Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Perspektif Perawat Terhadap Penilaian Portofolio Dalam Jabatan

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

PERSPEKTIF PERAWAT TERHADAP PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM

JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT DI RUMAH SAKIT USU MEDAN

Cut Maria Veriana


Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Maha Karya Aceh Bireuen
Arpina Fajarnita
Prodi DIII Keperawatan Aceh Tenggara, Poltekkes Kemenkes Aceh

Alamat: Jl. Medan-Banda Aceh No. 3, Kec. Kota Juang, Kabupaten Bireuen Aceh
Korespondensi penulis : pocutrara@gmail.com

Abstract
Background: Portfolio assessment is one method of testing job competency functional
health. This assessment can provide deep strategy improve knowledge and skills in certain
competencies by create planned development. Objective: This research aims to understand
the implementation of portfolio assessments in the functional position of nurses at universitas
sumatera utara hospital Medan. The type of research used is qualitative study with a
phenomenological approach. Method: There were 14 participants in this research selected
using purposive sampling technique. The instrument used was a Focus Group Discussion
(FGD) guide. Data was analyzed qualitatively using content analysis. Findings: The research
results identified 5 (five) themes, namely: 1) implementation of portfolio assessment, 2)
obstacles in carrying out portfolio assessments in functional positions, 3) facilities supporting
portfolio assessment, 4) benefits of carrying out portfolio assessment in the functional
position of the nurse, and 5) expectations from the portfolio assessment. Implication: This
research can be recommended to parties hospital managers to be able to carry out internal
portfolio assessments The functional position of the nurse is in accordance with the in-service
portfolio assessment draft functional nurse.

Keywords: Perspective, portfolio assessment, Qualitative Study


Abstrak :
Latar Belakang: Penilaian portofolio merupakan salah satu metode uji kompetensi jabatan
fungsional kesehatan. Penilaian ini dapat memberikan strategi dalam meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan pada kompetensi tertentu dengan menciptakan perkembangan
terencana. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan penilaian
portofolio dalam jabatan fungsional perawat di Rumah Sakit USU Medan. Metode: Jenis
penelitian yang digunakan adalah qualitative study dengan pendekatan fenomenologi..
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 14 partisipan yang dipilih dengan tehnik purposive
sampling. Instrument yang digunakan adalah panduan Focus Group Discussion (FGD). Data
dianalisis secara kualitatif menggunakan content analysis. Temuan: Hasil penelitian
teridentifikasi 5 (lima) tema yaitu: 1) pelaksanaan penilaian portofolio, 2) kendala dalam
pelaksanaan penilaian portofolio dalam jabatan fungsional, 3) fasilitas pendukung pada
penilaian portofolio, 4) manfaat pelaksanaan penilaian portofolio dalam jabatan fungsional
perawat, dan 5) harapan dari penilaian portofolio. Implikasi: Penelitian ini dapat
direkomendasikan kepada pihak manajerial rumah sakit untuk dapat melaksanakan penilaian
portofolio dalam jabatan fungsional perawat sesuai dengan draf penilaian portofolio dalam
jabatan fungsional perawat.

Kata kunci : Penilaian Portofolio, Perspektif, Qualitative Study

LATAR BELAKANG
Perawat merupakan aspek penting dalam pembangunan kesehatan, bahkan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan tenaga perawat merupakan tenaga kesehatan terbesar
yang dalam kesehariannya selalu berhubungan langsung dengan pasien dan tenaga kesehatan
lainnya. Berdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan menandakan
bahwa para perawat telah mendapatkan jaminan, antara lain dalam hal peningkatan mutu
perawat, peningkatan mutu pelayanan keperawatan, perlindungan dan kepastian hukum serta
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Upaya penyediaan ketenagaan yang proporsional sesuai dengan kualifikasi dan
kebutuhan akan dapat meningkatkan pencapaian kinerja yang optimal. Kinerja yang optimal
akan dapat diraih jika produktivitas pegawai sebagai aset dalam organisasi mengalami
kemajuan/peningkatan. Kinerja seorang perawat salah satunya dipenuhi oleh reward
(penghargaan). Salah satu bentuk penghargaan yang dapat berhubungan dengan kinerja
perawat adalah kenaikan pangkat. Apabila kenaikan pengkat perawat tepat waktu dan lancar
akan menimbulkan kepuasan pada perawat yang bersangkutan dengan konsekuensi tunjangan
fungsional yang diperoleh juga naik. Kepuasan yang diperoleh perawat akan meningkatkan
kinerja perawat.
Penilaian portofolio termasuk didalamya penilaian diri, memberikan kekuatan pribadi
perawat dan kesempatan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Portofolio dapat digunakan
sebagai instrument penilaian untuk menilai kompetensi. Penilaian portofolio merupakan
sebagai suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan
dan menyeluruh tentang proses, perkembangan wawasan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Pengembangan portofolio dapat meningkatkan kemampuan perawat untuk
mengintegrasikan teori dengan praktek; meningkatkan pengetahuan dan pemahaman;
meningkatkan kesadaran perawat; serta terlibat dalam refleksi diri dan belajar sepanjang
hayat (Buckley, Coleman, & Khan, 2010).
Pelaksanaan penilaian portofolio di rumah sakit USU Medan hanya berfokus pada
curriculum vitae dan sertifikat pelatihan. Adanya regulasi baru terkait penilaian portofolio
dalam konteks sebagai salah satu metode uji kompetensi jabatan fungsional kesehatan untuk
memperoleh sertifikat lulus uji kompetensi sebagai syarat dalam kenaikan jenjang/level serta
dapat memberi gambaran atas apa yang dilakukan pejabat fungsional kesehatan. Berdasarkan
regulasi baru tersebut yaitu peraturan menteri kesehatan (PERMENKES) No. 18 Tahun 2017
yang menyatakan bahwa penilaian portofolio sebagai salah satu cara penilaian yang mampu
mengungkapkan pencapaian standar kompetensi setiap pejabat fungsional kesehatan.

KAJIAN TEORITIS
Portofolio merupakan wadah untuk suatu informasi bagi perawat. Portofolio dalam
keperawatan menurut Timmins dan Duffy (2011) dalam bukunya mengatakan bahwa
portofolio adalah lebih dari sekedar pengembangan profesional berkelanjutan yang
didalamnya mencakup sertifikat, ijazah dan dokumen lain yang relevan. Penelitian tersebut
sejalan dengan penelitian oleh McMullan et al (2003) di Inggris yang mengatakan bahwa
portofolio lebih banyak dievaluasi pada kompetensi klinis mahasiswa keperawatan, dengan
menunjukkan bukti yang terkait prestasi keterampilan akademik dan klinis.
Cooke, Mitchell, Moyle, Henderson, dan Murfield (2010) dalam sebuah penelitian
kuesioner yang dilakukan di Brisbane, Australia mengevaluasi kegunaan kemajuan klinis.
Portofolio memungkinkan mahasiswa keperawatan untuk belajar bagaimana memulai
keterlibatan dengan perawat yang teregister dan mengembangkan kapasitas mereka sebagai
siswa untuk belajar. Secara keseluruhan, portofolio adalah pembelajaran dan alat komunikasi
yang berguna memberikan mereka arah dalam bagaimana mereka memaksimalkan peluang
untuk memenuhi kebutuhan belajar mereka. Hal ini sejalan dengan penelitian di Amerika
Serikat oleh Hespenheide, Cottingham, dan Mueller (2011) bahwa portofolio digunakan
sebagai alat untuk menunjukkan pengembangan secara profesional dan berkelanjutan.
Rumah sakit universitas sumatera utara (USU) merupakan rumah sakit negeri di
bawah universitas dan kemenristek dikti yang melayani masyarakat umum, karyawan USU,
pasien jaminan kesehatan nasional (JKN), badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS)
kesehatan. Rumah sakit USU berfungsi sebagai sebuah institusi yang menghasilkan tenaga
kesehatan yang berkualitas, penyedia jasa pelayanan kesehatan dan sebagai sebuah wahana
penelitian.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah qualitative study dengan pendekatan
fenomenologi. Penelitian dilaksanakan di rumah sakit USU Medan. Proses pemilihan
partisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, dimana setiap orang
yang mempunyai pengalaman tentang fenomena yang sedang diteliti berhak menjadi
partisipan atau orang-orang yang terlibat langsung dalam pengembangan penilaian portofolio
dalam jabatan fungsional perawat yaitu bidang keperawatan, komite keperawatan, bidang
SDM, dan kepala ruangan. Partisipan penelitian berjumlah 14 (empat belas) orang, terdiri
atas: 1) bidang keperawatan, 2) komite keperawatan, 3) bidang SDM, dan 4) kepala ruangan.
Pemilihan partisipan dilakukan dengan teknik purposive sampling terhadap manajerial rumah
sakit yang berjumlah 14 orang dengan kriteria inklusi sebagai berikut, yaitu: 1) aparatur sipil
negara (ASN), 2) tidak dalam keadaan cuti tahunan, cuti bersalin, dan mengikuti pelatihan,
dan 3) bersedia berpartisipasi menjadi partisipan dalam penelitian.
Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan pendekatan yang menggabungkan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Adapun metode pengumpulan data pada tahap ini
dilakukan dengan metode focus group discussion (FGD), self report dan observasi. Alat
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari; 1) panduan focus group
discussion (FGD), dan 2) kuesioner pengetahuan manajerial rumah sakit terhadap perumusan
penilaian portofolio dalam jabatan fungsional perawat. Alat bantu yang digunakan dalam
wawancara pada FGD yaitu dengan menggunakan voice recorder.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.Karakteristik Demografi Partisipan
Partisipan yang terlibat dalam penelitian pengembangan penilaian portofolio dalam
jabatan fungsional perawat di rumah sakit USU Medan berjumlah 14 partisipan (terdiri dari 7
orang pihak manajemen dan 7 orang kepala ruangan).
Berdasarkan data demografi partisipan diketahui bahwa seluruh partisipan berjenis
kelamin perempuan 11 orang (79,2%), berusia 30-40 tahun, 12 orang (86,4%), memiliki
pendidikan terakhir Ners sebanyak 7 orang (50,4%), dan seluruhnya telah bekerja selama 5-
10 tahun di rumah sakit USU Medan sebanyak 12 orang (86,4%). Karakteristik demografi
partisipan secara lebih rinci akan dijelaskan dalam tabel I berikut ini:
Tabel 1. Karakteristik Demografi Partisipan
No. Karakteristik Frekuensi Persentase
(orang) (%)
1. Jenis Kelamin
Perempuan 11 79,2
Laki-laki 3 21,6
2. Usia
30-40 tahun 12 86,4
 40 tahun 2 14,4
3. Pendidikan Terakhir
D-III Keperawatan 2 14,4
S-1 Keperawatan 1 7,2
Ners 7 50,4
S-2 4 28,8
4. Lama Bekerja
1 s/d <5 tahun 2 14,4
5 s/d <10 tahun 12 86,4
5. Jabatan
Kepala Ruangan 7 50,4
Bidang Keperawatan 1 7,2
Komite Keperawatan 5 36
Bidang SDM 1 7,2

II. Perspektif partisipan terhadap penilaian portofolio dalam jabatan fungsional


perawat di rumah sakit USU Medan
Focus group discussion (FGD) dilakukan selama kurang lebih 60 menit, dengan
partisipan berjumlah 14 partisipan (terdiri dari 7 orang pihak manajemen dan 7 orang kepala
ruangan). Hasil dari FGD yang telah dilakukan peneliti sebagai berikut: 1) pelaksanaan
penilaian portofolio, 2) kendala dalam pelaksanaan penilaian portofolio dalam jabatan
fungsional, 3) fasilitas pendukung pada penilaian portofolio, 4) manfaat pelaksanaan
penilaian portofolio dalam jabatan fungsional perawat, dan 5) harapan dari penilaian
portofolio.
Pelaksanaan penilaian portofolio dalam jabatan fungsional perawat belum optimal
Partisipan menyatakan bahwa pelaksanaan penilaian portofolio di rumah sakit USU
belum optimal, terdiri dari 2 sub tema yaitu: 1) Kelengkapan dokumen penilaian portofolio,
2) Tata cara penilaian portofolio selama ini. Pelaksanaan pelaksanaan penilaian portofolio di
rumah sakit USU dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti :
“… dimana portofolio kami buat untuk penjenjangan atau mapping perawat, yang
kalau portofolio dihubungkan dengan penilaian kinerja saya rasa berhubungan
dengan SKP karena kebanyakan perawat PNS,…” (P1. L19-L22)
“… pengalaman saya mengenai pelaksanaan yang telah ada di Rumah Sakit USU ini
masih ada ketidaksesuaian dari rincian kewenangan klinis (RKK) dengan DUPAK dan
ada yang memang harus ehhmm..masih ada yang harus diperbaiki ke depannya,
…”(P4. L50-L53)
Persepsi partisipan mengungkapkan bahwa pelaksanaan penilaian portofolio yang
dilakukan di rumah sakit USU terkait dengan tata cara penilaian selama ini. Hal tersebut
dinyatakan dari pernyataan partisipan yaitu:
“… portofolio itu bagian komite yang kasih yang isinya identitas diri dan keluarga,
pendidikan dan pelatihan. Nah berdasarkan pendidikan dan pelatihan ini dari komite
melakukan mapping kemana perawat-perawat diklasifikasi lagi penempatannya.
“(P6. L61-L64)
“…Nah dari situ mungkin sudah dimachingkan dan sudah ada form khusus untuk
kami membuat apa-apa saja tindakan kami yang sudah kami lakukan sesuai dengan
rencana kami yang telah kami buat di SKP. Jadi seperti itu untuk sekarang ini, nanti
berkasnya serahkan ke bagian SDM untuk mencapai angka kredit...” (P8. L75-L79)

Kendala dalam pelaksanaan penilaian portofolio dalam jabatan fungsional


Partisipan menyatakan bahwa kendala dalam pelaksanaan penilaian portofolio dalam
jabatan fungsional perawat, terdiri dari 2 sub tema yaitu: 1) kendala yang dialami dalam
proses penilaian, dan 2) belum adanya form penilaian portofolio. Kendala pelaksanaan
penilaian portofolio dalam jabatan fungsional perawat seperti pernyataan partisipan berikut
ini:
“… Data-data seperti diri, keluarga, pelatihan itu semua masih standar. Kita akan
sosialisasikan perubahan yang terjadi. Namun, nanti ada beberapa perubahan-
perubahan, dan khususnya portofolio,,uji kompetensi kenaikan pangkat kan jabfung
akan mewakili kalau portofolio merupakan berkas dari uji kompetensi itu,…” (P10.
L109-L113)
“… menurut saya kalau pun kita nanti membuat sebuah format penilaian portofolio
tersebut kita masukkan juga unit kompetensi yang telah diikuti,,karena kan seperti
dijelaskan tadi PERMENKES terbaru 2017 didalamnya metode pelaksanaaan uji
kompetensi yang salah satunya yaa tentang penilaian portofolio,..” (P6. L249-L253)

Fasilitas pendukung pada penilaian portofolio


Partisipan menyatakan bahwa fasilitas pendukung pada penilaian portofolio dalam
jabatan fungsional perawat, yang terdiri dari 2 sub tema yaitu: 1) hal yang dilakukan dalam
proses penilaian portofolio, dan 2) adanya pembentukan tim terkait penilaian portofolio.
Fasilitas pendukung pada penilaian portofolio dalam jabatan fungsional perawat dinyatakan
oleh beberapa partisipan seperti pada ungkapan berikut ini:
“… pertama ya sama yaa tim, kedua sosialisasi, di dalam tim itu juga harus
mempersiapkan tools nya apa saja berdasarkan dari acuan PERMENPAN dan
PERMENKES nya itu, dari situ baruu ya terdepan kepala ruangan berjenjang sampai
ke kasie dan bagian SDM, sebelum sosialisasi dimulai itu semuanya harus ada
panduan, kebijakan, SPO,…”
(P1. L235-L239)
“… mungkin bisa ke atasan langsungnya saja atau mungkin bisa ,,jadi saya belum
bisa bilang harus seperti ini harus seperti itu, atau kita lihat dulu yang mana yang
lebih bagus atau pun kita serahkan langsung kepada atasan langsung dalam hal ini
kepala ruangan atau kita bentuk lagi tim, karena kalau kita buatkan tim akan
berkaitan dengan bagian lainnya kita tanyakan dulu, apa ke SDM atau lainnya…”
(P2. L161-L167)

Manfaat pelaksanaan penilaian portofolio dalam jabatan fungsional perawat


Partisipan mengungkapkan bahwa manfaat pelaksanaan penilaian portofolio dalam
jabatan fungsional perawat diantaranya adalah: 1) adanya motivasi dari perawat untuk
bekerja maksimal, 2) adanya aktualisasi diri perawat, 3) profesional perawat dalam bekerja,
4) adanya peningkatan skill dapat mengetahui level dan kompetensi, 5) pendapatan bagi
perawat meningkat.
“… dapat memotivasi kinerja kita lagi, dengan kita termotivasi akan memupuk atau
meningkatan juga kinerja kita, karena memang kita sudah di akui,,profesionalisme
kita itu diakui, jadi yaa,,,muara ini semua ya pasti ke finansial,,ya ujung-ujungnya itu
tadi, kepuasan diri dan kepuasan kinerja,” (P2. L282-L287)
“… bahwa seorang perawat fungsional bisa mengetahui level nya, kompetensinya, ee
itu kalau normal yaa,, dan bisa mengetahui sejauh mana perkembangan seseorang,
yang nantinya komite berkoordinasi dengan diklat terkait JKP …” (P10. L148-L151)

Harapan dari penilaian portofolio


Harapan partisipan dari penilaian portofolio dalam jabatan fungsional perawat,
diantaranya adalah: 1) adanya keterlibatan bagian SDM biro rektor, dan 2) validasi oleh
kepala ruangan sebagai atasan langsung. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut
ini:
“… kedepan itu penilaian portofolio kita selain harus berdasarkan capaian jabfung
itu juga harusnya ada eee linknya apa-apa yang harus diuji di ukom itu dan
bagaimana penerapan di rumah sakit ini selain kita mau membentuk tim yang
berisikan orang-orang SDM rumah sakit, kalau bisa kita libatkan SDM biro rektor…”
(P1. L181-L185)
“… yang pertama kan setiap tindakan harus ada verifikasi, setiap kegiatan terus
divalidasinya oleh kepala ruangan, nanti harus di follow up,,yang kedua kepala
ruangan bisa melihat dengan adanya on the job training,,dimana ada kekurangan
trus ada dokumentasinya…” (P8. L230-L233)

Matriks tema FGD dapat dijabarkan dalam tabel 2 berikut ini:


Tabel 2. Matriks tema FGD
Tema 1 : Pelaksanaan penilaian portofolio belum optimal
Sub tema : Kategori :
1. Kelengkapan dokumen penilaian 1. Portofolio berkaitan dengan sasaran
portofolio kinerja pegawai (SKP)
2. Portofolio berkaitan dengan daftar
usulan penetapan angka kredit
(DUPAK)
3. Portofolio berkaitan dengan rincian
kewenangan klinis (RKK)
2. Tata cara penilaian portofolio 1. Cara mengidentifikasi/mapping
perawat sesuai jabatan fungsional
2. Proses penilaian belum terarah
Tema 2 : Kendala dalam pelaksanaan penilaian portofolio
Sub tema : Kategori :
Belum adanya panduan/tools dalam 1. Portofolio hanya berisi data-data yang
penilaian masih standar
2. Standar operasional prosedur (SPO)
belum ada
3. Alur pelaksanan dalam penilaian
belum ada
4. Form penilaian belum tersedia untuk
memudahkan penilai
Tema 3 : Fasilitas pendukung pada penilaian portofolio
Sub tema : Kategori :
1. Hal yang dilakukan dalam proses 1. Logbook harus dipenuhi
penilaian portofolio 2. Panduan, kebijakan dan SPO harus ada
3. Perubahan dari penilaian harus
disosialisasikan
2. Adanya pembentukan tim terkait Kategori :
penilaian portofolio 1. Adanya kerjasama dengan bidang
SDM
2. Pembentukan tim dan di SK-kan
3. Pejabat penilai atasan langsung dan
berjenjang
Tema 4 : Manfaat pelaksanaan penilaian portofolio
Sub tema : Kategori :
Manfaat penilaian portofolio 1. Adanya motivasi dari perawat untuk
bekerja maksimal
2. Adanya aktualisasi diri perawat
3. Profesional perawat dalam bekerja
4. Adanya peningkatan skill dapat
mengetahui level dan kompetensi
5. Pendapatan bagi perawat meningkat
Tema 5 : Harapan dari penilaian portofolio
Sub tema : Kategori :
Harapan dari penilaian portofolio 1. Keterlibatan bagian SDM biro rektor
terlaksana dengan baik 2. Validasi oleh atasan langsung

Pada tahap Focus Group Discussion (FGD) peneliti menemukan beberapa


permasalahan yang ada di rumah sakit USU Medan terkait dengan penilaian portofolio dalam
jabatan fungsional perawat, yaitu: 1) belum adanya standar prosedur operasional (SPO), 2)
belum adanya alur pelaksanaan penilaian portofolio dalam jabatan fungsional perawat, dan 3)
belum adanya form penilaian portofolio dalam jabatan fungsional perawat. Permasalahan
yang muncul menggambarkan bahwa pentingnya mengembangkan penilaian portofolio dalam
jabatan fungsional perawat di rumah sakit USU Medan.
Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD), maka peneliti mendeskripsikan
kekuatan dan kelemahan terkait penelitian. Adapun kekuatan dapat dilihat dari hasil FGD
dimana partisipan bersikap cooperative, dan antusias dengan adanya penelitian ini sehingga
membuka pemikiran para partisipan untuk memahami peraturan terkait aparatur sipil Negara
(ASN) dalam jabatan fungsional perawat sesuai jenjang jabatannya. Adapun kelemahan dari
sisi pemahaman partisipan terhadap peraturan terkait aparatur sipil Negara (ASN) dalam
jabatan fungsional, hal ini dibuktikan dengan sudah adanya peraturan terbaru terkait penilaian
portofolio dalam jabatan fungsional perawat.
Persamaan dan perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan
penelitian sebelumnya tentang penilaian portofolio, salah satu persamaan dari penelitian
yang dilakukan di kota Lhokseumawe oleh Sarah F (2011) yaitu keduanya menggunakan
pendekatan kualitatif. Perbedaan penelitian sebelumya menggunakan desain metode studi
kasus naturalistic, sedangkan peneliti menggunakan desain action research. Adapun
pengumpulan data dalam penelitian sebelumnya dilakukan dengan menggunakan instrumen
pedoman observasi, pedoman wawancara, dan studi dokumentasi. Sedangkan peneliti
menggunakan panduan FGD dan kuesioner pengetahuan manajerial rumah sakit.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Selama proses penelitian berlangsung ada beberapa keterbatasan, yaitu: waktu yang
terbatas karena jumlah perawat yang terbatas dan aktivitas perawat yang padat di ruangan.
Hal ini menyebabkan sulitnya mencari waktu yang tepat, karena perawat selain disibukkan
dengan kegiatan asuhan keperawatan di ruangan juga harus mengikuti rapat untuk persiapan
reakreditasi sesuai dengan kelompok kerja (pokja) nya. Selain itu, peneliti sedikit sulit untuk
bertemu dan berdiskusi dengan tim perumus dalam penilaian portofolio dalam jabatan
fungsional perawat karena tim ini merupakan bagian dari personel komite keperawatan,
bidang keperawatan, bagian SDM, dan kepala ruangan yang memiliki agenda yang sangat
padat.
Peneliti melakukan beberapa alternatif dalam upaya untuk mengatasi keterbatasan
dalam penelitian ini yaitu menyesuaikan waktu dengan tim. Hal lain sebagai strategi alternatif
yang dilakukan peneliti adalah sebelum melaksanakan pertemuan peneliti terus berkoordinasi
antar bidang terkait, agar memudahkan untuk bertemu dalam satu waktu.
Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah konsep penilaian portofolio dalam jabatan
fungsional perawat masih relatif sedikit. Peneliti merujuk pada PERMENPAN RB nomor 25
tahun 2014 dan PERMENKES RI nomor 18 tahun 2017.

Saran
Bagi rumah sakit
Penelitian ini merekomendasikan kepada pihak manajemen rumah sakit agar
menjalankan/menerapkan draf yang telah disusun serta melakukan koordinasi untuk
monitoring dan evaluasi sejauhmana pelaksanaan penilaian portofolio dalam jabatan
fungsional perawat dilakukan di rumah sakit USU Medan.
Bagi rumah sakit lain
Penelitian ini merekomendasikan kepada pihak manajemen rumah sakit lain untuk
menyusun penilaian kinerja perawatnya berdasarkan dari perkembangan draf yang sudah ada
dan dari penelitian yang sudah ada.
Bagi perawat administrator
Penelitian ini memberikan kontribusi kepada perawat administrator supaya terus
mengembangkan penilaian portofolio dalam jabatan fungsional perawat, dan juga melakukan
perubahan atas penyempurnaan perumusan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Bagi perkembangan riset keperawatan
Penelitian ini merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya agar menjadi salah satu
data riset keperawatan (evidence based) sebagai masukan penelitian dengan menggunakan
pendekatan action research pada siklus selanjutnya.

DAFTAR REFERENSI
Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorists and Their Work (8th edn). Nursing Theorists and
Their Work (8th edn). https://doi.org/10.5172/ conu.2007.24.1. 106a.
Budiawan. (2015). Hubungan Kompetensi, Motivasi dan Beban Kerja Perawat Pelaksana
dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSJ Provinsi Bali. (Tesis Magister
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat) Denpasar: Universitas Udayana.
Chamblee, T. B., Dale, J. C., Drews, B., Spahis, J., & Hardin, T. (2015). Implementation of a
Professional Portfolio: A Tool to Demonstrate Professional Development for
Advanced Practice. Journal of Pediatric Health Care, 29(1), 113–117.
https://doi.org/10.1016/j.pedhc.2014.06.003.
Depkes RI. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang
Keperawatan.
Fatikhah. (2016). Studi fenomenologi pengalaman komite keperawatan dalam pelaksanaan
kredensial keperawatan di rumah sakit daerah tugurejo semarang. (Tesis Magister
Keperawatan Konsentrasi Manajemen Keperawatan).
Hegney, D.G., & Francis, K. (2015). Action research: changing nursing practice Nursing
Standard. 29. (40). 36-41.
Kemmis, S., McTaggart, R., & Nixon, R. (2014). The Action Research Planner: Doing
Critical Participatory Action Research. Singapore : Springer. Doi 10.1007/978-981-
4560-67-2.
Neuvendorf, KA. (2016). The content analysis guidebook. Sage.
PERMENKES RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 49
Tahun 2014 tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit.
PERMENKES RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Uji kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan.
PERMENPAN-RB. (2014). Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2014 tentang Jabatan
Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya. Diakses melalui
https://www.scribd.com/doc/214354421.
PERPRES RI. (2012). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2012 tentang
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).
Polit, D.F., & Beck, C. T. (2012). Nursing Research: Generating and Assessing Evidence for
Nursing Practice (9thed). Wolters Kluwer Health: Lippincott Williams & Wilkins.
R.H. Simamora. (2018). Buku Ajar Keselamatan Pasien Melalui Timbang Terima Pasien
Berbasis Komunikasi Efektif: SBAR. USUpress.
Simamora, R. H. (2017). A Strengthening of Role of Health Cadres in BTA-Positive
Tuberculosis (TB) Case Invention through Education with Module Development and
Video Approaches in Medan Padang bulan Comunity Health Center, North Sumatera
Indonesia. International Journal of Applied Engineering Research, 12(20), 10026-
10035.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara:
Jakarta

You might also like