2B 202102044 Afifa AndrianiSukma
2B 202102044 Afifa AndrianiSukma
2B 202102044 Afifa AndrianiSukma
Nim : 202102044
Kelas :2B
TUGAS TI
Mencari jurnal maternitas, bukti screenshot dan link, kemudian lampiran jurnalnya berada pada bagian paling bawah
1. scholar.google.com
Link :
https://scholar.google.com/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=+Pemberian+inisiasi+menyusu+dini+pada+bayi+baru+lahir&btnG=#d
=gs_qabs&t=1667821066333&u=%23p%3DQn1FfNE3PEoJ
2. e-resource.perpusnas.go.id
Link : https://onesearch.id/Record/IOS15527.article-2
3. academia.edu
Link :
https://www.academia.edu/62011885/Pelatihan_Teknik_Pijat_Perah_Dan_Teknik_Pijat_Oksitoksin_Pada_Kader_Di_Wilayah_Kerja
_UPT_Puskesmas_Astambul
4. research gate
Link :
https://www.researchgate.net/publication/329607782_Faktor_Risiko_Berat_Badan_Lahir_di_Rumah_Sakit_Umum_Madani_Medan
5. doaj.org/directory
6. garuda.kemdikbud.go.id
Link : https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/2213658
7. ncbi.nlm.nih.gov/pmc/PubMed
Link : ncbi.nlm.nih.gov
8. https://sinta.ristekbrin.go.id/
Link : https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikm/article/view/752/506
Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 p-ISSN: 2443-3861/e-ISSN: 2528-5602
ABSTRACT
7 Jurnal Kesehatan
Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 p-ISSN: 2443-3861/e-ISSN: 2528-5602
7 Jurnal Kesehatan
Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 p-ISSN: 2443-3861/e-ISSN: 2528-5602
7 Jurnal Kesehatan
Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 p-ISSN: 2443-3861/e-ISSN: 2528-5602
dan yang memberikan Inisiasi Menyusu Dini hal ini berarti bahwa Ha diterima dan Ho
sebanyak 4 (5,19%). Berdasarkan hasil uji ditolak atau ada hubungan antara pengetahuan
statistik diperoleh nilai p = 0. 000 < α = 0,05, ibu dengan Inisiasi Menyusu Dini.
7 Jurnal Kesehatan
Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 p-ISSN: 2443-3861/e-ISSN: 2528-5602
orang. pengetahuan harusnya membentuk
pola
8 Jurnal Kesehatan
Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 p-ISSN: 2443-3861/e-ISSN: 2528-5602
perilaku dimana seseorang dapat bertindak itu, keterampilan dalam menerapkan tatalaksana
dengan memikirkan aspek positif dan negatif Inisiasi Menyusu Dini dengan benar memang
yang ada. terbentuknya pengetahuan pada sudah menjadi hal yang mutlak yang harus
seseorang dipengaruhi oleh lingkungan dimana dimiliki oleh petugas kesehatan yang menolong
pada wilayah tersebut senantiasa membahas persalinan. Ibu maupun suami yang
atau membicarakan argument yang menyangkut mendampingi akan mengikuti apa saja yang
pada pola pengetahuan itu sendiri. disarankan dan dilakukan oleh petugas
Penelitian yang sejalan dijelaskan oleh kesehatan pada saat persalinan. Apabila petugas
Winda (2003), dimana dalam pembahasannya kesehatan tidak terampil dalam penerapan
menjelaskan bahwa semakin tinggi langkah-langkah dalam IMD maka
pengetahuan maka semakin tinggi pula kemungkinan besar Inisiasi Menyusu Dini akan
kesadaran atau tindakan yang dilakukan, gagal dilaksanakan pasca persalinan.
sebaliknya jika pengetahuan rendah maka akan Kendala utama yang ditemukan di
berpengaruh pada tidak maksimalnya lapangan yang berhubungan dengan
pemberian Inisiasi Menyusu Dini. pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini antara lain,
Berbeda dengan penelitian yang belum optimalnya komitmen Rumah Sakit dan
dilakukan oleh Ansar Said (2005) tidak ada penolong persalinan untuk selalu melakukan
hubugan yang terjadi, jika pengetahuan Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru lahir,
menunjukkan nilai cukup maka ibu akan gempuran promosi susu formula dengan iming-
memberikan Inisiasi Menyusu Dini. bisa jadi iming bonus yang begitu besar kepada petugas
ibu yang memiliki pengetahuan cukup tidak kesehatan. Faktor ibu bersalin juga berperan
melakukan Inisiasi Menyusu Dini disebabkan pada kegagalan Inisiasi Menyusu Dini antara
oleh aktifitas kerja yang sangat padat atau ada lain rendahnya pengetahuan ibu tentang Inisiasi
hal lain yang menyebabkan sehingga ibu tidak Menyusu dini. Oleh karena itu diharapkan
memberikan Inisiasi Menyusu Dini. petugas kesehatan lebih bijak dalam
memberikan penyuluhan dan pengarahan
Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan tentang IMD jangan malah petugas kesehatan
dengan Pemberian Inisiasi Menyusu Dini sendiri yang memotivasi ibu untuk memberikan
Dari hasil penelitian ini menunjukan susu formula.
bahwa sebagian besar responden yang tidak Hasil penelitian di atas sejalan dengan
mendapatkan dukungan petugas kesehatan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tarigan
terkait pelaksanaan inisiasi menyusu dini tidak (2012), bahwa dukungan tenaga kesehatan yang
melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini. menolong persalinan sebagai faktor
Sedangkan pada responden yang mendapatkan penguatuntuk pemberian ASI Eksklusif kepada
dukungan tenaga kesehatan sebagian besar bayi. Juga penelitian yang dilakukan oleh Ratri
melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini. Penelitian (2000), bahwa ada hubungan bermakna antara
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan pemberian ASI pertama kali dengan pemberian
oleh yendra (2011), Suhartatik dkk (2013) yang nasehat ASI yang diterimasaat pemeriksaan
menyatakan bahwa ada hubungan yang kehamilan. Ibu yang menerima nasehat tentang
signifikan antara dukungan tenaga kesehatan ASI memiliki rata-rata pemberian ASI pertama
dengan pemberian Inisiasi Menyusu Dini. kali paling cepat yaitu 26, 25 jam setelah lahir.
Petugas kesahatan penolong persalinan
merupakan kunci utama keberhasilan IMD Hubungan Sosial Budaya dengan Pemberian
karena dalam waktu tersebut peran dan Inisiasi Menyusu Dini
dukungan penolong persalinan masih sangat Dari hasil penelitian yang telah
dominan. Apabila penolong persalinan dilakukan terkait dengan pengaruh sosial
memfasilitasi ibu untuk segera memeluk budaya yang terjadi terhadap pemberian Inisiasi
bayinya maka interaksi ibu dan bayi diharapkan Menyusu Dini bahwa masyararakat tidak
segera terjadi. Dengan pelaksanaan IMD, ibu terpengaruh akan hal tersebut. Pada umumnya
semakin percaya diri untuk tetap memberikan masyarakat saat ini tidak terpengaruh lagi oleh
ASInya sehingga tidak merasa perlu untuk adanya sosial budaya yang mengatakan tentang
memberikan makanan atau minuman kepada mitologi mengenai Inisiasi Menyusu Dini.
bayinya dan bayi akan merasa nyaman Masyarakat lebih cenderung berfikir modern
menempel pada payudara ibu dan tenang dalam dan tidak mempermasalahkan lagi larangan-
pelukan ibu segera setelah lahir. Oleh karena
8 Jurnal Kesehatan
Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 p-ISSN: 2443-3861/e-ISSN: 2528-5602
larangan yang menjadi penghambat dalam kebiasaan atau social budaya yang tidak
pemberian inisiasi menyusu dini. mendukung pemberian IMD diubah dengan
Pada dasarnya sosial budaya akan adanya pengetahuan, karena sosial budaya yang
mempengaruhi susunan struktur di masyarakat ada dimasyarakat tentang Pemberian ASI
itu sendiri, dikarenakan segala aspek yang ada seperti ASI yang pertama kali keluar di adalah
diwilayah tersebut akan terserap secara sendiri kotoran namun ASI yang pertama keluar atau
sehingga akan di adopsi oleh masyarakat itu yang biasa disebut kolostrum adalah ASI yang
secara turun menurun. Mengubah dari suatu paling baik karena kandungan kolostrumnya.
sosial budaya tentang IMD di masyarakat Kolostrum ini akan keluar hingga hari
khusunya pada ibu untuk melakukan IMD kelima/tujuh. kolostrum ini mengandung zat
dengan memberikan pendidikan non formal putih telur (protein) yang kadarnya tinggi
seperti penyuluhan tenaga kesehatan pada ibu terutama kandungan zat anti infeksi/ daya tahan
hamil atau pada ibu yang melahirkan tentang tubuh. Sedangkan kadar laktosa dan lemaknya
manfaat IMD, secara bertahap akan mengubah rendah sehingga mudah dicerna. Jadi bila
kepercayaan ibu menyusui atau ibu hamil kolostrum berwarna jernih kekuningan ini
tentang IMD. dibuang, bayi tidak atau kurang mendapatkan
Meskipun ASI sangat penting zat-zat yang melindungi dari infeksi.
peranannya bagi bayi, sang ibu tidak begitu saja Walaupun pada masyarakat tradisional
bias menyusui terutama bagi mereka yang pemberian ASI bukan merupakan permasalahan
tinggal di daerah desa, pinggir kota, atau yang besar karena pada umumnya ibu
pedalaman, dimana informasi tentang asi dan memberikan bayinya ASI, namun permasalahan
menyusui tidak bias diankses begitu saja. adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuai
Kalaupun ada informasi yang benar masih dengan konsep medis sehingga menimbulkan
harus berhadapan dengan berbagai mitos yang dampak negatif pada kesehatan dan
berkembang dimasyarakat tentang ASI dan ibu pertumbuhan bayi. Disamping pola pemberian
menyusui. Mitos-mitos tersebut telah ASI yang salah, kualitas ASI juga kurang. Hal
berkembang sekian lama, diwariskan secara ini disebabkan banyaknya pantangan terhadap
turun-temurun, dan sebagian besar tidak bisa makanan yang di komsumsi si ibu baik pada
dibuktikan kebenarannya bahkan cenderung saat hamil maupun sesudah melahirkan.
menyesatkan. Salah satu mitos yang terjadi Sebagai contoh, pada masyarakat tanjung pura
dimasyarakat yaitu ASI bias merusak kulit bayi, ibu yang menyusui pantang untuk
karena anggapan ini telah masyarakat, sang ibu mengkonsumsi bayam, ikan laut, atau sayur
yang mendapati kulit bayinya terkena ASI akan nangka.
buru-buru menjilatnya atau membersikannya Pada beberapa masyarakat tradisional
dengan apa saja yang ada di dekatnya. Jika Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya
terlambat diyakini akan membuat kulit bayi yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan
memerah, dan bayi akan merasa gatal/panas. pola pemberian makanan pada bayi yang
Jika dibersikan untuk tujuan menjaga berbeda dengan konsepsi kesehatan yang
kebersihan tentu hal ini dianjurkan. Bias moderen. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
dilakukan dengan menggunakan kapas yang Muchtar Ali (2004) menyebutkan bahwa saat
dibasahi air hangat. Tapi bila karena ketakutan ini masyarakat telah berfikir modern sehingga
kulit bayinya akan rusak, itu adalah anggapan pengaruh sosial budaya dapat di filter
yang keliru. ASI tidak akan merusak kulit. pada sedemikian rupa.
bayi memang ada penyakit kulit yang disebut
atopic dermatitis atau sering disebut milk KESIMPULAN
dermatitis. Biasanya mneyerang daerah pipi, Terdapat hubungan yang signifikan
tapi penyebabnya bukanlah ASI atau hasil antara pengetahuan ibu dengan pemberian
kontak kulit dengan susu. Kemungkinan besar IMD. Terdapat hubungan yang signifikan
hal ini terjadi karena sebelumnya memang antara dukungan petugas kesehatan dengan
sudah ada kelainan kulit pada bayi tersebut. pemberian IMD. Tidak ada hubungan antara
Sosial budaya yang mendukung sosial budaya dengan IMD.
pemberian IMD dapat dipengaruhi oleh Disarankan pada ibu yang memiliki
pengetahuan, karena kebiasaan dalam konteks pengetahuan kurang agar sesering mungkin
ini adalah kebiasaan ibu meyusui bayi untuk mencari informasi mengenai IMD, ibu
dipengaruhi oleh pengetahuan. Kebiasaan- juga harus senantiasa aktif untuk menanyakan
8 Jurnal Kesehatan
Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 p-ISSN: 2443-3861/e-ISSN: 2528-5602
pada ahli yang mengetahui tentang manfaat Ratri, C. (2000). Faktor-Faktor yang
IMD. Jika hal tersebut dilakukan maka secara Berhubungan dengan Pemberian ASI
otomatis ibu akan memberikan IMD kepada Pertama Kali di Purwakarta Jawa Barat
bayinya. tahun 1998 (Analisa Data Sekunder
Bagi Petugas layanan kesehatan Pengembangan Survei Cepat Untuk
seharusnya lebih aktif dalam memberikan Menilai Kualitas Pelayanan KIA di DT
informasi mengenai IMD, disamping itu hal II). Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan
yang sangat penting harus dilakukan adalah Masyarakat Universitas Indonesia.
petugas harus mendukung Inisiasi Menyusu Roesli U. (2010). Inisiasi Menyusui Dini plus
Dini pada ibu. Bagi Ibu yang masih terpengaruh ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda.
demgan nilai-nilai sosial budaya agar dapat Suhartatik, dkk. (2013). Faktor-faktor yang
lebih dewasa dalam menyikapi segala aspek berhubungan dengan pelaksanaan
yang dapat menghambat pemberian IMD. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di rumah
Bersalinn Srikandi Kota Kendari. Jurnal
DAFTAR PUSTAKA Volume 1 Nomor 4 Tahun 2012 Hal 1-7.
Ali Muchtar. (2004). Pengembangan Berpikir STIKES Nani Hasanuddin. Makassar.
dan Nilai dalam Pendidikan IPS. Gelar Diakses Tanggal 4 Juli 2016.
Pustaka Mandiri. Bandung. Taringan, I. (2012). Pengetahuan dan Sikap
Irawan. (2013). Inisiasi Menyusui Dini Perilaku Ibu Dan Bayi Terhadap
Tertunda Meningkatkan Resiko Pemberian ASI Ekslusif (Knowledge,
Kematian Neonatal (jurnal) vol 117 No Attitude and Behavior of The Mother of
31 hal E380-e386. The Baby To The Breast Feeding
JNPK-KR. (2013). Pelatihan Asuhan Exclusively). Jakarta: Pusat Humaniora,
Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Kebijakan Kesehatan Dan Pemberdayaan
Dini. Jakarta. Masyarakat, Badan Penelitian Dan
Kusumawati, Anita. (2013). Hubungan Antara Pengembangan Kesehatan, Kementerian
Pengetahuan Ibu Tentang Imd Dengan Keseharan RI.
sikap Inisiasi Menyusu Dini Di Rb Yendra. (2011). Hubungan Dukungan Sosial
Harapan Bunda Pajang Surakarta Tahun dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui
2010. Surakarta: Program Studi Diploma Dini di Wilyah Kerja Puskesmas Lubuk
IV Kebidanan Universitas Sebelas Maret. Buaya Kota Padang Tahun 2011,
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Skripsi, Fakultas Keperawatan
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta; Universitas Andalas. Diakses Tanggal 4
PT. Rineka Cipta. Juli 2016.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi WHO (World Health Organization). (2013).
Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Bresasfeeding. C2013: cited 4 Juli 2016.
Cipta.
8 Jurnal Kesehatan
Jurnal Mitra Kesehatan
DOI:
ISSN: 2580-3379 (print); 2716-0874 1
ASUPAN ZAT GIZI PADA IBU HAMIL ANEMIA DAN KADAR FERITIN
RENDAH
Muhammad Nur Hasan Syah1*, Hasnah Supiah2, Anang S. Otoluwa3, Nurhaedar Jafar4,
Burhanuddin Bahar5
1. Program Studi S-1 Gizi STIKes Mitra Keluarga, Bekasi-Indonesia
2. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar-Indonesia
3. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar-Indonesia
4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar-Indonesia
5. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar-Indonesia
Abstrak
Pendahuluan: Pola konsumsi wanita di Indonesia pada umumnya mengandung zat besi kualitas rendah. Sumber
bahan makan lebih banyak dari bahan sayuran dimana kadar zat besi pada sumber nabati diketahui memiliki kualitas
besi yang rendah dan untuk penyerapan memerlukan bantuan zat pendorong. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis perbedaan asupan zat gizi pada ibu hamil berdasarkan kadar hemoglobin dan kadar feritin.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross-sectional. Sampel pada penelitian ini
berjumlah 71 ibu hamil. Pengumpulan data selama 2 bulan, September – Oktober 2012. Pemeriksaan Hemoglobin
dilakukan dengan cara cyanmethemoglobin dan kadar besi dengan menggunakan metode HPLC.
Hasil: Hasil yang diperoleh adalah 32,4% anemia dan 5,6% memiliki kadar feritin rendah. Berdasarkan analis pada
kedua kondisi memiliki asupan energi rendah, yaitu 42% Angka Kecukupan Gizi (AKG). Asupan protein cukup
sekitar 70% AKG dan 68% AKG. Aupan zat gizi mikro dibagi menjadi dua bagian, vitamin E, vitamin C, tiamin,
riboflavin, niasin, dan seng memiliki asupan yang rendah yaitu 20-50% AKG. Bagian lainnya, folat dan besi
memiliki asupan sangat rendah yaitu <20% AKG.
Kesimpulan: Asupan zat gizi pada ibu hamil anemia dan kadar feritin rendah memperlihatkan asupan yang rendah
dibanding AKG. Disarankan ibu hamil dapat diberikan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan tentang konsumsi
makanan bergizi seimbang.
Kata Kunci : Anemia, Feritin, Ibu hamil
PENDAHULUAN
Masalah gizi di Indonesia dan negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah gizi
kurang. Bahkan masalah gizi pada kelompok umur tertentu mempengaruhi status gizi pada periode siklus
kehidupan berikutnya. Masalah gizi pada setiap fase kehidupan akan saling terkait, misalnya jika ibu hamil
KEK dan Anemia maka akan berisiko melahirkan anak Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), pendek
(stunting), anemia pada bayi yang dilahirkannya, dan dapat berimplikasi kepada kesehatan ibu dan anak.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2005, bahwa setiap tahunnya wanita yang
bersalin meninggal dunia mencapai lebih dari 500.000 orang. Menurut Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) pada tahun 2005 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yaitu 262/100.000 Kelahiran
Hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 32/1000 Kelahiran Hidup. Kematian ibu adalah
kematian seorang wanita yang terjadi selama kehamilan sampai dengan 42 hari setelah berakhirnya
kehamilan, tanpa melihat lama dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau
penanganannya, tetapi bukan karena kecelakaan.
Data riset kesehatan dasar 2007 menunjukkan kejadian anemia ibu hamil di Indonesia sebesar 24,5%
dan kejadian BBLR (11,5%), sedangkan data Riskesdas 2010 menunjukkan balita gizi buruk dan kurang
(17,9%) serta stunting (36,8%). Masalah gizi ibu hamil banyak mendapat perhatian karena berpengaruh
besar terhadap janin dan tumbuh kembang anak.
Menurut pernyataan Bank Dunia (2006) bahwa kekurangan gizi yang terjadi pada masa tersebut akan
menimbulkan kerusakan awak kesehatan, pada masa kehamilan anemia memiliki dampak yang signifikan
terhadap kesehatan ibu dan janin. Dibeberapa negara berkembang, anemia lebih sering terjadi pada ibu
hamil dan prevalensinya dilaporkan bahkan sampai 75%. Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan SKRT
METODE
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross-sectional dimana pengambilan data
hanya dilakukan satu kali. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan di Kecamatan Bontonompo dan
HASIL
Tabel 1 menunjukkan bahwa umur ibu hamil sebagian besar masuk dalam kategori yang aman
melahirkan yaitu 19 – 29 tahun sebesar 53,5% dan umur yang berisiko yaitu 16 – 18 tahun sebesar 4,2%.
Adapun usia gestasi ibu hamil pada umumnya masih dalam trimester 1 sebesar 73,2 %, riwayat gravid yang
merupakan gambaran jumlah kehamilan yang dialami oleh Ibu hamil menunjukan bahwa sebagian besar
memiliki riwayat gravida 1 sebesar 50,7% dan terdapat 4,2% yang memiliki riwayat gravida 4. Riwayat
paritas dalam penelitian yaitu banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh ibu hamil menunjukkan
sebagian besar Ibu hamil belum pernah melahirkan 50,7% dan terdapat 2,8% Ibu hamil yang memiliki
riwayat paritas 3. Tingkat pendidikan menunjukkan bahwa ibu hamil sebagian besar termasuk pendidikan
tinggi yaitu tingkat SMA (26,8%) dan D3/S1 (18,3%).
13 18,3
Tabel 2 menunjukkan bahwa variabel umur berdasarkan status hemoglobin yang anemia lebih tinggi
Tabel 2. Riwayat ibu hamil berdasarkan status hemoglobin dan kadar ferritin
Jenis Status Hemoglobin Kadar Ferritin Total
Variabel Anemia Tidak Anemia Defisiensi Tidak Defisiensi (N = 71)
(n = 23) (n = 48) (n= 4) (n = 67)
Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD
Umur (thn) 27,09 5,54 26,25 5,32 31,75 1,71 26,21 5,35 26,52 5,37
Gravida 1,83 0,93 1,81 0,96 2,25 0,95 1,79 0,94 1,82 0,94
Paritas 0,70 0,70 0,71 0,89 0,75 0,50 0,70 0,85 0,70 0,83
Frekuensi 1,86 1,32 1,71 1,16 2,0 2,16 1,74 1,59 1,76 1,21
Cek
Kehamilan
LILA (cm) 26,45 2,05 25,55 2,05 27,37 2,05 25.75 2,06 25,84 2,08
HB 10,00 0,92 11,59 0,54 9,72 2,08 11,15 1,01 11,07 1,01
Adapun asupan zat gizi mikro yaitu vitamin D lebih baik dibandingkan dengan asupan zat gizi makro
(energy dan protein), hal ini ditunjukkan dengan asupan vitamin D yang lebih tinggi dan sesuai dengan
AKG vitamin D pada ibu hamil yang tidak mengalami anemia dan tidak defisiensi vitamin D yaitu masing-
masing 5,15 ± 5,48 dan 4,76 ± 5,17. Namun rata-rata asupan zat gizi mikro lainnya seperti vitamin E,
vitamin C, thiamin, riboflavin, niasin, folat, Fe, dan Zn ibu hamil lebih rendah dibandingkan dengan AKG
vitamin E, vitamin C, thiamin, riboflavin, niasin, folat, Fe, dan Zn yaitu masing-masing < 15,0 mg, < 85
mg, < 1,3 mg, < 1,39 mg, <18,0 mg, < 600 µg, < 26 mg dan < 11,4 mg, kecuali vitamin B12 yang lebih
tinggi dibandingkan dengan AKG yaitu > 2,6 µg.
PEMBAHASAN
Asupan zat gizi makro (energy dan protein) dan mikro pada ibu hamil masih rendah dibandingkan
dengan AKG ibu hamil. Zat besi, asam folat, vitamin B12, protein, piridoksin, vitamin C, tembaga dan
vitamin E diperlukan untuk fungsi yang tepat dalam tubuh. Besi merupakan komponen penting dari
hemoglobin dan sebagian besar anemia gizi di dunia ini disebabkan oleh kekurangan zat besi. Kekurangan
Tabel 3 Asupan Zat Gizi Berdasarkan Status Hb, Kadar Ferritin dan AKG
Jenis Zat Status Hemoglobin Kadar Ferritin AKG Total
Gizi Anemia Tidak Anemia Defisiensi Tidak defisiensi (N = 71)
(n=23) (n=48) (n= 4) (n= 67)
Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD
Energy 896,2 849,5 423,05 881,0 184,9 863,7 435,9 2085,6 864,6 425
(Kcal) 436,9 101,82
Proten (gr) 49,16 4,3 44,35 2,56 45,87 1,36 42,48 2,41 67,0 0,0 42,67 2,36
Vit. D 3,93 4,30 5,15 5,48 4,62 5,07 4,76 5,17 5,0 0,0 4,76 5,13
Vit. E (mg) 4,36 5,14 2,75 2,21 3,62 2,39 3,25 3,55 15,0 0,0 3,27 3,49
Vit.C (mg) 38,76 6,84 22,29 2,39 24,75 26,08 27,79 44,7 85,0 0,0 27,62 43,8
Thiamin 0,35 0,22 0,35 0,19 0,30 0,08 0,35 0,2 1,30 0,2 0,35 0,2
(mg)
Riboflavin 0,49 0,49 0,39 0,29 0,34 0,12 0,43 0,37 1,39 0,02 0,42 0,36
(mg)
Niasin (mg) 6,49 2,81 6,65 3,88 7,75 1,46 6,53 3,63 18,0 0,0 6,6 3,55
Folat (g) 78,13 4,9 71,82 36,5 72,25 8,4 73,9 4,19 600,0 0,0 73,86 40,7
Vit. B12 3,3 3,03 3,87 3,8 4,71 3,77 3,63 3,57 2,60 0,0 3,69 3,56
(g)
Fe (mg) 3,93 4,22 3,69 3,67 4,18 1,24 3,74 3,93 26,0 0,0 3,76 3,83
Zn (mg) 3,95 2,53 4,04 2,7 4,59 1,64 3,98 2,68 11,4 0,83 4,01 2,62
Dengan pertimbangan pengaruh negatif zat besi seperti peningkatan stres oksidatif dan penyerapan
kompetitif dengan logam divalen lainnya selama kehamilan, suplementasi besi dengan dosis yang tepat
berdasarkan status zat besi ibu hamil harus dipertimbangkan (Hwang & Ji-Yun, 2013). Penelitian
menyarankan bahwa profilaksis besi individu sesuai dengan status serum ferritin, menunjukkan risiko
kekurangan zat besi, sebaiknya diutamakan untuk profilaksis umum (Milman, 2006).
Selain itu, bioavailabilitas zat besi dari makanan hewani adalah lebih tinggi dibandingkan zat besi dari
makanan nabati karena komposisi tinggi besi hem dan faktor daging. Komponen dalam makanan seperti
fitat dan polifenol mengurangi penyerapan dari kedua diet dan besi tambahan. Penyerapan maksimum besi
dari suplemen dapat diperoleh ketika tablet dikonsumsi setelah makan (Brise, 1962)
Pola makan yang menyediakan 10-12 mg zat besi per hari, dan setidaknya 40% dari besi berasal dari
daging, akan memberikan jumlah yang cukup untuk orang dewasa normal. Rata-rata diet di Inggris pada
tahun 1976 tersedia 12 mg zat besi setiap hari. Dari jumlah ini 15% diperoleh dari roti putih dan sekitar
23% berasal dari kue-kue dan produk sereal. Daging disediakan sekitar seperempat dari asupan besi total
KESIMPULAN
Berdasar dari hasil penelitian maka simpulan yang dapat diperoleh adalah energi dan protein serta
beberapa vitamin dan mineral memiliki rata-rata asupan yang lebih tinggi pada ibu hamil yang mengalami
anemia dan defisiensi ferritin dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak anemia dan tidak defisiensi
ferritin. Perlu disarankan peningkatan asupan zat gizi baik secara langsung melalui pemberian suplemen
maupun secara tidak langsung melalui penyuluhan dan konseling gizi pada ibu hamil.
REFERENSI
Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
ARTIKEL RISET
URL Artikel : http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jkg
Abstrak
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi. Ada banyak faktor yang menyebabkan BBLR, sepreti fakto ribu (umur ibu,
anemia, kehamilan ganda, komplikasi kehamilan, penyakit ibu).Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
November 2017. Populasi adalah seluruh Ibu yang melahirkan BBLR/< 2500 gram. Jumlah sampel
sebanyak 30 responden, sampel yang diambil adalah 1:1 dengan merekrut sejumlah subjek dengan
efek (kelompok kasus) dan control, yaitu bayi dengan berat lahir normal dan bayi dengan berat lahir
tidak normal. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 29 ibuatau 48,3% ibu hamil melahirkan BBLR
berumur antara 30-35 tahun sebanyak 27 ibu melahirkan bayi sebesar 93,1% merupakan anak
pertama, 20 ibu atau 33,3% mengalami anemia, komplikasi kehamilan sebanyak 33 ibu atau 51,7%
dan penyakit ibu sebanyak 32 ibu atau 53,3%. Gambaran ibu yang melahirkan BBLR adalah ibu
memiliki umur 18-41 tahun, mengalami komplikasi kehamilan dan anemia. Ada hubungan antara
umur ibu dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), ada hubungan antara anemia dengan bayi berat
lahir rendah, kehamilan ganda, komplikasi kehamilan dan penyakit yang dialami ibu.
Abstract
Low birth weight Babies infants with birth weight less than 2500 grams without regard the
period of gestation. There are many factors that cause LOW BIRTH WEIGHT, maternal factors like
(aged mother, anemia, multiple pregnancy, pregnancy complications, the disease of the mother). This
research was carried out in November of 2017. The entire population is mother a baby with birth
weight < 2500 grams. The number of samples as many as 30 infants. Sample numbers are taken is
1:1 by recruiting a number of subject with effects (case group) and control, namely baby with normal
birth weight and infant with birth weight is not normal. The result of the low birth weight infant
research that as many as 29 mother or 48.3% of pregnant women have low birth weight between the
ages of 30-35 years as many as 27 mother gave birth to a baby of 93.1% had their first child, mother
or 33.3% 20 experiencing anemia, pregnancy complications as many as 33 51.7% mom or mother's
disease and as many as 32 maternal or 53.3%. The image of the mother who gave birth to low birth
weight is the mother has aged 18-41 years, experiencing pregnancy complications and anemia.
Conclusionbfrom the research is there a relationship between age of mothers with Low Birth Weight,
there is a relationship between anemia with low-birth weight babies, multiple pregnancy, pregnancy
complications and illness experienced by the mother.
Tabel 2
Analisis Faktor Risio dengan Kejadian BBLR
Bayi yang dilahirkan
Variable Total p
BBLR Tidak BBLR OR
value
n % n % n %
Umur
Beresiko <20 thn >35 tahun 27 45 2 3,3 29 48,3 0,000 126,000
Tidak beresiko 20-35 tahun 3 5 28 46,6 31 51,7
Pendidikan
Tinggi 24 40 22 36,7 46 76,6 0,545
Rendah 6 10 8 13,3 14 23,3
Pekerjaan
Bekerja 17 28,3 13 21,7 30 50 0,306
Tidak bekerja 13 21,7 17 28,3 30 50
Anemia
0,001
Berisiko <8-11gr/dl 16 26,6 4 6,7 20 33,3 7,429
Tidak berisiko 11,5-15gr 14 23,3 26 43,4 40 66,7
BayiKembar
Kembar 22 36,3 1 1,7 23 38,3 0,000 79,750
Tidak Kembar 8 13,3 29 48,4 37 61,7
KomplikasiKehamilan
Beresiko 22 36,3 11 18,3 33 55 0,005 4,750
Tidak beresiko 8 13,3 19 31,7 27 45
PenyakitIbu
Beresiko 22 36,7 10 16,7 32 53,3 0,002 5,500
Tidak beresiko 8 13,3 20 33,4 28 46,7
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa responden dengan umur berisiko sebanyak 29
(48,3%) dimana 27 (45%) melahirkan bayi BBLR dan 2 (3,3%) tidak melahirkan BBLR, umur yang
tidak berisiko sebanyak 31 (51,7%) dimana 3 (5%0 melahirkan BBLR dan 28 (46,6%) tidak
melahirkan bayi BBLR, dengan nilai p value 0,000 dan OR 126,000. Sedangkan berdasarkan
pendidikan menunjukkan bahwa responden berpendidikan tinggi sebanyak 46 (76,6%) dimana 24
Nur Oktavia Hidayati, Nurul Darmawulan, Melliany Safitrie, Akmal Sybromillsy, Nisa
Humaerotul Jannah, Amilia Rosada, Dina Agustina Suwito, Neng Della Monika Senja,
Angga Rizkiawan
Corresponding author:
Nur Oktavia Hidayati
nur.oktavia@unpad.ac.id
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 5 No 1, May 2022
DOI: http://dx.doi.org/10.32584/jikm.v5i1.1431
e-ISSN 2621-2994
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 5 No 1, May 2022/ page 10- 1
melaporkan episode depresi berat yang dalam aktivitas fisik per hari dianjurkan
berulang, sementara sebanyak 63% untuk manfaat kesehatan jiwa selama
mengalami kecemasan selama kehamilan kehamilan. Hal ini berbeda dengan terapi
dan setelah melahirkan (Martini et al.,
2015).
Nur Oktavia Hidayati - Studi Fenomenologi: Pengalaman Koping Pada Pasien Kanker
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 5 No 1, May 2022/ page 10- 1
psikologis lainnya. Kekurangan dari terapi (4) Metode penelitian, dan (5) Hasil.
psikologis adalah daftar tunggu yang
panjang untuk mengakses pengobatan,
dan biayanya yang mahal dibandingkan
dengan aktivitas fisik yang berbiaya
rendah, mudah tersedia dan tidak
memakan waktu yang lama dalam
mempersiapkannya. Beberapa artikel juga
mengatakan bahwa olahraga memiliki
pengaruh positif terhadap kesehatan ibu
hamil (Bo K et al., 2017).
METODE
Nur Oktavia Hidayati - Studi Fenomenologi: Pengalaman Koping Pada Pasien Kanker
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 5 No 1, May 2022/ page 10- 1
Identifikasi dengan
Identification
(n =275)
dieksklusi:
kombinasi
aktivitas fisik
Identifikasi eligibilitas dengan diet,
dari artikel full text memiliki Riwayat
(n = 9) depresi > 1 tahun,
review
(n=2
Includ
Nur Oktavia Hidayati - Studi Fenomenologi: Pengalaman Koping Pada Pasien Kanker
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 5 No 1, May 2022/ page 10- 1
Nur Oktavia Hidayati - Studi Fenomenologi: Pengalaman Koping Pada Pasien Kanker Serviks
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 5 No 1, May 2022/ page 10- 1
Nur Oktavia Hidayati - Studi Fenomenologi: Pengalaman Koping Pada Pasien Kanker
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 5 No 1, May 2022/ page 10- 1
fisioterapis dapat memantau latihan fisik
Nur Oktavia Hidayati - Studi Fenomenologi: Pengalaman Koping Pada Pasien Kanker
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 5 No 1, May 2022/ page 10- 1
yang benar serta memberikan panduan fisik atau waktu olahraga. Maka dari itu,
pada semua ibu yang masuk pada kelompok untuk latihan rumah ini tidak terlalu
ini. Studi yang digunakan dalam penelitian menunjukan efek positif
ini adalah EWE, The Effect of Group
Exercise on Mental Wellbeing among
Pregnant Women at Risk of Perinatal
Depression trial (EWE) ini merupakan uji
coba terkontrol secara acak dan
menggunakan latihan yang selalu diawasi
dalam kelompok yang dipantau 2 kali dalam
seminggu selama 12 minggu sebagai
intervensi. Hasil dari penelitian bahwa
intervensi ini layak, hemat biaya dan dapat
diterapkan di kehidupan sehari- hari.
Latihan ini diawasi oleh Rigshospitalet,
Rumah sakit Universitas Copenhagen
dengan durasi sesi latihan adalah 70 menit
dan terdapat satu sesi dari pemanasan 10
menit, 20 menit pelatihan ketahanan pada
sepeda olahraga, treadmil atau cross
trainer, 25 menit latihan kekuatan
(punggung, perut, paha, lengan,dan dasar
panggul), terakhir 15 menit peregangan dan
relaksasi.
Nur Oktavia Hidayati - Studi Fenomenologi: Pengalaman Koping Pada Pasien Kanker
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 5 No 1, May 2022/ page 10- 1
pada masalah yang dihadapi oleh para ibu
antenatal dan postnatal. Daley, A., Riaz, M., Lewis, S., Aveyard, P., Coleman, T.,
Manyonda, I., West, R., Lewis, B., Marcus, B.,
Taylor, A., Ibison, J., Kent, A., & Ussher, M.
(2018). Physical activity for antenatal and
KESIMPULAN
REFERENSI
Nur Oktavia Hidayati - Studi Fenomenologi: Pengalaman Koping Pada Pasien Kanker
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 5 No 1, May 2022/ page 10- 1
postnatal depression in women attempting to
quit smoking: Randomised controlled trial.
BMC Pregnancy and Childbirth, 18(1), 1–10.
https://doi.org/10.1186/s12884-018-1784-3.
Ding, T., Wang, D. X., Qu, Y., Chen, Q., & Zhu, S. N.
(2014). Epidural labor analgesia is associated
with a decreased risk of postpartum
depression: a prospective cohort study.
Anesthesia & Analgesia, 119(2), 383-392.
Nur Oktavia Hidayati - Studi Fenomenologi: Pengalaman Koping Pada Pasien Kanker
Mapping the literature of maternal-child/gynecologic
nursing
By Susan Kaplan Jacobs MLS, MA, RN, AHIP
susan.jacobs@nyu.edu
Health Sciences Librarian
docrinology and reproductive physiology’’ [4]. Mater- were consulted, Martha and her peers were in constant mo-
nal-child/gynecologic nurses practice in hospital set- tion. [13]
tings, home health agencies, and ambulatory settings
[5].
Modern nursing’s beginnings in obstetrics were
While the combined specialization of maternal- tied to public health nursing at end of the nineteenth
child/gynecologic nursing emerged from the medical
cen- tury. Most births—along with antepartum,
model of obstetrics and gynecology, the end of the
postpar- tum, and well child care—took place at
twentieth century has seen a shift to include added
home, fre- quently attended by midwives and the
research priorities for the broader and more holistic
early public health nurses [14]. The movement of
field of women’s health, defined in MEDLINE as ‘‘the
childbirth into hospitals at the beginning of the
concept covering the physical and mental conditions
twentieth century was the result of changing
of women’’ [6] and defined broadly in CINAHL as in-
sociocultural patterns and an increased demand for
cluding ‘‘materials concerned with physical, psycho-
medical intervention, asepsis, and efficiency. By the
social, physiological, and political issues in health
1930s, physicians became the primary caregivers, as
care of women’’ [3]. Raftos, Mannix, and Jackson note
they ‘‘medicalized’’ birth, tak- ing over the role that
that the term ‘‘women’s health,’’ as used in article
midwives and public health nurses traditionally
abstracts, ‘‘appears to be a taken-for-granted notion,
performed. Trained as surgeons to look at
that is sel- dom defined, and is used interchangeably
reproductive processes as ‘‘potentially patho- logic,’’
and syn- onymously to refer to reproductive health,
physicians enlisted nurses in their campaign to
maternal health, neonatal health, family health and
promote hospital birth, not only as a superior setting
sexual health’’ [7]. Yet, the area of sex-based biology
for the use of aseptic technique, but as more economic
has emerged to focus on a much wider view of
and efficient according to ‘‘scientific management’’
women’s health needs [8]. A call for research papers
principles [15, 16]. As nursing migrated to the
for JAMA’s first theme issue on women’s health in
hospital setting and care became more specialized,
almost a decade noted that women’s health involves
nurses had opportunities to develop specialized skills
more than ‘‘navel to knees’’ topics [9]. The
and to gain postgraduate training. Advances in
Association of Women’s Health, Obstetric, and
technology for pre- mature infants, such as incubators
Neonatal Nurses (AWHONN) focuses on
and the use of ox- ygen demanded the involvement
reproductive health and newborn health but proposes
and specialized skills of nurses. The earliest centers
a wider commitment to research in the areas of
using technology to sup- port premature infants were
women’s health that past research has not ad-
demonstrated in tourist- attraction-type settings such
equately studied. Diseases such as heart disease and
as the World Exposition in Berlin and at New York’s
cancer and issues of social origin such as substance
Coney Island. The first US hospital center for
abuse, violence, and health care disparities are includ-
premature infants was established in Chicago in 1923
ed in AWHONN’s current research agenda [5, 10].
So, while the term ‘‘women’s health’’ may be used [14].
loosely to refer to gender-based reproductive issues, it Nursing education moved from hospital diploma
is deliberately not used to describe the focus of this and associate degree programs to institutions of high-
bibliometric study. The current study attempts to cap- er education with the first master’s programs to pre-
ture that literature specific to the research and pare nursing faculty in the 1940s; baccalaureate pro-
practice of nurses in maternal-child and gynecologic grams gained popularity in the 1950s [14, 17]. Post-
nursing, within the larger scope of women’s health. baccalaureate advanced practice specialization for
Nurse-mid- wifery, a distinct specialty of its own, is a nurses began in the 1960s with the advent of
separate study in Phase I of this project [11]. programs for pediatric nurse practitioners, designed
to prepare nurses to perform roles previously in the
HISTORY scope of medical practice. Advanced practice roles for
maternal- child/gynecologic nurses began with the
The rich history of maternal-child/gynecologic care- first certifi- cation examination in 1980 for
givers encompasses the contributions of Lillian Wald obstetric/gynecologic nurse practitioners [14].
and Margaret Sanger [12] and the more invisible con- Specialization for neonatal in- tensive care nurses,
tributions of caregivers throughout history. Ulrich’s neonatal nurse practitioners, fam- ily planners,
Midwife’s Tale provides a record of Martha Ballard coordinators of newborn services, and re- productive
and the eighteenth century community she tended, endocrinology/infertility nurses followed [18].
point- ing out the scope of caregivers: The issues surrounding the history of nurses caring
for women span the spectrum from the ‘‘traditional-
[T]he midwives, nurses, afternurses, servants, watchers, authoritarian’’ model, where all decision making is in
housewives, sisters, and mothers . . . Female practitioners the hands of the physician, to lay-midwife-attended
specialized in obstetrics but also in the general care of wom- home birth. In the 1970s, self-help groups and
en and children, in the treatment of minor illnesses, skin feminist health care began to focus on self-care,
rashes, and burns, and in nursing. Since more than two- wellness, and a holistic perspective. Many patients
thirds of the population . . . was either female or under the moved from the status of recipients to that of
age of ten, since most illnesses were ‘‘minor,’’ at least at participants in treatment [19]. The evolution of the
their onset, and since nurses were required even when
doctors
role of patients—from draped and restrained to
participating, awake with self-control over birth
position, presence of support
J Med Libr Assoc 94(2) Supplement 2006 E-57
Jacobs
Table 1 Table 3
Cited format types by source journal and frequency of citations Distribution by zone of cited journals and references
No. citations in
source journals Citations Cited journal references
Cited journals
Frequency Cumulative
Cited format type JPNN JOGNN MCN Total % Zone No. No. total
% %
Journal articles 1,803 4,415 1,296 7,514 74.1% Zone 1 14 1.1% 2,494 33.2% 2,494
Books 323 1,255 422 2,000 19.7% Zone 2 100 7.6% 2,513 33.4% 5,007
Government documents 12 128 53 193 1.9% Zone 3 1,194 91.3% 2,507 33.4% 7,514
Miscellaneous 75 214 140 429 4.2% Total 1,308 100.0% 7,514 100.0%
Total 2,213 6,012 1,911 10,136 100.0%
Table 2
Cited format types by publication year periods
Books Government documents Journal articles Miscellaneous Total citations
Publication
year No. No. % No. % No. % No. %
Table 4
Distribution and database coverage of cited journals in Zones 1 and 2
Bibliographic databases
EBSCO
Total NAH Health OCLC
Cited journal citations CINAHL PubMed Comp. EMBASE Ref. Center PsycINFO SCI SSCI ArticleFirst
Zone 1
1. Am J Obstet Gynecol 379 0 4 3 4 3 0 5 1 X
2. Obstet Gynecol 312 0 4 0 5 0 0 5 1 X
3. J Obstet Gynecol Neonatal Nurs 306 5 5 0 0 0 0 0 0 X
4. Pediatrics 238 1 2 2 2 2 0 5 1 X
5. Nurs Res 186 4 4 0 0 0 3 5 4 X
6. JAMA 167 1 3 3 3 5 1 4 1 X
7. Birth 157 3 3 0 0 0 0 5 5 X
8. N Engl J Med 144 1 4 2 3 3 1 5 1 X
9. J Pediatr 114 1 4 0 5 0 0 4 1 X
10. Neonatal Netw 109 5 3 0 0 0 0 0 0 X
11. MCN Am J Matern Child Nurs 105 5 4 0 0 0 0 0 0 X
12. Am J Public Health 97 4 4 4 4 4 1 5 5 X
13. J Perinat Neonat Nurs 94 4 3 0 0 4 0 0 5 X
14. Lancet 86 1 3 3 3 2 0 5 1 X
Zone 1 average database coverage 2.50 3.57 1.21 2.07 1.64 0.43 3.43 1.86 100%
Zone 2
15. J Midwifery Womens Health; for- 83 3 4 0 0 0 0 0 5 X
merly, J Nurse Midwifery
16. Res Nurs Health 72 5 4 0 0 0 3 5 5 X
17. BJOG; formerly, Br J Obstet Gynae- 65 0 4 0 4 0 0 5 1 X
col
18. J Spec Pediatr Nurs 2002–; contin- 59 5 4 0 0 4 2 0 0 X
ues J Soc Pediatr Nurs, formerly
Matern Child Nurs J
19. J Nurs Scholars; formerly, Image: J 56 5 4 0 0 4 1 0 0 X
Nurs Sch
20. Clin Perinatol 53 1 4 0 0 0 0 5 0 X
21. MMWR Morb Mortal Wkly Rep 52 3 3 5 0 3 0 0 0 X
22. Semin Perinatol 51 0 4 0 5 0 0 5 1 X
23. Arch Pediatri Adolesc Med; former- 50 1 4 0 4 4 0 5 1 X
ly, Am J Dis Child
24. Child Dev 49 0 4 0 0 0 5 0 5 X
25. Am J Nurs 47 5 3 4 0 3 0 0 4 X
26. J Adv Nurs 45 2 2 3 0 0 0 0 5 X
27. AWHONNS Clin Issues Perinat 44 NA NA NA NA NA NA NA NA NA
Womens Health Nurs; absorbed in
1994 by JOGNN
28. BMJ 43 0 4 3 2 2 0 5 1 X
29. Arch Dis Child 42 0 3 0 4 0 0 5 1 X
30. Pediatr Res 42 0 5 0 4 0 0 5 0 X
31. Clin Obstet Gynecol 40 0 4 0 4 0 0 5 1 X
32. Am J Perinatol 39 0 5 0 4 0 0 4 0 X
33. ANS Adv Nurs Sci (quarterly) 37 5 4 0 0 4 3 0 5 X
34. Anesthesiology 36 0 2 0 2 0 0 5 1 X
35. Pediatr Nurs 36 5 4 0 0 4 0 0 0 X
36. Fertil Steril 34 0 4 0 4 0 0 5 1 X
37. Health Care Women Int 34 5 4 5 0 0 3 0 0 X
38. Nurse Pract 34 5 4 0 0 5 0 0 0 X
39. Acta Paediatr (includes supple- 32 0 5 0 5 0 0 5 1 X
ments)
40. Nurs Clin North Am 31 5 4 0 0 0 0 0 5 X
41. West J Nurs Res 29 3 3 3 0 3 3 0 5 X
42. Perspect Sex Reprod Health; for- 28 2 1 5 3 1 0 0 4 X
merly, Family Planning Perspec-
tives
43. Pediatr Clin North Am 28 1 4 0 4 0 0 5 2 X
44. J Hum Lact 25 4 5 0 0 0 0 0 0 X
45. J Pediatr Nurs 25 5 5 0 0 0 0 0 0 X
46. J Perinatol 25 0 5 0 0 0 0 0 0 X
47. Heart Lung 24 5 5 0 0 0 0 5 1 X
48. J Pediatr Surg 24 0 4 0 4 0 0 5 1 X
49. ACOG Educational Bull; formerly, 23 0 0 0 0 0 0 0 0
ACOG Tech Bull
50. Am J Orthopsychiatry 23 0 4 0 3 1 4 5 5 X
51. Contraception 23 0 4 0 4 0 0 5 1 X
52. Infant Behav Dev 23 0 0 0 0 0 5 0 5 X
53. J Reprod Med 23 0 4 0 4 0 0 5 1 X
54. Nurs Times 23 5 4 0 0 3 0 0 0
55. Obstet Gynecol Surv 23 0 3 0 5 0 0 0 0 X
56. Contemp Rev Ob Gyn 22 0 0 0 5 0 0 0 0
57. J Adolesc Health 22 3 3 0 2 0 2 5 5 X
58. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry 22 0 3 0 3 1 3 5 5 X
59. Soc Sci Med 22 2 3 0 3 1 2 0 5 X
Table 4
Continued
Bibliographic databases
EBSCO
Total NAH Health OCLC
Cited journal citations CINAHL PubMed Comp. EMBASE Ref. Center PsycINFO SCI SSCI ArticleFirst
Based on database coverage score: 5 (95%–100%); 4 (75%–94%); 3 (50%–74%); 2 (25%–49%); 1 (1%–24%); 0 (<1%).
EBSCO NAH Comp. = EBSCO Nursing & Allied Health Comprehensive Edition. SCI
= Science Citation Index.
SSCI = Social Sciences Citation Index.
the best overall coverage of titles in Zone 1 for mater- Sciences Citation Index. The combined average scores
nal-child/gynecologic nursing, followed by Science for both Zones 1 and 2 ranked the biomedical data-
Ci- tation Index and CINAHL, respectively (Table 4). bases PubMed/MEDLINE, Science Citation Index, and
In Zone 2, PubMed/MEDLINE, Science Citation EMBASE above CINAHL and Social Sciences Citation
Index, and EMBASE ranked higher than CINAHL Index.
and Social
nursing specialty areas for mapping using the same The Association. [cited 9 May 2005]. <http://www.awhonn
methodology. Women’s health has been only recently .org/awhonn/?pg=874-6190>.
viewed more holistically and should be mapped as a 11. SEATON H. Mapping the literature of nurse-midwifery. J
separate emerging specialty for nurses. Pediatric Med Libr Assoc [serial online]. 2006 Apr;94(2). <http://
nurs- ing has been mapped as a specialty in Phase III www.pubmedcentral.nih.gov/tocrender.fcgi?action =
of this study [38]; neonatal intensive care nursing archive&journal=93>.
should be mapped separately as well. 12. DAISY C. MCN: highpoints, people, places, policies, in
maternal/child health. MCN Am J Matern Child Nurs 1996
ACKNOWLEDGMENTS Jan/Feb;21(1):18–51.
13. ULRICH LT. A midwife’s tale: the life of Martha Ballard,
based on her diary, 1785–1812. New York, NY: Knopf, 1990.
Special thanks to the intrepid Margaret (Peg) Allen,
14. HAWKINS JW, BELLIG LL. The evolution of advanced
AHIP, for her generosity and leadership as task force practice nursing in the United States: caring for women and
cochair and for coordinating the data collation for Ta- newborns. J Obstet Gynecol Neonatal Nurs 2000 Jan/Feb;
ble 4. Task force members Melody Allison, Kristine 29(1):83–9.
Alpi, AHIP, Allen, Carol Galganski, AHIP, and 15. RINKER SD. The real challenge: lessons from obstetric
Martha (Molly) Harris, AHIP, searched databases and nursing history. J Obstet Gynecol Neonatal Nurs 2000 Jan/
provid- ed consistent data for Table 4. Reviewers Feb;29(1):100–6.
Priscilla Ste- phenson, AHIP, Alpi, and Linda 16. BURKHARDT P. Normalcy throughout the lifespan, intro-
Mayberry provided valuable criticism. Dorice Vieira duction. In: Fitzpatrick J, Montgomery KS, eds. Maternal
and Jennifer Schwartz at New York University child health nursing research digest. New York, NY: Spring-
provided expertise in design- ing and using an Access er, 1999.
17. FONDILLER SH. From the archives: the advancement of
database. Ginny Chaskey and Cinahl Information baccalaureate and graduate nursing education: 1952–1972.
Systems supplied cited references in electronic form Nurs Health Care Perspect 2001 Jan–Feb;22(1):8,10.
for MCN: American Journal of Mater- nal/Child Nursing. 18. LEWIS JA. Advanced practice in maternal/child nursing:
history, current status, and thoughts about the future. MCN
REFERENCES Am J Matern Child Nurs 2000 Nov/Dec;25(6):327–30.
19. RUZEK S. The women’s health movement. New York,
1. ALLEN M, JACOBS SK, LEVY JR. Mapping the literature of NY: Praeger Publishers, 1978.
nursing: 1996–2000. J Med Libr Assoc 2006 Apr;94(2):206– 20. LINDBERG NP. NAACOG to AWHONN: a change and a
20. challenge. AWHONN’s Women’s Health Nursing Scan 1993;
2. NATIONAL CENTER FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION. 7(1):1–2.
MeSH browser: scope note for maternal-child nursing. [Web 21. GIVENS SR, CARPENTER M. Nurses speaking up for
document]. Bethesda, MD: The Center. [cited 17 Jan 2006]. mothers and children: 25 years of public policy
<http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db= involvement. MCN Am J Matern Child Nurs 2000 Nov–
MeSH&term=maternal child nursing>. Dec;25(6):311–26.
3. CINAHL INFORMATION SYSTEMS. Cumulative index to 22. SIMPSON KA. Critical evaluation of the past 25 years of
nursing and allied health literature, CINAHL subject head- perinatal nursing practice: opportunities for improvement.
ings. v.46, part A. Glendale, CA: Cinahl Information MCN Am J Matern Child Nurs 2000 Nov/Dec;25(6):300–4.
Systems, 2001. 23. CATON D, CORRY MP, FRIGOLETTO FD, HOPKINS DP, LIE-
4. NATIONAL CENTER FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION. BERMAN E, MAYBERRY L, ROOKS JP, ROSENFIELD A, SAKALA
MeSH browser: scope note for gynecology. [Web document]. C, SIMKIN P, YOUNG D. The nature and management of labor
Bethesda, MD: The Center. [cited 17 Jan 2006]. <http://www pain: executive summary. Am J Obstet Gynecol 2002 May;
.ncbi . nlm . nih . gov / entrez / query . fcgi?db = 186(5 suppl):S1–S15.
MeSH&term = 24. CENTERS FOR DISEASE CONTROL AND PREVENTION.
gynecology>. Achievements in public health, 1900–1999: changes in the
5. ASSOCIATION OF WOMEN’S HEALTH, OBSTETRIC AND NEO- public health system. JAMA 2000 Feb 9;283(6):735–8.
NATAL NURSES. About AWHONN. [Web document]. Wash-
25. OFFICE OF DISEASE PREVENTION AND HEALTH PROMO-
ington, DC: The Association. [cited 5 May 2005]. <http:// TION, US DEPARTMENT OF HEALTH AND HUMAN SERVICES.
www.awhonn.org/awhonn/?pg=0-931>. Healthy people 2010: the cornerstone for prevention.
6. NATIONAL CENTER FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION. [Web document]. Rockville, MD: The Department. [rev. Jan
MeSH browser: scope note for women’s health. [Web document]. 2005; cited 9 May 2005]. <http://www.healthypeople.gov/
Bethesda, MD: The Center. [cited 17 Jan 2006].
Publications/Cornerstone.pdf>.
<http://www
26. GIBEAU A. Maternal child emotional health,
.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=MeSH&term= introduction. In: Fitzpatrick J, Montgomery KS, eds.
women’s health>.
Maternal child health nursing research digest. New York,
7. RAFTOS M, MANNIX J, JACKSON D. More than mother-
NY: Springer, 1999.
hood? a feminist exploration of ‘‘women’s health’’ in papers
indexed by CINAHL 1993–1995. J Adv Nurs 1997 Dec;26(6): 27. D’AURIA JP. A bibliometric analysis of published mater-
1142–9. nal and child health nursing research from 1976 to 1990.
Austin, TX: The University of Texas at Austin, 1992.
8. SOCIETY FOR WOMEN’S HEALTH RESEARCH. Funding re-
search in women’s health. [Web document]. Washington, DC: 28. GANNON L, STEVENS J, STECKER T. A content analysis of
The Society. [rev. 4 May 2005; cited 9 May 2005]. <http:// obstetrics and gynecology scholarship: implications for
www.womenshealthresearch.org/rf/home.htm>. women’s health. Women Health 1997;26(2):41–55.
9. DEANGELIS CD, WINKER MA. Women’s health: a call for 29. O’NEILL AL. Information transfer in professions: a cita-
papers. JAMA 2000 May 24;283(20):2714. tion analysis of nursing literature. Chapel Hill, NC: The
10. ASSOCIATION OF WOMEN’S HEALTH, OBSTETRIC AND Uni- versity of North Carolina at Chapel Hill, 1996.
NEONATAL NURSES. AWHONN: research priorities for wom- 30. FREDA M. MCN: 25 years and counting. MCN Am J Ma-
en’s and neonatal health. [Web document]. Washington, tern Child Nurs 2000 Nov/Dec;25(6):286–9.
DC:
J Med Libr Assoc 94(2) Supplement 2006 E-63
Jacobs
Pelatihan Teknik Pijat Perah Dan Teknik Pijat Oksitoksin Pada Kader Di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Astambul
Isrowiyatun Daiyah 1, Magdalena 2, Megawati 3, Norlaila Sofia 3
1,3,4
Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
2
Jurusan Gizi, Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
E-mail : isrowiyatundaiyah.10@gmail.com
ABSTRAK
Kader merupakan bagian dari masyarakat yang bersedia bekerja sukarela dalam meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat di lingkungannya sendiri. Peningkatan kualitas yang dapat terasa
pada bayi baru lahir adalah pemberian air susu ibu (ASI) yang maksimal. karena di dalam ASI
mengandung sel darah putih, zat kekebalan, enzim, hormon dan protein yang cocok untuk bayi.
Berdasarkan data yang didapatkan bahwa masih rendahnya cakupan ASI bahkan setiap
tahunnya terjadi penurunan. Penurunan cakupan ini dikarenakan beberapa sebab salah satunya
kurangnya motivasi ibu sehingga rangsangan dalam produksi ASI menjadi kurang yang pada
akhirnya mengakibatkan ASI tidak keluar. Salah satu cara dalam merangsang ASI dapat keluar
adalah dengan melakukan pijatan dengan teknik pijat perah dan teknik pijat oksitoksin. Setelah
dilakukan pelatihan pijat perah dan oksitoksin terjadi peningkatan pengetahuan dan
keterampilan para kader dalam Malakukan tindakan tersebut.
ABSTRACT
Cadres are part of the community who are willing to work voluntarily in improving the quality
of public health in their own environment. The quality improvement that can be felt in newborns
is the provision of maximum breast milk (ASI). because breast milk contains white blood cells,
immune substances, enzymes, hormones, and proteins that are suitable for babies. Based on the
data, it is found that the coverage of breast milk is still low and it even decreases every year.
This decrease in coverage is due to several reasons, one of which is the lack of motivation of the
mother so that the stimulation of breast milk production is less, which in turn results in the milk
not coming out. One of the ways to stimulate breast milk to come out is by doing massage with
milk massage techniques and oxytocin massage techniques. After training in milk massage and
oxytocin, the cadres' knowledge and skills increased in performing these actions.
PENDAHULUAN
Air susu ibu (ASI) adalah cairan kehidupan yang diciptakan Tuhan khusus bagi
bayi yang mengandung sel darah putih, zat kekebalan, enzim, hormon dan protein yang
cocok untuk bayi (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan laporan Direktorat Jendral (Ditjen)
Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan RI tahun 2015, cakupan pemberian ASI pada
umur 0-6 bulan masih cukup rendah yaitu sebesar 52,3%. Angka tersebut belum
mencapai target pemberian ASI eksklusif tahun 2015 sebesar 80%. Data Dinas
Kesehatan Kabupaten Banjar tahun 2015 menyebutkan cakupan ASI eksklusif sebesar
60.2%, tahun 2016 sebesar 39.5%, tahun 2017 sebesar 41.8%, tahun 2018 sebesar
46,26%. Cakupan ASI yang rendah disebabkan kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI
eksklusif dan adanya ideologi makanan yang non eksklusif, sehingga tidak muncul
motivasi yang kuat dari ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya (Afifah,
2007).
Penurunan produksi ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan dapat
disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat
berperan dalam kelancaran produksi ASI, Menyusui dini di jam-jam pertama kelahiran
jika tidak dapat dilakukan oleh ibu akan menyebabkan proses menyusu tertunda, maka
alternatif yang dapat dilakukan adalah memerah atau memompa ASI selama 10-20
menit hingga bayi dapat menyusu. Tindakan tersebut dapat membantu memaksimalkan
reseptor prolaktin dan meminimalkan efek samping dari tertundanya proses menyusui
oleh bayi (Evariny, 2011). Teknik memerah ASI yang dianjurkan adalah dengan
menggunakan tangan dan jari, karena lebih praktis, efektif dan efisien dibanding dengan
menggunakan alat bantu pompa ASI (Marmet, 2003). Metode yang digunakan adalah
cara clhoe marmet yang sering disebut dengan teknik marmet yang merupakan
perpaduan antara teknik memerah dan memijat. Teknik ini memberikan efek relaks dan
mengaktifkan kembali refleks keluarnya air susu atau milk ejection reflex (MER),
sehingga ASI akan menyemprot keluar dengan sendirinya (Ulfah, 2013).
Hasil penelitian Anita Widiastuti (2015) yang berjudul “Effect of Marmet
Technique on Smoothness of Breastfeeding and Baby Weight Gain” dikatakan bahwa
pada ibu postpartum yang dilakukan teknik marmet menunjukkan hasil yang signifikan
terhadap produksi ASI dimana ibu merasakan aliran ASI yang keluar pada saat
menyusui dan aliran ASI terasa deras. Metode lain yang dapat membantu
memaksimalkan reseptor oksitosin, merangsang let down reflex dan meminimalkan efek
samping dari tertundanya proses menyusui adalah dengan cara melakukan pijat
oksitosin (Evariny, 2008). Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi yang tepat untuk
mempercepat dan memperlancar produksi dan pengeluaran ASI yaitu dengan pemijatan
sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima atau keenam. Pijat
ini akan memberikan rasa nyaman dan rileks pada ibu setelah mengalami proses
persalinan sehingga tidak menghambat sekresi hormone prolaktin dan oksitosin
(Biancuzzo, 2003).
METODE PELAKSANAAN
Pengabdian masyarakat ini dilakukan di Kecamatan Astambul yang merupakan
daerah yang pesat perkembangannya dan padat penduduk. Menurut data UPT
Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas PGRI Adi Buana 9
EKOBIS Volume 1, Nomor 2, Desember,
2020
ABDIMAS
Puskesmas
Astambul tahun 2017 jumlah ibu postpartum sebanyak 766 orang dan cakupan ASI
Eksklusif 0-6 bulan tahun 2017 sebanyak 156 bayi dengan persentase 22,60 %. Wilayah
UPT Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar sudah memiliki kelas Bayi Balita, Kelas
ibu hamil dan Kelas Ibu Postpartum. Hasil wawancara dengan bidan koordinator dan
penanggung jawab KIA di Wilayah UPT Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar belum.
Metode pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah bentuk program
pendidikan masyarakat melalui kegiatan pelatihan kepada kader. Pelaksanaan kegaiatan
ini dilakukan di UPT Puskesmas Astambul yang dimulai dari bulan bulan September
sampai dengan Oktober 2020 dan diikuti oleh 30 orang kader. Pelaksanaan dilakukan
sebanyak 6kali pertemuan dengan metode ceramah, tanya jawab, diskusi pada mitra
(kader) disampaikan oleh dengan materi terkait teknik pijat perah dan teknik pijat
oksitosin.
Materi disampaikan oleh seorang penyaji dan dibantu oleh 3 orang asisten serta 3
orang mahasiswa dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1 : Peserta pelatihan diberikan materi mengenai teknik pijat perah dan teknik
pijat oksitosin.
Langkah 2 : Peserta diberikan kesempatan untuk mendiskusikan materi yang telah
diberikan. Kesempatan tanya jawab diberikan untuk memperjelas hal-hal
yang masih menjadi keraguan.
Langkah 3 : Peserta berlatih untuk melakukan teknik pijat perah dan teknik pijat
oksitosin menggunakan alat peraga phantoom payudara dan pada sesama
peserta
Langkah 4 : Peserta diberikan bimbingan melakukan teknik pijat perah dan teknik pijat
oksitosin menggunakan alat peraga phantoom payudara dan pada sesama
peserta
Langkah 5 : Peserta diberikan kesempatan mengaplikasikan hasil pelatihan kepada ibu
nifas menyusui di desa masing-masing.
Evaluasi dilakukan sebanyak 2 (dua) kali yaitu untuk mengevaluasi pengetahuan
kader tentang teknik pijat perah dan pijat oksitosin dilakukan pre test sebelum dan post
test menggunakan kuesioner, evaluasi terhadap keterampilan kader sebelum dan setelah
proses pelatihan berlangsung, dengan mempraktikkan langsung/latihan menggunakan
alat peraga phantoom yang di observasi menggunakan daftar tilik.
120
100
80
60 pre tes
post tes
40
20
0
1357911 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Didapati gambaran keterampilan kader melakukan teknik pijat perah dan teknik
pijat oksitosin, sebelum serta setelah mendapatkan pelatihan teknik pijat perah dan pijat
oksitosin.
13579 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
100%
80%
60%
Persenta
40%
Series1
20%
0%
sebelumsesudahsebelumsesudah
pelatihanpelatihanpelatihanpelatihan
Keterampilan kaderKeterampilan kader Teknik Pijat PerahTeknik Pijat Oksitosin
Keterampilan kader
SIMPULAN
Kegiatan pelatihan kader di UPT Puskesmas Astambul sebagai representasi
kebutuhan pengembangan keterampilan kader di masyarakat khususnya dalam
memberikan informasi tentang teknik pengeluaran ASI di masyarakat. Karena Dari
kegiatan ini dihasilkan :
1. Pengetahuan dan pemahaman pada kader kesehatan diwilayah kerja UPT
Puskesmas Astambul tentang teknik pijat perah dan teknik pijat
oksitoin terjadi peningkatan dari 40% menjadi 100%.
2. Keterampilan Kader terhadap langkah-langkah teknik pijat perah ASI dan langkah-
langkah teknik pijat oksitosin dilakukan dengan tepat, terjadi peningkatan dari 0%
menjadi 100%.
3. Kader menjadi lebih percaya diri dalam menjalankan fungsinya di masyarakat,
memberikan informasi, membimbing ibu-ibu nifas menyusui bayinya, mengatasi
permasalahan ketidak lancaran Produksi ASI ibu-ibu nifas diawal masa menyusui
bayinya.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, D. N. (2007). Faktor yang berperan dalam kegagalan praktik pemberian ASI
eksklusif. Skripsi. Semarang:PSIK FK Undip.
Biancuzzo, M. (2003). Breastfeeding the newborn. Clinical Strategies for nurses. St.
louis: Mosby.
Evariny, A. (2008). Agar ASI lancar di awal masa menyusui.http://www.hypno
birthing.web.id/?.
Kemenkes RI. (2013). Riset kesehatan dasar (Riskesdas). Jakarta: Badan penelitian dan
pengembangan kesehatan kementrian kesehatan RI.
Marmet, C. (2003). Manual expression of breast milk marmet technique. Diperoleh dari
http://static1.squarespace.com/static/537cf67ee4b0785074d4a456/t/538286e7e4
b050f84ce173eb/1401063143985/Breastfeeding_ManualExpression.pdf tanggal
06 Desember 2016.
Corresponding author:
Ranida Arsi
ranidaarsi21@gmail.com
DOI: http://dx.doi.org/10.26594/jikm.1.2.2018.278
e-ISSN 2621-2994
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 4 No 1, May 2021/ page 2
Ranida Arsi - METODE SPEOS (STIMULASI PIJAT ENDORPHIN, OKSITOSIN, DAN SUGESTIF) DALAM
MENINGKATKAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 4 No 1, May 2021/ page 3
bayi baru lahir mendapat
makanan selain ASI dalam tiga
hari pertama. Hasil survei data
oleh Desmawati menyebutkan
jumlah bayi baru lahir (0-3 hari
post sectio caesarea)
mengalami
kenaikan
penggunaan pengganti air susu
ibu (PASI) sebesar 3,65%
(Desmawati, 2013). Nurliawati
juga menyebutkan beberapa ibu
menghasilkan air susu yang
sedikit bahkan tidak ada pada tiga
atau empat hari setelah
melahirkan yang disebabkan oleh
cemas dan takut karena produksi
ASI yang sedikit serta minimnya
pengetahuan ibu mengenai proses
menyusui (Nurliawati, 2010).
Ranida Arsi - METODE SPEOS (STIMULASI PIJAT ENDORPHIN, OKSITOSIN, DAN SUGESTIF) DALAM
MENINGKATKAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 4 No 1, May 2021/ page 4
Ranida Arsi - METODE SPEOS (STIMULASI PIJAT ENDORPHIN, OKSITOSIN, DAN SUGESTIF) DALAM
MENINGKATKAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 4 No 1, May 2021/ page 5
Tujuan
Ranida Arsi - METODE SPEOS (STIMULASI PIJAT ENDORPHIN, OKSITOSIN, DAN SUGESTIF) DALAM
MENINGKATKAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 4 No 1, May 2021/ page 6
dari systematic review ini adalah untuk sampai 2020. 4) Artikel full text. Kriteria
melihat intervensi non farmakologis yaitu Ekslusi artikel yang digunakan adalah: 1)
metode SPEOS dalam hubungannya Artikel yang terbit lebih dari 10 tahun
terhadap peningkatan produksi ASI terakhir. 2) Penggunaan Bahasa asing selain
Inggris dan Indonesia. 3) Bukan studi
2. Metode intervensi. 4) Artikel tidak full text.
Strategi Pencarian artikel dilakukan
Pencarian menggunakan database Scopus, Medica
Local Update, One Search dan google
schoolar dengan menggunakan kata kunci
Tinjauan sistematis melalui beberapa “Metode SPEOS”, “stimulasi pijat endorphin,
artikel keperawatan yang berkaitan oksitosin, dan sugestif”, “produksi asi” dan
dengan metode SPEOS dalam meningkatkan íbu post partum”. Artikel diurutkan
produksi ASI. Artikel diperoleh dari situs berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi.
internet yang dilengkapi dengan database Artikel yang hanya menampilkan abstrak
yaitu Scopus, Medica Local Update, One dihilangkan. Kemudian artikel diurutkan
Search dan google schoolar. Pencarian agar tidak ditemukan artikel dengan judul
artikel menggunakan kata kunci “Metode yang sama sehingga didapatkan hasil akhir
SPEOS”, “stimulasi pijat endorphin, artikel yang akan dianalisis.
oksitosin, dan sugestif”,“produksi asi” dan
“ibu post partum. Pencarian artikel dibatasi Hasil Pencarian
pada artikel yang dipublikasi tahun 2010
sampai 2020. Pada diagram alur pencarian literatur,
didapatkan 128 artikel dari database dan
Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi
sebanyak 15 artikel. Kemudian di ekslusi
Kriteria inklusi artikel yang kembali bersadarkan judul yang sama
digunakan adalah: 1) Artikel yang menjadi 7 artikel yang akan di analisis.
berhubungan dengan metode SPEOS dan
produksi ASI Ibu post partum 2) Artikel yang
menggunakan Bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia. 3) Artikel yang terbit tahun 2010
Diagram 1.
(n = 128)
Hasil yang di ekslusi n =
73
Alasan: menggunakan bahasa asing selain Inggris dan
Indonesia, tidak tersedia online, hanya abstrak/ tidak
MENINGKATKAN PRODUKSI ASI IBU POST full text, bukan studi intervensi, artikel > 10 tahun
Ranida Arsi - METODE SPEOS (STIMULASI PIJAT ENDORPHIN, OKSITOSIN, DAN SUGESTIF) DALAM
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 4 No 1, May 2021/ page 7
Tabel 1
Hasil Ekstrasi
Data
1 Risse
Melyansari Pengaruh Metode Mengetahui Penelitian kuantitatif dengan Ada pengaruh metode SPEOS terhadap
dkk, 2018 pengaruh metode desain Pre-Eksperimental, produksi ASI ibu nifas (nilai p=0,00)
Stimulasi Pijat SPEOS dengan metode Static Group setelah dilakuakan selama 3 hari.
Endorphine, terhadap produksi Comparison (Posttest Only
Oksitosin, Dan ASI pada ibu nifas Control Group Design).
pada hari pertama
Sugestif sampai ketiga. Populasi yaitu ibu nifas normal
(Speos berjumlah 36 orang, 18 orang
) Terhadap Produksi kelompok intervensi dan 18
Asi Ibu Nifas di orang kelompok kontrol.
Bidan Praktik
Mandiri Siti Juleha Metode SPEOS dilakukan pada
Pekanbaru 24 jam pertama (minimal 6
jam), kedua, dan ketiga nifas.
PARTU
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 4 No 1, May 2021/ page 8
Ranida Arsi - METODE SPEOS (STIMULASI PIJAT ENDORPHIN, OKSITOSIN, DAN SUGESTIF) DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI ASI IBU POST
PARTU
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 4 No 1, May 2021/ page 9
2 Luh Yunita The Different Milk Mengetahui adanya Penelitian kuantitatif dengan Ada perbedaan produksi ASI Ibu Nifas
Widhiani dkk, Production Of perbedaan Metode desain Quasi experimental with pada Metode SPEOS (Stimulasi Pijat
2019 Postpartum Mother SPEOS (Stimulasi post test only design with control Endorfin, Oksitosin dan Sugestif) dan
With SPEOS Methods group. Populasi penelitian ini Metode Marmet dengan nilai p value
(Stimulation Pijat adalah seluruh ibu nifas. 0,043.
of Endorphi
Endorphin Oxytocin n Sampel penelitian dengan jumlah
and , Oksitosin dan
Suggesti Sugestif) dengan 34 orang dengan masing-
f Massage) And TeknikMarmet masing kelompok berjumlah 17
Marmet Method terhadap produksi orang. Kelompok intervensi
ASI ibu nifas. diberikan perlakuan
dengan
metode “SPEOS”
sedangkan kelompok kontrol
dilakukan
intervensi dengan
metode berbeda yaitu metode
marmet.
3 Diah Eka Metode SPEOS Mengetahui metode Penelitian kuantitatif dengan Metode SPEOS berpengaruh terhadap
Nugraheni dkk, (Stimulasi Pijat SPEOS desain Kuasi eksperimen produksi susu dan peningkatan berat
2017 Endorphin, Oksitosin (Pija dengan rancangan pre and badan bayi.
Dan Sugestif) Dapat t endorphin, post test desain.
oksitosin dan
sugestif) dapat
PARTU
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 4 No 1, May 2021/ page 1
Ranida Arsi - METODE SPEOS (STIMULASI PIJAT ENDORPHIN, OKSITOSIN, DAN SUGESTIF) DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI ASI IBU POST
PARTU
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 4 No 1, May 2021/ page 1
4 Dewi Pengaruh Metode Untuk mengetahui Penelitian deskriptif kuantitatif Ada perbedaan produksi ASI sebelum
Permit efektivitas metode dengan desain Quasy dan sesudah perlakuan sedangkan hasil
a Sari dkk, Speos Experiment pre test-post test pengukuran kelompok kontrol dan
2017 Terhada SPEOS with control group. Teknik kelompok intervensi dedapatkan p value
p Produksi Asi terhada pengambilan sampel 0,004 artinya ada perbedaan yang
Pada Ibu Post p produksi ASI ibu menggunakan konsekutif signifikan antara kelompok intervensi
Seksio post sectio caesarea. sampling dengan jumlah sampel dan kelompok kontrol sehingga ada
Sesarea di Rumah sebanyak 38 ibu post sectio pengaruh metode SPEOS terhadap
Sakit Umum Daerah caesarea. Metode SPEOS produksi ASI pada ibu post sectio
Tidar Kota Magelang dilakukan dengan durasi 30 caesarea.
Tahun 2017 menit dalam waktu 3 hari
Ranida Arsi - METODE SPEOS (STIMULASI PIJAT ENDORPHIN, OKSITOSIN, DAN SUGESTIF) DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI ASI IBU POST
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 4 No 1, May 2021/ page 1
5 Wiwin SPEOS (Endorphins Mengamati Penelitian kuantitatif Metode SPEOS meningkatkan jumlah ibu
Widayanti dkk, And Oxytocin efektivitas metode dengan desain nifas yang memproduksi ASI 24 jam
2016 Massage Stimulation SPEOS quasy experimental study with setelah tindakan. Sedangkan ibu nifas
And terhadap produksi control group. Total sampel tanpa perlakuan metode SPEOS
Suggestiv ASI ibu Nifas. sebanyak 44 ibu nifas, 22ibu mayoritas memproduksi ASI 72 jam
e Provision) nifas pada kelompok intervensi setelah responden melahirkan.
Reduced The dan 22 ibu nifas pada kelompok
Duration Of Breast kontrol. Durasi produksi ASI
Milk (dalam jam) dicatat dalam check
list harian hingga hari ketiga
Production Among setelah dipijat.
The Puerperal
Women In Midwife
Private Practitioners
Of
Cirebon District.
6 Hemi The Role Penelitian ini Penelitian kuantitatif Hasil penelitian menunjukkan kelompok
Fitrian of bertujuan untuk dengan desain quasi- intervensi lebih banyak menghasilkan
Endorphin
i dkk, Stimulation, mengetahui experimental research with ASI yaitu 3,76 cc pada hari ketiga
2019 Oxytocin Massage pengaruh metode non-equivalent control group intervensi dibandingkan kelompok
and Suggestive design. Ada 20 ibu post partum kontrol (2,04 cc). Analisis bivariat
Technique SPEOS yang dilibatkan dalam menunjukkan p value0,001
terhada
(SPEOS) inImproving p produksi ASI ibu penelitian ini dimana masing-
post partum.
Ranida Arsi - METODE SPEOS (STIMULASI PIJAT ENDORPHIN, OKSITOSIN, DAN SUGESTIF) DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI ASI IBU POST
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 4 No 1, May 2021/ page 1
Breast Milk masing kelompok (kontrol dan yang artinya metode SPEOS efektif dalam
Production among intervensi) sebanyak 10 meningkatkan produksi ASI ibu post
Breastfeeding partum
responden.
Mother at Primary
Health Center in Intervensi dilakukan sebanyak
Cimahi Tengah, West 3 kali dalam sehari selama 15
Java, Indonesia menit, yaitu pagi (07.00 WIB),
siang (12.00 WIB), dan sore
(17.00
Ranida Arsi - METODE SPEOS (STIMULASI PIJAT ENDORPHIN, OKSITOSIN, DAN SUGESTIF) DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI ASI IBU POST
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 4 No 1, May 2021/ page 1
7 Indah Lestari SPEOS (Stimulation Penelitian ini Penelitian kuantitatif dengan Metode SPEOS berpengaruh terhadap
dkk, 2019 of Endorphin, bertujuan untuk menggunakan quasi- peningkatan produksi ASI. Terdapat
Oxytocin and mengetahui pengaruh experimental pre and posttest perbedaan produksi ASI yang signifikan
Suggestive): SPEOS terhadap design with control group. pada kelompok kontrol pre-post dengan
Intervention to peningkatan produksi Jumlah sampel sebanyak 60 ibu t- count 8,923 (p=0,000) dan t-count pada
ASI. nifas dimana 30 responden kelompok intervensi 18,,886 (p = 0,000).
Improvement of pada kelompok kontrol dan 30 Perbedaan tingkat kenyamanan antar
Breastfeeding responden pada kelompok kelompok dengan uji LSD diperoleh p-
Production. intervensi. value
Ranida Arsi - METODE SPEOS (STIMULASI PIJAT ENDORPHIN, OKSITOSIN, DAN SUGESTIF) DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI ASI IBU POST
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 4 No 1, May 2021/ page 1
Ranida Arsi - METODE SPEOS (STIMULASI PIJAT ENDORPHIN, OKSITOSIN, DAN SUGESTIF) DALAM
MENINGKATKAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 4 No 1, May 2021/ page 1
6. Referensi
https://doi.org/10.18502/kls.v4i13.53
49
Ranida Arsi - METODE SPEOS (STIMULASI PIJAT ENDORPHIN, OKSITOSIN, DAN SUGESTIF) DALAM
MENINGKATKAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 4 No 1, May 2021/ page 1
of endorphin, oxytocin and Wilayah Kota Dan Kabupaten
suggestive): Intervention Tasikmalaya [Universitas Indonesia].
to improvement of http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/202
breastfeeding production. 82 685-T Enok Nurliawati.pdf
Medico- Legal Update,
Sari, D. P., Rahayu, heni esti, &
19(1), 210–215.
Rohmayanti. (2017). Pengaruh
https://doi.org/
10.5958/0974-
1283.2019.00042.2
Ranida Arsi - METODE SPEOS (STIMULASI PIJAT ENDORPHIN, OKSITOSIN, DAN SUGESTIF) DALAM
MENINGKATKAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 4 No 1, May 2021/ page 1
Ranida Arsi - METODE SPEOS (STIMULASI PIJAT ENDORPHIN, OKSITOSIN, DAN SUGESTIF) DALAM
MENINGKATKAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM
I
ABSTRAK
Campak dan Rubella merupakan penyakit infeksi menular melalui saluran nafas yang
disebabkan oleh virus Campak dan Rubella.Vaksin MR (Measles Rubella) memberikan manfaat
seperti dapat melindungi anak dari kecacatan dan kematian akibat komplikasi pneumonia, diare,
kerusakan otak, ketulian, kebutaan, dan penyakit jantung bawaan. Indonesia telah berkomitmen
untuk mencapai eliminasi campak dan pengendalian rubella/Congenital Rubella Syndrome
(CRS) pada tahun 2020. Berdasarkan hasil surveilans dan cakupan imunisasi, maka imunisasi
campak rutin saja belum cukup untuk mencapai target eliminasi campak. Sedangkan untuk
akselerasi pengendalian rubella/CRS maka perlu dilakukan kampanye imunisasi tambahan
sebelum introduksi vaksin MR ke dalam imunisasi rutin. Program Pengabdian Masyarakat ini
melalui penerapan Ipteks bagi masyarakat bertujuan mengenalkan dan tercapainya cakupan
imunisasi measles rubella. Kegiatan pengabmas dilaksanakan hari Rabu tanggal 18 Februari
2021 pukul 10.00 Wib, tempat pelaksanaan di Puskesmas Nanggalo Padang. Peserta yang hadir
jumlah 15 orang ibu-ibu yang mempunyai anak usia balita. Berdasarkan hasil kegiatan tersebut
terjadinya peningkatan pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia balita tentang pemberian
imunisasi MR. Diharapkan petugas kesehatan meningkatkan edukasi tentang pemberian
imunisasi MR.
Kata Kunci: Imunisasi MR (Measles Rubella)
ABSTRACT
Measles and Rubella are infectious diseases that are transmitted through the respiratory tract
caused by the measles and rubella viruses. The MR (Measles Rubella) vaccine provides benefits
such as protecting children from disability and death due to complications of pneumonia,
diarrhea, brain damage, deafness, blindness and heart disease. built-in. Indonesia has
committed to achieve elimination of measles and control of rubella / Congenital Rubella
Syndrome (CRS) by 2020. Based on the results of surveillance and immunization coverage,
routine measles immunization alone is not sufficient to achieve the target of measles elimination.
Meanwhile, for the acceleration of rubella / CRS control, it is necessary to carry out an
additional immunization campaign before the introduction of the MR vaccine into routine
immunization. This Community Service Program through the application of science and
technology for the community aims to introduce and achieve measles rubella immunization
coverage. Community service activities will be carried out on Wednesday, February 18, 2021 at
10.00 WIB, the place of implementation is at the Nanggalo Padang Health Center. Participants
who attended were 15 mothers who have children under five. Based on the results of these
activities there is an increase in the knowledge of mothers who have children aged under five
about giving MR immunization. It is hoped that health workers will increase education about
Jurnal Abdimas 4
MR immunization.
Keywords: immunization MR (Measles Rubella)
Jurnal Abdimas 4
I
Jurnal Abdimas 4
Strategi Metode kegiatan yang dilakukan berupa:
a. Simulasi
b. Ceramah/penyuluhan
c. Diskusi
Jurnal Abdimas 4
I
Kegiatan pengamas
dilaksanakan hari Kamis tanggal 18
Februari pukul 10.00 Wib, tempat
pelaksanaan di Puskesmas Nanggalo
Padang . Peserta yang hadir jumlah 15
orang ibu yang memiliki anak usia
Balita Di Puskesmas Nanggalo. Tim
penyuluh terdiri dari presenter penyaji,
moderator dan dari pihak Puskesmas
melibatkan bidang bagian promkes .
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan
dilakukan dengan 3 tahap yaitu
1. Tahap Perkenalan
Sebelum kegiatan dimulai tim
pengabmas melakukan salam pembuka
dan pekenalan dan dilanjutkan
menjelaskan maksud dan tujuan dari
materi yang diberikan dan kontrak
pelaksanaan yang akan dilakukan.
Disepakati bahwa penyuluhan
dilaksanakan selama 60 menit
2. Tahap Penyajian
Sebelum materi diberikan pemateri
melakukan penggalian pengetahuan
kepada ibu yang mempunyai anak usia
balita dengan memberikan
kuesioner/pretest untuk mengetahui
sejauh mana ibu bayi mengetahui materi
tentang pemberian imuniasai MR..
Materi yang diberikan dengan
powerpoint dengan menggunakan
media infokus ditambah dengan
pemberian leaf let. Materi yang
disampaikan ketika penyuluhan
berlangsung membahasas tentang apa
pengertian, tujuan, manfaat, efek
samping, cara pemberian dan jadwal
pemberian imuniasai MR. Disaat
pemateri memberikan penyuluhan ibu
yang mempunyai anak usia balita
memperhatikan dan antusias dalam
materi yang diberikan selama
penyuluhan berlangsung. Dan tidak ada
peserta meninggalkan tempat selama
penyuluhan berlangsung.
Jurnal Abdimas 4
Sebelum materi diakhiri penyuluhan dapat terukur pengetahuan
moderator memberikan ibu yang mempunyai anak usia balita
kesempatan kepada peseta tentang pemberina imunisai MR dilihat
untuk memberikan dari sebelum dan sesudah pemberian
pertanyaaan. Kegiatan penyuluhan.
penyuluhan diakhiri
dengan sesi tanya jawab SIMPULAN
dimana respon masyarakat Berdasarkan hasil kegiatan
cukup baik terlihat dari tersebut terjadinya peningkatan
beberapa pertanyaan yang pengetahuan ibu yang mempunyai anak
disampaikan kepada usia balita tentang pemberian imunisai
pemateri. Berbagai
pertanyaan tersebut
merefleksikan
keingintahuan ibu terhadap
pemberian imunisasi MR.
Untuk mengetahui sejauh
mana pengetahuan ibu
yang memiliki anak usia
Balita Di Puskesmas
Nanggalo tentang materi
yang diberikan maka
diberika kuesioner kembali
(post test).
Distribusi frekunsi
pengetahuan ibu
sebelum dan sesudah
edukasi Pendidikan
kesehatan n (15) N
Imunisasi Sebelum Sesudah
o MR
1 Pengertian 20% 92%
2 Tujuan dan Manfaat 10% 94,3%
3 Dampak/ efek 30 % 98,2%
samping
4 Cara Pemberian 20% 99,1%
5 Jadwal Pemberian 10% 99,1%
Berdasarkan tabel
diatas membuktikanbahwaadanya
peningkatan pengetahuan
orang tua sebelum dan
sesudah pemberian
penyuluhan dimana terlihat
rata-rata pengetahuan ibu
tentang pengertian, tujuan,
manfaat, cara dan jadwal
pemberian imunisasi MR
rata-rata lebih dari 90%
meningkat pengetahuan
ibu. Jadi dapat disimpulkan
bahwa dengan pemberian
Jurnal Abdimas 5
I
Jurnal Abdimas 5