Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Jurnal Sains Dan Kesehatan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Jurnal Sains dan Kesehatan

Journal homepage: https://jsk.farmasi.unmul.ac.id

Uji Teratogenik Air Rebusan Mie Instan Selama Masa Kehamilan


Mencit Betina (Mus musculus L.) Melalui Pengamatan Kelainan Morfologi Fetus

Sister Sianturi*, Annisa Farida Muti, Moh. Benny Perdana

Fakultas Farmasi, Institut Sains dan Teknologi Nasional


Jl. M.Kahfii II Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
*Email: sianturisister16@gmail.com

Abstract
Indonesia is one of the second ranked countries in the world consuming the most instant noodles. This product
is liked by all people, especially pregnant women, so research is needed to determine the effect of
consumption of instant noodles on fetal development. This study uses mice as a test animal. The purpose of
this study was to determine the teratogenic effects of instant noodle cooking water on pregnant mice (Mus
musculus L.) concentrations of 30%, 50%, and 70% based on morphological observations of fetal mice during
pregnancy. This research is experimental with a completely randomized design (CRD) method using 60
experimental female mice in pregnancy divided into 10 groups, 1 group was given aquadest as a control group
and 9 groups were given instant noodle cooking water in 3 different brands with a concentration of 30% ,
50%, and 70% given on the 6th day of pregnancy until the 15th day of pregnancy. Then on the 18th day
female mice were sacrificed by dislocation of the neck to see the teratogenic effects based on morphology in
the fetus. The results of the statistical test showed that there were differences in the average number of dead
fetuses in each group (p = 0.05), differences in body weight (p = 0.0001), and body length (p = 0.0001) and
found one fetuses that experience cleftpalate or abnormalities in the palate of the fetus of mice in the treatment
of instant noodle boiled water concentration of 70%.

Keywords: Teratogenic, Instant noodle water, Morphological disorder

Abstrak
Indonesia adalah salah satu negara peringkat kedua di dunia terbanyak mengkonsumsi mie instan. Produk ini
disukai oleh semua kalangan terutama ibu hamil sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh konsumsi mie instan terhadap perkembangan janin. Penelitian ini menggunakan hewan mencit
sebagai hewan uji. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek teratogenik pemberian air rebusan
mie instan pada mencit hamil (Mus musculus L.) konsentrasi 30%, 50%, dan 70% berdasarkan pengamatan
morfologi fetus mencit selama masa kehamilan. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan metode
Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 60 hewan percobaan mencit betina dalam masa kehamilan
yang dibagi kedalam 10 kelompok, 1 kelompok diberikan aquadest sebagai kelompok kontrol dan 9
kelompok diberikan air rebusan mie instan dalam 3 merk berbeda dengan konsentrasi 30%, 50%, dan 70%
yang diberikan pada hari ke-6 kehamilan sampai hari ke-15 kehamilan. Kemudian pada hari ke-18 mencit

J. Sains Kes. 2020. Vol 2. No 3. 182


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Uji Teratogenik Air Rebusan Mie Instan Selama Masa Kehamilan Mencit Betina (Mus musculus L.) Melalui Pengamatan
Kelainan Morfologi Fetus

betina dikorbankan dengan cara dislokasi leher untuk melihat efek teratogenik berdasarkan morfologi pada
fetus. Hasil uji statistik penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan jumlah rata-rata fetus mati pada
setiap kelompok (p= 0,05), perbedaan berat badan (p= 0,0001), dan panjang badan (p= 0,0001) serta
ditemukan adanya satu fetus yang mengalami cleftpalate atau kelainan pada langit-langit mulut fetus mencit
pada perlakuan air rebusan mie instan konsentrasi 70%.

Kata Kunci: Teratogenik, Air Rebusan Mie Instan, Kelainan Morfologi

Submitted: 17 Oktober 2019 Accepted: 29 November 2019 DOI: https://doi.org/10.25026/jsk.v2i3.140

■ Pendahuluan Penelitian sebelumnya pernah dilakukan uji


pemberian mie instan kepada hewan uji tikus pada
Perkembangan teknologi yang pesat akhir-akhir jangka yang panjang dan dihasilkan bahwa ternyata
ini menyebabkan adanya pergesaran pola hidup pemberian perlakuan tersebut memberikan efek
manusia menjadi serba instan termasuk dalam hal peningkatan berat badan secara signifikan tetapi
pola makan [1]. Salah satu produk makanan yang menyebabkan penurunan kerja pada sistem otak
sangat digemari adalah mie instan. Indonesia adalah [5]. Penurunan pada sistem kerja otak disebabkan
negara dengan urutan kedua paling banyak sebagai karena produk ini yang banyak mengandung MSG,
konsumen mie instan di dunia. Masyarakat lebih cenderung rendah serat, tinggi kalori, lemak, garam
menyukai produk ini karena rasanya yang enak, natrium, dan kolesterol. Selain itu dalam
penyajian yang praktis, mudah di dapat, dan harga sebungkus mie instan terdapat bahan tambahan
yang relatif terjangkau oleh semua kalangan makanan yaitu sodiun tripolyphosphat, natrium
masyarakat. Konsumsi mie instan di Indenesia benzoat, dan tartrazine yellow. Semua kandungan
mencapai 75 bungkus/kapita/tahun dimana 6 dari 10 ini diduga akan memiliki efek juga apabila
orang di Indonesia mengkonsumsi mie instan lebih dikonsumsi oleh ibu hamil.
dari 1 kali dalam sehari [2]. Produk mie instan disukai Untuk itu perlu dilakukan penelitian ini untuk
oleh semua kalangan umur dari anak-anak, remaja, mengetahui bagaimana pengaruh konsumsi mie
hingga dewasa. Menurut survey yang dilakukan instan kepada ibu hamil dan pengaruhnya terhadap
kalangan ibu hamil juga memiliki tingkat kounsumsi perkembangan janin. Penelitian ini sangat penting
mie instan yang tinggi. Mie instan instan adalah sebagai penelitian awal karena akan menjawab
produk makanan yang kaya akan kandungan permasalahan pada ibu hamil yang cenderung
karbohidrat tetapi tidak lengkap unsur vitamin dan mengabaikan pola konsumsi makan yang sehat
mineral. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap untuk perkembangan janin. Selain itu penelitian ini
perkembangan janin yang sedang dalam masa diharapkan dapat mengurangi angka kematian bayi
proliferasi karena pada masa kehamilan asupan janin yang masih tinggi akibat defisiensi gizi makanan
sepenuhnya bergantung pada makanan yang dan menjadi informasi penting khususnya ibu
dikonsumsi oleh ibu hamil [3]. hamil yang cenderung sering mengabaikan pola
Permasalahannya adalah bahwa mie instan ini konsumsi yang sehat untuk perkembangan janin.
cenderung rendah serat, tapi tinggi kalori, lemak,
garam natrium, dan kolesterol. Dalam sebungkus mie
instan terdapat bahan tambahan makanan yaitu: MSG, ■ Metode Penelitian
Sodium tripolyphosphat, natrium benzoat, dan
Alat dan Bahan
tartrazine yellow [4]. Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa pemberian mie instan kepada Alat yang digunakan dalam penelitian ini
tikus pada jangka panjang memiliki efek peningkatan adalah baki plastik (26×20,5×11) cm3 dengan
berat badan secara signifikan tetapi menyebabkan serbuk kayu sebagai alas dalam baki, kawat sebagai
penurunan kerja pada sistem otak penutup baki, spidol permanen, timbangan digital,
kaca pembesar, spatula, cawan mortar, sonde

J. Sains Kes. 2020. Vol 2. No 3. 183


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Uji Teratogenik Air Rebusan Mie Instan Selama Masa Kehamilan Mencit Betina (Mus musculus L.) Melalui Pengamatan
Kelainan Morfologi Fetus

lambung, pipet tetes, gelas ukur, beaker gelas, wadah Indomie 30% secara oral yang diberikan dari
perendaman fetus, mikroskop, jangka sorong, dan alat hari ke 6 hingga ke 15 kebuntingan.
bedah. c. Kelompok perlakuan dua (KP2), yaitu
Bahan uji yang digunakan adalah terdiri dari kelompok yang diberi air rebusan murni merk
larutan aquadest dan air rebusan mie instan dengan Indomie 50% secara oral yang diberikan dari
merk Indomie, MieSedap, dan Supermie. Air hari ke 6 hingga ke 15 kebuntingan.
sebanyak 400 ml dipanaskan, Kemudian dimasukkan d. Kelompok perlakuan tiga (KP3), yaitu
mie instan dan diaduk secara perlahan selama 3 menit kelompok yang diberi air rebusan murni merk
sampai mie instannya melunak, kemudian disaring Indomie 70% secara oral yang diberikan dari
dan diambil air hasil rebusannya. Air rebusan tersebut hari ke 6 hingga ke 15 kebuntingan.
dijadikan berbagai konsentrasi yaitu 30%, 50%, dan e. Kelompok perlakuan empat (KP4), yaitu
70% dengan penambahan aquadest. kelompok yang diberi air rebusan murni merk
Rancangan Penelitian MieSedap 30% secara oral yang diberikan
dari hari ke 6 hingga ke 15 kebuntingan.
Pada penelitian ini yang dilakukan bersifat f. Kelompok perlakuan lima (KP5), yaitu
eksperimental dengan metode Rancangan Acak kelompok yang diberi air rebusan murni merk
Lengkap (RAL). Hewan dikelompokkan secara acak MieSedap 50% secara oral yang diberikan
sedemikian rupa sehingga penyebaran berat badan dari hari ke 6 hingga ke 15 kebuntingan.
merata untuk semua kelompok dengan variasi berat g. Kelompok perlakuan enam (KP6), yaitu
badan yang tidak melebihi 20% dari rata-rata berat kelompok yang diberi air rebusan murni merk
badan. Jumlah minimal mencit yang digunakan pada MieSedap 70% secara oral yang diberikan
penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus dari hari ke 6 hingga ke 15 kebuntingan.
Federer (1997) yaitu h. Kelompok perlakuan tujuh (KP7), yaitu
( 𝑛 − 1 )(𝑡 − 1) > 15 kelompok yang diberi air rebusan murni merk
Keterangan : Supermie 30% secara oral yang diberikan dari
n = Jumlah hewan yang diperlukan hari ke 6 hingga ke 15 kebuntingan.
t = Jumlah kelompok perlakuan i. Kelompok perlakuan delapan (KP8), yaitu
Dalam penelitian ini akan digunakan 4 kelompok yang diberi air rebusan murni merk
kelompok perlakuan dimana satu kelompok Supermie 50% secara oral yang diberikan dari
merupakan kelompok kontrol dan 3 kelompok lainnya hari ke 6 hingga ke 15 kebuntingan.
adalah kelompok yang diberikan larutan air rebusan j. Kelompok perlakuan sembilan (KP9), yaitu
mie instan. Sehingga perhitungan jumlah sampel kelompok yang diberi air rebusan murni merk
minimal sebagai berikut.
Supermie 70% secara oral yang diberikan dari
(n – 1 ) ( t – 1 ) > 15
hari ke 6 hingga ke 15 kebuntingan.
n>6
Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian Pembuatan Air Rebusan Mie Instan
ini 6 mencit untuk setiap kelompok percobaan. Untuk
Bahan uji yang digunakan adalah air rebusan
masing-masing perlakuan terdiri dari 3 macam merk
mi instan dengan merk Indomie, Mie Sedap, dan
mie instan yang berbeda yaitu Indomie, MieSedap,
Supermie. Air sebanyak 400 ml dipanaskan,
dan Supermie (masing-masing diberikan dengan
kemudian dimasukkan mi instan diaduk secara
konsentrasi 30%, 50%, dan 70%). Sehingga total
perlahan selama 3 menit sampai mie instannya
jumlah hewan uji adalah sebanyak 60 hewan.
melunak. Kemudian disaring dan diambil air hasil
Kelompok-kelompok uji dalam penelitian yang
rebusannya. Air rebusan tersebut dijadikan
digunakan meliputi:
berbagai konsentrasi yaitu 30%, 50%, dan 70%
a. Kelompok kontrol (KK), yaitu kelompok yang
dengan penambahan aquadest.
diberikan aquadest dengan total volume
pemberian oral yang disesuaikan dengan berat Penentuan Siklus Proestrus
badan induk di tiap hari kebuntingan, selama 10
Pelaksanaan pengamatan ini dilakukan
hari, sejak hari ke 6 hingga ke 15 kebuntingan.
dengan metode “apus vagina”. Langkah pertama
b. Kelompok perlakuan pertama (KP1), yaitu
yang dilakukan adalah melakukan pengapusan
kelompok yang diberi air rebusan murni merk
vagina mencit (Mus musculus) menggunakan
cotton bud yang telah dibasahi larutan NaCl 0,9%.

J. Sains Kes. 2020. Vol 2. No 3. 184


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Uji Teratogenik Air Rebusan Mie Instan Selama Masa Kehamilan Mencit Betina (Mus musculus L.) Melalui Pengamatan
Kelainan Morfologi Fetus

Kemudian cotton bud tersebut dioleskan di atas gelas meliputi pemeriksaan berat badan, panjang badan,
obyek yang sudah dibersihkan untuk membuat serta kelainan morfologi (seperti perubahan mulut,
preparat apusan vagina. Diteteskan pewarna hidung, rahang, mata, otak, bulu, kaki depan, kaki
methylene blue 1% pada preparat dan dibiarkan belakang, dan ekor kulit, dan lapisan mukosa)
selama 3 – 5 menit hingga pewarna agak kering. apakah normal atau tidak. Fetus cacat eksternal
Preparat dibilas menggunakan aquadest dan ditutup berupa kerdil biasanya ditentukan apabila rata-rata
menggunakan gelas obyek. Preparat diamati berat badan fetus normal tidak mencapai 2/3 bagian
menggunakan mikroskop compound untuk dari rata-rata berat badan fetus normal atau
mengetahui fase estrus yang dialami mencit (Mus kelompok kontrol.
musculus).
Analisis Data
Pengawinan dan Penentuan Kebuntingan
Data jumlah fetus, berat badan fetus, panjang
Sebelum hewan dikawinkan dapat dibuat apusan fetus, kelainan morfologi, dan kelainan histologi
vagina untuk menentukan masa birahi pada mencit disajikan secara deskriptif. Data jumlah fetus, berat
betina (tahap proestrus). Pengawinan hewan badan fetus, dan panjang fetus disajikan dalam
dilakukan pada masa estrus dengan perbandingan bentuk nilai rata-rata dan standar deviasi pada
jantan dan betina 1 : 3. Jumlah mencit yang digunakan setiap kelompok. Data jumlah fetus mencit
sebanyak 60 mencit betina dan 20 mencit jantan. kemudian dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu
Sebanyak 3 mencit betina dengan 1 mencit jantan jumlah janin yang hidup, resorpsi, jumlah janin
dalam satu kandang pada sore hari sekitar pukul yang mati. Data kelainan morfologi (mulut, hidung,
16.00, dan keesokan harinya dilakukan pembuktian rahang, mata, otak, bulu, kaki depan, kaki
perkawinan dengan melihaat ditemukannya bercak belakang, dan ekor kulit, dan lapisan mukosa)
sumbat vagina. dikategorikan menjadi menjadi 2 kategori yaitu
normal dan tidak normal) pada setiap kelompok.
Perlakuan Terhadap Hewan Uji
Selanjutnya, dilakukan analisis secara
Bahan Uji berikan pada mencit hamil selama 10 statistik dengan menggunakan uji ANOVA
hari berturut-turut mulai hari ke-6 sampai hari ke-15 (analysis of varians) jika data berdistribusi normal,
kehamilan, tanpa mempuasakan hewan. Pengamatan sedangkan jika data tidak berdistribusi normal
kondisi hewan dilakukan setiap hari selama masa maka uji statistik yang digunakan adalah uji
pengujian terhadap adanya kematian, keadaan statistik Kruskal Wallis. Kemudian, jika hasil
sekarat, perubahan tingkahlaku, dan gejala-gejala berpengaruh secara signifikan maka dilakukan
toksisitas. Berat badan ditimbang pada hari ke-0, dengan uji statistik lanjutan yaitu Uji Duncan untuk
selama pemberian sediaan uji dan sebelum diotopsi. melihat kelompok mana yang berbeda satu sama
Saat muncul dan lama gejala toksik harus diamati lainnya.
(seperti perubahan mulut, hidung, rahang, mata, otak,
bulu, kaki depan, kaki belakang, dan ekor kulit, dan
lapisan mukosa). ■ Hasil dan Pembahasan

Pembedahan Mencit Pengaruh Pemberian Air Rebusan Mie Instan


terhadap Penampilan Intrauterin Uterus Induk
Mencit yang akan dibedah ditimbang bobot Mencit
tubuh dan konsumsi makanannya. Sebelum dibedah
mencit dianastesi dengan eter. Mencit yang sudah Pada penelitian ini ditemukan adanya fetus
mati diletakkan terlentang di nampan, permukaan mati yaitu pada kelompok perlakuan air rebusan
perutnya dibasahi dengan kapas basah. Kemudian indomie pada pengenceran konsentrasi 50% dan
fetus dikeluarkan dan diamati jumlah janin yang 70% masing-masing sebanyak 2 dan 7 fetus.
hidup, resorpsi, jumlah janin yang mati. Fetus diamati Jumlah fetus mati pada kelompok perlakuan mie
apakah terdapat tapak resorpsi yang ditandai dengan sedap ditemukan pada kelompok dengan
adanya gumpalan merah sebagai tempat tertanamnya pengenceran konsentrasi 30%, 50%, dan 70%
fetus. masing-masing sebanyak 2, 5, dan 10 fetus. Jumlah
fetus mati pada kelompok perlakuan air rebusan
Pengamatan Morfologi Fetus
supermie ditemukan pada kelompok dengan
Parameter morfologi fetus yang diamati antara pengenceran konsentrasi 50% dan 70% masing-
lain kelengkapan organ eksternal dari jumlah fetus, masing sebanyak 4 dan 5 fetus (Tabel 1).

J. Sains Kes. 2020. Vol 2. No 3. 185


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Uji Teratogenik Air Rebusan Mie Instan Selama Masa Kehamilan Mencit Betina (Mus musculus L.) Melalui Pengamatan
Kelainan Morfologi Fetus

Tabel 1. Jumlah Fetus Hidup, Mati, dan Reasorpsi Uji statistik pada data jumlah fetus mati
Jumlah Fetus n (%)
Kelompok
Jumlah Total
Fetus menunjukkan bahwa data berdistribusi tidak
Induk Fetus Fetus Hidup Fetus Mati
Reasorpsi normal dan mempunyai variansi yang tidak
KK 6 52 52 (100%) 0 (0%) 0 (0%)
P1K1 6 49 49 (100%) 0 (0%) 0 (0%)
homogen, sehingga dilakukan uji statistik kruskal-
P2K1 6 59 57 (96,6%) 0 (0%) 2 (3,4%) wallis. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada
P3K1 6 62 55 (88,7%) 0 (0%) 7 (11,3%) perbedaan yang signifikan secara statistik jumlah
P1K2 6 67 65 (97,0%) 0 (0%) 2 (3,0%)
P2K2 6 70 65 (92,9%) 0 (0%) 5 (7,1%) fetus mati diseluruh kelompok perlakuan (pvalue =
P3K2 6 72 62(86,1%) 0 (0%) 10 (13,9%) 0,003). Pada kelompok perlakuan yang diberikan
P1K3
P2K3
6
6
72
54
72 (100%)
50 (92,6%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
4 (7,4%)
air rebusan MieSedap ditemukan adanya fetus
P3K3 6 65 60 (92,3%) 0 (0%) 5 (7,7%) mati lebih banyak dari merk mie instan lain, adanya
Total 60 622 587 (94,4%) 0 (0%) 35 (5.6%) fetus mati terbanyak pada kelompok yang diberi air
Keterangan : rebusan dengan pengenceran konsentrasi 70%
KK = kelompok kontrol
P1K1 = kelompok perlakuan pengenceran konsentrasi 30% dibandingkan konsentrasi 50% dan 30%. Selain itu,
(Indomie) Pada kelompok perlakuan yang diberikan air
P2K1 = kelompok perlakuan
(Indomie)
pengenceran konsentrasi 50%
rebusan Indomie ditemukan adanya fetus mati
P3K1 = kelompok perlakuan pengenceran konsentrasi 70% yang lebih banyak pada pengenceran konsentrasi
(Indomie) 70% dibandingkan dengan pada pengenceran
P1K2 = kelompok perlakuan pengenceran konsentrasi 30%
(MieSedap)
konsentrasi 50%. Sama halnya, pada kelompok
P2K2 = kelompok perlakuan pengenceran konsentrasi 50% yang diberikan air rebusan Supermie ditemukan
(MieSedap) adanya fetus mati yang lebih banyak di kelompok
P3K2 = kelompok perlakuan pengenceran konsentrasi 70%
(MieSedap) pengenceran konsentrasi 70% dibandingkan
P1K3 = kelompok perlakuan pengenceran konsentrasi 30% dengan kelompok pengenceran konsentrasi 50%.
(Supermie) Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
P2K3 = kelompok perlakuan pengenceran konsentrasi 50%
(Supermie) yang dilakukan pada tikus hamil yang menyatakan
P3K3 = kelompok perlakuan pengenceran konsentrasi 70% bahwa pemberian tartrazine berpotensi bersifat
(Supermie) embriotoksik. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa jumlah fetus yang mengalami kematian
lebih banyak pada kelompok yang diberikan
Penambahan bahan tambahan makanan (Food tartrazine dengan dosis 4,5 mg/kg dibandingkan
Additive) dengan menggunakan zat kimia sudah dengan kelompok kontrol dan kelompok yang
banyak ditemukan di berbagai makanan dan minuman diberikan tartrazine dengan dosis 0,45 mg/kg [9].
[6]. Bahan tambahan makanan dapat berupa zat Terjadi penurunan jumlah fetus hidup yang
warna, pengawet, dan pemberi aroma [6]. Mie instan berkaitan erat dengan semakin meningkatnya
merupakan salah satu produk makanan kering yang jumlah kematian fetus seiring dengan kenaikan
menggunakan bahan tambahan pangan dalam proses dosis yang diberikan. Hal ini diduga karena adanya
produksinya. Mie instan mengandung tartrazine yang ketidakmampuan induk mencit untuk menetralisir
merupakan zat pewarna sintetik. Tartrazine dan mendetoksifikasi senyawa-senyawa kimia
merupakan tepung berwarna kuning jingga yang yang masuk dalam tubuh induk mencit. Akhirnya
mudah larut dalam air, dengan larutannya bewarna terakumulasi pada embrio mencit melalui
kuning keemasan [7]. Kandungan dari air rebusan pembuluh darah dan mempengaruhi perkembangan
atau kuah mie instan yang tidak diganti diperkirakan fetus mencit [10].
yang dapat menyebabkan teratogen Akan tetapi, pada kelompok yang diberikan
Pada penelitian teratogenik ini hal yang perlu perlakuan air rebusan Indomie dengan kelompok
diperhatikan yaitu perubahan atau kelainan fetus yang pengenceran konsentrasi 30% dan kelompok yang
disebabkan oleh bahan yang menyebabkan diberikan perlakuan Supermie dengan kelompok
teratogenik. Fetus mati dalam penelitian ini diduga pengenceran 30% tidak ditemukan adanya fetus
disebabkan oleh toksisitas dari air rebusan mie instan yang mati. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan
yang diberikan dalam pengenceran konsentrasi yang setiap induk mencit memiliki kemampuan
terus meningkat pada periode kehamilan yang rentan metabolisme yang berbeda terhadap senyawa yang
terhadap zat kimia. Embrio mudah diserang atau masuk ke dalam tubuhnya, sekalipun dalam satu
diganggu pada tingkat dini, sehingga jika dalam galur yang sama dan terhadap senyawa teratogen
perkembangannya mengalami kerusakan yang sangat yang sama [11].
parah dapat menyebabkan fetus tidak dapat hidup [8].

J. Sains Kes. 2020. Vol 2. No 3. 186


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Uji Teratogenik Air Rebusan Mie Instan Selama Masa Kehamilan Mencit Betina (Mus musculus L.) Melalui Pengamatan
Kelainan Morfologi Fetus

Pada keadaan-keadaan tertentu zat teratogenik Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
dapat demikian beracun atau dapat mempengaruhi yang dilakukan pada tikus hamil yang
susunan alat-alat vital janin demikian beratnya menunjukkan bahwa jumlah fetus yang hidup lebih
sehingga menimbulkan reasorpsi [12]. Pada banyak pada kelompok kontrol dibandingkan
penelitian ini tidak ditemukannya fetus yang dengan kelompok yang diberikan tartrazine
mengalami reasopsi di setiap kelompok perlakuan. dengan dosis 0,45 mg/kg dan 4,5 mg/kg [9]. Akan
Hal ini kemungkinan karena reaksi janin terhadap zat tetapi, pada kelompok yang diberi perlakuan air
teratogenik sangat bermacam-macam dan banyak rebusan Indomie menunjukkan bahwa jumlah fetus
faktor yang ikut berperan. Pada keadaan-keadaan hidup pada kelompok pengenceran konsentrasi
tertentu zat teratogenik dapat demikian beracun atau 30% lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok
dapat mempengaruhi susunan alat-alat vital janin dengan pengenceran 50%. Begitu halnya dengan
demikian beratnya sehingga menimbulkan reasopsi. kelompok yang diberi perlakuan air rebusan
Pada peristiwa-peristiwa yang lain pengaruh zat Supermie menunjukkan bahwa jumlah fetus
teratogenik sedemikian ringannya sehingga janin hidup pada kelompok dengan pengenceran
mampu hidup terus tetapi sebagian susunan-susunan konsentrasi 50% lebih sedikit dibandingkan dengan
alatnya terkena pengaruhnya [12]. jumlah fetus hidup pada kelompok dengan
Selain itu diketahui bahwa jumlah fetus hidup pengenceran 70%. Penelitian yang dilakukan pada
dari total 6 induk pada kelompok kontrol dan tikus hamil juga menunjukkan bahwa jumlah fetus
kelompok perlakuan air rebusan Indomie pada hidup yang diberikan pada kelompok yang
pengenceran konsentrasi 30%, 50%, dan 70% diberikan tartrazine dengan dosis 0,45 mg/kg lebih
berturut-turut sebanyak 52, 49, 59, 62. Jumlah fetus sedikit dibandingkan dengan kelompok yang
hidup pada kelompok perlakuan air rebusan diberikan tartrazine dengan dosis 4,5 mg/kg [9].
MieSedap pengenceran konsentrasi 30%, 50%, dan Selain itu, adanya kelompok kontrol pada
70% berturut-turut sebanyak 65, 65, dan 62. Jumlah penelitian ini yaitu berupa pemberian aquadest
fetus hidup pada kelompok perlakuan air rebusan secara oral Pemberian perlakuan aquadest tersebut
Supermie pengenceran konsentrasi 30%, 50%, dan dilakukan untuk mengetahui kondisi kebuntingan
70% berturut-turut sebanyak 72,50, dan 60. normal induk. Jumlah fetus yang dihasilkan induk
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa data mencit (Mus musculus L) baik pada kelompok
jumlah fetus hidup berdistribusi normal dan kontrol maupun kelompok perlakuan antara 6 - 14
mempunyai variansi yang homogen, sehingga fetus pada tiap induk dimasing-masing kelompok
dilakukan uji statistik one way anova. Hasil uji perlakuan maupun kelompok kontrol. Jumlah
statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan jumlah tersebut masih dalam kategori normal karena rata-
fetus hidup di antara kesepuluh kelompok perlakuan rata jumlah anak mencit (Mus musculus L) secara
(pvalue = 0,0005). Sehingga dapat dikatakan bahwa teori berkisar 6-15 ekor [13]. Walaupun adanya
pemberian air rebusan mie instan mempengaruhi perbedaan jumlah fetus pada masing-masing induk
jumlah fetus hidup pada induk mencit (Mus musculus disetiap kelompok kontrol maupun perlakuan,
.L) pada masing-masing kelompok perlakuan. namun masih dalam taraf yang wajar karena tidak
Diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan rata- terlalu jauh signifikan jumlah fetus dari tiap induk
rata jumlah fetus hidup di seluruh kelompok di semua kelompok hewan uji.
perlakuan. Pada kelompok perlakuan yang diberikan Pengaruh Pemberian Air Rebusan Mie Instan
air rebusan MieSedap, jumlah fetus hidup pada terhadap Berat Badan Fetus
kelompok yang diberikan dengan pengenceran
konsentrasi 30% dan 50% lebih banyak dibandingkan Salah satu parameter pengamatan dalam uji
dengan jumlah fetus hidup pada kelompok yang teratogenik yaitu pengamatan eksternal seperti
diberikan air rebusan MieSedap dengan berat badan fetus [14]. Hasil penelitian
pengenceran konsentrasi 70%. Semakin rendah menunjukan bahwa air rebusan mie instan yang
konsentrasi atau semakin jernih air rebusan mie instan diberikan pada mencit (Mus musculus L) hamil
maka tingkat presentase hidup fetus semakin baik. mempengaruhi berat badan fetus pada masing-
Hal ini dikarenakan air rebusan yang berwarna kuning masing kelompok perlakuan.
atau tartrazine yang semakin sedikit kadarnya karena Penimbangan berat badan fetus pada
terjadi pengenceran. penelitian ini dilakukan pada fetus yang hidup.
Data hasil pengamatan terhadap berat badan dan

J. Sains Kes. 2020. Vol 2. No 3. 187


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Uji Teratogenik Air Rebusan Mie Instan Selama Masa Kehamilan Mencit Betina (Mus musculus L.) Melalui Pengamatan
Kelainan Morfologi Fetus

panjang badan fetus dapat dilihat pada Tabel 2. Uji Pada kelompok kontrol diketahui bahwa rata-
statistik menujukkan bahwa data berat badan fetus rata berat badan fetus adalah 1.2819 g ± 0,08966.
berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang Pada kelompok perlakuan air rebusan mie instan
homogeny, sehingga memenuhi syarat untuk diuji merk Indomie dengan pengenceran konsentrasi 30
statistik one way anova. Hasil penelitian % rata-rata berat badan fetusnya adalah 1.2331 g ±
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang 0,07506. Sedangkan rata-rata berat badan fetus dan
signifikan secara statistik rata-rata berat badan fetus standar deviasi pada kelompok perlakuan air
di seluruh kelompok perlakuan (pvalue = 0,0001). rebusan mie instan dengan pengenceran
Rata-rata berat fetus masih dalam kisaran yang konsentrasi 50% dan 70% berturut-turut sebesar
normal. Secara teori, jumlah anak mencit rata-rata 6- 1.2891 g dengan standar deviasi 0,07325 dan
15 ekor dengan berat lahir antara 0,5-1,5 g [13]. Dari 1.0485 g ± 0,05582.
hasil penelitian terlihat bahwa rata-rata berat badan Hasil penelitian pada kelompok perlakuan air
fetus yang paling kecil adalah berat badan fetus dari rebusan MieSedap diketahui bahwa rata-rata berat
kelompok perlakuan air rebusan indomie dengan badan fetus mengalami penurunan disetiap
pengenceran konsentrasi 70% yaitu 1,0485 g ± pemberian pengenceran konsentrasinya. Pada
0,05582 . Sedangkan rata-rata berat badan fetus yang kelompok yang diberikan perlakuan air rebusan
paling tinggi adalah berat badan fetus dari kelompok mie instan dengan pengenceran konsentrasi 30%
perlakuan air rebusan Indomie dengan pengenceran memiliki rata-rata berat badan fetus sebesar 1.2008
konsentrasi 50% yaitu 1.2891 g ± 0,07325. Hal g ± 0,06721. Kelompok yang diberikan air rebusan
tersebut kemungkinan dikarenakan setiap induk dengan pengenceran konsentrasi 50% memiliki
mencit memiliki kemampuan metabolisme yang rata-rata berat badan fetus sebesar 1.1653 g ±
berbeda terhadap senyawa yang masuk ke dalam 0,03928. Sedangkan kelompok yang diberi
tubuhnya, sekalipun dalam satu galur yang sama dan perlakuan air rebusan mie instan dengan
terhadap senyawa teratogen yang sama [11]. pengenceran konsentrasi 70% memiliki berat
badan fetus sebesar 1.1182 g ± 0,05422.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Tabel 2. Rata-Rata Berat Badan Fetus yang dilakukan pada tikus yang diberikan
Jumlah Jumlah Fetus Rata-Rata Berat Fetus
Perlakuan
Induk Hidup (g) ± SD tartrazine menyatakan bahwa berat badan fetus
KK 6 52 1,2819 ± 0,08966 yang diberikan tartrazine dengan dosis 0,45 mg/kg
P1K1 6 49 1,2331 ± 0,07506 dan 4,5 mg/kg secara signifikan lebih rendah
P2K1 6 57 1,2891 ± 0,07325
P3K1 6 55 1,0485 ± 0,05582 dibandingkan dengan kelompok kontrol [9].
P1K2 6 65 1,2008 ± 0,06721 Penurunan berat badan fetus adalah bentuk
P2K2 6 65 1,1653 ± 0,03928 teringan dari efek agensia teratogenik dan
P3K2 6 62 1,1182 ± 0,05422
P1K3 6 72 1,0800 ± 0,06644 merupakan parameter yang sensitif. Berkurangnya
P2K3 6 50 1,1842 ± 0,08526 berat badan fetus adalah indikasi adanya hambatan
P3K3 6 60 1,2335 ± 0,07313
pertumbuhan pada fetus [15].
Keterangan :
KK = kelompok kontrol Berdasarkan data pada kelompok perlakuan
P1K1 = kelompok perlakuan pengenceran konsentrasi 30% air rebusan Supermie diketahui bahwa rata-rata
(Indomie)
P2K1 = kelompok perlakuan pengenceran konsentrasi 50%
berat badan fetus yang diberikan perlakuan air
(Indomie) rebusan Supermie dengan pengenceran
P3K1 = kelompok perlakuan pengenceran konsentrasi 70% konsentrasi 30% memiliki rata-rata berat badan
(Indomie)
P1K2 = kelompok perlakuan pengenceran konsentrasi 30% fetus sebesar 1.0800 g ± 0,06644 g. Pada kelompok
(MieSedap) yang diberi perlakuan air rebusan Supermie
P2K2 = kelompok perlakuan pengenceran konsentrasi 50% dengan pengenceran konsentrasi 50% memiliki
(MieSedap)
P3K2 = kelompok perlakuan pengenceran konsentrasi 70% rata-rata berat badan fetus sebesar 1.0800 g dengan
(MieSedap) standar deviasi 0,06644. Selain itu kelompok yang
P1K3 = kelompok perlakuan pengenceran konsentrasi 30%
diberikan air rebusan Supermie dengan
(Supermie)
P2K3 = kelompok perlakuan pengenceran konsentrasi 50% pengenceran konsentrasi 70% memiliki rata-rata
(Supermie) berat badan fetus sebesar 1.2335 g ± 0,07313.
P3K3 = kelompok perlakuan pengenceran konsentrasi 70%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
(Supermie)
perbedaan yang signifikan secara statistik rata-rata
berat badan fetus diseluruh kelompok perlakuan.

J. Sains Kes. 2020. Vol 2. No 3. 188


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Uji Teratogenik Air Rebusan Mie Instan Selama Masa Kehamilan Mencit Betina (Mus musculus L.) Melalui Pengamatan
Kelainan Morfologi Fetus

Kemudian dilanjutkan dengan melihat perbedaan tersebut normal morfologinya tapi bisa
rata-rata berat badan fetus masing-masing perlakuan mengakibatkan ukuran fetus mengecil [16] .
yang dapat dilihat pada Tabel 3. Diketahui bahwa
Pengaruh Pemberian Air Rebusan Mie Instan
tidak ada perbedaan rata-rata berat badan fetus pada
Terhadap Panjang Badan Fetus
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan air
rebusan Indomie dengan pengenceran konsentrasi Pengukuran panjang fetus pada penelitian ini
50%. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada dilakukan pada fetus yang hidup. Data hasil
perbedaan berat badan fetus pada kelompok pengamatan terhadap panjang badan fetus dapat
perlakuan air rebusan Indomie pengenceran dilihat pada Tabel 4.
konsentrasi 30% dengan kelompok perlakuan
Supermie pengenceran konsentrasi 70%. Selain itu
ditemukannya juga tidak ada perbedaan antara Tabel 4. Rata-Rata Panjang Badan Fetus
Jumlah Jumlah Fetus Rata-Rata Panjang Fetus
kelompok perlakuan air rebusan MieSedap Perlakuan
Induk Hidup (mm) ± SD
pengenceran konsentrasi 30% dengan kelompok KK 6 52 20,6708 ± 0,53546
perlakuan Supermie pengenceran konsentrasi 50%. P1K1
P2K1
6
6
49
57
18,4900 ± 0,40442
21,6937 ± 0,51703
Sama halnya dengan perlakuan Supermie  P3K1 6 55 19,8709 ± 0,42477
pengenceran konsentrasi 50% tidak ada perbedaan P1K2 6 65 20,0778 ± 0,41619
P2K2 6 65 18,4755 ± 0,54257
dengan kelompok air rebusan mie sedap 50%. P3K2 6 62 19,5724 ± 0,53461
P1K3 6 72 19,9238 ± 0,45493
P2K3 6 50 20,0656 ±0,49066
P3K3 6 60 19,6875 ± 0,46659
Tabel 3 Perbedaan Rata-Rata Berat Badan Fetus Masing-Masing
Perlakuan
No. Jumlah Fetus Rata-Rata Berat Badan Fetus
1 P2K1 1,2891a Berdasarkan Tabel 4. menunjukan bahwa air
2 KK 1,2819a
3 P3K3 1,2335b rebusan mie instan yang diberikan pada mencit
4 P1K1 1,2321b (Mus musculus L) hamil mempengaruhi panjang
5 P1K2 1,2018c badan fetus pada masing-masing kelompok
6 P2K3 1,1842cd
7 P2K2 1,1653d perlakuan. Uji statistik menujukkan bahwa data
8 P3K2 1,1182e panjang badan fetus berdistribusi normal dan
9 P1K3 1,0800f
10 P3K1 1,0485g
mempunyai variansi yang homogeny. sehingga
memenuhi syarat untuk diuji statistik one way
anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik
rata-rata panjang badan fetus di seluruh kelompok
ditemukan pada kelompok perlakuan MieSedap
perlakuan (pvalue = 0,0001). Diketahui bahwa
pengenceran konsentrasi 50% dengan konsentrasi
rata-rata panjang badan fetus yang paling rendah
70%, kelompok perlakuan mie sedap pengenceran
adalah panjang badan fetus dari kelompok
konsentrasi 70% dengan kelompok air rebusan
perlakuan air rebusan MieSedap dengan
Supermie dengan pengenceran konsentrasi 30%, dan
pengenceran konsentrasi 50% yaitu 18,4755 mm ±
kelompok perlakuan air rebusan Supermie
0,54257. Sedangkan rata-rata panjang badan fetus
pengenceran konsentrasi 30% dengan kelompok
yang paling tinggi adalah panjang badan fetus dari
perlakuan air rebusan Indomie dengan pengenceran
kelompok perlakuan air rebusan Indomie dengan
konsentrasi 70%.
pengenceran konsentrasi 50% yaitu 21.6937 mm ±
Fase organogenesis merupakan masa yang
0,51703.
paling rentan terjadinya cacat pada janin. Pada
Pada kelompok kontrol diketahui bahwa rata-
periode ini terjadinya deferensiasi sel yang sangat
rata panjang badan fetus adalah 20,6708 mm ±
intensif untuk membentuk alat-alat tubuh (organ),
0,53546. Pada kelompok perlakuan air rebusan mie
sehingga fetus sangat peka terhadap zat teratogenik
instan Indomie dengan pengenceran konsentrasi
yang masuk. Teratogen dengan dosis yang rendah
30% rata-rata panjang badan fetusnya adalah
akan mengakibatkan kematian beberapa sel atau dapat
18,4900 mm ± 0,40442. Sedangkan rata-rata
pula terjadi penggantian sel karena fetus mempunyai
panjang badan fetus dan standar deviasi pada
kemampuan regenerasi yang tinggi sehingga fetus
kelompok perlakuan air rebusan mie instan merk
Indomie dengan pengenceran konsentrasi 50%

J. Sains Kes. 2020. Vol 2. No 3. 189


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Uji Teratogenik Air Rebusan Mie Instan Selama Masa Kehamilan Mencit Betina (Mus musculus L.) Melalui Pengamatan
Kelainan Morfologi Fetus

dan 70% berturut-turut sebesar 21,6937 mm ± perlakuan Supermie pengenceran konsentrasi


0,51703 dan 19,8709 mm ± 0,42477. 30%, dan perlakuan Supermie pengenceran
Hasil penelitian pada kelompok perlakuan air konsentrasi 50%. Tidak ada perbedaan rata-rata
rebusan MieSedap diketahui bahwa rata-rata panjang badan perlakuan Supermie pengenceran
panjang badan fetus pada kelompok yang diberikan konsentrasi 30% dengan perlakuan Indomie
perlakuan air rebusan mie instan dengan pengenceran pengenceran konsentrasi 70%. Tidak ada
konsentrasi 30% memiliki rata-rata panjang badan perbedaan rata-rata panjang fetus pada kelompok
fetus sebesar 20,0778 mm ± 0,41619. Kelompok yang perlakuan Supermie pengenceran konsentrasi
diberikan air rebusan dengan pengenceran 70% dengan kelompok perlakuan MieSedap
konsentrasi 50% memiliki rata-rata panjang badan pengenceran konsentrasi 70%. Selain itu, hasil
fetus sebesar 18,4755 mm ± 0,54257. Sedangkan penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan
kelompok yang diberi perlakuan air rebusan mie rata-rata panjang badan fetus pada kelompok
instan dengan pengenceran konsentrasi 70% memiliki perlakuan kontrol deengan kelompok perlakuan
rata-rata panjang badan fetus sebesar 19,5724 mm ± Indomie 50%.
0,53461.
Berdasarkan data pada kelompok perlakuan air
rebusan Supermie diketahui bahwa rata-rata panjang Tabel 5. Perbedaan Rata-Rata Panjang Badan Fetus Masing-
badan fetus yang diberikan perlakuan air rebusan Masing Perlakuan
supermie dengan pengenceran konsentrasi 30% No. Jumlah Fetus Rata-Rata Panjang Badan Fetus
1 P2K1 21,6937a
memiliki rata-rata panjang badan fetus sebesar 2 KK 20,6708b
19,9238 mm ± 0,45493. Pada kelompok yang diberi 3 P1K2 20,0778c
perlakuan air rebusan supermie dengan pengenceran 4 P2K3 20,0632c
5 P1K3 19,9238cd
konsentrasi 50% memiliki rata-rata panjang badan 6 P3K1 19,8709d
fetus sebesar 20,0656 mm ± 0,49066. Selain itu 7 P3K3 19,6875e
19,5724e
kelompok yang diberikan air rebusan Supermie
8 P3K2
9 P2K2 18,4925f
dengan pengenceran konsentrasi 70% memiliki rata- 10 P1K1 18,4900g
rata panjang badan fetus sebesar 19,6875 mm ±
0,46659. Rerata panjang fetus berbeda nyata antara
kontrol dengan perlakuan hal ini disebabkan karena
Pengamatan Cacat Morfologi Pada Fetus Setelah
perbedaan konsentrasi dalam pengenceran air rebusan
mie instan. Pemberian Air Rebusan Mie Instan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Keadaan abnormal ditandai dengan
yang dilakukan pada tikus yang diberikan tartrazine penyimpangan dari standar normal, terutama
menyatakan bahwa panjang badan fetus yang sebagai akibat dari efek kongenital [17].
diberikan tartrazine dengan dosis 0,45 mg/kg dan 4,5 Pengamatan malformasi dimulai dari daerah
mg/kg secara signifikan lebih rendah dibandingkan kepala, diperhatikan bentuk dan ukuran kepala,
dengan kelompok kontrol [9]. Gangguan serta dikepala harus terdapat 2 tonjolan mata yang
perkembangan individu dalam uterus menyebabkan masih tertutup, 2 lubang hidung dan 2 telinga.
kelainan antara lain kelahiran dengan panjang badan Mulut dan bibir diamati ukuran, dan bentuk. Mulut
tidak normal. Berkurangnya panjang fetus adalah dibuka untuk diamati dan memastikan ada tidaknya
indikasi adanya hambatan pertumbuhan fetus. celah dilangit-langit mulut atau sumbing
Hambatan pertumbuhan terjadi bila agen (cleftpalate) [18].
mempengaruhi proliferasi sel, interaksi sel, dan Hasil penelitian menunjukan bahwa air
pengurangan laju biosintesis berkaitan dengan rebusan mie instan yang diberikan pada mencit
hambatan sintesis asam nukleat, protein, atau (Mus musculus L) hamil tidak terjadi kelainan
mukopolisakarida [15]. malformasi pada semua kelompok perlakuan baik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada konsentrasi 30%, 50%, dan 70% seperti bentuk
perbedaan yang signifikan rata-rata panjang badan kepala, tonjolan pada mata, lubang hidung, dan
fetus diseluruh kelompok perlakuan. Berdasarkan telinga.
hasil tersebut diketahui bahwa tidak ada perbedaan Untuk pemeriksaan cleft palate dilakukan
rata-rata panjang badan fetus pada kelompok dengan menyayat bagian kepala mulai dari daerah
pelakuan MieSedap pengenceran konsentrasi 30%, mulut kearah belakang tepat pertengahan daun

J. Sains Kes. 2020. Vol 2. No 3. 190


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Uji Teratogenik Air Rebusan Mie Instan Selama Masa Kehamilan Mencit Betina (Mus musculus L.) Melalui Pengamatan
Kelainan Morfologi Fetus

telinga sampai kepalanya terpisah menjadi dua mensyaratkan proses mitosis di jaringan palatum
bagian. Buang lidah fetus dan amati ada tidaknya cleft yang melibatkan protein pembelahan dari keluarga
palate pada bagian tersebut. Senyawa steroid cyclin. Kontak antara 2 ujung bilah palatum pada
diketahui dapat menyebabkan cleft palate jika tahap akhir palatogenesis memicu serangkaian
dikonsumsi selama trimester pertama kehamilan [18]. proses yang diarahkan pada keberhasilan fusi
membentuk struktur sinambung yang kokoh
menutup sempurna langit-langit. Tahap yang
paling genting pada tahapan ini adalah shelves
elevation dan palatal fusion. Tahap palatogenesis
pada mencit percobaan sekitar hari ke-10 hingga
ke-14 kebuntingan.
Dalam sebungkus mie instan terdapat
beberapa bahan tambahan yang digunakan dalam
pangan yaitu, pewarna tartrazin CI 19140,
Antioksidan (TBHQ), Natrium Benzoat, Natrium
Metabisulfit, Monosodium Glutamat (MSG),
a b Dinatrium inosinat, Guanilat [7]. Tartrazin CI
Gambar 1. (a) Fetus cleftpalate (b) Fetus Normal 19140 atau yang lebih dikenal sebagai Tartrazin
merupakan zat pewarna sintetik. Pada umumnya
bahan tambahan makanan yang berupa bahan
Berdasarkan Gambar 1. pada fetus mencit sintetis mempunyai kelemahan yaitu sering terjadi
kelompok P3K1 (Kelompok perlakuan dengan ketidaksempurnaan proses pada saat metabolisme
pengenceran konsentrasi 70% Indomie) terdapat sehingga mengandung zat-zat berbahaya bagi
satu fetus yang mengalami kelainan pada celah-celah kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogen
langit atau cleft palate (Gambar a) yang dibandingkan yang dapat merangsang terjadinya kanker pada
dengan kelompok kontrol (Gambar b). Pengamatan hewan dan manusia. [19].
cleft palate dilakukan dengan menyayat bagian kepala Zat kimia yang secara nyata mempengaruhi
mulai dari daerah mulut kearah belakang tepat perkembangan janin menimbulkan efek yang
pertengahan daun telinga sampai kepalanya terpisah berubah-ubah mulai dari letalitas sampai kelainan
menjadi dua bagian. Buang lidah fetus dan amati ada bentuk (malformasi) dan keterhambatan
tidaknya cleftpalate pada bagian tersebut. pertumbuhan. Malformasi janin itu disebut terata
Untuk hasil penelitian cleftpalate didapatkan dan zat kimia yang menimbulkan teratogen atau zat
hasil bahwa pada kelompok indomie dengan teratogenik [12]. Uji teratogenisitas adalah suatu
pengenceran konsentrasi 70% terdapat satu ekor fetus pengujian untuk memperoleh informasi adanya
yang terdapat kelainan pada langit-langit. Cleftpalate abnormalitas fetus yang terjadi karena pemberian
adalah manifestasi dari gangguan yang terjadi disalah sediaan uji selama masa pembentukan organ fetus
satu titik sepanjang proses palatogenesis. Agar (masa organogenesis). Pemajanan teratogen akan
diperoleh struktur langit-langit mulut yang menutup memberikan efek kerusakan yang signifikan pada
sempurna, palatogenesis harus berhasil melampui 4 morfologi fetus apabila diberikan ketika masa
tahapan perkembangan ke-empat tahapan itu adalah: organogenesis karena pada tahapan tersebut mulai
pertumbuhan awal bilah palatum (initial palatal terbentuk lapisan germinal yang akan
shelves growth), pertumbuhan seperti mendaki berdiferensiasi menjadi organ-organ tertentu. Fetus
(shelves elevation), pertumbuhan (horizontal shelves pada masa ini cenderung memiliki respon
growth), dan fusi (Palatal fusion). Pertumbuhan awal teratogenik [20].
palatum dimulai dari terbentuknya tonjolan bilateral
dari sisi dalam dinding maksila.. Pada tahap
berikutnya ujung-ujung bilah palatum akan tumbuh ■ Kesimpulan
menaik seperti mendaki hingga menempatkan diri Berdasarkan hasil penelitian mengenai uji
diatas punggung lidah yang sedang berkembang. teratogenik air rebusan mie instan pada mencit
Setelah itu bilah palatum yang kini sudah menempati (Mus musculus L.) berdasarkan pengamatan
posisi diatas lidah akan tumbuh saling mendekat morfologi selama masa kehamilan, dapat
secara horizontal dari kedua arah hingga terjadi disimpulkan bahwa:
kontak antara kedua ujungnya. Horizontal growth

J. Sains Kes. 2020. Vol 2. No 3. 191


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Uji Teratogenik Air Rebusan Mie Instan Selama Masa Kehamilan Mencit Betina (Mus musculus L.) Melalui Pengamatan
Kelainan Morfologi Fetus

1. Ditemukan adanya fetus mati terbanyak yaitu [9] Hashem, et al. (2019). Embryotoxic and
pada kelompok perlakuan MieSedap dengan Teratogenic Effects of Tartrazine in Rats.
pengenceran konsentrasi 30%, 50%, dan 70% Toxicological Research, 35 No.1(toxicol), 75–
masing-masing sebanyak 2, 5, dan 10 fetus. 81.
2. Hasil uji statistik menunjukan bahwa terdapat [10] Emita, S. (2006). Efek Pemberian
perbedaan rata-rata berat badan fetus di seluruh Monosodium Glutamat (MSG) Terhadap
kelompok perlakuan dengan berat fetus paling Perkembangan Embrio Mencit (Mus
kecil 1,0485 g ± 0,05582 sedangkan rata-rata Musculus L.) Strain DDW selama Periode
berat badan fetus yang paling tinggi 1.2891 g ± Praimplantasi Hingga Organogensis., Jurnal
0,07325. namun masih dalam kategori berat Biologi Sumatera.
normal yaitu 0,5-1,5 g. Begitu pula pada panjang [11] Weber, E. M. And Olsson, I. A. S. (2008).
badan fetus paling rendah 18,4755 mm ± 0,54257 Maternal Behaviour In Mus Musculus Sp.: An
sedangkan panjang yang paling tinggi 21.6937 Ethological Review’, Applied Animal
mm ± 0,51703 terdapat perbedaan namun masih Behaviour Science.
dalam taraf normal yang seharusnya. [12] Loomis, T. A. (1978). Toksikologi Dasar
3. Pada morfologi fetus mencit (Mus musculus L.), (Edisi Ketiga). Semarang : IKIP Semarang
ditemukan adanya satu fetus yang mengalami Press
cleftpalate atau kelainan pada langit-langit mulut [13] Akbar, B. (2010). Tumbuhan dengan
fetus mencit pada perlakuan P3K1 dengan merk Kandungan Senyawa Aktif yang berpotensi
Indomie pengenceran konsentrasi 70%. sebagai Bahan Antifertilitas. Jakarta: Penerbit
Adabia Press.
[14] Selevan, S. G., & Lemasters, G. K. (1987).
■ Daftar Pustaka The dose-response fallacy in human
[1] Villa, P., Kabupaten, B. & Moment, P.P., 2014. reproductive studies of toxic exposures.
dan Perilaku Konsumsi Mie Instan Pada Balita Journal of Occupational Medicine. : Official
Di. , pp.386–401. Publication of the Industrial Medical
[2] Tri Arianto, N., 2011. Pola Makan Mie Instan: Association.
Studi Antropologi Gizi Pada Mahasiswa [15] Pratama, Andyka Ferry, Ciptono., Suhandoyo
Antropologi Fisip Unair. Jurnal Antropologi (2017). Pengaruh Pemberian Sakarin
Gizi, pp.1–14. Terhadap Morfometri Fetus Putih (Rattus
[3] Riska, R. & Jus, I. 2013. Hubungan Antara Norvegicus, L.)’, Jurnal Biologi-S1.
Konsumsi Mie Instan, Asupan (Energi, Protein, [16] Ritter, E. J. (1977). Altered Biosynthesis, In
Vitamin A dan Fe) dan Status Gizi Laki-Laki Handbook of Teratology. Doi: 10.1007/978-1-
Usia 19-29 Tahun di Pulau Sumatera (Analisis 4615-8933-4_5.
Data Sekunder Riskesdas 2010). Nutrire [17] Dorland. (2012). Kamus Saku Kedokteran.,
Diaita.Vol.5 No.1 EGC. Doi: 10.3233/wor-2012-0462-2341.
[4] Riskesdas. 2013. Depkes RI. Jakarta [18] Hutahean, S. (2002). Prinsip-Prinsip Uji
[5] Adjene, J.O., Kingsley AI, Isioma C. 2017. Toksikologi Perkembangan. Medan :
Effects of Long Term Consumption of Indomie Universitas Sumatera Utara. Retrived from
Noodles. World Journal of Pharmaceutical https://www.researchgate.net/publication/423
Sciences. 6(12), pp. 152–158. 20057_Prinsip-
[6] Cahyadi, W. (2008). Analisis dan Aspek Prinsip_Uji_Toksikologi_Perkembangan
Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. In Bumi [19] Padmaningrum, R. (2009). Bahan Aditif
Aksara, Jakarta. Dalam Makanan. Yogyakarta: Universitas
[7] BPOM. (2015). Bahaya BTP (Bahan Tambahan Negeri Yogyakarta. Retrived from
Pangan) pada Mi Instan. Retrieved from http://staffnew.uny.ac.id/upload/131930137/p
http://ik.pom.go.id/v2016/artikel/BahayaBPT_B engabdian/c10-bahan-aditif-dalam-
ahan Tambahan Pangan_ pada Mi Instan .pdf makananregina-tutikuny.pdf
[8] Sadler, T. W. (2009). Embriologi Kedokteran [20] Collins, A. M. (2012). The Laboratory Mouse.
Langman. In Medical Embryology. New York: Ltd. Elsevier.

J. Sains Kes. 2020. Vol 2. No 3. 192


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082

You might also like