Goodbye Cowok ‘Tsundere’, Cowok ‘Soft Spoken’ Kini Jadi Idaman Baru Gen Z
Dari cowok tsundere ke karakter cowok soft spoken. But, why is being soft-spoken the new attractive thing for Gen Z?
Kalau kamu chronically online pasti enggak asing sama istilah soft spoken. Bahkan, ini sudah jadi daya tarik baru bagi banyak warga media sosial.
Mengutip dari Voi ada beberapa ciri-ciri seseorang dianggap soft spoken: Enggak cuma soal cara bertutur lembut ke orang lain, tetapi kemampuan mengelola emosi yang membuat mereka cenderung berpikir sebelum berbicara. Termasuk jika mereka pendengar yang baik.
Mostly, cuitan kayak gini yang bakal muncul saat kita search dengan keyword soft spoken di X.
Terus kok bisa soft spoken seolah jadi salah satu “standar” baru idola hingga memilih pasangan?
Artikel dari The Introvert Blog ngejelasin kalau soft spoken bukan soal tuturnya yang lembut tetapi bagaimana seseorang punya kemampuan mengartikulasikan emosi kepada orang lain. Nah, kemampuan kayak gini butuh kecerdasan emosional.
Baca Juga: Ciri dan Arti Softboy, Istilah Beken Yang Perlu Kamu Tahu
Sebagai orang yang masih hidup di lingkungan patriarki, kita, terutama laki-laki sering kali enggak “di-desain” untuk mengartikulasikan emosinya. Norma maskulin melihat laki-laki yang terlalu mengekspresikan sisi emosinya justru dianggap “lembek” alias kurang “MaCH0”.
Di industri pop culture, karakter laki-laki yang enggak bisa mengartikulasi emosi, dingin, cuek dan bahkan kasar justru sering diromantisasi sebagai karakter idaman. Mungkin kita pernah ada di fase kepincut sama cowok di novel atau Wattpad era dengan karakter tsundere yang cuek, jutek, agak toxic, dan enggak mudah ditebak itu. (Gu Jun Pyo, Jungpal)
Istilah tsundere sendiri adalah karakter seseorang yang awalnya kelihatan dingin, bahkan kadang kasar kepada seseorang yang disukai, tetapi selanjutnya beralih jadi lebih hangat dan bersahabat.
Enggak cuma ramai di media sosial, belakangan banyak film dan drama mulai memotret karakter cowok yang lebih soft-spoken sebagai love interest. Misalnya, karakter Fattah di sinetron Asmara Gen Z.
Meski belum ada penelitian lebih serius soal ini, tapi melihat fenomena cowok soft spoken jadi idola, bisa dilihat adanya pergeseran karakteristik idola atau dalam memilih pasangan.
Artikel dari Enroute Indian History membahas mengenai Gen Z sekarang ini yang cenderung lebih paham soal sikap-sikap toksik seseorang karena tren simbol-simbol warna. Di media sosial misalnya, istilah red flag populer buat menunjukkan sikap orang dianggap kurang baik atau bahkan toksik. Enggak hanya di dunia nyata, red flag juga suka dipakai buat karakter-karakter fiksi.
Baca Juga: ‘Fuckboy’ adalah ‘Bad Boy 4.0’: Setuju atau Tidak?
Why Do We Love Soft-Spoken Guys?
Dalam sebuah hubungan yang bisa berjalan semestinya dan stabil, kita tentu berharap punya pasangan yang punya kemampuan mengelola emosi dan komunikasi.
Lelaki soft spoken dianggap bisa menghargai lawan bicara karena enggak melihat perempuan sebagai objek inferior, melainkan lawan bicara yang setara. Selain itu, mereka yang soft spoken bisa menjadi pendengar yang baik karena emotionally available dan tahu bagaimana memperlakukan perempuan.
Makanya enggak heran kalau cowok soft spoken ini jauh dari standar norma-norma maskulin di masyarakat, yang well, masih patriarkal.