2016) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang wisatawan untuk
berkunjung ke tempat wisata, sebagai berikut: (a) Aksebilitas yaitu seperti aspek
akomodasi, (b) Amenitas yaitu kenyamanan ini dari segi pelayanan yang diberikan dari
pengelola objek wisata, dari segi kualitas yang diberikan dan kebersihan yang dapat
menjadi pertimbangan jika ingin pergi ke suatu tempat wisata. (c) Atraksi yaitu seperti
daya tarik wisata yang bisa dikunjungi oleh wisatawan. Tiga faktor ini dapat membantu
dalam proses promosi yang strategis dan juga kreativ dapat membuat pengunjung
semakin yakin dan mempengaruhi keputusannya, dari apa yang mereka lihat tau observasi
melalui promosi.
Dinas Pariwisata Kabupaten Bandung Barat
Dalam menjalankan tugasnya Disparbud KBB mempunyai visi yaitu mewujudkan
Bandung Barat yang AKUR (Aspiratif, Kreatif, Unggul, dan Religius) berbasis
pengembangan ekonomi, optimalisasi sumber daya alam dan kualitas sumber daya
manusia. Sedangkan untuk Misi dalam mencapai tujuan salah satu yang dilakukan adalah
optimalisasi potensi sumber daya alam dan budaya untuk pengembangan pariwisata
ramah lingkungan juga memenuhi kebutuhan infrastruktur dasar sebagai penunjang
mobilitas masyarakat dan pengembangan ekonomi, social, dan budaya. Sedangkan peran
dan fungsi Disparbud KBB adalah sebagai berikut:
METODOLOGI PENELITIAN
Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif, berdasarkan beberapa landasan
yaitu karena dinilai lebih detail dan mendalam, sehingga peneliti akan mendapatkan
- 578 -
Setiaputri, M. D., Kuswarno, E., & Wibowo, K. A. / Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 10(6), 576-588
pemahaman yang lebih luas. Metode kualitatif dinilai juga cukup efektif pada penelitian
ini, karena menurut Semiawan (2010) penjelasan yang didapatkan dari informan dapat
nantinya diteliti secara mendalam karena metode ini terbuka pada lebih dari satu
pandangan. Hasil penelitian yang didapatkan bukan merupakan sebuah asumsi, akan
tetapi diperoleh dari informan yang menjadi rujukan utama dalam sebuah analisis.
Penggunaan analisis empirik akan melihat bagaimana setiap variabel yang digunakan
berhubungan satu sama lain. Pada penelitian ini, jenis pengumpulan dan sumber data
deskriptif empirik selain didapatkan dari Disparbud KBB, juga informasi yang ditemukan
dari website ataupun media online. Selain daripada itu untuk in depth-interview
menggunakan pendekatan SWOT analysis. Kemudian metode komparasi juga digunakan
sebagai bahan perbandingan strategi pemasaran yang digunakan sebelum, ketika pandemi
Covid-19 dan ketika masa PPKM oleh Disparbud KBB dalam melakukan kegiatan
promosi.
Teknik penentuan informan
Dalam penentuan informan, peneliti menggunakan teknik purposive sampling
yaitu representatif dari Pegawai yang bekerja dibidang Dinas Pariwisata dan Budaya
Kabupaten Bandung Barat. Karena fokus pada penelitian ini adalah kepada pemasaran,
oleh karenanya peneliti memfokuskan kepada Bagian Pemasaran, juga dari Bidang
Pariwisata yaitu Pengembangan dan Daya Tarik Wisata dan Bagian Kemitraan dan
Kerjasama Pariwisata. Berikut adalah narasumber pada penelitian ini:
Tabel I. Narasumber Interview
No Nama Jabatan
- 579 -
Setiaputri, M. D., Kuswarno, E., & Wibowo, K. A. / Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 10(6), 576-588
- 580 -
Setiaputri, M. D., Kuswarno, E., & Wibowo, K. A. / Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 10(6), 576-588
pengunjung pun terjadi di daerah lain sebagaimana diberitakan oleh Sembiring, 2021,
pada media online Kompas. Berdasarkan data ini kita melihat ada penurunan pengunjung
yang sangat signifikan akibat pandemi, bahkan di tahun 2021, adanya beberapa rekreasi
yang tutup sementara, karena biaya operasional yang tidak cukup atau hal lain, seperti
Bale Seni Barli, Museum Galery Bahari, Tirta Mulya, Wisata Kuda dan warung liwet
pakuhaji. Juga beberapa tempat wisata yang dalam pengempangan sehingga ditutup untuk
pengunjung seperti curug cawang, nagara padang, wisata rafting.
Selain daripada itu, bukti adanya penurunan yang signifikan terhadap kunjungan
wisatawan, dapat dibuktikan dengan okupansi hotel di wilayah KBB yang biasanya
sebelum pandemi, pengunjung yang datang bisa hampir memenuhi kapasitas hotel, ketika
pandemi berkurang menjadi hanya <10 %, selama tahun 2019-2020. Sedangkan setelah
PPKM adanya peningkatan dari segi pengunjung yang menginap >50 %. Hal ini
dipengaruhi oleh fakta bahwa ketika masa awal-awal pandemi masyarakat merasa
ketakutan untuk bepergian, karena baru adanya virus ini yang menggemparkan dunia.
Akan tetapi setelah PPKM, banyak masyarakat yang sudah divaksin, sehingga
kekhawatiran mereka atas penyebaran virus menurun dan juga adanya kelonggaran yang
diberikan pemerintah untuk aktivitas pariwisata. Dengan demikian, Dinas Pariwisata
melihat adanya peluang atau pemulihan dunia pariwisata di tahun 2022. Sehingga
Disparbud terus gencar untuk melakukan promosi berkelanjutan dalam meningkatkan dan
memulihkan kembali dunia pariwisata di Kabupaten Bandung Barat.
Pemasaran melalui Digital (Digital Marketing)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti menggunakan
analisis deskriptif empirik dan juga in depth interview, dapat diketahui bahwa Dinas
Pariwisata melakukan bauran pemasaran dengan beberapa metode yang digunakan. Akan
tetapi, Disparbud memang lebih memfokuskan kepada pemasaran melalui digital.
Berdasarkan beberapa pertimbangan bahwa promosi-promosi yang dilakukan secara
offline masih belum bisa dilaksanakan, seperti pameran, bazar-bazar, atau festival musik.
Begitu juga dengan promosi tradisional yang lain, yang dianggap kurang efektif jika
dibandingkan pemasaran secara digital (Sabila, 2019). Untuk aktivitas pemasaran digital,
Disparbud KBB mempunyai beberapa akun media sosial yang digunakan untuk
melakukan promosi-promosi, yaitu Instagram dengan jumlah 5,128, TikTok dengan
jumlah pengikut 27, YouTube 181, Twitter 374 pengikut.
Berdasarkan data diatas Twitter tidak digunakan lagi untuk melakukan aktivitas
pemasaran, ini berdasarkan bahwa platform Twitter kurang dirasa tepat oleh Dinas
Pariwisata, sebagai tempat untuk melakukan promosi. Strategi yang dilakukan oleh
Disparbud, untuk meningkatkan engagement dengan followersnya yaitu dengan cara
memposting konten dalam satu minggu sekitar 4 post yang dibagikan di akun media sosial
Instagram, dan juga untuk meningkatkan awareness atau kesadaran kepada masyarakat
tentang promosi yang dilakukan, Dinas Pariwisata melakukan advertising di media sosial
dengan cangkupan target audience 50% Bandung dan 50% Jakarta, agar konten
promosinya tersebar ke target audience yang diinginkan. Hal ini sejalan dengan penelitian
oleh Rohadian, Amir (2019) bahwa konten yang diposting dengan secara berkelanjutan
dapat meningkatkan engagement oleh followers. Untuk peningkatan jumlah followers,
disparbud menggunakan strategi approach atau pendektan secara langsung, dengan
pengunjung, ataupun anggota GenPI atau komunitas pariwisata untuk bantu memfollow
akun Disparbud KBB.
- 581 -
Setiaputri, M. D., Kuswarno, E., & Wibowo, K. A. / Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 10(6), 576-588
juga aktivitas pameran lain, akan tetapi sejak pandemi kegiatan-kegiatan seperti itu tidak
diadakan untuk sementara selama setahun lebih, melihat kondisi Pandemi di 2020-2021
yang masih tinggi dan juga berdasarkan anjuran menteri kesehatan (Dwina, 2020). Akan
tetapi dengan menurunnya level PPKM yang sekarang bandung berada di level 3,
diprediksi bahwa tahun depan 2022 keadaan pandemi di Indonesia sudah semakin
membaik.
Oleh karena itu berikut strategi yang sudah disiapkan Disparbud: mengadakan festival
musik di objek wisata, melakukan kegiatan pameran dan juga bazar di luar kota yang
dibuat lebih kreatif dan tidak terlalu formal sebagaimana yang dilakukan sebelumnya. Di
Bandung sendiri pameran atau bazar dikategorikan berdasarkan level dari besar nya
pameran juga tempat.:
1. High Level: Direncanakan di adakan di Paris Van Java (PVJ), bekerja sama dengan
pengelola curug dan juga industri kreatif.
(2) Medium: Direncanakan untuk diadakan di Bandung Indah Plaza (BIP), dan yang
terakhir
(3) Low: Diadakan di Alun-alun Bandung.
Untuk acara-acara semacam musik festival, yang telah dilakukan sebelum pandemi,
berdasarkan evaluasi yang dilakukan, dirasa kurang mengikuti trend sehingga kurang
booming atau efektif, terutama dikalangan anak muda. Kesimpulan ini dapat didukung
oleh penelitian (Siswati, 2016), bahwa semakin tinggi tingkat ketertarikan remaja secara
interpersonal maka semakin efektif juga pada perilaku proposial. Dengan itu untuk
festival musik yang direncanakan diadakan tahun depan, akan mengundang band-band
indie atau band yang sedang kekinian, bekerja sama juga dengan bagian kebudayaan,
ekonomi kreatif juga sponsor-sponsor untuk mendukung acara. Untuk kegiatan Outdoor
seperti melakukan lomba-lomba olahraga, seperti downhill dan juga game online tapi
dilakukan di Alam terbuka. Pembuatan Brosur Breathtaking yang nantinya disebar di
tempat wisata ataupun restaurant-restaurant
(b) Kegiatan Pelatihan Tata Kelola Destinasi Pariwisata, Pelatihan Homestay Dan
Pelatihan Pemandu Wisata Geopark
Kegiatan ini dilakukan dengan harapan dan tujuan masyarakat mampu menjadi
penggerak pariwisata, dalam usaha untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatannya
untuk mau bersama-sama membangun dan membangkitkan kembali Sadar Wisata dan
juga Sapta pesona. Nantinya diharapkan kegiatan ini mampu memberikan outcome untuk
peningkatan minat kunjungan wisatawan ke destinasi wisata, peningkatan pada
pertumbuhan iklim usaha kepariwisataan yang prospektif. Terakhir yaitu mampu
meningkatkan lapangan Usaha di Daerah serta peluang pendapatan yang berdampak pada
masyarakat di daerah. Kegiatannya meliputi Pemaparan Materi, Interaksi Materi, Diskusi
Kelompok, Pemutaran Vidio, dan peserta diberikan kewajiban untuk melakukan praktek
langsung di lapangan. Kegiatan pelatihan seperti ini merupakan hal penting dalam
meningkatkan daya tarik suatu objek wisata dan meningkatkan jumlah kunjungan
wisatawam (Madiistriyatno, 2013).
Kegiatan ini diikuti oleh banyak elemen masyarakat sebagai berikut:
1. Peserta Pelatihan Tata Kelola Destinasi Pariwisata diikuti oleh Kelompok Sadar
Parawisata (POKDARWIS), Komunitas Penggerak Pariwisata di Bandung dan
sekitarnya (GenPI Bandung Raya) jumlah peserta 40 orang,
- 583 -
Setiaputri, M. D., Kuswarno, E., & Wibowo, K. A. / Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 10(6), 576-588
2. Peserta pelatihan Tata Kelola Homestay di Ikuti Oleh Pokdarwis, Genpi Bandung
Raya, Pengelola Homestay dan Desa Wisata serta pemerhati Desa Wisata. jumlah Peserta
sebanyak 40 orang,
3. Peserta pelatihan Pemandu Wisata Geopark di Ikuti Oleh Pokdarwis, Genpi Bandung
Raya, Himpunan Pramuwisata Indonesia Kab. Bandung Barat, Pemerhati Geopark dan
Komunitas Pariwisata Geopark. jumlah Peserta sebanyak 40 orang.
(C) Kerjasama dengan Dinas, Akademisi, Perusahaan, Mitra Disparbud
Kerja sama yang dilakukan dengan Dinas lain salah satunya dengan Dinas
Perhubungan dalam rangka menertibkan dan memperbaiki akses Jalan menuju objek
wisata, pembuatan penunjuk arah, lampu merah, dan lain lain. Selain dari pada itu adanya
beberapa perluasan lebar jalan khususnya di wilayah selatan, juga pembangunan fasilitas
seperti mushola toilet. hal ini dilakukan untuk mempermudah aksesibilitas pengunjung
yang datang untuk meningkatkan kenyamanannya mereka. Sebagaimana dijelaskan pada
penelitian Deviana (2019), bahwa aksesibilitas yang mudah pada suatu tempat wisata
dapat mempengaruhi keputusan untuk berkunjung dan meningkatkan kepuasan mereka
pada suatu objek wisata. Dalam rangka peningkatan SDM bekerja sama dengan PEMDA
untuk memberikan sosialisasi secara berkelanjutan dengan mengundang tokoh penting
masyarakat untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat sebagai penggerak pariwisata,
dan diharapkan kedepannya mampu meningkatkan ekonomi Desa. Bekerja sama dengan
BKPM (Badan Kerjasama Penanaman Modal) dalam rangka membantu menghubungkan
dengan investor luar dalam menyalurkan bantuan untuk perkembangan lingkungan dan
wilayah objek wisata.
Selain dari pada itu juga Disparbud bekerjasama dengan akademisi, untuk
membuat riset-riset kepariwisataan, yang nantinya dapat menjadi rujukan untuk
Disparbud dalam pembuatan peraturan ataupun strategi pengembangan objek wisata yang
diteliti sebagai contoh, riset pada master plan Geopark Rajamandala di Ciletuh Sukabumi.
Untuk kerjasama yang dilakukan oleh perusaan, Disparbud berencana melakukan kerja
sama dengan perushaan travel, yaitu dengan bersama-sama mengelilingi Bandung dan
memperkenalkan objek-objek wisata yang ada diwilayah KBB, dengan harapan nantinya
perusahaan travel mampu menarik wisatawan dengan menawarkan paket-paket travel ke
Bandung. Disparbud juga mempunyai mitra-mitra yang membantu dalam melakukan
tugas pokoknya. Mitra Disparbud , Pelaku Industri Pariwisata, Pokdarwis, Himpunan
Pramuwisata Indonesia (HPI), Forum Ekonomi Kreatif (Fekraf), Tim Ahli Cagar Budaya
(TACB), Budayawan, Seniman Kebudayaan dalam meningkatkan dan memperkenalkan
budaya-budaya Jawa Barat sebagai daya tarik wisatawan. Akan tetapi mengalami
kesulitan karena dana untuk kerjasama di pangkas. Dan juga Paguyuban serta suka
pariwisata.
Berdasarkan Matrik analisis SWOT Pemasaran oleh Disparbud dapat dirangkum
sebagai berikut.
Tabel III: Analisis SWOT
Strength (S) Weaknesses (W)
- 584 -
Setiaputri, M. D., Kuswarno, E., & Wibowo, K. A. / Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 10(6), 576-588
4. Promotion (Promosi dan Packaging) yaitu dengan a) Periklanan melalui media sosial
atau IG Ads, b) Pemasaran dengan memanfaatkan digitalisasi, c) Kerja sama dengan
beberapa media di Bandung
Berdasarkan Depth Interview yang dilakukan, dan melakukan analisis
menggunakan pendekatan perbandingan mendapatkan hasil bahwa perubahan dalam segi
pemasaran sebelum dan sesudah covid 19, sangat berbeda. Karena strategi pemasaran
yang bersifat secara langsung tidak dapat dilaksanakan secara maksimal. Ini diakibatkan
dengan aturan pemerintah dan instruksi dari Menteri kesehatan untuk menghindari
kegiatan-kegiatan secara langsung dan melibatkan banyak orang. Perbandingan
persentase pemasaran sebelum pandemi adalah online 80% dan traditional 20%. Akan
tetapi di masa pandemi menjadi online 90% dan tradisional 10 %. Dari segi keputusan
untuk berkunjung, Disparbud telah melakukan beberapa usaha atau strategi untuk
meningkatkan wisatawan. Karena berdasarkan landasan teori keputusan berkunjung
dimensi-dimensi promosi yang dilakukan Disparbud adalah sebagai usaha untuk
mempengaruhi keputusan wisatawan seperti Promosi, perbaikan tempat, peningkatan
kualitas dan juga bukti fisik atau pembangunan infrastruktur yang baik.
- 586 -
Setiaputri, M. D., Kuswarno, E., & Wibowo, K. A. / Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 10(6), 576-588
c) Kendala lain juga adalah masyarakat dilingkungan KBB yang kurang atas kesadaran
dalam mendukung pariwisata. Kurangnya minat dari warga untuk mengikuti
kegiatan-kegiatan dalam meningkatkan kualitas, dari segi pelayanan dan masyarakat
yang tidak terlalu welcome dengan wisatawan. Harga yang dimahalkan untuk para
wisatawan, sehingga mengurangi ketertarikan dan juga membuat image yang kurang
baik terhadap wisatawan yan gberkunjung ke KBB
d) Komitmen di Pemda nya juga kurang, berkaitan pula dengan anggaran yang tidak
terlalu cukup dalam menunjang strategi pemasaran yang sudah direncanakan.
Saran untuk penelitian ke depan sebaiknya melakukan interview lebih jauh lagi tidak
hanya di lingkup Dinas Pariwisata, akan tetapi lebih spesifik kepada suatu objek wisata
tertentu dan juga interview beberapa pengunjung untuk mengetahui tingkat efektifitas
pemasaran disparbud dan juga apa yang mempengaruhi keputusan mereka unutk
berkunjung ke KBB. Sehingga nantinya hasil penelitian akan lebih kaya dengan data, dan
juga analisa lebih jauh karena tidak hanya menginterview Dinas Pariwisata juga, tapi
dapat melihat perspektif dari pengunjung dan juga pengelola Pariwisata. Dengan harapan
bahwa penelitian ini dapat menjadi acuan bagi Dinas Pariwisata, baik Dinas Pariwisata
Jawa Barat, maupun Dinas Pariwisata Kota Bandung atau Dinas Pariwisata kota lainnya
di Jawa Barat dalam menanggulangi krisis kepariwisataan di kota Bandung akibat adanya
Covid-19.
DAFTAR PUSTAKA
Bonita, F. F. (2016). Analisis Kualitas Fasilitas Wisata Berdasarkan Persepsi Pengelola
dan Pengunjung Di Wana Wisata Curug Malela Kabupaten Bandung Barat.
http://repository.upi.edu/
Deviana, S. M. (2019). Pengaruh Aksebilitas, Tarif, dan Fasilitas, terhadap kepuasan
wisatawan yang berkunjng ke pantai nglambor Gunungkidul Yogjakarta.
http://repository.usd.ac.id/35107/2/151324039_full.pdf
Dharmayanti, D, (2013). Analisa Hubungan Antara Experiental Marketing, Customer
Satisfaction Dan Customer Loyalty Café nona Manis Grand City Mall, Surabaya,
Jurnal Manajemen Pemasaran, 14(2), 1-10.
Dwina, I. (2020). Melemahnya Ekonomi Indonesia Pada Sektor Pariwisata, Akibat
Dampak Dari Pandemi Covid-19.
Fikri, H. (2017). Inovasi Pemerintahan Kabupaten Banyuwangi Melalui City Branding
“The Sunrise Of Java” Sebagai Strategi Pemasaran Pariwisata. Aristo, 5(2), 332-
344.
Kotler, Philip & Keller. (2008). Manajemen Pemasaran. Edisi Ketigabelas. Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Kurniasih, E. P. (2020). Dampak Pandemi Covid 19 Terhadap Penurunan Kesejahteraan
Masyarakat. Kota Pontianak. Pontianak.
Madiistriyatno, H. (2013). Strategi Pemasaran Produk Wisata. Tangerang. Indigo Media.
Nugraha, Y. E. Dampak pandemi covid 19 pada unit usaha pariwisata di kawasan pesisir
kota kupang. Jurnal Industri Pariwisata. Jurnal Industri Pariwisata, 3 (2).
Purwahita, A. R. M., Wardhana, P. B. W., Ardiasa, I. K., Winia, I. M. (2021). Dampa
Covid-19 Terhadap Pariwisata Bali Ditinjau Dari Sektor Sosial, Ekonomi, dan
Lingkungan (Suatu Tinjauan Pustaka). Jurnal Kajian dan Terapan Pariwisata,
1(2). https://doi.org/10.53356/diparojs.v1i2.29
- 587 -
Setiaputri, M. D., Kuswarno, E., & Wibowo, K. A. / Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 10(6), 576-588
- 588 -