Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

Review Buku: Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia Jilid I

RESENSI BUKU Oleh: Moh Syukron Adzim Mahasiswa Departemen Sejarah Universitas Diponegoro Semarang. Judul: Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1 Pengarang: Drs. R. Soekmono Penerbit: Kanisius, Yogyakarta (1973) Bagian I Manusia dan Kebudayaan Manusia dipandang dari sudut ilmu hayati, banyak sekali persamaannya dengan binatang utamanya golongan mamalia atau binatang menyusui. Golongan itu bertingkat, berdasarkan kecedasan otak disebut primata (kera, anthropoidea, dan manusia). Perbedaan utama dan pokok ialah manusia dikarunia kecerdasan otak atau akal. Akal ini mengantarkan kedudukan manusia sebagai derajat tertinggi (summo primata). Lebih lanjut, dengan akal pula manusia bisa menciptakan alat, benda untuk mempermudah perkejaannya. Meskipun demikian, Manusia dengan usahanya menjadi pencipta hanyalah pencipta kedua, jauh sesudah pencipta pertamanya. Dari usaha menciptakan itu, manusia semakin mempunyai gairah nafsu, hasrat untuk semakin berkembang yang menimbulkan ciptaan-ciptaan baru. Segala ciptaan manusia merupakan serangkaian hasil usahanya untuk mengubah dan memberi bentuk serta susunan beru kepada pemberian tuhan sesuai kebutuhan jasmani dan rohani atau disebut Kebudayaan. Kebudayaan memiliki 2 arti yaitu; Segi kebendaan ialah segala benda buatan manusia sebagai perwujudan dari akalnya. Hasil-hasil ini dapat diraba. Segi kerokhanian ialah alam pikiran dan kumpulan perasaan yang tersusun teratur. Keduanya tidak dapat diraba, hanya penjelmaannya saja dapat dipahami baik keagamaan, kesenian, kemasyarakatan, dsb. Dengan demikian, manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat sekali. Tidak mungkin keduanya dipisahkan karena ada manusia tentunya ada kebudayaan, begitupun sebaliknya. Kebudayaan dan Masyarakat Kebudayaan sebagai hasil ciptaan manusia tidak dapat dilepaskan dari manusia sebagai unsur pendukungnya. Manusia memiliki umur pendek, kebudayaan harus tetap. Diteruskannya kebudayaan tidak hanya vertikal, anak cucu, tetapi juga horizontal orang sekitar, karena manusia Zoon politikon, yakni binatang yang hidup berkelompok alias bermasyarakat. Cara sederhana meneruskan kebudayaan ialah berbicara dengan Bahasa. Dapat disimpulkan bahwa pendukung kebudayaan itu bukanlah manusia seorang diri melainkan masyarakat seluruhnya. Perkembangan Kebudayaan Gerak perkembangan kebudayaan dilatarbelakangi oleh perubahan masyarakat, begitupun sebaliknya. Perubahan kebudayaan diakibatkan 2 macam. Pertama, masyarakat pendukungnya sendiri, (tidak berdampak signifikan). Kedua, luar lingkungan masyarakat, berdampak perubahan baik matinya kebudayaan lama, munculnya kebudayaan baru, dan perpaduan antar kebudayaan. Faktor dari luar itu terjadi karena kebudayaan tidak bisa bertahan atau menyesuaikan akibatnya terpaksa mengikuti alur kebudayaan baru. Inti dari kekuataan kebudayaan terletak dalam kemampuannya untuk memasak dan mengolah segala pengaruh yang mengenainya menjadi milik sendiri dengan tidak mengacaukan sifat-sifat khusus yang menjadi pokoknya. Sejarah Kebudayaan Sejarah kebudayaan dapat diartikan sebagai kebudayaan-kebudayaan di waktu yang lampau dalam pertumbuhan dan perkembangannya dari masa ke masa. Secara umum sejarah kebudayaan dibagi menjadi 2 yaitu jaman sebelum (prasejarah) dan jaman sesudah (sejarah). Di Indonesia, Sejarah kebudayaan terbagi menjadi 4 masa: Jaman Prasejarah, dimulai sejak dari permulaan adanya manusia dan kebudayaan sampai abad 5 M. Jaman Purba, sejak datangnya pengaruh India pada abad pertama tarikh Masehi sampai lenyapnya Majapahit tahun 1500 M. Jaman Madya, sejak datangnya agama dan pengaruh islam menjelang akhir Majapahit abad 19. Jaman Baru (Modern), sejak pengaruh barat tahun 1900 sampai sekarang. Bagian II Prasejarah Tarikh Bumi Archaeikum, jaman tertua berlangsung 2500 juta tahun. Kulit bumi masih panas sekali. Akhir jaman ini mulai Nampak ada hidup sedikit demi sedikit. Paleozoikum, jaman hidup tua berlangsung 340 juta tahun. Hidup mulai ada baik binatang terkecil tidak bertulang, ikan, amfibi, reptil. Jaman ini juga disebut primair (jaman pertama). Mesozoikum, jaman hidup pertengahan, secundair, berlangsung 140 juta tahun. Jumlah binatang zaman sebelumnya berkembang pesat. Adapula dinosaurus dkk. Jaman ini disebut jaman reptile. Neozoikum, jaman hidup baru berlangsung 60 juta tahun. Tartair, muncul primata dan dinosaurus lenyap. Quatair, mulai tahun 600.000 tahun Diluvium 600.000 tahun. Jaman es menutupi separuh muka bumi. Alluvium 20.000 tahun sampai sekarang. Batas Batas Prasejarah Secara umum batas dalam konteks ini ialah jika bangsa telah mengenal tulisan maka bangsa itu telah masuk jaman sejarah. Di Indonesia, jaman sejarah mulai abad 5 M, dibuktikan dengan bukti prasasti Kutai dan Mulawarman. Pembagian Jaman Dalam Prasejarah Jaman batu Palaeolithikum, kasar, tidak diasah, nomaden, mengembara. 600.000 tahun Mesolithikum, semi nomaden. Neolithikum, sudah diasah, bertempat tinggal, bercocok tanam. Jaman logam Tembaga, Indonesia tidak mengalami Perunggu, Besi, Alluvium Jaman sejarah Jaman besi Jaman logam Jaman prasejarah Jaman perunggu Jaman tembaga Neolithikum Jaman Batu Mesolithikum Diluvium Paleolithikum Bab II. Paleolithikum Jenis-jenis Manusia pertama HOLOCEN Homo sapiens PLEISTOCEN Atas (lapisan dan fauna ngandong) Homo wajakensis Homo soloensis Dubois 1889 Van koenigswal (1931-1934) PLEISTOCEN Tengah (lapisan dan fauna trinil) Pithecanthropus Erectus E.Dubois (1890) PLEISTOCEN Bawah (lapisan dan fauna jetis) Pithecanthropus Robustus Pithecanthropus Mojokertensis Meganthropus Palacojanicus Van Koenigswald (1936) Kebudayaan-kebudayaan Pertama Kebudayaan Pacitan Pada tahun 1935 von koenigswald menemukan sejumlah alat batu seperti kapak, perimbas, genggam tetapi tidak betangkai yang sifatnya kasar. Alat ini dalam ilmu prasejarah disebut chopper (alat penetak). Daerah persebaran: Pacitan, lahat, awangbangkal, cabbenge sulsel. Sedangkan manusia pendukungnya ialah Pithecanthropus. Gambar : alat pacitan (chopper) dilihat dari beberapa sisi Kebudayaan Ngandong Kebudayaan ini berupa alat-alat terbuat dari tulang, flake, kalsedon, kapak genggam, di samping kapak-kapak genggam dari batu yang digunakan untuk mengorek ubi, keladi. Adapula ujung tombak dengan gigi-gigi pada sisinya untuk menangkap ikan. Gambar : alat-alat tulang dan tanduk rusa di Ngandong. Cara hidup sudah mengumpulkan bahan-bahan makanan dari alam “food gathering”. Persebaran meliputi Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTB, NTT, Halmahera. Manusia pendukungnya ialah Homo wajakensis, dan Homo soloensis. Keadaan Kepulauan kita Termasuk dalam pertengahan jaman tertiair. Jaman ini kepulauan Indonesia bersatu dengan benua asia, Australia. Akibat es mencair, pulau-pulau yang semula bersatu menjadi terpisah seperti sekarang. Lebih lanjut, tanah di dataran rendah seperti sunda dan sahul tergenang air menjadi laut. Jaman quartair ada meganthropus dan pithecanthropus mojokertensis. Dari penelitian ahli, penyebaran ini berasal dari Tiongkok. Bab III. Mesolithikum Kjokkenmoddinger Berasal dari Bahasa Denmark yaitu Kjokken = dapur, Modding = sampah, jadi Kjokkenmoddinger ialah sekumpulan sampah dapur yang terbentang di sepanjang pantai Sumatra timur laut, di antara langsa di aceh dan medan, beberapa puluh kilometer dari laut sekarang, tetapi dahulunya di tepi pantai. Peneliti Dr. P.V Van Stein Callenfels (1925) bentuk Kjokkenmoddinger seperti kapak genggam (pebble), atau kapak Sumatra, kapak pendek (hache courte), pipisan (batu penggiling). Abris Sous Roche ASR ialah gua yang dipakai tempat tinggal yang menyerupai ceruk-ceruk di dalam batu karang yang cukup untuk memberi perlindungan terhadap panas dan hujan. Peneliti Van Stein Callenfels di gua lawa dekat sampung ponorogo tahun 1928-1931. Di dalam gua itu ditemukan ujung panah, flakes, batu penggilingan, kapak dll. Selain di ponorogo, terdapat pula di Lamoncong, Sulawesi selatan yang di diami bangsa toala. ASR Kjokkenmoddinger Bagan Kebudayaan Mesolithikum terbagi dalam 3 bagian penting. Kebudayaan Bacson Hoabinh Kebudayaan ini berupa kapak Sumatra dan kapak pendek dekat daerah teluk Tonkin di Indo cina. Bacson merupakan daerah pegunungan sedangkan hoabinh di dataran rendah. Kapak sudah diasah tajam. Adapula pebbles dan alat-alat dari tulang. Alasan penamaan bacson hoabinh (Mme Madeleine) karena Tonkin menjadi pusat kebudayaan mesolitikum di Asia tenggara dan tersebar sampai Indonesia melalui Thailand dan Malaysia Barat. Pendukung dari kebudayaan ini ialah ras golongan Papua-Melanesoide dan Europaeida. Papua-Melanesoide lewat selatan di Hindia belakang, masuk ke Indonesia lewat Lautan teduh dengan perahu bercadik. Kebudayaan : kapak persegi : menyebar melalui Muangthai, semenanjung Malaya, kemudia ke Indonesia Barat dengan manusia pendukug Melayu Austronesia. Kapak lonjong, menyebar melalui thaildan, Filipina menuju Indonesia Timur dengan manusia pendukungnya Papua Melanosoid Danau Bandung Penelitian Koenigswald (1935) menunjukkan bahwa situs-situs obsidian terletak pada ketinggian 725 m dpal. Oleh beberapa ahli, data Koenigswald dapat disimpulkan bahwa permukaan atau pantai danau Bandung mempunyai ketinggian di atas 725 m dpal. Dalam penelitian itu pula memperoleh artefak alat obsidian, beliung dari bahan kwarsit dan kalsedon, pisau penyerut, dan anak panah serta Pecahan tembikar, benda-benda perunggu. Dua benda akhir menunjukan bahwa jaman akhir mesolitikum. Setelah itu perkembangan akan memasuki jaman neolithikum dan jaman perunggu. Hasil-hasil kesenian Di Indonesia tanda-tanda ada kesenian baru ditemukan dalam jaman mesolithikum. Beberapa contoh seperti Kjokkenmoddinger, dua kapak yang diberi hiasan: satu gambar dengan garis sejajar dan satunya gambar mata. Lebih detail lihat gambar gua Leang leang di Sulawesi selatan. Bab IV. Neolithikum Jaman Neolithikum merupakan jaman revolusi yang sangat besar dalam perdaban manusia. Revolusi itu ditandai seperti Food gathering menjadi food producing, mengembara menjadi beternak dan bercocok tanam, dan alat-alat sudah halus. Kapak Pesegi Kapak persegi berasal dari penyebutan oleh von Heine Gelderen. Bentuk persegi panjang dan ada juga yang berbentuk trapesiu mirip beliung atau cangkul dan digunakan sebagai alat bantu. Pusat kebudayaan ini ialah Sumatra, Jawa dan Bali. Adapula di NTT, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan. Gambar: kapak persegi Kapak Lonjong Nama kapak lonjong ini disesuaikan dengan bentuk penampang alat ini yang berbentuk lonjong. Kapak yang ukuran besar sering disebut walzenbeil dan yang kecil dinamakan kleinbeil. Penyebaran jenis kapak lonjong ini terutama di Kepulauan Indonesia bagian timur, misalnya di daerah Papua, Seram, dan Minahasa. Pada zaman neolitikum, di samping berkembangnya jenis kapak batu juga ditemukan barang-barang perhiasan, seperti gelang dari batu, juga alat-alat gerabah atau tembikar. Gambar : Kapak lonjong. Benda-benda lainnya Perhiasan Utamanya di Jawa ditemukan gelang-gelang dari batu indah dalam jumlah besar. Cara membuatnya ialah dipukul-pukul hingga diperoleh bentuk bulat gepeng. Kemudian kedua sisi dicengkungkan dengan dipukul pula, sampai kedua cekungan itu bertemu menjadi lobang. Pembuat disebut gurdi. Pakaian Di Kalimantan dan Sulawesi selatan dan beberapa tempat lainnya ditemukan alat pemukul kulit kayu untuk membuat pakaian. Adapula yang pandai menenun tekstil. Tembikar Barang ini banyak ditemukan bagian besar lapisan atas bukit kerang di Sumatra. Lebih lanjut, pantai selatan jawa juga ada pecahan priuk belanga cap tekstil sama halusnya dengan kain-kain sumba. Selain itu adapula di Melolo sumba terdapat periuk belanga berisi tulang manusia. Indonesia-Austronesia Daerah penyebaran kapak persegi dan lonjong bertepatan dengan daerah Bahasa Indonesia barat dan Bahasa Indonesia timur. Keduanya saling bercampur dan tersebar ke lain tempat. Kapak persegi mulanya di daerah Yunnan Tiongkok selatan menyebar ke indo china dan salwin kemudian melahirkan cabang yakni kapak bahu. Kebudayaan kapak persegi kemudian mempunyai pusatnya di daerah Tonkin, dimana pendukungnya mulai lekat dengan laut dan perlahan memiliki kepandaian membuat perahu bercadik. Berkat alat itu (perahu) kebudayaan ini tersebar ke barat malaysia, Sumatra, jawa, bali, dan Kalimantan. Diteruskan ke Filipina, Formosa dan jepang. Kebudayaan kapak bahu tersebar dari hindia belakang ke barat yakni ke birma dan India sampai daerah muara sungai gangga. Adapula ke tiongkok sampai jepang, Formosa, Filipina, dan minahasa. Pendukung kebudayaan kapak persegi ialah bangsa Austronesia, sedangkan kapak bahu adalah bangsa autro asia. Kedua bangsa itu awalnya bangsa Austria. Bangsa Austronesia merupakan cikal bakal bangsa Indonesia yang dating kira-kira 2000 tahun M. bangsa Autro Asia yang masih diwakili bangsa khmer di Indochina, bangsa mon di birma, dan munda di India, dating 1500 tahun M. Bahasa Austronesia terdiri atas Bahasa Indonesia, Polynesia, Melanesia, Micronesia. Batas penyebaran ialah madagaskar di barat, pulau paska di timur, Formosa di utara, dan baru di selatan. Pendukung Bahasa ini ialah daerah campa, cochin china dan kamboja dan daerah sekitarnya. Bab V. Jaman Logam Kapak Corong Kebudayaan ini di Indonesia berasal dari dataran asia. Contoh dari kapak corong ialah kapak perunggu. Kapak ini biasa dinamakan kapak sepatu maksudnya ialah kapak yang bagian atasnya berbentuk corong yang sembirnya belah, sedangkan kedalam itulah dimasukkan tangkai kayunya yang menyiku kepada bidang kapak. Penyebaran di Sumatra selatan, jawa, bali, Sulawesi tengah dan selatan, Pulau selayar, dan irian. Teknik pembuatan ialah a cire perdue, Nekara Semacam benda berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup, jadi dapatlah kira-kira di samakan dengan dandang ditelungkupkan. Penyebaran di Sumatra, jawa, bali, pulau sangean, roti, leti, selayar dan kep kei. Di nekara terdapat berbagai replica gambar dengan maksud tertentu. Produk nekara berasal dari dalam negeri ialah terdapat di desa manuaba bali. Cetakan nekara ialah cetakan batu untuk nekara lilin sedangkan nekara perunggu dibuat a cire perdue. Benda-benda lainnya Utamanya benda disini ialah gelang, binggel, anting-anting, kalung dan cincin. Seni menuang patung juga sudah berkembang dengan adanya beberapa patung kecil berupa patung kepala binatang. Ditemukan pula bentuk periuk tetapi langsing dan gepeng diderah danau kerinci dan Madura. Benda bejana dari Madura bergambar merak dan rusa dalam kotak-kotak segitiga. Adapula manik-manik dari kaca. Kebudayaan Dongson kebudayaan zaman Perunggu yang berkembang di Lembah Sông Hồng, Vietnam. Kebudayaan ini juga berkembang di Asia Tenggara, termasuk di Nusantara dari sekitar 1000 SM sampai 1 SM. Disana ditemukan alat perunggu, nekara, alat besi, dan kuburan jaman itu. Bab VI. Megalithikum Kebudayaan yang menghasilkan bengunan dari batu besar tidak halus, hanya diratakan secara kasar untuk mendapatkan bentuk yang diperlukan. Di Indonesia sampai sekarang masih terdapat kebudayaan ini utamanya di Pulau Nias, Sumba dan Flores. Adapun hasil kebudayaan ini ialah sebagai berikut. Menhir Bentuknya seperti tiang atau tugu yang didirikan sebagai tenda peringatan dan melambangkan arwah nenek moyang sehingga menjadi benda pujaan. Dolmen Bentuknya seperti meja batu berkakikan menhir. Adapun dolmen yang menjadi tempat saji dan pemujaan kepada nenek moyang, adapula yang dibawahnya kuburan. Sarcophagus Bentuknya seperti palung atau lesung tetapi mempunyai tutup. Kubur batu Sebetulnya tidak berbeda dengan peti mayat dari batu. Keempat sisinya berdindingkan papan batu, alas dan bidang atas juga demikian. Berbeda dengan keranda, ialah keranda bentuknya satu buah batu besar dicengkungkan bagian atasnya seperti lesung dan tutupnya batu. Punden berundak-undak Bangunan pemujaan tersusun bertingkat tingkat. Arca-arca Benda yang dibentuk sedemikian rupa untuk melambangkan nenek moyang dan menjadi pujaan. Bab VII. Kebudayaan Indonesia Menjelang jaman Sejarah Kebudayaan Indonesia mulanya berasal dari bangsa Austronesia 2000 tahun M tepatnya neolithikum. Secara perlahan mulai berkembang dari satu tempat ke tempat lain. Gelombang pertama itu membawa kebudayaan berupa kapak persegi melalui jalur barat oleh Austronesia dan longjong jalur timur oleh papua melanesoide. Kemudian perpindahan kedua terjadi di jaman logam yang ditandai oleh lahirnya kebudayaan dongson. Arusnya melalui dataran asia, Thailand, Malaysia, ke Indonesia. Pembawanya ialah Austronesia. Jaman mesolithikum ditandai adanya flakes, pebbles, bones. Dalam jaman ini di dataran asia terjadi percampuran antara bangsa papua melanesoide, europaeide, dan mongoloide yang melahirkan bangsa Austria kelak menjadi dua yakni bangsa austro asia dan Austronesia. Oleh karena bansa Austronesia inilah yang menjadi nenek moyang langsung bangsa Indonesia, dapat dikatakan bahwa kebudayaan yang dibawa mereka ke negeri kita itu adalah yang dapat kita namakan kebudayaan Indonesia. Kebudayaan yang menjadi dasar untuk perkembangan selanjutnya sampai dewasa ini. Alat transportasi penyebaran kala itu adalah perahu bercadik yang menjadi perahu miliki khas Indonesia. Hal ini menciptakan banyak orang Indonesia dikenal sebagai pelaut. Meskipun demikian, adapula pertanian yang ditandai dengan adanya penggunaan pacul, bercocok tanam, berternak. Tanaman yang ditanam berupa padi sehingga menjadikan beras sebagai makanan utama. Selain kedua itu, ada juga perdagangan. Hal ini terlihat dari adanya mata uang dari tumpukan sampah (Kjokkenmoddinger). Bidang kesenian, Indonesia telah maju karena berbagai barang perhiasan dari batu, perunggu, manik-manik, dan kaca ditemukan dibanyak tempat. Lebih lanjut, ada hiasan-hiasan pada nekara memberi gambaran tentang kesenian. Lukisan-lukisan didinding gua dan kubur batu sudah dapat dikatakan tinggi, serta kepandaian membuat patung. Selanjtunya Bidang kepercayaan masih sulit untuk digambarkan. Demikianlah dengan ringkas sekali gambaran yang dapat kita peroleh tentang peradaban Indonesia menjelang jaman sejarah. Dan bekal inilah nantinya akan dihadapkan sebagai wadah atau tempat untuk menerima anasir-anasir hindu/Budha. Penerimaan dan pengolahan anasir ini di dalam kebudayaan yang sudah ada itulah yang memberi corak dan sifat baru kepada kebudayaan Indonesia di dalam jaman berikutnya. IKHTISAR PRASEJARAH INDONESIA Jaman Hasil kebudayaan Jenis Manusia/Bangsa logam MEGALITHIKUM Barang-barang Perhiasan Manik-manik Bejana Candrasa Nekara Kapak corong Menhir Dolmen Keranda Kubur batu Punden berundak-undak Arca-arca Manik-manik Austronesia (Indonesia) Neolithikum Barang-barang Perhiasan Tembikar Kapak persegi Kapak lonjong Papua-Melanesoide Mesolithikum Lukisan dinding gua Flakes Alat dari tulang Kapak pendek Kapak Sumatra (Pebble) Papua-Melanesoide Paleolithikum Alat-alat tulang dan tanduk rusa Flakes Choppers Homo wajakensis Homo Soloensis Pithecanthropus