Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Rakyat Indonesia mengenal Syahrir sebagai tokoh politik. Dalam kehidupannya sebagai tokoh pergerakan di Indonesia, Syahrir dikenal sebagai 'triumvirat' bersama Soekarno dan M. Hatta. Tiga pilar kebangsaan Indonesia ini (oleh Tempo ditambahkan: Tan Malaka-sehingga menjadi Empat Serangkai) bahu membahu, berkawan sekaligus bersiasat untuk mewujudkan negara Indonesia yang 'berdiri setara dengan seluruh bangsa lain di dunia'. Sebagai tokoh politik, pandangan-pandangan Syahrir yang terkait dengan sastra dan kebudayaan masih luput dari perhatian publik. Padahal Syahrir merupakan salah satu pemerhati sastra pada masa Pujangga Baru. Tulisan ini bertujuan melakukan kajian tematik terhadap enam esai Syahrir yang ditulis antara tahun 1933-1936. Kajian ini diharapkan akan melengkapi kajian-kajian lain tentang Syahrir yang telah dilakukan oleh para sejarahwan. Sebagai sebuah genre prosa, esai merupakan salah satu bentuk penyampai gagasan yang sangat digemari pada masa awal abad ke-20 karena secara retorika kebahasaan sangat lentur. Dengan demikian, kajian atas esai Syahrir dapat dikaitkan dengan kajian kesusastraan di masa tersebut.
ABSTRAK Desa Balongdowo Kecamatan Candi merupakan lokasi sentra permukiman nelayan kerang kupang yang terdapat di Kabupaten Sidoarjo. Setiap tahun menjelang bulan puasa masyarakat nelayan kupang melaksanakan tradisi budaya Nyadran yang menjadi ruang budaya mereka. Kajian ruang budaya dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan didukung dengan observasi perilaku-lingkungan dan teori pembentukan ruang budaya. Hasil ruang-ruang budaya yang terbentuk dipengaruhi oleh tradisi budaya Nyadran mulai dari tahapan persiapan, pemberangkatan, pembuangan seekor ayam, larung sesaji, ziarah ke makam Dewi Sekardadu, peragaan pencarian kupang, dan penutup. ABSTRACT Balongdowo village Candi region is the location of the center of mussel shells fishing settlement located in Sidoarjo. Every year before the fasting month mussel fishing communities implement Nyadran cultural traditions that became their cultural space. Study of cultural space is done by using qualitative methods and supported by observation of behavior-environment and theory formation of cultural space. Results spaces formed culture is influenced by cultural traditions Nyadran ranging from the preparation stage, the departure, the disposal of a chicken , float an offering, a pilgrimage to the tomb of the Goddess Sekardadu, search demonstration mussel, and cover .
2021 •
Wayang golek bermula dari muncul perkembangan wayang kulit yang asalnya tidak diketahui jelas karena minimnya cerita secara tertulis mengenai sejarah kesenian wayang golek. Hanya saja kesenian ini memang sudah identik dengan hiburan rakyat. Munculnya berawal pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat 70 buah bangun wayang purwo dengan cerita Menak dan diiringi Gamelan Salendro. Pada tahun 1840 lahirlah lakon Ramayana dan Mahabrata atau disebut dengan wayang golek purwa. Kelahiran wayang golek diprakarsai oleh Dalem Karang Anyar (Wiranata Koesoemah III) pada masa akhir jabatannya dengan memerintahkan Ki Darman (pengrajin kulit asal Tegal) yang tinggal di Cibiru, Ujung Berung, untuk membuat wayang dari kayu. (Sutarno, 1995) Sudah dari jaman dahulu hingga sekarang wayang golek dapat dikategorikan sebagai salah satu kesenian merakyat. Setiap orang, tanpa batasan umur dapat menonton pertunjukan wayang golek. Cerita wayang golek umumnya tentu masih bersumber pada cerita atau kisah Mahabarata dan Ramayana khususnya wayang golek purwa. Isi ceita wayang golek biasanya diselipi unsur-unsur nasihat maupun sindiran yang disesuaikan dengan kejadian yang tengah berlangsung sehari-hari. (Mulyono, 1982). Unsur-unsur tersebut saling mengisi dan menunjang terhadap sukses/tidaknya suatu pertunjukan seni wayang golek. Belakangan ini wayang golek yang biasa kita kenal berasa dari Jawa Barat atau kita kenal dengan tokoh Cepot. Tapi wayang golek juga berkembang di Kota Tegal berupa wayang golek cepak tegalan dengan tokohnya yang kita kenal Lupit Slentheng yang diprakarsai oleh Bupati Tegal, Ki Enthus Susmono. Melihat masalah minimnya pengenalan wayang golek di Tegal itu sendiri , meskipun hanya beberapa orang dewasa yang masih tertarik akan tokohtokoh wayang golek baik tradisional yang berupa tokoh punakawan atau pandawa dan modern yang berupa tokoh terkenal atau bahkan tokoh diri. Berbeda dengan anak-anak, yang cenderung acuh dengan budaya wayang golek apalagi sekarang ini jaman kian berubah dari waktu ke waktu, menjadikan anak-anak menjauhkan dengan hal-hal yang berbau kebudayaan daerah.
2024 •
Ear, Nose & Throat Journal
Hypospadias as a New Entity to Define the Branchio-Oto-Renal Spectrum Disorders2019 •
Companion to the 22nd ACM SIGPLAN conference on Object oriented programming systems and applications companion - OOPSLA '07
Celebrating 40 years of language evolution2007 •
Journal of Bone and Mineral Research
As Little as Needed: The Extraordinary Case of a Mild Recessive Osteopetrosis Owing to a Novel Splicing Hypomorphic Mutation in the TCIRG1 Gene2014 •
Blog da Editora Elefante
Frei Henri continua vivo na luta pela reforma agrária2018 •
Jurnal Sistem Informasi dan Teknologi (SINTEK)
Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Beasiswa Dengan Metode Simple Additive Weighting (SAW)2024 •
1984 •
Zbornik sveučilišta Libertas
Utjecaj primjene individualnih razvojnih planova karijere na zadovoljstvo zaposlenika u malim i srednjim poduzećima2023 •
IJFAES, Vol (3), No (6), June 2024
الشرعية الدولية لحقوق الإنسان: الهيئات والمنظماتSustainability
Food Security of Urban Agricultural Households in the Area of North Bandung, West Java, Indonesia2023 •
Reflexões em Ecologia Política
REFLEXÕES EM ECOLOGIA POLÍTICA (REVISTAS E ATUALIZADAS): SOBRE A GUERRA À NATUREZA2024 •