Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
TUGAS INDIVIDU ARTIKEL ILMU BUDAYA DASAR Tentang Kesenian Budaya Daerah Asal Dosen Pengampu : Moch. Riou Badar Tubanie, MT. Aceng Kosim Alamat surel : 2018110001 Acengkosim15@ gmail.com STAI YAPATA AL-JAWAMI BANDUNG FAKULTAS TARBIYAH Tahun Ajaran 2021 / 2022 Pendahuluan Wayang golek bermula dari muncul perkembangan wayang kulit yang asalnya tidak diketahui jelas karena minimnya cerita secara tertulis mengenai sejarah kesenian wayang golek. Hanya saja kesenian ini memang sudah identik dengan hiburan rakyat. Munculnya berawal pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat 70 buah bangun wayang purwo dengan cerita Menak dan diiringi Gamelan Salendro. Pada tahun 1840 lahirlah lakon Ramayana dan Mahabrata atau disebut dengan wayang golek purwa. Kelahiran wayang golek diprakarsai oleh Dalem Karang Anyar (Wiranata Koesoemah III) pada masa akhir jabatannya dengan memerintahkan Ki Darman (pengrajin kulit asal Tegal) yang tinggal di Cibiru, Ujung Berung, untuk membuat wayang dari kayu. (Sutarno, 1995) Sudah dari jaman dahulu hingga sekarang wayang golek dapat dikategorikan sebagai salah satu kesenian merakyat. Setiap orang, tanpa batasan umur dapat menonton pertunjukan wayang golek. Cerita wayang golek umumnya tentu masih bersumber pada cerita atau kisah Mahabarata dan Ramayana khususnya wayang golek purwa. Isi ceita wayang golek biasanya diselipi unsur-unsur nasihat maupun sindiran yang disesuaikan dengan kejadian yang tengah berlangsung sehari-hari. (Mulyono, 1982). Unsur-unsur tersebut saling mengisi dan menunjang terhadap sukses/tidaknya suatu pertunjukan seni wayang golek. Belakangan ini wayang golek yang biasa kita kenal berasa dari Jawa Barat atau kita kenal dengan tokoh Cepot. Tapi wayang golek juga berkembang di Kota Tegal berupa wayang golek cepak tegalan dengan tokohnya yang kita kenal Lupit Slentheng yang diprakarsai oleh Bupati Tegal, Ki Enthus Susmono. Melihat masalah minimnya pengenalan wayang golek di Tegal itu sendiri , meskipun hanya beberapa orang dewasa yang masih tertarik akan tokohtokoh wayang golek baik tradisional yang berupa tokoh punakawan atau pandawa dan modern yang berupa tokoh terkenal atau bahkan tokoh diri. Berbeda dengan anak-anak, yang cenderung acuh dengan budaya wayang golek apalagi sekarang ini jaman kian berubah dari waktu ke waktu, menjadikan anak-anak menjauhkan dengan hal-hal yang berbau kebudayaan daerah. Pertunjukan wayang juga sampai pada hari ini sudah berumur lebih 3000 tahun atau kongkritnya apabila dihitung dari pertunjukan bentuk aslinya sudah mempunyai umur ± 3.478 tahun yaitu (±1500 SM – 1978). Walaupun pertunjukan wayang kulit sudah berumur lebih dari 3000 tahun, namun wayang masih tetap digemari dan tetap mendarah daging bagi bangsa Indonesia pada umumnya dan suku jawa pada khususnya. Dalam disertasinya di Leiden pada tahun 1897, Dr. G.A.J. Hazeu menatakan: “Telah sama-sama diketahui bahwa bangsa indonesia terutama suku jawa adalah yang terbanyak mengalami pengaruh kebudayaan Hindu, sehngga pada seluruh peradabanya baik material maupun spiritual telah meninggalkan cap Hindu”. Apakah ini ini dapat diartikan bahwa dengan sendirinya orang Indonesia hanya meniru saja apa yang dicontohkan oleh orangorang Hindu? Jawabanya tidak, penyelidikan Prof. Kern dan Dr. Brabdes menunjukan beberapa hal bahwa unsur Hindu itu hanya merupakan selapis pernis/luar belaka yang menutupi bahan dasar/asli kebudayaan Indonesia.1 Begitu juga halnya dengan pertunjukan tearet wayang kulit banyak orang mengira bahwa pertunjukan itu adalah peninggalan kebudayaan Hindu. Tetapi bersasarkan kenyataanya tidak demikian halnya. Wayang kulit dalam bentuk yang asli dengan peralatan yang serba sederhana, dipastikan berasal dari Indonesia dan diciptakan oleh bangsa Indonesia di Jawa. Wayang golek 1 Dr. G.A.J. Hazeu Bijdrage tot de Kennis van het Javaansche Toneel, hal. 2. Wayang Golek Sunda Wayang Golek adalah suatu seni tradisional sunda pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka kayu, yang terutama sangat populer di wilayah Tanah Pasundan, Daerah penyebarannya terbentang luas dari Cirebon di sebelah timur sampai wilayah Banten di sebelah barat, bahkan di daerah Jawa Tengah yang berbatasan dengan Jawa Barat sering pula dipertunjukkan pergelaran Wayang Golek. Cepot atau Astrajingga dalam Wayang sunda Daftar isi ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● Pendahuluan Wayang Pola pagelaran Wayang dan Sejarah perkembangan Tokoh Wayang Golek Wayang golek dalam dunia hiburan Dalang Referensi Rujukan Pranala luar Wayang Pengrajin wayang golek Wayang adalah bentuk teater rakyat yang sangat populer, terutama di pulau Jawadan Bali. Orang sering menghubungkan kata “wayang” dengan “bayang”, karena dilihat dari pertunjukan wayang kulit yang memakai layar, di mana muncul bayang-bayang. Di Jawa Barat, selain dikenal wayang kulit, yang paling populer adalah Wayang golek . Istilah golek dapat merujuk kepada dua makna, sebagai kata kerja kata golek bermakna 'mencari', sebagai kata benda golek bermakna boneka kayu.2Berkenaan dengan wayang golek, ada dua macam di antaranya wayang golek papak (cepak) dan wayang golek purwa yang ada di daerah Sunda. Kecuali wayang orang yang merupakan bentuk seni tari-drama yang ditarikan manusia, kebanyakan bentuk kesenian wayang dimainkan oleh seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang sekaligus menyanyikan suluk, menyuarakan antawagu dan lain-lain. Pola pagelaran 2 CH Dwi Anugrah. "Tari Golek Ikon Perpaduan Dua Budaya". Kompas.com. Diakses tanggal 23 December 2013. Tokoh wayang Walangsungsang dan Rara Santang yang menyebarkan agama Islam di Tanah Sunda Sebagaimana alur cerita pewayangan umumnya, dalam pertunjukan wayang golek juga biasanya memiliki lakon-lakon baik galur maupun carangan. Alur cerita dapat diambil dari cerita rakyat seperti penyebaran agama Islam oleh Walangsungsang dan Rara Santang maupun dari epik yang bersumber dari cerita Ramayana dan Mahabarata dengan menggunakan bahasa Sunda dengan iringan gamelan Sunda (salendro), yang terdiri atas dua buah saron, sebuah peking, sebuah selentem, satu perangkat boning, satu perangkat boning rincik, satu perangkat kenong, sepasang gong (kempul dan goong), ditambah dengan seperangkat kendang (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter), gambang dan rebab. Dalam pertunjukan wayang golek, lakon yang biasa dipertunjukan adalah lakon carangan. Hanya kadang-kadang saja dipertunjukan lakon galur. Hal ini seakan menjadi ukuran kepandaian para dalang menciptakan lakon carangan yang bagus dan menarik. Beberapa dalang wayang golek yang terkenal di antaranya Tarkim, R.U. Partasuanda, Abeng Sunarya, Entah Tirayana, Apek, Asep Sunandar Sunarya, Cecep Supriadi, dll. Pola pengadegan wayang golek adalah sebagai berikut; 1. Tatalu, dalang dan sinden naik panggung, gending jejer/kawit, murwa, nyandra, suluk/kakawen, dan biantara; 2. Babak unjal, paseban, dan bebegalan 3. Nagara sejen 4. Patepah 5. Perang gagal 6. Panakawan/goro-goro 7. Perang kembang 8. Perang raket 9. Tutug Salah satu fungsi wayang dalam masyarakat adalah ngaruat (ruwat), yaitu membersihkan dari kecelakaan (marabahaya). Beberapa orang yang diruwat (sukerta), antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Wunggal (anak tunggal) Nanggung Bugang (seorang adik yang kakaknya meninggal dunia) Suramba (empat orang putra) Surambi (empat orang putri) Pandawa (lima putra) Pandawi (lima putri) Talaga Tanggal Kausak (seorang putra dihapit putri) Samudra hapit sindang (seorang putri dihapit dua orang putra), dan sebagainya. Wayang dan Sejarah perkembangan Wayang Golek si Cepot 1. Apa arti wayang itu "Wayang" dalam bahasa Melayu Kuno atau bahasa Jawa berarti bayang-bayang atau bayangan , sedang dalam Kakawin Ar·juna Wiwaha karangan Empu Kanwa dari jaman Raja Airlangga yang memerintah Jawa Timur dari tahun 1019 - 1042, ada di sebutkan kata "ringgit" yang dalam bahasa Jawa sekarang digunakan untuk menyebutkan "wayang" dalam bahasa Kromo lnggil. Bentuk ringgit atau wayang apabila d idekatkan pada dinding tembok atau dinding lainnya dan terkena sinar matahari akan nampak bayangan. Untuk menjaga agar bayangan tersebut dapat dilihat dengan sempurna maka dibeberkan layar putih dari kain dan di belakangnya digatungkan pelita yang dalam bahasa Jawa disebut dengan nama "blencong" atau di Pulau Bali dengan nama " Belincung". Maka terlihatlah bayangan atau wayang, yang me rupakan salah satu bentuk seni teater boneka yang sangat digemari masyarakat, bahkan dikenal di seluruh dunia karena keindahannya. Wayang adalah merupakan salah satu bentuk kebudayaan Indonesia asli dan telah ada sebelum kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia. Pergelaran wayang pada waktu itu merupakan perwujudan di dalam pemujaan terhadap arwah para leluhur. Pada awal kemunculannya, kesenian wayang kayu lahir dan berkembang di wilayah pesisir utara pulau Jawa pada awal abad ke-17 di mana kerajaan Islam tertua di Pulau Jawa yaitu Kesultanan Demak tumbuh disana, dengan menggunakan Bahasa Jawa dalam dialognya. Menurut legenda yang berkembang, Sunan Kudus menggunakan bentuk wayang golek awal ini untuk menyebarkan Islam di masyarakat. Kesenian wayang golek berbahasa Sunda yang saat ini lebih dominan sendiri diperkirakan mulai berkembang di Jawa Barat pada masa ekspansi Kesultanan Mataram pada abad ke-17, meskipun sebenarnya beberapa pengaruh warisan budaya Hindu masih bertahan di beberapa tempat di Jawa Barat sebagai bekas wilayah Kerajaan Sunda Pajajaran. Pakem dan jalan cerita wayang golek sesuai dengan versi wayang kulit Jawa, terutama kisah wayang purwa (Ramayana dan Mahabharata), meskipun terdapat beberapa perbedaan, misalnya dalam penamaan tokoh-tokoh punakawan yang dikenal dalam versi Sundanya. Adapun kesenian wayang kayu berbahasa Jawa saat ini dapat dijumpai bentuk kontemporernya sebagai Wayang Menak di wilayah Kudus dan Wayang Cepak di wilayah Cirebon, meski popularitasnya tidak sebesar wayang golek purwa di wilayah Priangan. Pertunjukan seni wayang golek mulai mendapatkan bentuknya yang seperti sekarang sekitar abad ke-19. Saat itu kesenian wayang golek merupakan seni pertunjukan teater rakyat yang dipagelarkan di desa atau kota karesidenan. Selain berfungsi sebagai pelengkap upacara selamatan atau ruwatan, pertunjukan seni wayang golek juga menjadi tontonan dan hiburan dalam perhelatan tertentu. Sejak 1920-an, selama pertunjukan wayang golek diiringi oleh sinden. Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri, terutama ketika zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitar tahun 1960-an. Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek. Kini selain sebagai bentuk teater seni pertunjukan wayang, kerajinan wayang golek juga kerap dijadikan sebagai cindera mata oleh para wisatawan. Tokoh wayang golek yang lazim dijadikan cindera mata benda kerajinan adalah tokoh pasangan Rama dan Shinta, tokoh wayang terkenal seperti Arjuna, Srikandi, dan Krishna, serta tokoh Punakawan seperti Semar dan Cepot. Kerajinan wayang golek ini dijadikan sebagai dekorasi, hiasan atau benda pajangan interior ruangan. Adapun di zaman modern ini Wayang golek purna kreasi sudah mulai di kembangkan oleh para pengrajin wayang muda,yang tetap tidak menghilangkan pakem dari Wayang golek purwa, di ataranya ada pengarajin Wayang Golek Evolution,Caraka Wayang Indonesia (CWI) dan lain-lain. Pada tahun 2015 perkembangan wayang golek sudah semakin berkembang, salah satu pencetus perkembangan wayang golek di kota kembang adalah Yayasan Citra Dangiang Seni. Yayasan tersebut mempunyai fungsi sebagai lembaga pengembangan dan pelestarian seni budaya tradisional khususnya yang berada di tradisi seni sunda atau Jawa Barat. Yayasan Citra Dangiang Seni ini mengembangkan wayang golek sebagai media pembelajaran bagi anak-anak sekolah guna meningkatkan pemahaman tentang seni budaya tradisional serta salah satu bentuk untuk mengenali dan mencintai budaya sendiri. Wayang golek tersebut mengalami metamorfosis mengikuti perkembangan zaman, pengembangan dari wayang tersebut diberi nama oleh Yayasan Citra Dangiang Seni tersebut sebagai"Wayang Techno CDS". Yayasan Citra Dangiang Seni ini akan melaunchingkan salah satu produk unggulan mereka mengenai pengembangan dari seni budaya tradisional tersebut. Produk unggulan tersebut adalah "Wayang Techno CDS". "Wayang Techno CDS" ini akan dicoba di tampilkan di RRI Bandung tepatnya di Gedung Auditorium "LOKANTARA BUDAYA" RRI Bandung yang beralamat di jl. Dipenogoro No.61 Bandung, untuk di pertunjukan kepada siswa-siswi SMP se-Kota Bandung untuk sesi perdana mereka sebagai model / media pembelajaran penumbuhkembangan karakter melalui mata pelajaran seni budaya dan bahasa sunda (mulok). Konser tersebut akan diselenggarakan pada tanggal 25 Maret s/d 30 April 2015. "Wayang Techno CDS" adalah sebuah seni pertunjukan wayang golek kontemporer yang mengedepankan teknologi di dalam pertunjukannya. Seni pertunjukan wayang golek techno ini adalah sebuah maha karya yang inovatif dan atraktif dari sebuah pengembangan seni budaya tradisional yang di kemas semenarik mungkin supaya dapat di terima oleh semua lapisan masyarakat. Pagelaran "Wayang Techno CDS" ini pertama kali di pertunjukan di Kota Bandung untuk di konsumsi oleh siswa-siswi SMP dengan tujuan untuk memperkenalkan pentingnya pendidikan seni budaya tradisional yaitu dengan media wayang golek. "Wayang Techno CDS" ini akan di pertunjukan oleh Ki Dalang Asep Aceng Amung Sutarya sebagai salah satu seniman binaan Yayasan Citra Dangiang Seniyang dipelopori oleh Cecep Dadi Setiadi, S.Pd. Dalam pertunjukan ,"Wayang Techno CDS" pengembangan dari unsur wayang golek, dan di iringi musik sepanjang pertunjukan.Yang membuat "Wayang Techno CDS" berbeda adalah pertunjukan dalam adegan per adegan wayang tersebut menggunakan multimedia dari pengemasan layar latar belakang dengan animasi latar tempat sesuai adegan, serta di imbangi oleh lighting dan sinar laser pada setiap adegan ceritanya, selain itu juga yang membedakan pertunjukan wayang ini adalah menggunakan sound sytem disertai sound effect yang mendukung adegan pertunjukan wayang golek tersebut. Tokoh Wayang Golek Perkembangan wayang golek pada dari abad 19 hingga abad ke 20 tidak lepas dari para Dalang yang terus mengembangkan seni tradisional ini, salah satunya Ki H. Asep Sunandar Sunarya yang telah memberikan inovasi terhadap wayang golek agar bisa mengikuti perkembangan zaman, salah satu kreativitasnya yaitu si Cepot di mana di tangan dia kini wayang golek tidak hanya seni yang dikatakan kuno. tetapi seni tradisional yang harus dikembangkan di era modern sekarang ini. Wayang golek dalam dunia hiburan Dalam dunia hiburan, wayang golek muncul dalam berbagai acara televisi. Salah satu acara yang populer menampilkan wayang golek, Bukan Sekedar Wayang di NET. yang ditayangkan sejak 2014 hingga sekarang. Pemerannya adalah Sule yang juga populer di acara Opera Van Java dan PAS Mantab. Dia juga sebagai pembawa acara Ini Talkshow di NET.. Dalang Dalang adalah sebutan untuk orang yang memainkan wayang, ada beberapa arti dari kata dalang itu sendiri diantaranya: 1. Dalang asal kata dari dalung/blencong/lampu = alat penerang. Dengan alasan demikian, maka fungsi dalang dalam masyarakat adalah sebagai juru penerangan, atau lebih tegasnya dalang adalah orang yang memberi penerangan dan bimbingan bagi masyarakat yang tingkatan sosialnya beraneka ragam. 2. Dalang berasal dari kata : dal adalah kependekan dari kata ngudal = mengucapkan; dan lang kependekan dari kata piwulang = piwuruk = petuah/nasihat. Hal ini adalah mitologi rakyat. Dengan demikian dapat diartikan bahwa dalang adalah orang yang memberi nasihat/petuah. Di sini fungsi dalang adalah sebagai pendidik/pembimbing masyarakat atau guru masyarakat. 3. Dalang berasal dari kata da = veda = pengetahuan dan lang = wulang. Dalang adalah pengetahuan mengajar, di sini dalang dapat diartikan sebagai guru masyarakat. 4. Dalang berasal dari kata talang = alat penghubung untuk mengalirkan air. Dalam hal ini dalang bertugas sebagai penghubung/penyambung lidah, baik pesan dari pemerintah kepada masyarakat, maupun sebaliknya. 5. Dalang adalah pemimpin, penyusun naskah, produser, juru cerita dan memainkan wayang. Pendapat ini dikemukakan oleh Claere Holt (seorang sarjana Barat) dalam bukunya : Art In Indonesia Continintees, and Change, 1960. 6. Dalang adalah seniman pengembara, sebab apabila mengadakan pementasan tidak hanya di satu tempat, tetapi berpindah-pindah. Menurut Drs. Sudarsono, pendapat ini dikemukakan oleh Hazou (seorang sarjana Barat juga). 7. Dalang berasal dari kata dal = dalil-dalil, dan lang = langgeng. Ini adalah pendapat seorang dalang kasepuhan dari Kecamatan Ciledug Kabupaten Cirebon, yang bernama Dulah. Dengan demikian dapat diartikan bahwa dalang adalah seorang yang memberi dalil-dalil atau petuah-petuah/wejangan/wejangan selama hidupnya. Di sini fungsi dalang adalah sebagai pendidik/pembimbing masyarakat atau guru masyarakat. 8. Dalang adalah seorang aktor/aktris yang memainkan pagelaran wayangnya menurut ilmu dan tata cara yang telah ditentukan. Definisi ini dikemukakan oleh Juju Sain Martadinata, Alm. (eks Guru Kokar / SMKI Bandung). 9. Dalang berasal dari kata Dalilun lamnya ada dua yang satu lamnya dihilangkan dan ganti oleh tasjid menjadi dala. Menurut ahli sorop dala ya dulu dilalatan fa-hua daa-lun. Isimnya isim fa’il artinya petunjuk. Pendapat ini dikemukakan oleh Asep Sunandar Sunarya (dalang legendaris tanah Pasundan) Referensi 1. ^ CH Dwi Anugrah. "Tari Golek Ikon Perpaduan Dua Budaya". Kompas.com. Diakses tanggal 23 December 2013. 2. Dr. G.A.J. Hazeu Bijdrage tot de Kennis van het Javaansche Toneel, hal. 2. Rujukan ● Ganjar Kurnia. 2003. Deskripsi kesenian Jawa Barat. Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat, Bandung. Pranala luar ● ● WayangGolek.Net, galeri dan uraian tokoh-tokoh pewayangan. Wayang Techno CDS Komentar/Kesimpulan Wayang golek adalah salah satu kesenian budaya dari Jawa Barat (Sunda), biasanya wayang golek diadakan dengan 2 cara yaitu Off air atau On air. Untuk acara Off air biasanya wayang golek diadakan dalam sebuah acara hiburan baik itu acara sukuran perusahaan, acara sukuran perorangan, acara pesta rakyat, acara hiburan hari kemerdekaan (17 Agustus) dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk On air biasanya wayang golek disiarkan lewat radio daerah ataupun di televisi. Di kampung saya pribadi wayang golek biasanya di adakan pada acara hiburan saménan (kenaikan kelas sekolah agama / sekolah siang). Warga kampung sangat antusias ketika ada acara wayang golek, warga berbondong-bondong untuk menyaksikan acara hiburan rakyat itu secara langsung. Terlebih warga biasanya hanya bisa menyaksikan atau mendengarkan wayang golek melalui media radio atau televisi. Didalam wayang golek ada satu karakter yang selalu menghibur masyarakat yaitu si Cepot. Si Cepot ini adalah satu karakter yang lucu yang selalu membuat orang tertawa dengan tingkah lakunya. Karakter yang mempunyai ciri khas seluruh badannya berwarna merah dan gigi hanya satu ini tidak heran kehadirannya selalu dinanti oleh orang-orang yang menyaksikan wayang golek. Wataknya humoris, suka banyol ngabodor, tak peduli kepada siapa pun baik ksatria, raja maupun para dewa. Kendati begitu lewat humornya dia tetap memberi nasehat petuah dan kritik. Bisa dipastikan semua warga Jawa Barat tahu siapa si Cepot, orang sunda pasti suka dengan wayang golek (termasuk saya). Wayang golek biasanya menceritakan tentang kerajaan-kerajaan pewayangan. Ada karakter yang serius, ada yang sopan, ada yang jahat, ada yang konyol, ada yang jail, ada yang cantik, ada yang jelek, dan banyak lagi. Berikut beberapa nama tokoh pewayangan yang biasa ada dalam wayang golek : ● Anoman (Hanoman) ● Semar Badranaya ● Arjuna ● Sastrajingga (Cepot) ● Aswatama ● Dawala ● Gatot Kaca ● Gareng ● Bambang Kaca ● Dewi Drupadi ● Bambang Sumantri ● Nakula ● Batara Bayu ● Sadewa ● Batara Guru ● Yudhistira ● Batara Kresna ● Denawa acung ● Batara Rama ● Denawa Calangap ● Bima ● Denawa Huntu DAFTAR SUMBER/PUSTAKA Mulyono, Sri. 1989. Wayang Asal-Usul, Filsafat dan Masa Depanya. (ed. Revisi), Jakarta: PT Inti Idayu Press. Warmansyah, G.A, dkk, Buku Petunjuk Museum Wayang. 1984. DKI Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pengembangan Permuseuman. Biografi Penulis Buku yang berjudul Komunikasi dalam Pendidikan Karakter ini ditulis oleh dua orang penulis yang merupakan mahasiswa di salah satu perguruan tinggi STAI YAPATA Al- Jawami Bandung yaitu: Nama : Aceng Kosim NIM : 2018110001 Alamat Surel : acengkosim15@gmail.com Tempat Lahir : Banyuasin, 15 Maret 1999 Alamat : Desa Tirta Kencana RT/RW. 015/004. Kec. Makarti Jaya. Kab. Banyuasin. Kota Palembang. Aceng Kosim adalah salah satu mahasiswa Fakultas Tarbiyyah, dalam program tugas akhir semester. Pada Tahun 2007-2012 pernah menempuh Sekolah Dasar di Mi Islamiyah di kota Palembang Kec. Makarti Jaya. Kab. Banyuasin Kota Palembang. 2012-2015 Menempuh sekolah MTS-Nya di Mts Da’rud Da’wah Walirsyad (DDI) di kota Palembang, sedangkan pada Tahun 2015-2017 menempuh sekolah menengah atasnya di SMA Ad-dzikr di Kota Palembang. Setelah lulus sekolah menengah atas pernah bekerja di salah satu kantor Notaris PPAT di daerah rancaekek di Kota Bandung. Pada tahun 2018- sekarang saya melanjutkan Pendidikan S1 di perguruan tinggi STAI YAPATA Al-Jawami di Kota Bandung.