Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

738 2242 1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

JURNAL TEKNO GLOBAL VOLUME 8 NO 1 JULI 2019 ISSN PRINT : 2089-6018

ISSN ONLINE : 2502-2024


L INFORMATIKA GLOBAL VOLUME 05 No. mber 2017
247
Perhitungan Perkerasan Lentur Berdasarkan Metode Manual Desai
Perkerasan (MDP) (Studi Kasus: Bts. Provinsi Jambi – Peninggalan)
Sartika Nisumanti1)
1)
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Indo Global Mandiri
Jl Jend. Sudirman No. 629 KM. 4 Palembang Kode Pos 20129
Email : Sartika.nisumant@uigm.ac.id1)

ABSTRACT

Road section in border area of Jambi Province - Peninggalan is Lintas Timur Sumatera street which link between
provinces. So, this road is often crossed by large vehicles with heavy load and increasing traffic volume which affect
on these road. Besides the relatively high volume of traffic, a vehicle load which exceeds the permitted limit causing
damage to this road section.
This is a problem for road user if it isnʼt immediately repaired, therefore itʼs necessary to calculate the planning of
flexible pavement thickness for handling and increasing the road.
This research is conducted by using secondary data from the IRMS survey method. Deflection data which carried by
Falling Weight Deflectomer (FWD) from P2JN in South Sumatera Province. Furthermore, planning of pavement layer
thickness by analyzing the average daily traffic (LHR) to obtain the Cummulative Equivalent Standard Axle Load
(CESA) value, the age of plan is calculated for 20 years by using the road damage factor (VDF) Manual Design,
determining the thickness of the added layer (overlay).
Based on the result of analysis with the 2013 Road Pavement Design Manual method, the CESA4 value of 20 years is
178.213.146,32 and the CESA5 value is 569.466.311,89 , while the planned deflection value is 0,285 mm, thickness of
added layer (Ho) is 5,197 cm, the correction value of thickness added layer (Fo) is 1,01563 , the thickness of corrected
added layer (Ht) is 5 cm. So, the AC-WC overlay is 4 cm. The calculation result of pavement thickness design based on
both design chart 3 and design chart 3A if used HRS or CTB is difficult to implement, so the proposed pavement
thickness is 3A flexible pavement with AC-WC thickness is 4 cm, AC-BC 6 cm, AC base 24,5 cm, LPA Class A 30 cm.

Keywords : 2013 Pavement Design Manual, Flexible Pavement Layer, Thickness of added layer.

ABSTRAK

Ruas jalan Bts. Prov. Jambi – Peninggalan merupakan jalan Lintas Timur Sumatera penghubung antar Provinsi.
Sehingga ruas jalan ini sering dilintasi oleh kendaraan besar bermuatan berat dan meningkatnya volume lalu lintas
yang berpengaruh terhadap penurunan kualitas perkerasan pada ruas jalan tersebut. Selain volume lalu lintas relatif
tinggi, beban kendaraan melebihi batas yang diizinkann sehingga ruas jalan ini sering terjadi kerusakan.
Hal ini menjadi masalah bagi pengguna jalan jika tidak segera diperbaiki, untuk itu perlu dilakukan perhitungan
perencanaan tebal perkerasan lentur untuk penanganan maupun peningkatan jalan pada ruas jalan tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder cara survey IRMS, data lendutan dilakukan dengan alat
Falling Weight Deflectomer (FWD) dari P2JN Provinsi Sumatera Selatan. Selanjutnya perencanaan tebal lapisan
perkerasan dengan cara menganalisa lalu lintas harian rata-rata (LHR) untuk mendapatkan nilai Cummulatif
Equivalent Standar Axle Load (CESA), Umur Rencana dihitung setiap tahun selama 20 tahun menggunakan Faktor
Perusak Jalan (VDF) Manual Design, penentuan tebal lapis tambah (Overlay).
Berdasarkan hasil analisis dengan metode Manual Desain Perkerasan jalan tahun 2013 diperoleh nilai CESA 4 20
tahun sebesar 178.213.146,32 dan nilai CESA5 adalah 569.466.311,89, sedangkan nilai lendutan rencana/ijin adalah
0,285 mm, tebal lapis tambah (Ho) 5,197 cm, nilai koreksi tebal lapis tambah (Fo) 1,01563, sehingga tebal lapis
tambah terkoreksi (Ht) 5 cm, jadi nilai lapis tambah (overlay) Ac-Wc sebesar 4 cm. Hasil perhitungan desain tebal
perkerasan berdasarkan kedua bagan desain 3 dan bagan desain 3A menunjukkan bahwa bagan desain 3 jika
digunakan HRS atau CTB sulit untuk diimplementasikan, sehingga tebal perkerasan yang diusulkan adalah
perkerasan lentur bagan 3A dengan tebal Ac-Wc 4 cm, Ac-Bc 6 cm, Ac-Base 24,5 cm, LPA kelas A 30 cm.

Kata kunci : Manual Desain Perkerasan 2013, lapis perkerasan lentur, tebal lapis tambah

22
JURNAL TEKNO GLOBAL VOLUME ISSN PRINT : 2338-6762
ISSN ONLINE : 2477-6955

1. Pendahuluan aspal (asphalt pavement), umumnya terdiri dari lapis


permukaan aspal yang berada di atas lapis pondasi dan
Jalan raya merupakan prasarana transportasi darat lapis pondasi bawah granuler yang dihampar diatas
yang berfungsi sebagai penunjang perekonomian tanah dasar.
masyarakat. Seiring perkembangan suatu daerah dan Secara umum, perkerasan lentur terdiri dari tiga
pertambahan penduduk yang begitu pesat, Pemerintah lapisan utama yaitu lapis permukaan (surface course),
terus menerus melaksanakan pembangunan disegala lapis pondasi (base course), lapis pondasi bawah
bidang khususnya pembangunan infrasatruktur jalan (subbase course).
raya. Beban lalu lintas adalah beban kendaraan yang
Jalan merupakan aset nasional mutlak sehingga dilimpahkan ke perkerasan jalan melalui kontak antara
harus dipelihara dengan baik agar masyarakat adil ban dan permukaaan jalan. Beban lalu lintas merupakan
makmur yang merupakan tujuan dari pembangunan beban dinamis yang terjadi secara berulang selama
dapat dilaksanakan dan dicapai dengan baik. masa pelayanan jalan (Sukirman S, 2010).
Salah satu ruas jalan yang setiap tahun anggaran Metode Manual Perkerasan 2013 meliputi desain
dilakukan Pemeliharaan/peningkatan adalah ruas jalan perkerasan lentur (flexible pavement) dan perkerasan
Bts. Prov. Jambi – Peninggalan merupakan jalan Lintas kaku (rigid pavement) untuk jalan baru, pelebaran
Timur Sumatera penghubung antar Provinsi. Sehingga jalan, dan pebaikan. Metode ini salah satu metode
ruas jalan ini sering dilintasi oleh kendaraan besar terbaru yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Bina
bermuatan berat dan meningkatnya volume lalu lintas Marga.
yang berpengaruh terhadap penurunan kualitas Pemilihan jenis perkerasan berdasarkan perhitungan
perkerasan pada ruas jalan tersebut. lalu lintas, umur rencana, dan kondisi pondasi jalan.
Saat ini kondisi perkerasan pada ruas jalan ini dalam Dalam perencanaan tebal lapisan perkerasan lentur
kondisi tidak mantap, selain volume lalu lintas relatif dengan metode MDP 2013 No. 02/M/BM/2013.
tinggi, beban kendaraan melebihi batas yang diizinkann Keputusan Direktur Jendral Bina Marga (2012)
sehingga ruas jalan tersebut sering terjadi kerusakan. menyatakan faktor pertumbuhan lalu lintas didasarkan
Hal ini menjadi masalah bagi pengguna jalan jika tidak pada sejarah data-data pertumbuhan. Faktor
segera diperbaiki. pertumbuhan lalu lintas (i) serta umur rencana (design
Selain Pembangunan jalan, penanganan berupa period) lapisan perkerasan lentur yang direncanakan.
peningkatan dan pemeliharaan tetap harus dilaksanakan, Faktor pertumbuhan lalu lintas (i) seperti pada Tabel 1.
sehingga tidak terjadi kerusakan sebelum umur rencana 2011-2020 >2021-2030
jalan. Arteri dan 5 4
Kerusakan perkerasan lentur berupa kerusakan perkotaan (%)
retak, berlobang, gelombang serta alur yang terjadi Kolektor rural 3,5 2,5
sebelum waktunya. Sering kali timbul akibat alasan (%)
kurang tepatnya cara pelaksanaan dilapangan. Jalan desa (%) 1 1
Hal tersebut diatas menimbulkan suatu pola
pemikiran apakah alasan tersebut layak untuk diterima Pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana (R)
atau bukan tidak mungkin akibat kurang sempurnanya dihitung dengan menggunakan rumus 1.
cara sistem perhitungan tebal perkerasan jalan.
Oleh karena itu perencanaan suatu konstruksi R= .
perkerasan jalan perlu dilakukan penelitian yang
Angka Pertumbuhan lalu lintas (i), seperti pada tabel 2.
kompleks dan spesifik sehingga akan diperoleh
perencanaan tebal perkerasan serta desain struktur yang
Tabel 2. Faktor Laju Pertumbuhan Lalu lintas (i) (%)
sesuai dengan umur rencana. Pada penelitian ini dicoba
Sumatera
merencanakan tebal lapis perkerasan lentur dengan
menggunakan metode Manual Desain Perkerasan Jalan Arteri dan perkotaan 4,83
2013. Kolektor rural 3,50
Silvia Sukirman (2003) menyatakan perkerasan Jalan desa 1
jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di
antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang A. Umur Rencana (UR)
berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana Menurut Bina Marga, 2013, adalah jumlah waktu
transportasi dan selama masa pelayanannya diharapkan dalam tahun dihitung sejak jalan tersebut mulai dibuka
tidak terjadi kerusakan yang berarti. sampai saat diperlukan perbaikan berat atau dianggap
Perkerasan Jalan lentur (flexible pavement) adalah perlu untuk diberi lapis permukaan yang baru pada
perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan Tabel 3.
pengikat. Berfungsi untuk menerima beban lalu lintas Jenis Elemen Perkerasan Umur Rencana
dan menyebarkannya ke lapisan dibawahnya (Sukirman, Perkerasan (Tahun)
1999). Perkerasan Lapis aspal dan 20
Menurut Hardiyatmo (2015) menjelaskan, Lentur lapisan berbutir
perkerasan lentur (flexible pavement) atau perkerasan pondasi jalan

23
JURNAL TEKNO GLOBAL VOLUME ISSN PRINT : 2338-6762
ISSN ONLINE : 2477-6955

Semua lapisan 40 untuk desain perkerasan lentur dikalikan dengan nilai


perkerasan untuk TM untuk mendapatkan nilai CESA5.
area yang tidak CESA5 = (TM x CESA4)
diijinkan sering Nilai CBR subgrade yang umum di Indonesia
ditinggikan akibat adalah 4% - 6%. Penentuan segmen seragam.
pelapisanulang. CBR karakteristik =
CBR rata-rata – 1,3 x standar deviasi
B. Lalu Lintas (Traffic) CBR ekivalen = {∑hCBR0,333} / ∑h}3
Parameter-parameter tentang lalu lintas sebagai
dasar perencanaan adalah dengan menentukan LHR E. Karakteristik Bahan
(Lintas Harian Rata-rata), karakteristik beban yang Karakteristik modulus bahan berbutir lepas yang
dikorelasikan terhadap beban standar. Perhitungan LHR digunakan untuk pengembangan bagan desain untuk
dilakukan selama 3 x 24 jam. analisis mekanistik seperti pada Tabel 5.
Ketebalan Modulus bahan lapis atas
C. Faktor distribusi dan kapasitas lajur lapisan atas berpengikat (Mpa)
Beradasarkan Permen PU No. 19/PRT/M/2011, bahan 900 1100 1200 (AC
beban desain pada setiap lajur tidak boleh melampaui berpengikat (HRS (AC BC) atau
kapasitas lajur pada setiap tahun selama umur rencana. WC/HR WC) AC Base
Persyaratan teknis jalan dan kriteria perencanaan teknik S Base)
jalan berikaitan Rasio Volume kapasitas (RVK) yang 40 mm 350 350 350
harus dipenuhi seperti pada Tabel. 4. 75 mm 350 350 350
Jumlah Lajur Kendaraan niaga pada lajur 100 mm 350 350 350
setiap arah desain (% terhadap populasi 125 mm 320 300 300
kendaraan niaga). 150 mm 280 250 250
1 100 175 mm 250 250 250
2 80 200 mm 220 210 210
3 60 225 mm 180 150 150
4 50 > 250 mm 150 150 150

D. Beban Sumbu Standar Kumulatif Parameter kelelahan (Fatique) K yang digunakan


Beban sumbu standar kumulatif atau Cumulative untuk pengembangan bagan desain dan untuk analisis
Equivalent Single Axle Load (CESA) merupakan jumlah mekanistik pada Tabel 6.
kumulatif beban sumbu lalu lintas desain pada lajur Bahan Volume aspal (Vb) Parameter K1
desain selama umur rencana. lapisan (%) untuk kondisi
ESA =(∑ jenis kendaraan LHRT x VDF) aspal iklim
CESAc =ESAx365xR Indonesia
dimana; HRS WC 16,4 0,009427
ESA = Lintas sumbu standar ekivalen (Equivalent HRS BC 14,8 0,008217
Standard Axle) untuk 1 hari. AC WC 12,2 0,006370
LHRT = Lintas harian rata-rata tahunan untuk jenis AC BC 11,5 0,005880
kendaraan tertentu.
AC Base 11,5 0,005355
CESA = Kumulatif beban standar ekivalen selama atau AC
umur rencana. BC sbg
R = Faktor pengali pertumbuhan lalu base
lintas. 1
K= (6918(0,856Vb + 1,08)/E0,36
D. Traffic Multiplier –Lapisan Aspal
F. Metode Analisa
Kerusakan perkerasan secara umum, faktor ekivalen
Metode analisa yang digunakan adalah metode
beban dihitung dengan rumus
Manual Desain Perkerasan Jalan 2013, dengan langkah-
ESA4 =( )4 langkah sebagai berikut:
1. Penentuan besarnya arus lalu lintas (LHR)
Dimana:
Berdasarkan data volume lalu lintas yang diperoleh
Lij = Beban pada sumbu atau kelompok sumbu
dari data survey IRMS dari P2JN Provinsi Sumatera
SL = Beban standar untuk sumbu atau kelompok
Selatan dilakukan perhitungan Kumulatif Beban
sumbu (nilai SL mengiktui ketentuan dalam
Sumbu Standar atau Cummulative Equivalent Standar
pedoman desain Pd T-05-2005)
Axle Load (CESA).
2. Perhitungan data lendutan dilakukan dengan alat
Nilai TM kelelahan lapisan aspal (TM lapisan aspal)
Falling Weight Deflectomer (FWD) data sekunder dari
untuk kondisi pembebanan yang berlebih di Indonesia
P2JN Provinsi Sumatera Selatan
adalah berkisar 1,8 - 2. Nilai CESA tertentu (pangkat 4)

24
JURNAL TEKNO GLOBAL VOLUME ISSN PRINT : 2338-6762
ISSN ONLINE : 2477-6955

3. Umur Rencana (UR) Tingkat pertumbuhan lalu lintas (i) diperoleh nilai
Umur rencana untuk perencanaan lapis permukaan seperti pada Tabel 8.
(aspal) bagian rehabilitasi ditentukan selama 10 tahun, Umur Tahun n i (%) R
umur lapis perkerasan bagian rekonstruksi selama 20 Rencana
tahun, dan umur rencana untuk perencanaan lapis
10 tahun 2017 - 2020 4 5 4,31
pondasi bagian rekonstruksi selama 40 tahun.
4. Tingkat Pertumbuhan Lalu Lintas (i), 2021 - 2026 6 4 6,63
Tingkat pertumbuhan lalu lintas (i) untuk desain 20 tahun 2017 - 2020 4 5 4,31
diambil dari tabel faktor pertumbuhan lalu lintas (i)
minimum untuk jalan Arteri sebesar 5% (tahun 2011 – 2021 - 2036 16 4 21,82
2020) dan 4% (tahun 2021-2030). 40 tahun 2021 - 2056 36 4 77,6
5. Menentukan Faktor Distribusi Lajur (DL)
Faktor distribusi lajur untuk ruas jalan ini ditetapkan
100% untuk 1 lajur setiap arah. 1. Lalu lintas pada lajur Rencana
6. Perkiraan Faktor Ekivalen Beban atau VDF (Vehicle Faktor Distribusi arah (DD) dan Distribusi Lajur
Damage Factor). kendaraan niaga (DL). Untuk jalan dua arah, faktor
Faktor Ekivalen beban didasarkan pada VDF distribusi arah (DD) diambil 0,50, seperti pada Tabel 9.
jalintim tahun 2013 untuk VDF pangkat 4 dan Jumlah lajur DL (%)
pengumupan data beban lalu lintas yang diperoleh dari Setiap arah
ketentuan cara pengumpulan data beban lalu lintas
(MDP 2013) untuk VDF pangkat 5. 1 100
2 80 – 100
2. Pembahasan
34 60
50 – 80
75
A. Analisa lalu lintas harian rata-rata (LHR) Koefisien distribusi arah dan distribusi lajur:
Hasil pengumpulan data Primer dilapangan C = DD x DL
diperoleh data lalu lintas harian rata-rata (LHR) tahun C = 1 * 0,5
2016 dengan pertumbuhan lalu lintas pertahun (i) 5 %. C = 0,5
Perhitungan LHR tahun pertama untuk dua arah seperti 2. Umur Rencana (UR)
pada Tabel 7. Umur rencana untuk perencanaan lapis permukaan
Jenis Uraian LHR Faktor LHR (aspal) bagian rehabilitasi ditentukan selama 10 tahun,
Kendaraan (AADT) (AADT)
Tahun Pertumbuhan tahun awal perhitungan Cesal umur rencana lapis perkerasan bagian
Survey 2016* (i) (%) 2018* rekonstruksi selama 20 tahun, dan menggunakan Faktor
1 Sepeda Motor dan 4.660 5 5.137,65 Perusak Jalan (VDF) Manual Design sampai dengan
Kendaraan Roda Tiga tahun 2020, selanjutnya menggunakan MST (Muatan
2 Sedan, Jeep, St.Wagon 751 5 827,98
Sumbu Terberat) sebesar 10 ton.
3 Oplet, Pick Up, Combi dan 1.141 5 1.257,95
Minubus Hasil perhitungan desain lalu lintas seperti pada
4 Pick-up, micro truck dan 893 5 984,53 Tabel 10.
mobil hantaran Jenis LHR Faktor Ekivalen Beban ESA/day
5a Bus kecil 602 5 663,71
Kendaraan (AADT) Sumbu Kendaraan
5b Bus Besar 524 5 577,71
tahun awal (VDF)
6.2 Truck Ringan 2 sumbu 1.120 5 1.234,80
2018* VDF4 VDF5 VDF4 * VDF5 *
7.2 Trailer 2 sumbu sedang 319 5 351,7
AADT AADT
9.2 Truck 3 sumbu sedang 231 5 254,68
11 Truck 4 sumbu trailer 500 5 551,25
1 5.137,65 - - - -
10.741 11.841,95
2 827,98 - - - -
3 1.257,95 - - - -
B. Tingkat Pertumbuhan Lalu lintas (i)
4 984,53 - - - -
Tingkat pertumbuhan lalu lintas ini diasumsikan
5a 663,71 0,3 0,2 199,112 132,74
Faktor Pertumbuhan lalu lintas sama dengan tingkat
5b 577,71 1 1 577,71 577,71
pertumbuhan penduduk.
6.a.2 1.234,80 0,8 0,8 987,84 987,84
Pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana dihitung
6.b.2.2 351,7 4,9 1,7 1.735,63 597,89
menggunakan rumus:
7.a.1 254,68 9,4 64,4 2.404,39 16.401,23
R = (1+0,01 x i)^ur-1)/(0,01 x i)
7.c.1 551,25 14,7 24 8.098,80 13.230,00
11.841,95 14.003,47 31.927,41

Analisa lalu lintas / Cummulative Equivalent Single


Axle Load (CESA) seperti pada Tabel 11.

25
JURNAL TEKNO GLOBAL VOLUME ISSN PRINT : 2338-6762
ISSN ONLINE : 2477-6955

Jenis CESA 10 Tahun CESA 20 Tahun CESA40 tahun CF = 0,0495 mm


Kendaraan
CESA4 CESA5 CESA4 CESA5 CESA 5 Umur sisa = Min [(0,207 x Deflection) -9.8. (0,29 x
1 0 0 - - - Curvature)-4,7] = 459.747.191 CESA.
2 0 0 - - - CESA
3 0 0 - - - Reksisting =  127,70
4 0 0 - - - TMxESAx 365
5a 446.801,58 297.867,72 1.111.405,20 740.936,80 2.367.606,17 Sedangkan nilai UR 40,98109 tahun
5b 1.296.367,82 1.296.367,82 3.224.675,10 3.224.575,10 10.304.199,63 Nilai lendutan rencana/ijin adalah 0,285mm, tebal
6.a.2 2.216.690,02 2.216.690,02 5.513.948,26 5.513.948,26 17.619.394,78
lapis tambah (Ho) 5,197 cm, nilai koreksi tebal lapis
6.b.2.2 3.894.707,04 1.341.641,74 9.687.964,02 3.337.292,57 10.664.060,03
7.a.1 5.395.383,67 36.803.981,44 13.420.850,99 91.548.772,23 292.537.014,00
tambah (Fo) 1,01563, sehingga tebal lapis tambah
7.c.1 18.173.518,26 29.687.812,73 45.206.067,90 73.847.521,36 235.974.037,27 terkoreksi (Ht) 5 cm, jadi nilai lapis tambah AC WC
31.423.468.39 71.644.361,46 78.164.911,47 178.213.146,32 569.466.311,89 adalah 4 cm.
b. Umur Rencana
Overlay (Lapis tambah) Hubungan nilai pemicu penanganan dan jenis
3. Keseragaman Lendutan pelapisan perkerasan seperti pada Tabel 12.
Dari gambar 1 grafik tingkat keseragaman lendutan
didapat nilai:
FK = (s/dR) x 100% = 22,820, sedangkan lendutan
wakil (Dwakil atau Dsbl ov) untuk jalan Arteri diperoleh
nilai dR + 2 S = 0,658.

Nilai CBR lapangan hasil analisa diperoleh


nilaiCBR 6 sedangkan nilai CBR rencana > 6.
Sedangkan nilai Cesa5 40 tahun = 569.466,311,89.
Lalu lintas lajur desain umur rencana 40 tahun (juta
CESA) dengan nilai 100, CBR tanah Dasar > 6, kelas
kekuatan tanah dasar SG6, seperti pada Tabel 13.

Sedangkan lendutan rencana/ijin/(Drencana atau Dstl ov


(dapat menggunakan kurva) didapat nilai
Drencana atau Dstl ov = 17,004 x CESA-0,2307
= 0,251 mm
4. Tebal lapis tambah (Ho) didapatkan:
Ho= {Ln(1,0364 + Ln(Dsbl ov) – Ln (Dstl ov)}/0,0597
= 16,704 cm
5. Koreksi tebal lapis tambah (Fo)
Pada ruas jalan ini diperoleh temperatur perkerasan
rata-rata tahunan (TPRT) 36,2, faktor koreksi tebal lapis
tambah (Fo) diperoleh: 7. Pemilihan Jenis Perkerasan
Fo = 0,5032 x EXP^(0,0194 x TPRT) = 1,01563 Perhitungan tabel 11 diperoleh nilai total CESA4 20
Tebal lapis tambah terkoreksi (Ht) didapat 17,50 tahun sebesar 178.213.146,32 untuk tahun pertama
cm, diambil lapis tambah AC WC = 4,0 cm, AC BC = setelah jalan dioverlay yaitu tahun 2016, dan untuk nilai
6,0 , AC Base 7,5 cm VDF setiap kendaraan diambil sesuai dengan nilai yang
6. Sisa Umur Rencana telah ditentukan pada tabel VDF. Maka tebal
a. Keseragaman Lendutan perkerasan direncanakan menjadi 2 alternatif yaitu
Grafik keseragaman lendutan didapat nilai 29,502 bagan desain 3 dan bagan desain 3A.
dan lendutan wakil (Dwakil atau Dsbl ov) untuk jalan Arteri 8. Alternatif 1 Bagan Desain 3.
diperoleh nilai 0,375 mm seperti pada gambar 2 Desain perkerasan Lentur (opsi biaya minimun
termasuk CTB)1 seperti pada Tabel 14.

Nilai Curvatur Function

26
JURNAL TEKNO GLOBAL VOLUME ISSN PRINT : 2338-6762
ISSN ONLINE : 2477-6955

STRUKTUR PERKERASAN
2. Nilai lendutan rencana/ijin adalah 0,285 mm, tebal
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8
lapis tambah (Ho) 5,197 cm, nilai koreksi tebal lapis
Lihat Bagan Desain 5 & 6 Lihat Bagan Desain 4 untuk alternatif > murah3
Pengulangan beban
tambah (Fo) 1,01563.
sumbu desain 20 tahun
terkoreksi di lajur desain
< 0,5 0,5 - 2,0 2,0 - 4,0 4,0 - 30 30 - 50 50 - 100 100 - 200 200 - 500 3. Tebal lapis tambah terkoreksi (Ht) 5 cm, sehingga
(pangkat 5) (106 CESA5) nilai lapis tambah (overlay) Ac-Wc sebesar 4 cm.
Jenis permukaan HRS, SS, ACkasar atau
berpengikat Pen Mac
HRS
AC halus AC kasar 4. Desain susunan lapisan perkerasan lentur diperoleh
Jenis lapis Pondasi dan
lapis Pondasi bawah
Lapis Pondasi Berbutir A Cement Treated Base (CTB) tebal AC-WC 4 cm, AC-BC 6 cm, AC-Base 24,5
HRS WC 30 30
KETEBALAN LAPIS PERKERASAN (mm)
30
cm, LPA kelas A 30 cm.
HRS Base 35 35 35
AC WC 40 40 40 50 50
Lapisan beraspal AC BC5 135 155 185 220 280 Daftar Pustaka
CTB atau CTB4 150 150 150 150 150
LPA Kelas A LPA Kelas A2 150 250 250 150 150 150 150 150
LPA Kelas A, LPA Kelas B atau kerikil alam
150 125 125 Hardiyatmo, H. C. 2015, Perancangan Perkerasan
atau lapis distabilisasi dengan CBR >10%
Jalan dan Penyeledikan Tanah. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Sedangkan alternatif 2 Bagan Desain 3A. Bina Marga, 2013, Manual Desain Perkerasan Jalan
Desain perkerasan Lentur – Aspal dengan Lapis Nomor 02/M/BM/2013.Departemen Pekerjaan
Pondasi Berbutir (solusi untuk reliabilitas 80% tebal Umun, Jakarta
perkerasan seperti pada Tabel 15. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina
Marga. Juli, 2013. Manual Desain Perkerasan
Jalan Nomor 02/M/BM/2013. Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga, 2012a, Manual Desain
Perkerasan Jalan, Jakarta: Kementerian Pekerjaan
Umum RI.
Permen PU No. 19/PRT/M/2011, Persyaratan Teknis
Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknik Jalan,
Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum RI.
Sukirman Silvia, 2010, Perencanaan Tebal Struktur
Berdasarkan Manual Desain Perkerasan jalan tahun Perkerasan Lentur, Penerbit Nova, Bandung.
2013 diperoleh susunan tebal perkerasan untuk desain 3 Sukirman, S. 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya,
dan Desain 3 A seperti pada Tabel 15. Nova, Bandung.
CESA UR 20 tahun = 178.213.146,32 Sukirman, S., 2003. Perkerasan Jalan Raya, Penerbit
NOVA, Bandung.

Lapis Perkerasan
Desain 3 Desain 3A
AC-WC 5 AC-WC 4
AC-BC 22 AC-BC 6
CTB 15 AC-BASE 24,5
LPA Kelas A 15 LPA Kelas A 30

Pada tabel 15 diatas menunjukkan pada bagan


desain 3A untuk FF3 lebih efektif, dari segi biaya relatif
murah terhadap solusi F4 pada kondisi tertentu.
Rekomendasi untuk desain perkerasan lentur pada
ruas jalan ini, lebih diutamakan menggunakan Bagan
Desain 3A dengan hasil perhitungan tebal perkerasan
sebesar perkerasan lentur tebal AC – WC 4 cm, AC –
BC 6 cm, AC-Base 24,5 mm, LPA kelas A 30 cm.

3. Kesimpulan

Dari hasil Anlisa perhitungan lalu lintas dan tebal


perkerasan pada ruas jalan Bts. Prov. Jambi -
Peninggalan menggunakan metode Manual Desain
Perkerasan 2013 diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil perhitungan nilai CESA4 sebesar
178.213.146,32 dan CESA5 sebesar 569.466.311,89.

27

You might also like