Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

33-48 307 Pola+perilaku

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

BACA: Jurnal Dokumentasi dan Informasi, Vol. 44, No.

1, 2023
ISSN 0125-9008 (Print); ISSN 2301-8593 (Online)
DOI: 10.55981/j.baca.2023.307
SK Dirjen Dikti Ristek - Kemdikbudristek No. 105/E/KPT/2022 (Peringkat 2 SINTA)

Pola perilaku personal information management mahasiswa


dalam menggunakan Mendeley Reference Manager

Imaniar Putri Arifiyana1*; Yanuar Yoga Prasetyawan2

1,2
Program Studi S-1 Ilmu Perpustakaan, Universitas Diponegoro
*Korespondensi: imaniarpa@gmail.com
Diajukan: 03-07-2022; Direview: 01-07-2023; Diterima: 11-07-2023; Direvisi: 06-07-2023

ABSTRACT
Students always deal with a variety of information to support their lecture activities, which often makes them trapped
in a situation known as “information overload”. In order to cope with this situation, students need to manage
their personal information effectively and efficiently, especially in digital format. The management of this digitally
formatted information can make it easily accessible when it is needed. The purpose of this study was to explore
the behavior patterns of Nursing Students at Diponegoro University in managing their personal information, such
as reference sources, to support their lecture activities using the Personal Information Management tool, namely
Mendeley Reference Manager. This study uses a qualitative research method with a phenomenological approach.
The research informants were 13 students who were selected through a purposive sampling. This research data was
collected through a semi-structured interview and analyzed with thematic analysis. The findings showed that the
behavior of Nursing Students at Diponegoro University in using the Mendeley Reference Manager for managing
their personal information consists of four themes: identification of use, strategy for information needs activities,
reference management activities, and student Personal Information Management evaluation. It can be concluded
that the informants use Mendeley Reference Manager to manage their references with different methods and
purposes according to their needs and abilities.

ABSTRAK
Mahasiswa selalu berurusan dengan berbagai informasi untuk menunjang kegiatan perkuliahan yang seringkali
membuat mahasiswa terjebak dalam situasi yang dikenal dengan istilah “information overload” atau keberlimpahan
informasi. Untuk mengatasi situasi ini, mahasiswa perlu mengelola informasi pribadinya secara efektif dan efisien,
khususnya informasi dalam format digital agar mudah ditemukan kembali ketika dibutuhkan. Tujuan penelitian
ini untuk mengeksplorasi pola perilaku mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro dalam mengelola
informasi pribadi, seperti sumber referensi, untuk mendukung kegiatan perkuliahan dengan menggunakan bantuan
alat Personal Information Management yaitu Mendeley Reference Manager. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan penelitian sebanyak 13 mahasiswa yang dipilih
melalui teknik purposive sampling. Data penelitian dikumpulkan menggunakan teknik wawancara semi terstruktur
dengan metode analisis data menggunakan analisis tematik. Hasil temuan menunjukkan bahwa perilaku mahasiswa
Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro dalam menggunakan Mendeley Reference Manager untuk mengelola
informasi pribadi terdiri dari empat tema yaitu: identifikasi penggunaan, strategi penentuan kebutuhan informasi,
kegiatan manajemen referensi, dan evaluasi Personal Information Management mahasiswa. Kesimpulan penelitian
adalah informan menggunakan Mendeley Reference Manager untuk mengelola referensi dengan metode dan tujuan
yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang mereka miliki.

Keywords: Information behavior; Mendeley reference manager; Personal information management; Reference;
Student

1. PENDAHULUAN
Sebagai seorang akademisi, mahasiswa pasti membutuhkan suatu informasi untuk memenuhi
kewajibannya misalnya untuk mengerjakan tugas dari dosen, mengerjakan skripsi, tugas akhir
atau untuk keperluan penelitian. Oleh sebab itu, mahasiswa pasti berurusan dengan begitu banyak

33

© 2023 The Author(s). Published by BRIN Publishing. This is an open access article under the CC BY-SA
license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).
BACA: Jurnal Dokumentasi dan Informasi, Vol. 44, No. 1, 2023, Hlm. 33–48

informasi dari berbagai sumber dan format untuk memenuhi kebutuhan informasinya (Otopah &
Dadzie, 2013). Mereka sering memperoleh informasi dari perpustakaan dan yang paling umum
adalah melalui internet. Selain itu, mahasiswa juga pasti memperoleh informasi dari tugas-tugas
yang telah dibuatnya seperti artikel, presentasi, makalah, laporan, essay dan lain-lain. Kegiatan
tersebut, ditambah dengan adanya era informasi yang saat ini berkembang pesat, sering kali membuat
mahasiswa terpapar begitu banyak informasi daripada yang mereka butuhkan. Bahkan mereka
kesulitan dalam menemukan informasi yang sebenarnya sedang mereka butuhkan saat itu (Otopah &
Dadzie, 2013). Aktivitas tersebut disebut dengan istilah “information overload” atau keberlimpahan
informasi. Information overload merupakan salah satu tantangan utama di era informasi (Kearns
et al., 2014).
Menurut Otopah & Dadzie (2013), mahasiswa pasti akan menggunakan informasi yang
diperolehnya kembali entah untuk digunakan dalam waktu dekat maupun di kemudian hari sehingga
secara tidak sadar, mahasiswa menciptakan kumpulan informasi pribadi yang jumlahnya semakin
meningkat dan juga mengambil informasi tersebut setiap harinya. Maka dari itu, mahasiswa perlu
memiliki sikap, keterampilan dan alat yang tepat untuk dapat mengelola informasi pribadinya secara
efektif dan efisien khususnya dalam format digital agar mudah ditemukan kembali ketika dibutuhkan.
Aktivitas pengelolaan informasi pribadi dikenal dengan istilah “Personal Information Management”
yang disingkat menjadi PIM (Xie et al., 2014). Personal information management (selanjutnya akan
disebut PIM) memiliki kegunaan antara lain mampu meminimalkan stress, mampu menghemat
waktu, semakin meningkatkan efisiensi, mengurangi perasaan keberlimpahan informasi (information
overload) serta dapat meningkatkan produktivitas kerja mahasiswa (Warraich et al., 2018). Selain
itu, dengan adanya PIM, pengguna dapat menghemat waktu, uang, energi, dan perhatiannya
sehingga kualitas hidupnya juga semakin meningkat (Faize et al., 2018). Informasi merupakan aset
bagi seorang mahasiswa sehingga seharusnya mahasiswa menyadari bahwa mengelola informasi
pribadinya merupakan suatu kegiatan yang sangat perlu dilakukan. Untuk dapat mengelola informasi
pribadinya, mahasiswa membutuhkan sebuat alat atau perangkat lunak (software). Beberapa alat
untuk PIM sekarang tersedia dalam format elektronik, salah satunya adalah Mendeley Reference
Manager (selanjutnya akan disebut Mendeley).
Mendeley merupakan sebuah perangkat lunak berbasis open source dan gratis yang berguna
untuk membantu penggunanya dalam mengelola informasi khususnya referensi agar ketika kebutuhan
informasinya muncul pengguna dapat menemukan informasi yang tepat dan di waktu yang tepat
(Perdana, 2020). Mendeley desktop telah digunakan oleh 2,8 juta pengguna dan 535 juta dokumen
tersimpan didalamnya yang artinya Mendeley sudah banyak digunakan oleh pengguna di seluruh
penjuru dunia baik peneliti, mahasiswa, dosen, atau bahkan pekerja (Mohammadi et al., 2015).
Mendeley merupakan salah satu software wajib yang perlu diketahui dan digunakan oleh mahasiswa
saat ini karena penggunaan Mendeley sebagai reference manager akan sangat membantu mahasiswa
dalam menyisip dan menyitasi sebuah kalimat (Inanna et al., 2020). Selain itu, Mendeley juga
dapat membuat bibliografi atau daftar pustaka secara otomatis dengan berbagai macam style sitasi
seperti APA, MLA, Harvard, dan style lainnya sehingga mahasiswa tidak kesulitan dalam membuat
bibliografi yang rumit misalnya style Vancouver Superscript.
Lingkungan informasi mengalami perubahan, begitu pula dengan perilaku pengelolaan informasi
(Ameen, 2016). PIM sangat bermanfaat bagi mahasiswa, maka penelitian mengenai PIM pada
mahasiswa juga menjadi salah satu topik yang sering dikaji oleh para peneliti di berbagai penjuru
dunia termasuk Indonesia. Beberapa penelitian terdahulu yang mengkaji PIM pada mahasiswa
antara lain: Melles & Unsworth (2015) dan Ameen (2016) yang meneliti tentang praktik PIM
pada mahasiswa secara keseluruhan. Kemudian, Krtalić et al. (2016) meneliti tentang penggunaan
reference manager sebagai alat yang dapat mengelola informasi pribadi dengan menjadikan EndNote
sebagai fokus penelitian. Adapun Faize et al. (2018) fokus pada penggalian adanya masalah yang

34
Pola perilaku personal ... |Imaniar Putri Arifiyana; Yanuar Yoga Prasetyawan

dihadapi mahasiswa dalam melakukan PIM dan Syn et al. (2020) yang meneliti pengaruh persepsi,
konteks, dan jenis sumber daya pada PIM.
Kelima penelitian terdahulu tersebut diketahui bahwa belum membahas mengenai PIM pada
mahasiswa dalam menggunakan Mendeley. Selain itu, di Indonesia juga belum ada peneliti yang
meneliti PIM pada mahasiswa. Mayoritas penelitian PIM di Indonesia melibatkan siswa, guru atau
pustakawan sebagai subjek penelitian atau fokus penelitian. Artikel yang ditulis oleh Ameen (2016)
menyebutkan bahwa diharapkan pada penelitian selanjutnya, baik secara kuantitatif dan kualitatif,
dimensi perilaku praktik PIM dapat diteliti pada skala yang jauh lebih besar. Berdasarkan hal
tersebut, penelitian ini melihat perspektif lain yaitu penggunaan Mendeley sebagai alat pengelola
informasi yang banyak digunakan oleh masyarakat khususnya pelajar, pengajar dan peneliti.
Dari pemaparan latar belakang dan penelitian terdahulu yang telah dijelaskan sebelumnya dapat
dirumuskan permasalahannya yaitu bagaimana pola perilaku Personal Information Management
(PIM) mahasiswa dalam menggunakan Mendeley Reference Manager.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aktivitas Mahasiswa menggunakan Mendeley Reference Manager sebagai Bagian dari
Personal Information Management
Informasi memiliki makna yang sangat luas. Cakrawala informasi mencakup sumber informasi
yang dirasakan oleh seorang individu dalam menanggapi kebutuhan informasi mereka (Sinn et al.,
2019). Informasi yang dikelola secara individu disebut informasi pribadi (personal information).
Reyes (2016) memberikan pengertian bahwa “pribadi” yang dimaksud mengacu pada informasi
yang dimiliki oleh seseorang dan diperlukan dalam menunjang kehidupan sehari-harinya. Informasi
pribadi yang disimpan tersebut dapat digunakan di kemudian hari karena informasi pribadi juga
merupakan catatan kisah hidup seseorang. Berbagai dokumen baik berbentuk kertas maupun digital
yang disimpan secara pribadi, kumpulan bookmark yang disimpan dalam web, kumpulan foto dan
video digital pada sebuah album, kumpulan musik digital atau kumpulan CD, maupun database
referensi yang tersimpan dalam sebuah reference manager merupakan beberapa hal yang termasuk
kedalam ruang lingkup informasi pribadi.
Adanya ledakan informasi mengakibatkan seseorang menemukan begitu banyak informasi yang
sebenarnya tidak ia perlukan, sehingga seseorang perlu mengelola informasinya secara pribadi untuk
mempermudah dalam mengakses dan menggunakan informasi tersebut dikemudian hari (Otopah
& Dadzie, 2013). Sumber informasi yang ditemukan tersebut disimpan tidak hanya di komputer
desktop dan di kalender, buku harian, dan catatan, tetapi juga di berbagai platform digital, seperti
perangkat seluler, cloud, akun e-mail, dan jejaring sosial (Alon & Nachmias, 2020). Penyimpanan
tersebut termasuk ke dalam upaya seseorang dalam mengelola informasinya. Personal Information
Management atau biasa disebut dengan pengelolaan informasi pribadi mengacu pada praktik dan
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam memperoleh atau membuat (acquire or create),
menyimpan (store), mengatur (organize), memelihara (maintain), menemukan kembali (retrieve),
menggunakan (use), hingga mendistribusikan atau menyebarkan (distribute) informasi yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Tujuan dilakukan
PIM agar seseorang dapat menemukan informasi yang tepat, di tempat yang benar, bentuk yang
sesuai untuk memenuhi kebutuhan informasinya pada saat itu. Penerapan PIM pada kehidupan
sehari-hari membawa manfaat kepada seseorang seperti meminimalkan stress, dapat menghemat
waktu, meningkatkan efisiensi, meningkatkan produktivitas, dan mampu mengurangi perasaan
adanya keberlimpahan informasi (Warraich et al., 2018).

35
BACA: Jurnal Dokumentasi dan Informasi, Vol. 44, No. 1, 2023, Hlm. 33–48

Untuk mempermudah dalam melakukan praktik PIM, mahasiswa membutuhkan sebuah alat
atau perangkat lunak (software). Seperti yang dikemukakan oleh Krtalić et al. (2016) bahwa
penting bagi seorang mahasiswa untuk menggunakan teknik pengelolaan khusus seperti metadata
bibliografi dan alat pengelolaan khusus untuk membantu dalam proses mengelola dokumen agar
lebih terstruktur khususnya bila ada yang gratis dan mudah digunakan. Alat pengelolaan khusus yang
dimaksud adalah reference manager. Reference manager adalah aplikasi komputer yang membantu
penggunanya yang mayoritas adalah peneliti, pengajar, dan mahasiswa untuk mengumpulkan,
mengelola, dan memformat referensi dan kutipan untuk tujuan akademis (Cai et al., 2021). Dalam
kegiatan perkuliahan, mahasiswa akan banyak berinteraksi dengan sumber referensi seperti buku,
artikel jurnal, berita atau situs web ketika mengerjakan essay, karya tulis ilmiah maupun mengerjakan
tugas akhir seperti skripsi dan disertasi. Kegiatan menyisipkan kutipan dan referensi dalam tugas-
tugas tersebut kegiatan yang paling banyak memakan waktu. Reference manager akan sangat
membantu pengguna untuk mengelola sumber informasi digitalnya seperti e-journal, e-book maupun
e-proceeding lebih efektif dan efisien serta membantu para citee (para penulis yang karyanya dikutip)
untuk memastikan bahwa informasi atau metadata yang dimasukkan lengkap dan benar (Courraud,
2014; Jones, 2013).
Salah satu software yang dapat digunakan untuk mengelola informasi pribadi misalnya referensi
online adalah Mendeley. Situs web G21 mengklaim bahwa reference manager paling populer adalah
Mendeley dengan 170 ulasan dan peringkat 4,3/5 (Cai et al., 2021). Mendeley merupakan sebuah
software gratis yang membantu pengguna untuk mengelola informasi, berkolaborasi dan membuat
kutipan otomatis yang dikembangkan pada tahun 2007 di London. Nama Mendeley diambil dari
dua penemu aplikasi tersebut yaitu Gregor Mendel dan Dmitri Mendeleyev. Pada tahun 2013,
Mendeley diakuisisi oleh Elsevier. Mendeley merupakan open source software, sehingga terdapat
komunitas yang berperan aktif dalam peningkatan dan pengembangan perangkat lunak ini (Kaur
& Dhindsa, 2016; Perdana, 2020). Pada tahun 2018, diperkirakan sudah ada 5.000.000 pengguna
(Cai et al., 2021).

2.2 Penelitian Sejenis Sebelumnya


Personal Information Management (PIM) yang berada dalam naungan knowledge management ini
telah menjadi topik yang populer selama beberapa dekade. Enam tahun terakhir ini, PIM telah diteliti
oleh Melles dan Unsworth. Tujuan penelitian ini untuk memahami bagaimana praktik manajemen
referensi mahasiswa pascasarjana dan akademisi di Fakultas Seni di Universitas Monash setelah
diadakannya pelatihan penggunaan EndNote sebagai alat pengelolaan PIM. Dari penelitian ini
didapatkan temuan bahwa tidak semua individu menggunakan EndNote untuk mengelola informasi
pribadinya. Bagi yang menggunakan reference manager tersebut, hanya sedikit pengguna yang
memanfaatkan seluruh fitur inti yang disediakan oleh EndNote. Selain itu, penelitian ini juga
mengungkapkan cara setiap individu dalam mengelola informasinya. Walaupun setiap orang
melakukan PIM, pola perilakunya berbeda-beda. Mulai dari yang terstruktur yang berantakan
(Melles & Unsworth, 2015).
Penelitian mengenai PIM juga telah diteliti sebelumnya oleh Krtalic, Marcetic, dan Micunovic
dengan tujuan untuk mengeksplorasi kebiasaan dan aktivitas siswa humaniora dan ilmu sosial
ketika mereka mengelola informasi digital pribadi mereka. Hasil yang diperoleh menegaskan bahwa
mahasiswa harus memiliki keterampilan PIM untuk mengelola data dan dokumen digital agar
informasi tersebut dapat berjangka panjang dan dapat diakses di kemudian hari. Penelitian ini
menunjukkan bahwa jenis kelamin, jenjang atau tingkatan program studi tidak mempengaruhi tingkat
kesadaran mahasiswa dalam melakukan PIM. Selain itu, mayoritas mahasiswa mengorganisasikan
file ke dalam satu folder dan untuk membantu dalam pengorganisasian, mahasiswa membutuhkan
sebuah teknik atau alat yang gratis dan mudah digunakan (Krtalić et al., 2016).

36
Pola perilaku personal ... |Imaniar Putri Arifiyana; Yanuar Yoga Prasetyawan

Selain itu, penelitian mengenai pengelolaan informasi pribadi pada mahasiswa juga pernah
diteliti oleh Ameen. Tujuan dari penelitian ini untuk mengeksplorasi praktik PIM pada mahasiswa
generasi muda dan bagaimana perkembangan digital mempengaruhi perilaku mereka dalam
mengelola informasi tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan desain
penelitian kuantitatif dengan metode survey. Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti mampu
mengetahui bahwa pola interaksi PIM mahasiswa dalam hal menemukan (finding), menyimpan
(keeping), dan menemukan kembali (re-finding) dalam lingkungan informasi digital tidak terlalu
baik. Mahasiswa masih memerlukan pelatihan terkait PIM agar dapat mengelola informasi pribadinya
secara efektif dan efisien sehingga produktivitas mereka semakin meningkat. Selain itu, penelitia
tersebut menunjukkan jika mayoritas universitas di Pakistan tidak menggunakan artikel jurnal
sebagai referensi dalam penelitiannya (Ameen, 2016).
Topik PIM juga baru-baru ini diteliti oleh sekelompok peneliti dari Pakistan yaitu Faize,
Hussain, dan Akhtar. Tujuan penelitian tersebut untuk menggali kompetensi mahasiswa sarjana
dalam PIM, mengidentifikasi masalah praktik PIM yang dihadapi mahasiswa, dan mengidentifikasi
strategi untuk meningkatkan keterampilan PIM agar mahasiswa dapat mengatur waktu, tenaga,
dan uang secara efektif. Berdasarkan penelitian kuantitatif ini, PIM dapat dikategorikan menjadi
tiga jenis yaitu kompetensi rendah, sedang, dan tinggi. Setiap mahasiswa melakukan kegiatan PIM
meskipun kompetensinya rendah hingga sedang. Penelitian ini menyarankan kepada para pustakawan
universitas agar dapat menyediakan pelatihan terkait PIM (Faize et al., 2018).
Selain itu, penelitian PIM juga pernah dilakukan oleh Syn, Sinn, dan Kim yang bertujuan
untuk menyelidiki bagaimana perilaku informasi pribadi mahasiswa dipengaruhi oleh konteks,
jenis sumber daya, dan persepsi pada pengelolaan informasi pribadi. Penelitian ini menunjukkan
bahwa persepsi, konteks, dan jenis sumber daya mahasiswa sangat mempengaruhi aktivitas mereka
dalam mengelola informasi pribadi. Penelitian ini menemukan adanya faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi PIM setiap individu. Hasil penelitian ini menyarankan kepada para profesional
informasi untuk dapat merancang sebuah layanan dan program dengan memperhatikan faktor-faktor
tersebut (Syn et al., 2020).
Berdasarkan uraian penelitian sejenis sebelumnya diatas menunjukkan bahwa penelitian
mengenai PIM telah menjadi topik penelitian yang populer di kalangan peneliti khususnya bidang
perpustakaan dan dokumentasi (pusdokinfo). Dari kelima penelitian terdahulu tersebut didapatkan
kesimpulan bahwa belum ada penelitian tentang PIM pada mahasiswa dalam menggunakan Mendeley
Reference Manager. Selain itu, di Indonesia belum ada peneliti yang meneliti PIM pada mahasiswa.
Mayoritas penelitian PIM di Indonesia melibatkan siswa, guru atau pustakawan sebagai subjek
penelitian atau fokus penelitian.

3. METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Tujuan
penelitian kualitatif menurut Moleong (2016) adalah untuk memahami fenomena-fenomena
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya pengalaman, persepsi atau motivasi. Oleh sebab
itu, metode ini tepat untuk mengeksplorasi dan memahami pola perilaku pengelolaan informasi
pribadi mahasiswa khususnya ketika menggunakan aplikasi Mendeley sebagai media penyimpanan
referensi dan manajemen sumber referensi. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi
untuk memahami secara maksimal pengalaman dari subjek penelitian dan menganalisisnya dengan
menyoroti pernyataan atau tindakan penting mengenai suatu fenomena (Creswell, 2015).
Perekrutan calon informan dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik ini dilakukan
dengan mengambil subjek penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian dan didasarkan atas
berbagai pertimbangan tertentu selain itu peneliti juga harus memastikan bahwa semua subjek

37
BACA: Jurnal Dokumentasi dan Informasi, Vol. 44, No. 1, 2023, Hlm. 33–48

penelitian telah mengalami fenomena sesuai yang diteliti (Arikunto, 2014; Creswell, 2015). Kriteria
dalam penelitian ini yaitu mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro yang telah
menggunakan Mendeley selama lebih dari enam bulan. Pada penelitian ini terdapat 13 mahasiswa
yang terpilih menjadi informan yang terdiri dari satu mahasiswa berasal dari angkatan 2020, satu
mahasiswa berasal dari angkatan 2019 dan sebelas mahasiswa lainnya berasal dari angkatan 2018.
Untuk dapat menggali data secara mendalam maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan
wawancara semi terstruktur. Menurut Sugiyono (2019) wawancara bertujuan untuk menemukan
permasalahan dengan cara yang lebih fleksibel dan bebas dibandingkan wawancara terstruktur yang
dapat menimbulkan keakraban antara peneliti dengan informan sehingga memudahkan peneliti
dalam menghimpun data karena informan lebih terbuka dalam menyampaikan pendapatnya. Peneliti
dapat mengajukan pertanyaan secara bebas akan tetapi tetap mengacu pada pedoman wawancara
sehingga tidak keluar dari topik penelitian. Kemudian, data yang telah terkumpul dianalisis dengan
metode analisis tematik yang dimulai dengan membuat transkrip wawancara yang bertujuan untuk
memudahkan peneliti dalam memahami data dan mengetahui tingkat kesempurnaan data yang
telah terkumpul.
Langkah selanjutnya yaitu coding atau pemberian kode pada setiap jawaban dari seluruh
informan untuk mengetahui relevansi kode dalam menjawab rumusan masalah. Pada tahap ini
dari jawaban-jawaban tersebut ditemukan sebanyak 132 kode. Kemudian dilanjutkan grouping
atau pengelompokkan coding-coding yang sejenis atau memiliki makna sama. Peneliti melakukan
dua kali grouping yang akhirnya menghasilkan 17 grup. Setelah melakukan pengkodean dan
pengelompokkan kode, langkah terakhir dalam pengolahan data menggunakan metode analisis
tematik adalah penentuan tema dari kelompok-kelompok kode yang telah dibuat. Penelitian ini
menghasilkan 4 tema yang terdiri dari: identifikasi penggunaan, strategi pemenuhan kebutuhan
informasi, kegiatan manajemen referensi, dan evaluasi PIM mahasiswa.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi penggunaan


Dalam menggunakan Mendeley terdapat aspek-aspek pendorong yang digunakan oleh mahasiswa
sebagai modal penggunaan. Mahasiswa menggunakan dan mempelajari Mendeley berasal dari
inisiatif pribadi mahasiswa karena adanya tuntutan akademik yaitu tuntutan penggunaan style sitasi
Vancouver Superscript yang digunakan pada skripsi dan mengerjakan tugas kuliah. Adanya inisiatif
itulah yang mendorong mahasiswa untuk mempelajari Mendeley secara otodidak. Mahasiswa mencari
tahu secara mandiri mengenai Mendeley seperti bagaimana cara meng-install, menyambungkan ke
aplikasi pengolah kata, dan menggunakan fitur-fitur yang ada.
Terdapat beberapa peran dalam hal pengenalan Mendeley ke kehidupan perkuliahan mahasiswa,
yaitu dosen sebagai pendidik atau pengajar dalam perkuliahan, mereka mengenalkan Mendeley
ketika sedang memberikan materi perkuliahan maupun ketika memberikan tugas, seperti yang
dinyatakan oleh informan berikut:
“Ee sebenernya awal tau kalau ada mendeley itu di semester 1 jadi pas itu ada ee mata kuliah
Bahasa Indonesia terus di itu kan ya diajari apa namanya dikasih tau tentang sitasi, parafrase
kayak gitu kan terus dosennya itu ngasi tau kalau mau simpel itu cukup pakai mendeley itu.”
(Ca, wawancara, 15 Maret, 2022).
Selain itu, pustakawan sebagai orang yang paham akan pengorganisasian mengenai informasi
juga memiliki peran dalam mengenalkan dan mengajarkan Mendeley kepada mahasiswa dengan
memberikan pengajaran apabila mahasiswa tersebut meminta bantuan. Tidak hanya itu, teman

38
Pola perilaku personal ... |Imaniar Putri Arifiyana; Yanuar Yoga Prasetyawan

sejawat juga berperan dalam mengenalkan dan mengajarkan Mendeley kepada mahasiswa, berikut
peryataan dari informan:
“Dari temen aku, temen aku yang mengenalkan dengan mendeley, yang ngajarin juga.”
(Bi, wawancara, 5 Maret, 2022).
Dalam menulis karya ilmiah membutuhkan kemampuan literasi informasi yang baik agar
referensi dengan topik karya ilmiah yang dibahas relevan. Oleh sebab itu mahasiswa perlu memiliki
keahlian dalam mengelola referensinya. Prodi Ilmu Keperawatan memiliki aturan penulisan referensi
skripsi menggunakan style sitasi Vancouver Superscript. Mayoritas mahasiswa menggunakan
Mendeley untuk mempermudah mereka dalam mengelola referensi yang mereka gunakan
untuk mengerjakan tugas kuliah termasuk penulisan sitasi dan daftar pustaka secara otomatis.
Mendeley juga dapat digunakan sebagai database referensi. Dengan kapasitas 2 GB, mahasiswa
dapat menyimpan berbagai macam sumber informasi di Mendeley termasuk mengelolanya dalam
folder-folder sehingga mahasiswa dapat dengan mudah menemukan sumber-sumber informasi yang
dibutuhkannya (Perdana, 2020). Selain untuk mengelola referensi dan dijadikan sebagai database,
Mendeley juga memiliki kemampuan untuk menelusuri referensi melalui web Mendeley yang
terintegrasi pada aplikasi Mendeley Desktop maupun web.
Terdapat berbagai media pembelajaran yang digunakan oleh mahasiswa Ilmu Keperawatan
untuk belajar menggunakan Mendeley. Sebagian besar mahasiswa mengandalkan tutorial yang ada di
Youtube, Tiktok, Google maupun web Mendeley untuk mempelajari bagaimana cara menggunakan
fitur-fitur yang ada di Mendeley. Tidak hanya itu, mahasiswa juga belajar melalui teman sejawat
yang lebih mengerti akan penggunaan Mendeley. Mayoritas mahasiswa meminta bantuan teman
sejawatnya untuk mengajarkan bagaimana cara menggunakan Mendeley mulai dari menginstal,
mengenalkan fitur-fitur yang ada hingga menggunakan fitur tersebut. Mahasiswa mengaku lebih
senang belajar bersama teman sejawat karena mereka dapat belajar secara langsung (demonstrasi)
sehingga lebih mudah untuk dipahami.
Berdasarkan pengakuan beberapa mahasiswa, Mendeley memiliki berbagai keunggulan,
misalnya Mendeley dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Sebanyak 10 dari 13
informan menganggap Mendeley lebih efisien dalam hal waktu dan tenaga karena dapat mempercepat
dalam penulisan sitasi dan daftar pustaka yang mereka anggap sulit apabila dilakukan secara manual,
contohnya penulisan dengan style Vancouver Superscript. Hal ini mempengaruhi produktivitas
kerja mahasiswa karena mahasiswa tidak perlu menulis secara manual dan memperbaiki penulisan
sitasi maupun daftar pustaka dari awal apabila ada perubahan. Salah satunya diungkapkan oleh
informan berikut:
“Kan kadang kalau kita udah nyusun paragraf tuh, nggak mesti susunannya kayak gitu, kan
bisa dibolak-balik gitu ya, nah mungkin kalau pake APA nggak terlalu ngaruh banyak ya karena
buat sitasinya dia kan udah nama gitu, cuman kalau buat Vancover kan dia pakai urutan
angka tuh kan kadang kalo dibalik kan, misal diatas aku nulisnya nomor 2 terus kalau mau tak
kebawahin kan kek harus ngedit dari awal sampe akhir lagi gitu soalnya bolak-balik bahkan
nggak sekali dua kali gitu, bahkan bisa berkali-kali gitu, nah disitu mendeley berfungsi dengan
sangat-sangat baik sih, jadi kayak aku nggak harus ngedit dari awal udah semua udah dipikirkan
sama mendeleynya”
(Ning, wawancara, 5 Maret, 2022).
Keunggulan kedua adalah aplikasi tersebut lebih mudah untuk didapatkan karena merupakan
aplikasi berbasis open-source dan gratis. Kemudian lebih praktis penggunaannya daripada menulis
daftar pustaka dengan bantuan aplikasi pengelola referensi bawaan dari Microsoft Word dan
terorganisir. Selain itu, aplikasi tersebut juga lebih mudah digunakan daripada aplikasi pengelola
referensi lainnya yang juga gratis seperti Zotero. Hal ini dituturkan oleh informan berikut:

39
BACA: Jurnal Dokumentasi dan Informasi, Vol. 44, No. 1, 2023, Hlm. 33–48

“Em nggak tau ya, karena iklan yang pertama kalinya itu Mendeley, jadi karena pengennya
nyoba satu-satu gitu kan mendeley, terus pernah download juga instal Zotero, aku kayaknya
ngerasa lebih nyaman pakai Mendeley dan ya itu tadi ee apa gratis juga gitu kan, gitu kan.”
(Icha, wawancara, 5 Maret, 2022).
Keunggulan lainnya yaitu Mendeley Desktop maupun Mendeley Web saling terintegrasi sehingga
mahasiswa dapat membuka Mendeley Web apabila mereka sedang tidak membawa laptop. Selain itu,
Mendeley mampu melacak letak sumber referensi yang tersimpan sehingga mempermudah dalam
proses temu balik informasi dan dapat dicoret-coret seperti meng-highlight maupun memberikan
comment tanpa merusak file aslinya.
Berbagai keunggulan yang dialami oleh para mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas
Diponegoro itulah yang menjadikan Mendeley sebagai pegangan mahasiswa Ilmu Keperawatan
yang familiar dengan tugas-tugas berbentuk penyelesaian kasus dan diagnosis yang membutuhkan
referensi ketika mengerjakan tugas kuliah baik makalah, review, skripsi maupun karya tulis ilmiah
lainnya. Akan tetapi, sebuah aplikasi pasti juga memiliki kelemahan. Banyak mahasiswa yang
mengeluh jika Mendeley tidak bisa mendeteksi metadata referensi dengan baik. Hal ini biasanya
terjadi ketika mahasiswa memasukkan sumber informasi menggunakan fitur drag and drop atau
add files. Mendeley seringkali memberikan detail informasi yang salah atau berantakan, seperti
pengarang tidak muncul atau nama pengarang berubah menjadi judul sumber informasi, judul
berubah menjadi kapital balok, maupun bahasanya berubah menjadi bahasa lain misalnya artikel
berbahasa Inggris berubah menjadi bahasa Mandarin. Selain memiliki kemampuan deteksi yang
kurang canggih, cakupan database referensi Mendeley juga kurang luas. Tidak hanya itu, Mendeley
juga sering mengalami error saat disambungkan ke Microsoft Word dan terkadang Digital Object
Identifier (DOI) yang sudah dimasukkan pada Mendeley tidak muncul pada daftar pustaka sehingga
banyak mahasiswa yang mengakalinya dengan memasukkan DOI pada bagian URL. Salah satu
mahasiswa mengeluhkan apabila proses sinkronisasi Mendeley membutuhkan waktu yang lama
sehingga mengganggu produktivitas kerja dan Mendeley Web Importer tidak dapat mendeteksi
semua sumber informasi yang sebelumnya telah diimpor.
Proses identifikasi penggunaan Mendeley pada mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas
Diponegoro menunjukkan bahwa mereka menggunakan aplikasi tersebut dengan tujuan utama
untuk mempermudah dalam penulisan sitasi dan daftar pustaka. Mahasiswa menggunakan Mendeley
ketika mengerjakan tugas-tugas kuliah yang membutuhkan penulisan bibliografi dengan format APA
maupun Vancouver Superscript. Sesuai dengan penelitian Fitriana & Dewi, (2017) bahwa Mendeley
dapat membantu mahasiswa untuk menulis daftar pustaka dan sitasi secara tepat.

4.2 Strategi Pemenuhan Kebutuhan Informasi


Informasi merupakan kebutuhan pokok manusia, termasuk mahasiswa dalam jenjang perguruan
tinggi. Perilaku pencarian informasi berkaitan dengan kebutuhan pengguna akan informasi dan
bagaimana pengguna memproses kebutuhan mereka. Proses pencarian informasi membutuhkan
sebuah keterampilan dan pengetahuan. Setiap pengguna memiliki karakteristik masing-masing ketika
mencari informasi yang biasanya dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki, kebiasaan, jurusan
perkuliahan, dan keterampilan informasi (Das & Achary, 2014). Mahasiswa Ilmu Keperawatan
Universitas Diponegoro memiliki karakter dan strategi masing-masing ketika memenuhi kebutuhan
informasi. Hal ini bisa dilihat pada bagaimana langkah mereka dalam memenuhi kebutuhan informasi,
tipe referensi apa saja yang mereka seringkali gunakan, dan dimana mereka menemukan atau mencari
referensi tersebut. Dalam proses pemenuhan kebutuhan informasi, ada beberapa langkah yang
biasanya dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro yaitu menelusuri
informasi sesuai dengan kebutuhan, kemudian membaca sekilas informasi yang telah ditemukan,
dan mengunduhnya apabila sudah sesuai dengan informasi yang dicari.

40
Pola perilaku personal ... |Imaniar Putri Arifiyana; Yanuar Yoga Prasetyawan

Dalam proses pencarian informasi terdapat berbagai tipe-tipe referensi yang digunakan
oleh para akademisi. Misalnya buku, artikel jurnal, surat kabar/majalah, website resmi, dan lain
sebagainya. Begitu pula para mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro, mereka juga
sering dihadapkan oleh berbagai tipe referensi ketika mereka sedang mencari informasi untuk
mengerjakan tugas. Walaupun berhadapan dengan berbagai tipe referensi hanya ada beberapa yang
biasanya mereka gunakan dan masukkan ke dalam Mendeley. Mayoritas mahasiswa menyatakan
kepada peneliti jika mereka sering menggunakan referensi berbentuk digital baik nasional maupun
internasional seperti e-article journal dan e-book. Mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas
Diponegoro juga menggunakan website untuk mengerjakan tugas kuliah seperti website dari suatu
organisasi resmi yang memuat informasi tentang isu-isu kesehatan, misalnya website World Health
Organization (WHO), Dinas Kesehatan Kota Semarang, dan National Sleep Foundation. Selain
ketiga tipe referensi tersebut, mahasiswa juga menggunakan berita yang ada di internet untuk
dijadikan sebagai referensi seperti yang diungkapkan informan berikut:
“Kalau biasanya artikel jurnal, terus buku-buku, e-book e-book gitu, terus website, portal berita
sih, kan kadang kayak ada beberapa berita yang masuk ke topik skripsi kan.”
(Ning, wawancara, 5 Maret, 2022).
Setiap mahasiswa biasanya menentukan dimana lokasi penelusuran referensi dalam mencari
referensi-referensi yang mereka butuhkan. Lokasi yang paling sering mereka kunjungi adalah Google
Scholar dan database jurnal internasional yang memuat tentang kesehatan khususnya keperawatan
yang diakses melalui fasilitas e-journal Undip yang tersedia di SSO UNDIP misalnya Science Direct,
Scopus, Ebsco dan Pubmed. Hal ini dicetuskan oleh Putri sebagai salah satu informan.
“Ee aku sih biasanya Scopus, Pubmed, terus Science Direct, Google Scholar, sama dari jurnal-
jurnal kampus gitu yang bisa diakses, bukan yang repository gitu.”
(Putri, wawancara, 6 Maret, 2022).
Mahasiswa juga menggunakan SINTA dan SCIMAGO untuk mengetahui nilai index suatu
artikel jurnal sehingga tidak perlu mencari ulang mengenai kualitas artikel jurnal yang dipilih dan
mencari referensi berupa buku yang berbentuk file PDF melalui PDF Drive dan Z-Library agar lebih
mudah ditambahkan dalam database Mendeley. Selain itu, mereka juga sering mencari referensi
melalui portal-portal jurnal nasional seperti Portal Garuda maupun melalui database jurnal yang
dikelola oleh perguruan tinggi seperti yang dinyatakan oleh Dani:
“Rata-rata di Science Direct, terus di ee portal jurnal yang terindeks Sinta, portal garuda itu
sama di jurnal-jurnal keperawatan sih karena kan saya di jurusan keperawatan kan.”
(Dani, wawancara, 5 Maret, 2022).
Berdasarkan bagaimana cara mahasiswa memenuhi kebutuhannya, termasuk menentukan tipe
referensi yang digunakan dan lokasi penelusuran referensi, maka dapat dikatakan keterampilan
maupun pengetahuan mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro sudah cukup baik
dalam pencarian informasi. Mereka mampu menentukan strategi yang tepat untuk menemukan
referensi mana yang relevan dengan tugas-tugas kuliah yang diberikan.

4.3 Kegiatan Manajemen Referensi


Sebagai seorang akademisi yang selalu berhubungan dengan informasi, mahasiswa secara tidak
sadar melakukan praktik PIM atau pengelolaan informasi pribadi. Informasi pribadi yang dimaksud
adalah sumber referensi seperti artikel, buku, website, dan lain-lain. Berdasarkan temuan penelitian,
kegiatan mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro dalam mengelola sumber referensi
menggunakan Mendeley terbagi menjadi enam bagian dalam penjabaran sebagai berikut.

41
BACA: Jurnal Dokumentasi dan Informasi, Vol. 44, No. 1, 2023, Hlm. 33–48

4.3.1 Metode penambahan dokumen


Mendeley sebagai aplikasi pengolah referensi menyediakan berbagai fitur yang dapat dimanfaatkan
oleh para penggunanya. Salah satunya yaitu fitur untuk menambahkan dokumen ke dalam perpustakaan
Mendeley yang nantinya akan dikelola menjadi sitasi maupun bibliografi oleh pengguna. Metode
penambahan dokumen tersebut terletak pada menu File. Terdapat tiga lokasi yang dijadikan sebagai
sumber penambahan dokumen Mendeley, yaitu internet, hard drive komputer, dan referensi non-
digital. Sumber yang berasal dari internet diperoleh melalui fitur toolbar Literature Search, toolbar
Related dan Web Importer pada browser. Sumber dari hard-drive komputer diperoleh melalui fitur
Add File dan fitur Add Folder. Adapun sumber referensi non-digital diperoleh melalui fitur Add
Entry Manually. Selain itu, Mendeley juga menyediakan fitur Import yang berfungsi mengimpor
semua dokumen berbasis BibTex, EndNote, RIS, Zotero ke dalam database Mendeley.
Sebagian besar mahasiswa lebih sering menambahkan melalui fitur Add File karena dapat
memasukkan secara langsung referensi-referensi yang tersimpan dalam Mendeley. Tidak hanya
itu mahasiswa lain juga menggunakan fitur Add Entry Manually karena dapat memasukkan secara
manual metadata referensi dokumen ke dalam Mendeley sehingga tidak perlu diperbaiki lagi apabila
terdapat metadata yang kurang atau salah deteksi. Seperti yang dilakukan oleh informan berikut:
“... oh udah mau dimasukin nih gitu aku biasanya kalo di mendeleynya pake yang entry manual,
nggak tau kenapa ya karena aku kayak sering pake yang entry manual gitu daripada yang
langsung masukin karena kadang kalo langsung masukin tu beda gitu loh sama yang tak masukin
sama harusnya data yang keisi gitu jadi aku pakenya yang entry manual, habis itu ya udah diisi
mulai dari judul, penulis, terus kalo misal artikel jurnal ya jurnalnya, terus penulis, jurnalnya,
abis itu link-nya atau juga ininya DOI-nya udah, abis itu tak lampirin si file-nya itu, udah deh.”
(Bi, wawancara, 5 Maret, 2022).
Selain itu, fitur Add Entry Manually juga berfungsi untuk memasukkan semua dokumen
berbentuk non-digital (hardcopy) seperti buku-buku cetak. Fitur lain yang digunakan oleh mahasiswa
dalam memasukkan dokumen yaitu Import Files dan Mendeley Web Importer yang berfungsi untuk
mengimpor semua dokumen-dokumen di internet yang dipilih ke dalam database Mendeley secara
otomatis dengan memasang extension/add-ons Mendeley Web Importer pada browser seperti Google
Chrome, Mozilla Firefox atau Safari.
Praktik PIM yang dilakukan oleh mahasiswa ketika menambahkan dokumen ke database
Mendeley ini memiliki perbedaan dikarenakan mahasiswa memiliki kebiasaan tersendiri yang mereka
lihat dari seberapa mudahnya mereka memasukkan dokumen dan seberapa luas pengetahuan mereka
akan fitur-fitur yang disediakan oleh Mendeley. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kesamaan
hasil penelitian oleh Melles & Unsworth (2015), yang menunjukkan bahwa setiap individu memiliki
cara masing-masing untuk mengelola informasinya. Walaupun setiap orang melakukan PIM, pola
perilakunya berbeda-beda. Mulai dari yang terstruktur hingga berantakan.
4.3.2 Back-up referensi
Salah satu kegiatan dalam kegiatan manajemen referensi adalah melakukan back-up dengan
menyimpan salinan referensi yang sebelumnya telah ditemukan dan disimpan dalam database
Mendeley. Back-up dalam hal ini berupaya untuk menjadi salah satu pencegahan apabila terjadi
hal yag tidak diinginkan seperti error. Ashenfelder (2013) menyarankan untuk mencadangkan file
pribadi di lokasi yang terpisah setidaknya pada dua jenis perangkat penyimpanan yang berbeda.
Mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro juga melakukan kegiatan back-up
referensi ketika menggunakan Mendeley. Mayoritas mahasiswa juga memiliki salinan referensi yang
mereka masukkan ke dalam Mendeley yang tersimpan di hard-drive komputer. Hal ini diungkapkan
oleh informan sebagaimana kutipan wawancara berikut.

42
Pola perilaku personal ... |Imaniar Putri Arifiyana; Yanuar Yoga Prasetyawan

“Iya, masih tetep nge-backup walaupun filenya ada di mana, sebelah mana yang penting masih
bisa dilihat, di-track dari mendeleynya, oh ada disini rupanya.”
(Mo, wawancara, 1 Maret, 2022).
Alasan mahasiswa melakukan back-up referensi adalah untuk menghindari apabila terjadi
sesuatu pada aplikasi Mendeley seperti crack atau error. Hal ini merupakan salah satu tindakan
preventif yang sebaiknya dilakukan oleh pengguna aplikasi Mendeley agar tidak terjadi hal yang
tidak diinginkan, misalnya file-file referensi yang ada di Mendeley hilang karena aplikasinya rusak
atau kejadian lainnya. Alasan lainnya yaitu untuk mempermudah ketika ingin membaca kembali
referensi yang disimpan tanpa membuka aplikasi Mendeley. Berdasarkan data penelitian, informan
menyimpan salinan file referensi tersebut di hard-drive komputer pada lokasi yang berbeda-beda.
Penelitian yang dilakukan oleh Reyes (2016) juga menunjukkan bahwa 31% dari informan
penelitiannya membuat beberapa salinan file di berbagai lokasi untuk memastikan bahwa mereka
dapat menemukan file yang mereka simpan di komputer di kemudian hari.
4.3.3 Kategorisasi referensi
Menurut Reyes (2016), kategorisasi referensi masuk ke dalam tahapan ‘keep’ yang menunjukkan
bagaimana seseorang mengelola informasi yang dibuat dengan memberi nama atau memberi label
pada file dan folder mereka. Mahasiswa Ilmu Keperawatan juga melaksanakan kegiatan ini ketika
mereka mengelola informasi digitalnya menggunakan Mendeley. Sesuai dengan fungsinya, Mendeley
menyediakan fitur untuk para penggunanya agar dapat mengelola referensinya dengan baik melalui
fitur Folder. Fitur Folder memungkinkan pengguna untuk menambahkan referensi yang sama ke
berbagai folder sesuai kebutuhan di Mendeley dan folder tersebut dapat dihapus apabila sudah tidak
diperlukan lagi tanpa mempengaruhi referensi yang ada di dalamnya. Fungsi Folder pada Mendeley
bertindak sebagai semacam label untuk referensi-referensi yang sejenis. Penamaan folder pada
Mendeley disesuaikan dengan kebutuhan para penggunanya.
Berdasarkan hasil penelitian, mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro
memberikan nama folder berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan mereka. Sebanyak 7 dari 13
informan mengkategorisasikan referensinya menggunakan fitur Folder pada Mendeley. Beberapa
mahasiswa menyebutkan apabila mereka mengkategorisasikan berdasarkan tugas kuliah seperti
yang dilakukan oleh Icha.
“Selalu, selalu sih kalau itu, aku selalu ngefolderin apa namanya file yang yang dimasukin ke
mendeley, kayak misalnya untuk artikel ee apa untuk tugas A, tugas B, tugas C, atau nggak
skripsi juga aku pisahin.”
(Icha, wawancara, 5 Maret, 2022).
Mahasiswa lainnya yang mayoritas merupakan mahasiswa tingkat akhir mengklasifikasi
referensi berdasarkan pengerjaan bab pada skripsi untuk mengetahui letak referensi agar mudah
ditemukan ketika ingin digunakan. Penggunaan fitur Folder pada Mendeley tidak hanya berfungsi
untuk mempermudah dalam proses temu balik informasi, akan tetapi juga dapat merapikan referensi-
referensi yang tersimpan pada Mendeley. Hal ini dikatakan oleh informan pada kutipan wawancara
berikut.
“Iya, biar lebih rapi juga sih, karena kalau terlalu acak banget itu kadang pas kita mau nyari
itu tu kadang ini yang mana gitu, jadi biar enak dilihat aja sih gitu.”
(Es, wawancara, 6 Maret, 2022).
Berdasarkan data penelitian, enam informan lainnya tidak mengkategorisasikan referensinya
dalam folder-folder di Mendeley dikarenakan menganggap semua referensi yang mereka
masukkan tidak ada yang berbeda fungsinya. Alasan lain yang melatarbelakangi informan tidak

43
BACA: Jurnal Dokumentasi dan Informasi, Vol. 44, No. 1, 2023, Hlm. 33–48

mengkategorisasikan referensinya yaitu tidak ada inisiatif dari informan untuk mengelompokkan
referensinya dan kurangnya pengetahuan akan fitur yang ada di Mendeley.
“Eum ndak sih, langsung dicampur aja. Karena waktu itu memang taunya, di em tutorial pen-
cariannya itu caranya cuman kayak gitu, saya belum sampe tau ee buat folder untuk memisahkan
per ini kayak per sub gitu lho. Belum tau.”
(Ai, wawancara, 21 Januari, 2022).
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Faize et al. (2018) bahwa setiap
mahasiswa melakukan kegiatan PIM meskipun kompetensinya rendah hingga sedang. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa informan penelitian terbagi menjadi dua kelompok yaitu mahasiswa yang
melakukan kategorisasi referensi dan mahasiswa yang tidak melakukan kategorisasi referensi.
Adapun pelaksanaannya dilatarbelakangi oleh berbagai alasan. Hal ini juga menunjukkan apabila
kemampuan mahasiswa dalam manajemen referensi berbeda-beda, dapat dilihat dari bagaimana
cara mahasiswa tersebut mengelompokkan referensinya dan tujuan melakukan hal tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin variatif bentuk informasi, semakin selektif orang dalam memelihara
informasi tersebut sehingga terdapat perbedaan strategi.
4.3.4 Eliminasi referensi
Eliminasi referensi dilakukan dengan tujuan untuk menyeleksi informasi yang tidak digunakan
atau tidak dibutuhkan dengan menentukan suatu nilai dari sebuah informasi yang sebelumnya telah
dibuat. Mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro juga melakukan eliminasi referensi
pada Mendeley dengan cara menghapus referensi yang sudah tidak dibutuhkan atau tidak relevan
dengan hal yang saat itu sedang mereka kerjakan. Hal ini dilakukan oleh Icha dalam kutipan
wawancara berikut.
“Ee iya pernah, aku sering sih sering recycle kayak gitu, jadi ngelihat mana yang harus dihapus
dan mana yang harus didiemin dulu kayak gitu, kayak misalnya tugas-tugas yang iya cuman
sekali gitu ya ee tugas biasalah istilahnya gitu, biasanya aku cuman sekali pakai, jadi cuman
masukin buat jadiin mempermudah kita bikin referensi terus ya udah dibuang kayak gitu,
dihapus lagi...”
(Icha, wawancara, 5 Maret, 2022).
Mahasiswa memiliki berbagai alasan yang berbeda-beda mengapa mereka menghapus referensi
yang mereka miliki di Mendeley. Misalnya agar tidak bingung dengan referensi-referensi yang
sekiranya sudah tidak dibutuhkan atau ketika terdapat error pada proses sinkronisasi referensi di
Mendeley yang membuat mahasiswa menghapus seluruh referensi setelah selesai digunakan. Akan
tetapi, tidak semua informan dalam penelitian melakukan eliminasi referensi. Beberapa mahasiswa
menyebutkan bahwa ia hanya me-refresh referensi yang baru ia masukkan ke dalam Mendeley agar
berada di urutan teratas dan lebih sering menghapus referensi yang tersimpan di file komputer. Hal
tersebut mengakibatkan referensi di Mendeley semakin menumpuk karena tidak dihapus.
Dalam hal eliminasi referensi, mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro memiliki
kriteria masing-masing untuk menentukan referensi mana yang perlu dihapus. Mereka mengeliminasi
referensi berdasarkan judul dan isi referensi. Apabila judul dan isi referensi sudah tidak dapat
digunakan kembali untuk tugas lainnya, mahasiswa memutuskan untuk menghapus referensi yang
ada di Mendeley. Kriteria lain yang biasanya digunakan untuk penentuan eliminasi referensi yaitu
apabila Mendeley salah mendeteksi metadata referensi yang dimasukkan. Adanya duplikasi referensi
juga dijadikan salah satu kriteria dalam eliminasi referensi. Salah satu mahasiswa mengungkapkan
bahwa ia menghapus referensi-referensi yang ia gunakan untuk mengerjakan tugas kuliah yang
menurutnya tidak akan dikerjakan kembali. Kriteria yang terakhir yaitu menghapus referensi yang
tidak relevan dengan topik skripsi. Ketika mahasiswa mendapatkan revisi dari dosen pada skripsinya,

44
Pola perilaku personal ... |Imaniar Putri Arifiyana; Yanuar Yoga Prasetyawan

ia menganggap referensi yang sebelumnya sudah tidak relevan dengan pembahasan skripsi setelah
direvisi. Oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk menghapus referensi yang sudah tidak mereka
butuhkan lagi.
Berdasarkan pemaparan hasil tersebut, mayoritas mahasiswa telah mengelola referensinya
dengan baik dengan melakukan eliminasi referensi-referensi. Hasil penelitian juga menyebutkan
apabila masing-masing mahasiswa memiliki perilaku yang berbeda dalam mengelola informasi
digital yang tidak lagi mereka butuhkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Reyes (2016) bahwa mahasiswa menyimpan semua informasi digital akan tetapi akan menghapus
file yang tidak diinginkan karena tidak lagi diperlukan.
4.3.5 Verifikasi referensi
Verifikasi referensi merupakan kegiatan dalam manajemen referensi yang berkaitan dengan bagaimana
mahasiswa memeriksa apakah metadata referensi yang dideteksi oleh Mendeley sudah benar dan
sesuai dengan isi referensi yang dimasukkan. Verifikasi referensi pada metadata penting untuk
dilakukan karena menyangkut dengan ketepatan detail bibliografi yang dimasukkan pada sebuah
karya tulis. Adanya kesalahan dalam penulisan sitasi dan bibliografi dianggap tidak menghormati
penulis referensi yang dikutip dan dapat menyebabkan pembaca, peer-reviewer, dan editor kesulitan
untuk menemukan referensi yang dikutip.
Mendeley sering mengalami error dalam mendeteksi metadata sehingga biasanya metadata
yang terdapat pada referensi tidak terbaca, misalnya nama jurnal tidak muncul, bahasa berubah,
volume tidak muncul, dan lain sebagainya. Hal ini mengharuskan mahasiswa untuk memeriksa
ulang metadata referensi yang ada. Semua informan menyebutkan dalam wawancara apabila mereka
melakukan verifikasi referensi setelah memasukkan referensi ke dalam Mendeley sebelum akhirnya
dimasukkan dalam sitasi. Para informan melakukan verifikasi referensi dengan cara menyunting
metadata referensi yang ada di panel Document Details. Panel ini berada di bagian kiri layar
aplikasi Mendeley Desktop. Pada panel Document Details terdapat ruas-ruas yang biasanya terisi
otomatis ketika pengguna menambahkan referensi. Isi dari ruas tersebut seringkali tidak sama dengan
referensi yang ditambahkan. Oleh sebab itu, para informan menyunting panel Document Details
secara manual dengan cara membandingkannya dengan referensi yang ditambahkan misalnya artikel
jurnal. Berikut pernyataan dari salah satu informan.
“Kan biasanya kalau kita buka Mendeley, kalau misal kita buka 1 jurnal itu kan di sebelah kanan
kayak ada apa sih box gitu, itu kayak ada yang, nah biasanya lihat di situ, sambil dicocokin
di jurnalnya.”
(Gal, wawancara, 2 Maret, 2022).
Apabila referensi yang ditambahkan dalam Mendeley tidak memiliki informasi apapun,
solusinya adalah mencari informasi melalui search engine misalnya Google dengan menuliskan judul
referensi. Di sisi lain, terdapat mahasiswa yang memilih untuk memasukkan ulang referensi apabila
metadata referensinya salah. Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa melakukan
metode yang sama ketika Mendeley tidak mendeteksi metadata referensi dengan baik dengan
cara menyunting field pada panel Document Details dan mencocokkannya dengan informasi pada
referensi yang ditambahkan di Mendeley.
4.3.6 Reuse referensi
Reuse atau menggunakan kembali merupakan salah satu aktivitas dalam kegiatan manajemen
referensi yang berkaitan dengan bagaimana seseorang menggunakan kembali informasi digital
pribadi yang mereka simpan (Reyes, 2016). Mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro
melakukan reuse referensi apabila sebuah referensi masih dapat digunakan kembali atau masih
relevan dengan tugas-tugas lainnya. Reuse referensi berfungsi untuk mencegah adanya duplikasi

45
BACA: Jurnal Dokumentasi dan Informasi, Vol. 44, No. 1, 2023, Hlm. 33–48

referensi sehingga mahasiswa tidak perlu menambahkan referensi yang sama ke dalam database
Mendeley.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa menggunakan
kembali referensi-referensi yang mereka simpan dalam Mendeley selagi masih relevan dengan apa
yang mereka butuhkan. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Reyes (2016) dalam disertasinya
yaitu mayoritas informan dalam penelitiannya menggunakan kembali file yang mereka simpan
dalam layanan penyimpanan cloud seperti Google Drive dan Microsoft One Drive karena merasa
lebih praktis dalam berbagi dan mengakses file yang akan digunakan kembali.

4.4 Evaluasi PIM Mahasiswa


Dalam menggunakan Mendeley, setiap mahasiswa memiliki keterampilan masing-masing yang
berkaitan dengan penggunaan fitur-fitur yang tersedia di Mendeley. Mendeley menyediakan berbagai
fitur yang dapat dimanfaatkan oleh penggunanya untuk mempermudah dalam mengelola referensi,
seperti fitur Favorite untuk menandai referensi sebagai item favorit, fitur Note yang digunakan
untuk memberikan catatan pada sebuah referensi, fitur Highlight yang digunakan untuk menyorot
kalimat yang penting agar mudah ditemukan, dan fitur Literature Search yang digunakan untuk
mencari referensi melalui Mendeley. Mahasiswa yang menggunakan fitur-fitur tersebut mengakui
bahwa mereka menemukannya ketika sedang menjelajahi fitur-fitur yang ada di Mendeley. Selain
itu, mahasiswa juga menggunakan dua versi Mendeley yaitu Mendeley Web dan Mendeley Desktop.
Pengalaman pengguna ketika menggunakan Mendeley merupakan salah satu bentuk identifikasi
dalam mengevaluasi pelaksanaan PIM mahasiswa. Segala perasaan yang timbul selama menggunakan
Mendeley termasuk dalam pengalaman pengguna. Mahasiswa merasa terbantu dengan adanya
Mendeley karena dianggap efektif dalam penulisan sitasi dan daftar pustaka karena lebih efisien
dalam hal waktu, tenaga, dan biaya seperti yang dinyatakan oleh Liana dalam kutipan wawancara
berikut.
“Ee menurutku kalau misal udah ada artikelnya efektif sih soalnya mempercepat kan, cuma kayak
nge-klik nanti itu langsung muncul, kayak gitu kalau kita pakai yang langsung di word-nya itu
kan kita harus nulis kayak tahun dan lain-lain ya banyak, jadi ya menurutku lebih efektif ini sih.”
(Li, wawancara, 26 Februari, 2022).
Selain itu, mereka juga menganggap bahwa Mendeley lebih mudah digunakan daripada aplikasi
pengelola referensi lainnya seperti Zotero atau aplikasi bawaan dari Microsoft Word. Mudah
digunakan dalam hal ini menunjukkan bahwa Mendeley dapat dipelajari secara otodidak termasuk
fitur-fitur yang ada di dalamnya.
Setiap mahasiswa melakukan praktik PIM yang kurang lebih sama, akan tetapi memiliki cara
yang berbeda dalam mengelola referensi pribadinya menggunakan Mendeley. Cara mahasiswa dalam
menggunakan Mendeley ini berkaitan dengan kompetensi setiap mahasiswa. Kompetensi informan
dalam mengelola referensi termasuk mengkategorikan referensi dan mengeliminasi referensi terbagi
menjadi dua bagian yaitu mampu dan kurang mampu mengelola referensi dengan baik. Data
penelitian menunjukkan bahwa beberapa mahasiswa masih belum begitu memahami penggunaan
Mendeley selain untuk digunakan membuat sitasi dan bibliografi secara otomatis. Hal inilah yang
melatarbelakangi mahasiswa memiliki intensitas yang berbeda dalam mengelola informasi. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alon & Nachmias (2020) bahwa
kompetensi informan dalam mengelola referensi menunjukkan kurangnya pengetahuan dan skill
karena tidak mempelajari Mendeley secara mendalam dan hanya menggunakan Mendeley hanya
sebatas untuk menulis sitasi dan bibliografi secara otomatis.

46
Pola perilaku personal ... |Imaniar Putri Arifiyana; Yanuar Yoga Prasetyawan

5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah disajikan di atas, ditemukan empat tema mengenai
pola perilaku informan dalam mengelola informasi pribad seperti sumber referensi untuk mendukung
kegiatan perkuliahan dengan menggunakan bantuan Mendeley, yaitu identifikasi penggunaan, strategi
pemenuhan kebutuhan informasi, kegiatan manajemen referensi, dan evaluasi PIM mahasiswa.
Temuan ini menunjukkan gambaran cara mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro
menggunakan aplikasi pengelola referensi yaitu Mendeley untuk mengelola sumber referensinya
dalam menunjang kehidupan perkuliahan. Masing-masing mahasiswa memiliki metode atau cara
tersendiri sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki. Rangkaian proses PIM yang
dilakukan berkaitan dengan identifikasi penggunaan, strategi pemenuhan kebutuhan informasi, dan
cara mengelola referensi yang akhirnya menunjukkan kompetensi mahasiswa. Kompetensi beberapa
mahasiswa dalam mengelola referensi menunjukkan kurangnya pengetahuan dan skill karena tidak
mempelajari Mendeley secara mendalam.
Penelitian ini diharapkan dapat menyadarkan mahasiswa lain yang belum menggunakan
Mendeley akan pentingnya melakukan praktik PIM dalam kehidupan perkuliahan dan mahasiswa
juga diharapkan dapat mengatasi kecemasan dan frustasinya di era informasi secara efektif ketika
melakukan praktik PIM. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
pertimbangan bagi perpustakaan, dosen maupun pemangku kebijakan lainnya untuk menciptakan
strategi agar keterampilan PIM mahasiswa prodi Ilmu Keperawatan semakin meningkat. Penelitian
ini merupakan salah satu bentuk penelitian yang mengeksplorasi perilaku PIM pada mahasiswa.
Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan objek maupun subjek yang berbeda menggunakan konsep
Personal Information Management (PIM).

CONTRIBUTOR ROLES TAXONOMY


Imaniar Putri Arifiyana: Konseptualisasi, Metodologi, Kurasi Data, Penulisan-Penyusunan Draft
Asli, dan Menyunting. Yanuar Yoga Prasetyawan: Pengawasan, Validasi, dan Meninjau.

DAFTAR PUSTAKA
Alon, L., & Nachmias, R. (2020). Gaps between actual and ideal personal information management behavior.
Computers in Human Behavior, 107(22), 106292. https://doi.org/10.1016/j.chb.2020.106292
Ameen, K. (2016). Personal information management practices and behaviors of social sciences’ students. Pakistan
Journal of Information Management and Libraries, 18(1), 12–24. journals.pu.edu.pk/journals/index.php/
pjiml/article/view/952
Arikunto, S. (2014). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik (15th ed.). Rineka Cipta.
Ashenfelder, M. (2013). The Library of Congress and personal digital archiving. Library of Congress. https://
www.digitalpreservation.gov/documents/lc-digital-preservation.pdf?loclr=blogsig
Cai, T., Chen, C., Huang, T., & Ritter, F. E. (2021). What makes a good reference manager ? A Quantitative
Analysis of Bibliography Management Applications. Asian CHI Symposium, 64–69. https://doi.org/https://
doi.org/10.1145/3429360.3468183
Courraud, J. (2014). Zotero: A free and open-source reference manager. Medical Writing, 23(1), 46–48. https://
doi.org/10.1179/2047480614z.000000000190
Creswell, J. W. (2015). Penelitian kualitatif & desain riset: Memilih di antara lima pendekatan, Edisi 3 (Penerjemah
Ahmad Lintang Lazuardi). Pustaka Pelajar.
Das, K. C. & Achary, J. (2014). Information needs, information seeking behaviour and use of electronic resources by
research scholars and faculties in the University and Research Libraries of Odisha. International Research:
Journal of Library & Information Science, 4(4), 552–567. http://irjlis.com/information-needs-information-
seeking-behaviour-and-use-of-electronic-resources-by-research-scholars-and-faculties-in-the-university-and-
research-libraries-of-odisha/

47
BACA: Jurnal Dokumentasi dan Informasi, Vol. 44, No. 1, 2023, Hlm. 33–48

Faize, F. A., Akhtar, M., & Hussain, W. (2018). Exploring students’ competency in personal information man-
agement : Problems and prospects. Pakistan Journal of Information Management and Libraries, 20,
1–18. https://proquest.proxy.undip.ac.id/scholarly-journals/exploring-students-competency-personal/
docview/2227796171/se-2?accountid=49069
Fitriana, H. A., & Dewi, A. O. P. (2017). Pengaruh pengajaran Mendeley Reference Management Software terhadap
ketepatan penulisan sitasi dan daftar referensi (Studi eksperimental mahasiswa prodi s-1 ilmu perpustakaan
angkatan 2014 Universitas Diponegoro). Jurnal Ilmu Perpustakaan, 6(4), 241–250. https://ejournal3.undip.
ac.id/index.php/jip/article/view/23230
Inanna, I., Rahmatullah, R., Ampa, T., & Nurjannah, N. (2020). Pengelolaan referensi karya ilmiah mahasiswa
melalui pemanfaatan aplikasi Mendeley. Pengabdi: Jurnal Hasil Pengabdian Masyarakat, 1(1), 29–34.
https://doi.org/10.26858/pengabdi.v1i1.15720
Jones, W. (2013). Transforming technologies to manage our information: The future of personal information
management, part II. Synthesis Lectures on Information Concepts, Retrieval, and Services, 5(4), 1–179.
https://doi.org/https://doi.org/10.2200/S00532ED1V01Y201308ICR028
Kaur, S., & Dhindsa, K. S. (2016). Comparative study of citation and reference ReadCube. 2016 International
Conference on ICT in Bussiness Industry & Government (ICTBIG), 1–5. https://doi.org/10.1109/ICT-
BIG.2016.7892715
Kearns, L. R., Frey, B. A., Tomer, C., & Alman, S. (2014). A Study of personal information management strategies
for online faculty. Journal of Asynchronous Learning Network, 18(1). https://doi.org/10.24059/olj.v18i1.296
Krtalić, M., Marčetić, H., & Mičunović, M. (2016). Personal digital information archiving among students of
social sciences and humanities. Information Research, 21(2). http://informationr.net/ir/21-2/paper716.html
Melles, A., & Unsworth, K. (2015). Examining the reference management practices of humanities and social
science postgraduate students and academics. Australian Academic & Research Libraries, 46(4), 249–274.
https://doi.org/10.1080/00048623.2015.1104790
Mohammadi, E., Thelwall, M., & Haustein, S. (2015). Who reads research articles ? An altmetrics analysis of
Mendeley user categories. JASIST: Journal of The Association for Information and Technology, 66(9),
1832–1846. https://doi.org/10.1002/asi.23286
Moleong, L. J. (2016). Metodologi penelitian kualitatif (35th ed.). Remaja Rosdakarya.
Otopah, F. O., & Dadzie, P. (2013). Personal information management practices of students and its implications
for library services. Aslib Proceedings, 65(2), 143–160. https://doi.org/10.1108/00012531311313970
Perdana, F. J. (2020). Pelatihan membuat daftar pustaka otomatis dengan aplikasi Mendeley Desktop Bagi maha-
siswa dalam persiapan penyusunan tugas akhir. Dimasejati, 2(1), 75–93. https://doi.org/10.24235/dimasejati.
v2i1.6652
Reyes, V. (2016). Personal information management : A study of the practical aspects of archiving personal digital
information [Simmons College]. https://proquest.proxy.undip.ac.id/disertations-theses/personal-information-
management-study-practical/docview/1954047981/se-2?accountid=49069
Sinn, D., Kim, S., & Yeon, S. (2019). Information activities within information horizons : A case for college
students ’ personal information management. Library and Information Science Research, 41(1), 19–30.
https://doi.org/10.1016/j.lisr.2019.02.003
Sugiyono. (2019). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D (Sutopo (ed.); 2nd ed.). Alfabeta.
Syn, S. Y., Sinn, D., & Kim, S. (2020). Impact of contexts, resource types and perceptions on information manage-
ment within the personal domain among college students. Aslib Journal of Information Management, 72(6),
909–927. https://doi.org/10.1108/AJIM-05-2020-0163
Warraich, N. F., Ali, I., & Yasmeen, S. (2018). Keeping found things found: Challenges and usefulness of per-
sonal information management among. Information and Learning Sciences, 119(12), 712–720. https://doi.
org/10.1108/ILS-07-2018-0064
Xie, X., Sonnenwald, D. H., & Fulton, C. (2014). The role of memory in document re-finding. Library Hi Tech,
33(1), 83–102. https://doi.org/10.1108/LHT-06-2014-0050

48

You might also like