Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Jurnal Riptek - Pengembangan Wilayah Kota Semarang Berbas Potensi Unggulan Daerah

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 18

ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA SEMARANG

BERBASIS POTENSI UNGGULAN DAERAH


Hendrianto Sundaro

Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Semarang (USM)
Penulis korespondensi e-mail : hendrianto@usm.ac.id ; hendri01190@gmail.com

ABSTRCT

This research reveals about the regional development of the Semarang City
based on superior potential. The analytical tool used in this study is the Location
Quotion analysis, Klassen Typology analysis and Shift Share analysis. The results
showed that there were 11 potential economic sectors in the Semarang City which
were the (leading) base sector.
From the results of the LQ analysis obtained information that the base
sector with the highest LQ value is the Information and Communication sector with
an LQ value of 2.815 while the base sector with the lowest LQ value (1.04) is the
supply, accommodation and food and beverage sector. From the results of Typology
Klassen's analysis it was identified that there were only 1 sector included in the
category of advanced and fast-growing sectors (quadrant I), ten sectors included in the
category of advanced but distressed sectors (Quadrant III) and 6 Sectors included in
the category of relatively lagging sectors (Quadrant IV ). While from the calculation
of Shift Share analysis, it is known that the regional growth component (N) and the
industrial mix component (M) are positive while the competitiveness component (C)
all sectors are negative except for the Communication and Information sector.
From the results of the analysis conducted, the direction of regional
development policy in the city of Semarang must be focused on the identified base
sector so that the Semarang City can develop in accordance with its superior potential.

Keywords: Regional Development, LQ Analysis, Klassen Typology, Shift Share

ABSTRAK

Penelitian ini mengungkapkan tentang pengembangan wilayah Kota Semarang


berbasis potensi unggulan daerah. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis Location Quotion, analisis Typologi Klassen dan analisis Shift Share.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 11 sektor perkeonomian di Kota
Semarang yang merupakan sektor basis (unggulan).
Dari hasil analisis LQ diperoleh informasi bahwa sektor basis dengan nilai LQ
tertinggi adalah sektor Informasi dan Komunikasi dengan nilai LQ sebesar 2,815
sedangkan sektor basis dengan nilai LQ terendah (1,04) adalah adalah sektor
penyediaan, akomodasi dan makan minum. Dari hasil analisis Typologi Klassen
teridentifikasi bahwa hanya terdapat 1 sektor yang masuk dalam kategori sektor maju
dan tumbuh cepat (kuadran I), sepuluh sektor masuk dalam kategori sektor maju
namun tertekan (Kuadran III) dan 6 Sektor masuk dalam kategori sektor relatif
tertinggal (Kuadran IV). Sedangkan dari hasil perhitungan analisis Shift Share
diketahui komponen pertumbuhan wilayah (N) dan komponen bauran industri (M)
bernilai positif sedangkan komponen daya saing (C) semua sektor bernilai negatif
kecuali untuk sektor Komunikasi dan Informasi.
Dari hasil analisis yang dilakukan, maka arahan kebijakan pengembangan
wilayah di Kota Semarang harus difokuskan pada sektor basis yang telah
teridentifikasi sehingga Kota Semarnag dapat berkembang sesuai dengan potensi
unggulan yang dimiliki.

Kata Kunci : Pengembangan wilayah, Analisis LQ, Typologi Klassen, Shift Share

1. PENDAHULUAN
Konsep pengembangan wilayah dimaksudkan untuk memperkecil kesenjangan
pertumbuhan dan ketimpangan kesejahteraan antar wilayah. (Mahi, 2018). Analisis ini
sangat penting guna mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah, meningkatkan
penyediaan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan pada wilayah-wilayah
terbelakang. Untuk mewujudkan kondisi tersebut, kebijakan utama yang perlu
dilakukan adalah mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan
daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah. Mengingat potensi yang
dimiliki setiap daerah sangat bervariasi, maka setiap daerah harus menentukan sektor
ekonomi yang dominan (Sjafrizal 2014). Hal tersebut sejalan dengan pandangan
Hirsman (dalam Tarigan, 2012) bahwa setiap wilayah memiliki perbedaan potensi.
Perbedaan tersebut mendorong wilayah melakukan spesialisasi berdasarkan
keunggulan komparatif yang dimiliki. Spesialisasi ini akan mendorong perdagangan
antar wilayah yang akan berdampak terhadap perkembangan ekonomi wilayah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Syarifah (2012) di Banyumas dengan
menggunakan alat analisis Tipologi Klassen, Location Qoutient (LQ) dan Indeks
Spesialisasi Regional menemukan terdapat tujuh sektor unggulan di Kabupaten
Banyumas. Penelitian Deddy dan Irwansyah (2013) di Kabupaten Bekasi
menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ), Classical Shift Share dan Esteban
Marquillas’ Shift Share menemukan sektor-sektor ekonomi potensial di Kabupaten
Bekasi yang memiliki daya saing yang tinggi, memiliki keunggulan kompetitif, serta
memiliki keunggulan komparatif. Hasil Penelitian Kornita (2008) di Pekanbaru
dengan pendekatan LQ periode 2002-2006 menunjukkan bahwa sektor unggulan di
Pekanbaru adalah sektor perdagangandan jasa. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa penentuan sektor-sektor unggulan yang menjadi potensi wilayah sangat
membantu Pemerintah Daerah dalam menentukan arah kebijakan dan strategi
pengembangan wilayah yang sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah.
Hasil-hasil penelitian diatas merupakan kajian pengembangan wilayah yang
dilakukan melalui pendekatan sektoral. Kajian pada aspek sektoral lebih menyatakan
ukuran dari aktivitas masyarakat suatu wilayah dalam mengelola sumberdaya alam
yang dimiliki. (Mahi, 2018). Ukuran aktivitas tersebut secara kuantitatif dilihat dari
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB adalah total nilai produki barang
dan jasa yang diproduksi di wilayah atau regional tertentu dalam kurun waktu
tertentu, biasanya selama satu tahun. (Emalia & Farida, 2018){Formatting Citation}
Kota Semarang memberikan sumbangan terbesar terhadap perekonomian Jawa
Tengah. Berdasarkan Data Indikator Ekonomi Kota Semarang tahun 2017 yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Kota Semarang, secara umum kondisi
perekonomian Kota Semarang telah menunjukkan tanda-tanda perbaikan, seiring
dengan peningkatan nilai nominal PDRB tahun 2016 mencapai 145,993 triliun rupiah,
naik sekitar 8,73 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Meski pun secara umum
nilai PDRB Kota Semarang merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah, namun jika
dilihat dari angka perbandingan laju pertumbuhan PDRB menurut Kabupaten/Kota di
Jawa Tengah Kota Semarang menduduki peringkat ke lima yakni sebesar 5,69% di
bawah Sragen (5,72%), Banyumas (6,05%), Tegal (6,37%) dan Blora (23,53%).
Sebagai pusat perekonomian dan Ibukota Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang
memiliki potensi besar untuk berkembang melampaui kota-kota lain di Jawa Tengah
melalui strategi pengembangan wilayah yang tepat berbasis potensi/sektor unggulan
Kota Semarang.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Pengembangan Wilayah Kota Semarang Berbasis potensi
Unggulan Daerah”

2. METODOLOGI
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian campuran (mixed method). Mixed Method adalah metode penelitian yang
menggabungkan antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif yakni dengan
memberikan interpretasi terhadap hasil perhitungan kuantitatif (Creswell, 2017).
Guna keperluan penelitian maka perlu dilakukan pengumpulan data. Data
yang dibutuhkan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, data
yang digunakan sepenuhnya merupakan data sekunder yakni berupa: 1) Data statistik
perekonomian Kota Semarang sebagai wilayah analisis dan data statistik
perekonomian Provinsi Jawa Tengah sebagai wilayah acuan. Data tersebut berupa
data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2011-2016. 2) Peraturan-
peraturan Pemerintah yang terkait dengan Pengembangan Wilayah maupun Tata
Ruang Wilayah. Semua data-data penelitian tersebut diperoleh melalui situs resmi
Biro Pusat Statistik (BPS) Kota Semarang dan Provinsi Jawa Tengah serta Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Semarang.
Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis statistik deskriptif dengan menggunakan perangkat analisis ekonomi wilayah
yang mencakup 1) Analisis Location Quetion (LQ). 2) Analisis Typologi Klassen. 3)
Analisis Shift Share. Secara rinci kerangka pikir penelitian dan kebutuhan data dapat
dilihat pada gambar dan tabel berikut ini.

 Pertumbuhan Kota Semarang menduduki peringkat ke lima yakni


sebesar 5,69% di bawah Sragen (5,72%), Banyumas (6,05%),
Tegal (6,37%) dan Blora (23,53%)
LATAR BELAKANG  Kota Semarang memiliki potensi besar untuk berkembang
melebihi kota-kota lain di Jawa Tengah.
 Sektor unggulan di Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Perlu di
dorong agat lebih berkembang

Bagaimana arah Pengembangan Wilayah Kota Semarang


PERMASALAHAN Berdasarkan potensi unggulan daerah yang dimiliki ?
?

Mengidentifikasi arah pengembangan wilayah Kota Semarang


TUJUAN Berdasarkan Potensi (Sektor) Unggulan Kota Semarang

 Teridentifikasinya sektor-sektor perekonomian apa saja yang


menjadi sektor basis (unggulan) di kota Semarang
 Teridentifikaisnya perkembangan sektor-sektor perekonomian di
SASARAN Kota Semarang
 Teridentifikasinya komponen-komponen pertumbuhan ekonomi
wilayah dan kinerja sektor-sektor perekeonomian wilayah Kota
Semarang

 Analisis Location Quotion (LQ)


 Analisis Typologi Klassen
ANALISIS
 Matriks Klassen
 Analisis Shift Share

KESIMPULAN DAN Teridentifikasinya arah pengembangan wilayah Kota Semarang


REKOMENDASI Berbasis Potrensi Unggiulan Daerah

GAMBAR 1. KERANGKA PIKIR PENELITIAN


Sumber: Analisis Penulis, 2019
TABEL 1. KEBUTUHAN DATA DAN ANALISIS
TEKNIK
KEBUTUHAN SUMBER ANALISIS
TUJUAN SASARAN PENGUMPU
DATA DATA DATA
LAN DATA
Teridentifikas Data PDRB BPS Kota Studi dokumen. Analisis
inya sektor- Kota Semarang Semarang Location
sektor Tahun 2010- Bappeda kota Quotion (LQ)
perekonomia 2016 Semarang
n apa saja
yang menjadi Data PDRB
sektor basis Provinsi Jawa
(unggulan) di Tengah Tahun
kota 2010-2016
Semarang
Data Indikator
Ekonomi Kota
Semarang dan
Provinsi Jawa
Tengah Tahun
2017
Teridentifikai Data PDRB BPS Kota Studi dokumen Analisis
snya Kota Semarang Semarang Typologi
Mengidentif perkembanga Tahun 2010- Klassen
ikasi arah n sektor- 2016 Bappeda kota
pengembang sektor Semarang Matriks
an wilayah perekonomia Data PDRB Klassen
Kota n di Kota Provinsi Jawa
Semarang Semarang Tengah Tahun
Berdasarkan 2010-2016
Potensi
(Sektor) Data Indikator
Unggulan Ekonomi Kota
Kota Semarang dan
Semarang Provinsi Jawa
Tengah Tahun
2017
Teridentifikas Data PDRB BPS Kota Studi dokumen Analisis Shift
inya Kota Semarang Semarang Share
komponen- Tahun 2010-
komponen 2016 Bappeda kota
pertumbuhan Semarang
ekonomi Data PDRB
wilayah dan Provinsi Jawa
kinerja Tengah Tahun
sektor-sektor 2010-2016
perekeonomia
n wilayah Data Indikator
Kota Ekonomi Kota
Semarang Semarang dan
. Provinsi Jawa
Tengah Tahun
2017
Sumber: Hasil analisis penulis, 2019
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan
arahan kebijakan pengembangan wilayah Kota Semarang bedasarkan potensi atau
sektor-sektor yang menjadi unggulan (basis). Perangkat analisis yang digunakan
dalam penelitian ini merujuk pada perangkat analisis ekonomi wilayah yakni: 1)
Analisis Location Quotion (LQ) untuk mengidentifikasi sektor-sektor perekonomian
Kota Semarang yang masuk dalam kategori basis (Sektor unggulan). 2) Analisis
Typologi Klassen untuk mengidentifikasi sektor-sektor yang masuk dalam kategori
sektor maju, sektor berkembang, sektor maju namun tertekan dan sektor yang relatif
tertinggal. 3) Analisis Shift Share untuk mengidentifikasi komponen-komponen
pertumbuhan wilayah sehingga diketahui bagaimana struktur perekonomian di Kota
Semarang.

INPUT PROSES OUTPUT


Identifikasi sektor- Terdentifikasi sektor-
Analisis LQ sektor perekonomian
sektor perekonomian
apa saja yang apa saja yang menjadi
menjadi sektor basis Analisis Typologi sektor basis (unggulan)
(unggulan) di kota Klassen dan Matriks di kota Semarang
Semarang Klassen

Identifikasi typologi Analisis Shift Share Terdentifikasi typologi


perkembangan perkembangan sektor-
\perekonomian di sektor perekonomian
kota Semarang kota Semarang
Terdentifikasi arah pengembangan
Identifikasi wilayah kota semarang berbasis
Potensi (sektor) unggulan Terdentifikasi
komponen2
komponen2
pertumbuhan
pertumbuhan ekonomi
ekonomi wiayah dan
wiayah dan kinerja
kinerja sektor2
sektor2 perekonomian
perekonomian kota
kota semarang
semarang

Sumber: Hasil analisis penulis, 2019


GAMBAR 2. KERANGKA ANALISIS

Kerangka analisis penelitian ini sebagaimana terlihat pada gambar 2 diatas,


sedangkan teknik analisis menggunakan statistic deskriptif dan hasil analisis disajikan
dalam bentuk tabel, diagram dan matriks yang selanjutnya diinterpretasikan. Hasil
analisis dan keluaran yang dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Analisis Location Quotion ( LQ )
Analisis LQ dimasudkan untuk mengetahui sektor-sektor perekonomian di
Kota Semarang yang masuk dalam kategori sektor basis (unggulan) maupun sektor
non basis. Analisis dilakukan dengan menggunakan data PDRB Kota Semarang
tahun 2011-2016 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) sebagai wilayah analisis dan
data PDRB Povinsi Jawa Tengah tahun 2011-2016 ADHK sebagai wilayah acuan.
Berdasarkan data PDRB yang telah diperoleh selanjutnya diolah dengan
menggunakan Rumus berikut :

Si/S
LQ=
Ni/N

Keterangan :
LQ = Nilai Location Quotient (LQ)
Si = PDRB sektor i Kota Semarang
S = PDRB total Kota Semarang
Ni = PDRB sektor I Provinsi Jawa Tengah
N = PDRB total di Provinsi Jawa Tengah

Hasil perhitungan analisis LQ memberikan informasi tentang sektor-sektor


perekonomian mana saja yang merupakan potensi unggulan daerah (sektor basis) dan
sektor mana yang merupakan sektor non basis. Jika hasil perhitungan LQ
menunjukkan ≥ 1 maka sektor tersebut dikategorikan sebgai sektor basis sedangkan
jika hasil perhitungan LQ < 1 maka sektor tersebut dikategorikan sebgai sektor non
bais.
Hasil perhitungan analisis LQ dengan menggunakan data PDRB Kota
Semarang dan Provinsi Jawa Tengah sebagaimana tabel diatas diperoleh informasi
bahwa terdapat 11 sektor perekonomian di Kota Semarang yang masuk dalam
kategori sektor basis (unggulan). Adapun 11 sektor yang masuk dalam kategori basis
dan non basis dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini :
TABEL 2. HASIL ANALISIS LQ
Analisis LQ
Sektor PDRB Rerata LQ Keterangan
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.066 0.066 0.063 0.062 0.063 0.061 0.062 0.063 NON BASIS
B. Pertambangan dan Penggalian 0.093 0.096 0.097 0.096 0.083 0.073 0.063 0.086 NON BASIS
C. Industri Pengolahan 0.718 0.731 0.743 0.751 0.746 0.750 0.740 0.740 NON BASIS
D. Pengadaan Listrik dan Gas 1.178 1.216 1.267 1.376 1.399 1.377 1.392 1.315 BASIS
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
1.414 1.452 1.487 1.498 1.529 1.526 1.536 1.492 BASIS
Limbah dan Daur Ulang
F. Konstruksi 2.688 2.684 2.647 2.648 2.570 2.551 2.559 2.621 BASIS
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
1.100 1.116 1.110 1.104 1.123 1.124 1.115 1.113 BASIS
Mobil dan Sepeda Motor
H. Transportasi dan Pergudangan 1.133 1.176 1.209 1.234 1.215 1.150 1.192 1.187 BASIS
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan
1.015 1.034 1.060 1.065 1.056 1.043 1.009 1.040 BASIS
Minum
J. Informasi dan Komunikasi 2.437 2.509 2.647 2.790 2.968 3.141 3.212 2.815 BASIS
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 1.614 1.568 1.469 1.453 1.453 1.450 1.440 1.492 BASIS
L. Real Estate 1.704 1.745 1.784 1.827 1.815 1.818 1.833 1.789 BASIS
M, N. Jasa Perusahaan 1.839 1.810 1.789 1.754 1.773 1.744 1.713 1.775 BASIS
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
1.174 1.204 1.124 1.112 1.100 1.096 1.064 1.125 BASIS
dan Jaminan Sosial Wajib
P. Jasa Pendidikan 0.658 0.602 0.569 0.543 0.544 0.554 0.548 0.574 NON BASIS
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.920 0.893 0.858 0.846 0.846 0.837 0.835 0.862 NON BASIS
R,S,T,U. Jasa Lainnya 0.767 0.779 0.793 0.794 0.778 0.778 0.752 0.777 NON BASIS
Sumber: Analisis Penulis, 2019
Analisis Typologi Klassen
Analisis Typologi Klassen digunakan untuk mengetahui pola dan struktur
pertumbuhan masing-masing sektor perekonomian. Analisis ini dilakukan dengan
cara menghitung rasio antara laju pertumbuhan masing-masing sektor perkonomian di
Kota Semarang dengan laju pertumbuhan PDRB total Kota Semarang serta
menghitung rasio proporsi kontribusi masing-masing sektor di Kota Semarang
terhadap pembentukan PDRB dengan proporsi kontribusi rata-rata sektor terhadap
total PDRB Kota Semarang.
Selanjutnya hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan hasil perhitungan
yang sama di tingkat Provinsi Jawa Tengah sebagai wilayah acuan. Hasil perhitungan
menunjukkan klasifikasi masing-masing sektor ekonomi di Kota Semarang
berdasarkan typologi klassen sebagai berikut :
1. Jika ri > R dan yi > Y maka dimasukkan dalam kategori Kuadran I atau
sektor maju dan tumbuh cepat.
2. Jika ri > R dan yi < Y maka dimasukkan dalam kategori Kuadran II atau
sektor berkembang cepat.
3. Jika ri < R dan yi > Y maka dimasukkan dalam kategori Kuadran III atau
sektor maju tapi tertekan
4. Jika ri < R dan yi < Y maka dimasukkan dalam kategori Kuadran IV atau
sektor relatif tertinggal.

Keterangan:
ri = Pertumbuhan Sektor i
R = Total pertumbuhan
yi = Penfapatan sektor I
Y = Total pendapatan

Dari hasil perhitungan analisis Typologi Klassen diperoleh informasi


sebagaimana matriks berikut.
KONTRIBUSI TERHADAP PDRB
KRITERIA
yi > Y yi < Y
KUADRAN I KUADRAN II

LAJU PERTUMBUHAN ri > R Sektor maju dan tumbuh cepat Sektor berkembang cepat

J -

KUADRAN III KUADRAN IV


Sektor maju tapi tertekan Sektor relatif tertinggal
ri < R
D, E, F, G, H, I, K, L; M, N; O A, B, C, P, Q; R, S, T, U
Sumber: Analisis Penulis, 2019
GAMBAR 3. MATRIKS HASIL ANALISIS
TYPOLOGI KLASSEN

KETERANGAN SEKTOR :
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
B Pertambangan dan Penggalian
C Industri Pengolahan
D Pengadaan Listrik dan Gas
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
F Konstruksi
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
J Informasi dan Komunikasi
K Jasa Keuangan dan Asuransi
L Real Estate
M,N Jasa Perusahaan
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
R,S,T,U Jasa Lainnya
Berdasarkan matriks diatas, diperoleh informasi mengenai klasifikasi sektor-
sektor perekonomian di Kota Semarang berdasarkan kuadran Klassen sebagai
berikut : 1) Sektor ekonomi di Kota Semarang yang masuk dalam klasifikasi kuadran
I yakni Sektor maju dan tumbuh cepat hanya Sektor Informasi dan Komunikasi. 2)
Sektor yang masuk dalam klasifikasi kuadran II atau sektor berkembang cepat tidak
ada. 3) Sektor yang masuk dalam klasifikasi Kuadran III atau Sektor maju tapi
tertekan relatif cukup banyak yakni Sektor Pengadaan Listrik dan Gas, Sektor
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, Sektor Konstruksi,
Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Sektor
Transportasi dan Pergudangan, Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum,
Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi, Sektor Real Estate, Sektor Jasa Perusahaan,
Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib. 4)
Meskipun sektor-sektor yang masuk dalam kuadran III relatif cukup banyak, namun
sektor-sektor yang masuk dalam klasifikasi kuadran IV atau Sektor relatif tertinggal
juga tidak sedikit. Sektor-sektor tersebut adalah Sektor Pertanian, Sektor Kehutanan,
dan Perikanan, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan,
Sektor Jasa Pendidikan, Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial serta Sektor Jasa
Lainnya.

Analisis Shif Share


Analisis Shift Share dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan
informasi mengenai gambaran kinerja sektor-sektor perekonomian Kota Semarang
dibandingkan dengan perekonomian di Jawa Tengah. Informasi tersebut sekaligus
memberikan gambaran apakah terdapat perubahan dalam struktur perekonomiaan di
Kota Semarang dengan mengidentifikasi komponen-komponen pertumbuhan wilayah
yang mencakup Pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Tengah sebagai wilayah acuan
(N), Bauran Industri (industrial mixed) (M) dan Regional Share atau Competitiveness
(C).
Variabel yang digunakan dalam analisis ini adalah variabel Pendapatan yang
dalam hal ini adalah PDRB Kota Semarang tahun 2010-2016 dan PDRB Provinsi
Jawa Tengah tahun 2010-2016. Analisis ini bertolak pada asumsi bahwa pertumbuhan
sektor di Kota Semarang sama dengan pertumbuhan pada tingkat wilayah acuan
(Jawa Tengah). Analisis ini membagi perubahan atau pertumbuhan kinerja ekonomi
wilayah dalam tiga komponen : 1) Komponen Pertumbuhan Wilayah Acuan (KPN),
yaitu mengukur kinerja perubahan ekonomi pada perekonomian acuan. Artinya
daerah yang bersangkutan tumbuh karena dipengaruhi oleh kebijakan wilayah acuan
secara umum. 2) Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP), yaitu mengukur
perbedaan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi acuan dengan pertumbuhan agregat.
Apabila komponen ini pada salah satu sektor wilayah acuan bernilai positif, berarti
sektor tersebut berkembang dalam perekonomian acuan. Sebaliknya jika negatif,
sektor tersebut menurun kinerjanya. 3) Komponen Pergeseran atau Pertumbuhan
Pangsa Wilayah (KPPW) atau disebut juga daya saing/Competitiveness, yaitu
mengukur kinerja sektor-sektor lokal terhadap sektor-sektor yang sama pada
perekonomian acuan. Apabila komponen ini pada salah satu sektor positif, maka daya
saing sektor lokal meningkat dibandingkan sektor yang sama pada ekonomi acuan,
dan apabila negatif terjadi sebaliknya.
Rumus perhitungan Shift Share adalah sebagai berikut :

Dij = KPNij + KPPij + KPPWij atau Dij = Nij + Mij + Cij

Keterangan :
Dij : Perubahan/pergeseran suatu variabel wilayah sektor i di wilayah j dalam
kurun waktu tertentu
Nij : Komponen pertumbuhan nasional sektor i di wilayah j
Mij : Bauran industri sektor i di wilayah j
Cij : Keunggulan kompetitif sektor i di wilayah j

Adapun hasil dari analisis Shif Share sebagaimana terlihat dalam tabel 3 berikut
ini :
TABEL 3. ANALISIS SHIFT SHARE

PDRB SEKTOR PERTUMBUHAN TOTAL


PDRB SEKTOR JATENG TOTAL PDRB JATENG KOMPONEN PERTUMBUHAN WILAYAH
SEMARANG SEKTOR PERTUMBU
HAN
Tahun Awal Tahun Akhir Tahun Awal Tahun Akhir Tahun Awal Tahun Akhir Semarang Jateng JATENG Nij Mij Cij Dij
Eij x (rij- (Nij + Mij +
Eij E*ij Ein E*in En E*n rij rin rn Eij x rn Eij x (rin-rn)
rin) Cij)
849,077.00 1,079,006.76 99,572,441.08 164,596,657.42 0.03 0.08 74,037.86 -9,094.57 -35,458.07 29,485.22
160,719.90 183,040.19 13,346,392.63 27,479,904.83 0.02 0.13 14,014.46 6,137.79 -17,049.02 3,103.24
20,032,777.83 29,774,287.96 215,156,474.55 381,462,632.75 0.06 0.09 1,746,819.09 327.33 -565,881.49 1,181,264.94
97,242.25 145,186.35 636,381.90 988,647.98 0.06 0.07 8,479.33 -1,744.33 -541.22 6,193.78
99,631.29 106,996.06 543,235.90 660,501.62 0.01 0.03 8,687.65 -5,499.88 -2,106.66 1,081.12
22,459,127.46 30,196,835.55 64,423,248.23 111,884,559.78 0.05 0.09 1,958,392.04 111,820.18 -884,715.62 1,185,496.60
13,083,365.34 17,264,313.85 91,678,669.23 146,805,799.08 0.04 0.07 1,140,843.90 -248,331.19 -410,529.33 481,983.38
2,739,452.69 4,198,856.37 18,644,272.73 33,386,902.94 0.07 0.10 238,874.92 33,995.75 -73,915.25 198,955.43
2,469,885.80 3,702,328.34 18,772,500.06 34,778,495.95 0.06 0.10 215,369.22 29,761.59 -85,712.98 159,417.83
6,581,507.25 11,206,438.30 20,826,935.54 33,075,351.84 0.09 0.07 573,894.57 -102,624.47 99,385.61 570,655.72
3,606,962.50 4,868,489.75 17,234,332.49 32,044,287.75 0.05 0.10 314,520.08 44,107.38 -166,711.55 191,915.91
2,358,521.60 3,513,591.50 10,670,140.43 18,172,329.69 0.07 0.09 205,658.48 -1,467.04 -49,979.84 154,211.59
425,226.85 714,991.36 1,782,800.10 3,957,046.75 0.08 0.12 37,078.95 14,439.65 -16,747.94 34,770.66
3,008,667.68 3,505,465.97 19,764,882.09 31,233,105.73 0.02 0.08 262,349.94 -23,351.48 -164,619.92 74,378.54
1,396,295.03 2,697,305.49 16,352,073.04 46,622,917.52 0.09 0.14 121,754.20 71,584.45 -62,544.25 130,794.39
488,970.39 820,055.20 4,096,105.88 9,313,197.78 0.08 0.12 42,637.26 17,164.49 -20,301.53 39,500.22
966,669.11 1,320,977.86 9,723,735.44 16,658,649.73 0.05 0.09 84,291.66 3,387.50 -35,251.75 52,427.41
623,224,621.33 1,093,120,989.14 0.09
Sumber: Analisis Penulis, 2019
Berdasarkan hasil analisis Shift Share diatas, diperoleh informasi mengenai
komponen-komponen pertumbuhan wilayah yang selanjutnya diklasifikasikan
berdasarkan komponen pertumbuhan wilayah sebagaimana tabel 4 di bawah ini.

TABEL 4. KLASIFIKASI KOMPONEN PERTUMBUHAN WILAYAH

Sektor PDRB N M C

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan + + -


B Pertambangan dan Penggalian + + -
C Industri Pengolahan + + -
D Pengadaan Listrik dan Gas + + -
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
E + + -
Ulang
F Konstruksi + + -
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
G + + -
Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan + + -
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum + + -
J Informasi dan Komunikasi + + +
K Jasa Keuangan dan Asuransi + + -
L Real Estate + + -
M,N Jasa Perusahaan + + -
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
O + + -
Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan + + -
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial + + -
R,S,T,U Jasa Lainnya + + -

Sumber: Analisis Penulis, 2019

Dari tabel diatas diperoleh informasi bahwa komponen-komponen


pertumbuhan wilayah yakni Komponen pertumbuhan wilayah acuan (N) dan
komponen bauran industri (M) bernilai positif sedangkan komponen daya saing (C)
hanya pada sektor informasi dan komunikasi yang bernilai positif, sektor-sektor
lainnya bernilai negatif. Hasil tersebut memberikan informasi bahwa Komponen
pertumbuhan sektor-sektor di Kota Semarang (N) dipengaruhi pula oleh kebijakan
wilayah acuan (Provinsi Jawa Tengah), Untuk Komponen Pertumbuhan Proporsional
atau Komponen Bauran Industri (M) berkembang dalam perekonomian acuan (Jawa
Tengah) namun untuk Komponen Pergeseran atau Pertumbuhan Pangsa Wilayah
(KPPW) atau disebut juga daya saing/Competitiveness © secara umum bernilai
negatif yang artinya daya saing sektor-sektor di Kota Semarang kurang kompetitif
dibandingkan dengan sektor-sektor yang sama di Jawa Tengah kecuali untuk sektor
Informasi dan Komunikasi yang bernilai positif yang berarti memiliki daya saing
terhadap sektor yang sama di Jawa Tengah.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara umum tidak terjadi pergeseran
struktur eknomi di Kota Semarang selama kurun waktu 2010-2016.

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dari hasil analisis LQ teridentifikasi 11 sektor yang merupakan sektor basis
(unggulan) di Kota Semarang. Sektor-sektor tersebut adalah: Sektor Pengadaan
Listrik dan Gas, Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang, Sektor Konstruksi, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor, Sektor Transportasi dan Pergudangan, Sektor Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum, Sektor Informasi dan Komunikasi, Sektor Jasa
Keuangan dan Asuransi, Sektor Real Estate, Sektor Jasa Perusahaan, Sektor
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib. Untuk sektor-
sektor yang masuk kategori sektor non basis adalah: Sektor Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan, sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Industri Pengolahan,
sektor Jasa Pendidikan, sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
2. Sektor basis dengan nilai LQ tertinggi adalah sektor Informasi dan Komunikasi
dengan nilai LQ sebesar 2,815 selanjutnya adalah sektor Konstruksi dengan nilai
LQ sebesar 2,621. Sedangkan sektor basis dengan LQ terendah yakni 1,040 adalah
sektor penyediaan, akomodasi dan makan minum kemudian sektor Perdagangan
besar dan Eceran, Reparasi mobil dan sepeda motor dengan nilai LQ sebesar 1,113.
3. Sektor non basis dengan nilai LQ terendah adalah sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan dengan nilai LQ sebesar 0,063. Untuk sektor non basis dengan nilai LQ
tertinggi adalah sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial dengan nilai LQ sebesar
0,862.
4. Dari hasil analisis Typologi Klassen teridentifikasi sektor-sektor perekonomian di
Kota Semarang berdasarkan kuadran Klassen sebagai berikut:
a) Kuadran I yakni Sektor maju dan tumbuh cepat hanya Sektor Informasi dan
Komunikasi.
b) Kuadran II atau sektor berkembang cepat tidak ada.
c) Kuadran III atau Sektor maju tapi tertekan yakni Sektor Pengadaan Listrik
dan Gas, Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang, Sektor Konstruksi, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor, Sektor Transportasi dan Pergudangan, Sektor
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Sektor Jasa Keuangan dan
Asuransi, Sektor Real Estate, Sektor Jasa Perusahaan, Sektor Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib.
d) Kuadran IV atau sektor relatif tertinggal juga tidak sedikit. Sektor-sektor
tersebut adalah Sektor Pertanian, Sektor Kehutanan, dan Perikanan, Sektor
Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Jasa
Pendidikan, Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial serta Sektor Jasa
Lainnya.
5. Dari hasil analisis Shift Share diperoleh informasi bahwa komponen-komponen
pertumbuhan wilayah yakni Komponen pertumbuhan wilayah acuan (N) dan
komponen bauran industri (M) bernilai positif, sedangkan komponen daya saing
(C) hanya pada sektor informasi dan komunikasi yang bernilai positif, sektor-sektor
lainnya bernilai negatif. Hasil tersebut memberikan informasi bahwa Komponen
pertumbuhan sektor-sektor di Kota Semarang (N) dipengaruhi pula oleh kebijakan
wilayah acuan (Provinsi Jawa Tengah), Untuk Komponen Pertumbuhan
Proporsional atau Komponen Bauran Industri (M) berkembang dalam
perekonomian acuan (Jawa Tengah) namun untuk Komponen Pergeseran atau
Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPPW) atau disebut juga daya
saing/Competitiveness ( C ) secara umum bernilai negatif yang artinya daya saing
sektor-sektor di Kota Semarang kurang kompetitif dibandingkan dengan sektor-
sektor yang sama di Jawa Tengah kecuali untuk sektor Informasi dan Komunikasi
yang bernilai positif yang berarti memiliki daya saing terhadap sektor yang sama di
Jawa Tengah.

Saran
1. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh maka arahan kebijakan pengembangan
wilayah di Kota Semarang harus difokuskan pada sektor-sektor unggulan yang
telah teridentifikasi sehingga Kota Semarnag dapat berkembang sesuai dengan
potensi unggulan yang dimiliki.
2. Agar kebijakan Pengembangan Wilayah Kota Semarang dapat lebih terarah
dibutuhkan penelitian lebih jauh untuk memetakan keberadaan potensi-potensi
unggulan tersebut (sektor basis) secara spasial dengan merujuk pada Rencana Tata
ruang Wilayah Kota Semarang.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Raharjo, 2008. Pengembangan Wilayah, Konsep dan Teori. Graha Ilmu,
Yogyakarta
Asy’Ari, Imam S, 1993. Sosiologi Kota dan Desa. Surabaya. Usaha Nasional Bintaro
R. 1983. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Jakarta,Ghalia, Indonesia
Brennan, Julia, 1997. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif,
Yogyakaarta, Pustaka Pelajar.
Conyer, Diana. Perencanaan Sosial Di Dunia Ketiga, Suatu Pengantar,
Yogyakaarta:Gajahmada University Press.
Darwin, R. dan Hidayat, M., 2016. Analisis Investasi Terhadap Pembangunan
Ekonomi Wilayah Kabupaten Meranti (Pendekatan Forecasting Analysis). In
Celscitech - UMRI. Pekanbaru: LP2M-UMRI, p. Eco 14–20.
Deni Jaka permana, Ruchyat, 2010. Pengembangan Wilayah Melalui Pendekatan
Kesisteman. IPB Press, Bogor
Deddy, M. dan Irwansyah, S., 2013. Analisis Pergeseran Struktur Ekonomi dan
Identifikasi Sektor Potensial Wilayah Pengembangan (Studi Kasus di Ka-
bupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat). Jurnal Social Economic of Agriculture,
2(1), pp.7–28
Glasson, John and Tim Marshall, 2007. Regional Planning. Roudledge, Oxfordshire
OX14 4RN. London
Indikator Ekonomi Kota Semarang, 2017. Badan pusat Statistik kota Semarang.
Kornita, S.E., 2008. Analisis Sektor Ekonomi Unggulan di Provinsi Riau. In Warta
ISEI. Pekanbaru: ISEI.
Kota Semarang Dalam Angka, 2017. Badan pusat Statistik kota Semarang.
Muhammad Hidayat1, Ranti Darwin, 2017. Analisis Sektor Unggulan Dalam
Pengembangan Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti. Jurnal Trunojoyo.
MediaTrend 12 (2) 2017 p. 156-167
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Semarang tahun 2011-2031
Sumarmi, 2012. Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Aditya Media Publishing,
Malang
Syafrizal, 2017. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Rajawali Pers, Jakarta.
Syarifah, N., 2012. Analisis Tingkat Spesi-alisasi Regional Dalam Pembangunan
Ekonomi Jawa Tengah Tahun 2002- 2006. Universitas Muhammadiyah
Malang. Available at: http://eprints. umm.ac.id/id/eprint/7631
Sjafrizal, 2014. Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi, Jakarta:
Rajawali Pers
Tarigan, Robinson, 2008. Perencanaan Pembangunan Wilayah. PT. Bumi Aksara,
Jakarta
Tarigan, Robinson, 2012. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi. PT.
Bumi Aksara, Jakarta
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725)

You might also like