Arktikle Untuk Sma
Arktikle Untuk Sma
Arktikle Untuk Sma
Abstract
Although acknowledged that Greek philosophy gave great
influence on the development of Islamic philosophy, but
philosophy of Islam are not based on it, because; (1) to learn
does not necessarily reflect a repetition, (2) every thought is not
separated from their cultural context, (3) the real fact shows that
Islamic rational thinking has established before the arrival of
Greek philosophy. If so, where Islamic philosophical thought
come from? The answer is from the Islamic tradition itself, from
scientists who attempt to explain the teachings of the Muslim
holy book. There are three measures relevant to philosophical
reasoning: ta’wil method, explanation of musytarak meaning,
and qiyâs. In addition, the demands on theological issues, to
harmonize the views that seem contradictory and complex, for
further systematized it in an integral metaphysical idea. From
there developed methods and philosophical thought in Islam,
long before the arrival of Greek philosophy through the process
of translation. First of all it was accepted because it is needed
to answer new problems which require rational thinking, then it
was declined at the time of Ibn Hanbal because there are certain
cases which considered deviant, it was developed again in the
time of al-Farabi and Ibn Sina, then rejected and considered to
cause disbelief in the al-Ghazali era, and it was developed again
at the Ibn Rushd, then change lanes to work together with Sufism
in the time of Suhrawardi and Ibn Arabi
Keywords: Philosophy, Islamic Tradition, Theological Issues
Pendahuluan
Perkembangan filsafat Islam sebagai bagian tidak terpisahkan
dari sejarah panjang khazanah pemikiran Islam sesungguhnya
bukan sesuatu yang sederhana. Banyak aspek dan hubungan
yang harus dipahami, dijelaskan dan diuraikan. Ketidaktelitian
dalam mencermati, memilah dan memilih persoalan inilah yang
sering menyebabkan kita tidak tepat untuk menilai dan
mengambil tindakan. Adanya sikap yang anti-filsafat di
sebagian kalangan umat Islam atau anggapan bahwa filsafat
Islam hanyalah berasal dari Yunani, salah satu sebabnya adalah
karena adanya kekurang telitian tersebut. Tulisan ini akan
mencermati sejarah panjang perkembangan filsafat Islam, mulai
asal-asulnya, pertemuannya dengan filsafat Yunani dan
perkembangannya dalam sejarah pemikiran Islam.
Pemikiran-pemikiran filsafat Yunani yang masuk dalam
pemikiran Islam, diakui banyak kalangan telah mendorong
perkem-bangan filsafat Islam menjadi makin pesat. Meski
demikian, menurut ditulis Oliver Leaman (l. 1950 M), seorang
orientalis asal Universitas Kentucky, USA, adalah suatu
kesalahan besar jika menganggap bahwa filsafat Islam bermula
dari proses penerjemahan teks-teks Yunani tersebut, atau hanya
nukilan dari filsafat Aristoteles (384-322 SM) seperti
dituduhkan Ernest Renan (1823-1893 M), atau dari Neo-
Platonisme seperti disampaikan Pierre Duhem (1861-1916 M).
Ada beberapa hal yang harus diperhatian. Pertama, bahwa be-
lajar atau berguru tidak berarti hanya meniru atau mengikuti
semata. Harus dipahami bahwa suatu ide dapat dibahas oleh
banyak orang dan akan tampil dalam berbagai macam fenomena.
Seseorang ber-hak mengambil sebagian gagasan orang lain
tetapi itu semua tidak menghalanginya untuk menampilkan teori
atau filsafatnya sendiri. Aristoteles (384-322 SM), misalnya,
jelas murid Plato (427-348 SM), tetapi ia mempunyai pandangan
sendiri yang tidak dikatakan guru-nya. Begitu pula Baruch
Spinoza (1632-1777 M), walau secara jelas sebagai pengikut
Penutup
Dalam bagian akhir ini, ada beberapa hal yang perlu disampai-
kan. Pertama, bahwa pemikiran filsafat Islam tidak didasarkan
atas filsafat Yunani yang masuk ke dalam tradisi keilmuan Islam
lewat proses terjemahan melainkan dikembangkan dari sumber-
sumber khazanah Islam sendiri karena adanya kebutuhan untuk
itu. Alih-alih didasarkan atas filsafat Yunani, sebaliknya justru
pemikiran rasional Islam yang telah ada dan mapan sebelumnya
itulah yang telah memberikan jalan bagi diterimanya filsafat
Yunani dalam tradisi intelektual Islam. Meski demikian, harus
diakui juga bahwa hasil-hasil perterjemahan karya Yunani telah
membantu perkembangan filsafat Islam menjadi lebih pesat.
Daftar Pustaka
Abdullah, Amin. 1998. “Teologi dan Filsafat dalam Perspektif
Glo-balisasi llmu dan Budaya” dalam Mukti Ali dkk,
Agama dalam Pergumulan Masyarakat Kontemporer.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Affifi. 1989. Filsafat Mistis Ibnu Arabi. Terj. Nandi Rahman.
Jakarta: Media Pratama.
Aqqad, Abbas Mahmud. 1988. Filsafat Pemikiran Ibnu Sina.
Terj.
Atiyeh, George N. 1983. Al-Kindi Tokoh Filosof Muslim. Terj.
Kasidjo D. Bandung, Pustaka.
Bakar, Osman. 1995. Tauhid dan Sains, Terj. Yuliani L.
Bandung, Pustaka Hidayah.
Hasymi. 1975. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta, Bulan
Bintang. Hitti, Philip K. 1986. History of the Arabs. New
York, Martin Press. Ibnu Rusyd. 1978. Falsafah Ibn
Rusyd. Beirut: Dâr al-Âfâq.