Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

BAB ! Test Psikologi Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Ok

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 35

Tes Psikologi dalam Program Layanan

Bimbingan dan Konseling

BY : Kodariyah Nurhayat, S.Psi, M.Si

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS FIPPS
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI JAKARTA
PENGERTIAN-PENGERTIAN

Tes
Evaluasi
Pengukuran

Penilaian
PENGERTIAN TES

Dilihat dari wujud fisiknya, suatu tes tidak lain


daripada sekumpulan pertanyaan yang harus
dijawab dan/atau tugas yang harus dikerjakan yang
akan memberikan informasi menge­nai aspek
psikologis tertentu

3
Tes merupakan alat untuk mengukur
pengetahuan, keterampilan, perasaan dan sikap
dari individu atau kelompok.

Tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar


(achievement test) ataupun untuk mengungkap
aspek–aspek psikologis, dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu tes kemampuan
(power test) dan tes kecepatan (speed test).
4
Anne Anastasi dalam bukunya Psychological Testing
(1976) mengatakan bahwa tes pada dasarnya
merupakan suatu pengukuran yang objektif dan
standar terhadap sampel perilaku.

Frederick G. Brown (1976) mengatakan bahwa tes


adalah prosedur yang sistematik guna mengukur
sampel perilaku seseorang, yang memenuhi syarat
objektif, standar, dan syarat-syarat kualitas lainnya.

5
Jadi beberapa ciri tes adalah:
1.Tes adalah prosedur yang sistematik. Maksudnya
(a) aitem-aitem dalam tes disusun menurut cara dan aturan tertentu, (b)
prosedur administrasi tes dan pemberian angka (scoring) terhadap
hasilnya harus jelas dan dipesifikasikan secara terperinci, dan (c) setiap
orang yang mengambil tes itu harus mendapat aitem-aitem yang sama
dalam kondisi yang sebanding.

2. Tes berisi sampel perilaku. Artinya (a) betapapun


panjangnya suatu tes, aitem yang ada di dalamnya tidak akan dapat
mencakup seluruh isi materi yang mungkin ditanyakan, dan (b) kelayakan
suatu tes tergantung pada sejauhmana aitem-aitem dalam tes itu mewakili
secara representatif kawasan (domain) perilaku yang diukur.

3. Tes mengukur perilaku. Artinya aitem-aitem dalam tes


menghendaki agar subjek menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang
telah dipelajari subjek dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan atau
mengerjakan tugas-tugas yang dikehendaki oleh tes.
6
PENGERTIAN PENGUKURAN
Pengukuran (measurement) mempunyai arti yang sering
dipertukarkan dengan pengertian tes.
Pengukuran diartikan sebagai proses pemberian
angka kepada suatu atribut karakteristik tertentu
yang dimiliki oleh orang, hal, atau objek tertentu
menurut aturan atau formulasi yang jelas.
Ciri pokok pengukuran adalah adanya proses
pembandingan Mengukur adalah membandingkan atribut
yang hendak diukur dengan alat ukurnya secara deskriptif.
Deskriptif artinya menyatakan hasil ukur secara kuantitatif hanya
dengan satuan atau besaran ukurnya saja tanpa memberikan 7
penilaian kualitatif.
Measurement (pengukuran) diartikan sebagai proses pemberian
angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang
dimiliki oleh orang, hal, atau objek tertentu menurut aturan
atau formulasi yang jelas.

Pengukuran merupakan proses yang mendeskripsikan


performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif
(system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari
performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka

Pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu:


1) penggunaan angka atau skala tertentu;
2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.
8
PENGERTIAN PENILAIAN
 Penilaian adalah suatu proses untuk
mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil
belajar baik yang menggunakan
instrumen tes maupun non-tes.
 Penilaian adalah penafsiran hasil
pengukuran dan penentuan
pencapaian hasil belajar 9
PENGERTIAN EVALUASI
Evaluasi adalah merupakan proses
perencanaan, pengumpulan,
penggambaran, dan menyajikan
informasi tentang pencapaian
tujuan suatu program sehingga
dapat ditarik kesimpulan dan
digunakan untuk mengambil
keputusan
10
Evaluasi dapat dinyatakan sebagai
suatu proses pengambilan
keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui
pengukuran hasil belajar, baik yang
menggunakan instrumen tes
maupun non tes.

11
Fungsi Pengukuran

1) Pemahaman diri (self-understanding),


2) Penilaian diri (self-evaluation),
3) Penerimaan diri (self-accpetence).
4) Persepsi diri (Self Perseption)
5) Eksplorasi diri (Self Exploration)
6) Alat prediksi, Alat diagnostik, alat pemanatau
(monitoring), dan sebagai suatu instrumen evaluasi.

Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusmawati, Analisis Tes Psikologis Teori dan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal:5
  TUJUAN PENGGUNAAN TES DALAM
KONSELING

 Agar siswa mampu mengenal aspek-aspek dirinya


(kemampuan, potensi, bakat, minat kepribadian, sikap dan
sebagainya.
 Dengan mengenal aspek-aspek dirinya diharapkan siswa
dapat menerima keadaan dirinya sebagai objektif
 Membantu siswa untuk mampu mengemukakan berbagai
aspek dalam dirinya
 Membantu siswa untuk dapat mengelola informasi dirinya
 Membantu siswa agar dapat menggunakan informasi
mengenai dirinya sebagai dasar perencanaan dan pembuatan
keputusan masa depan.
  13
TUJUAN PENGGUNAAN TES DALAM
KONSELING
Yang termasuk ke dalam tujuan bukan untuk konseling ialah:

Yang termasuk ke dalam tujuan bukan


untuk konseling ialah:
 Seleksi calon masuk lembaga
 Penempatan individu dalam lembaga
 Adaptasi latihan lembaga untuk memenuhi
kebutuhan dan ciri-ciri individu tertentu
 Pengembangan dan revisi latihan lembaga untuk
memenuhi kebutuhan ciri-ciri siswa atau pekerja
pada umumnya.
TUJUAN PENGGUNAAN TES DALAM
KONSELING

Yang termasuk ke dalam tujuan bukan untuk konseling ialah:

Yang termasuk ke dalam tujuan konseling


ialah:
 Informasi diagnostik prakonseling
 Informasi untuk mengarahkan proses konseling
berikutnya
 Informasi berkaitan dengan keputusan klien pasca
konseling.
JENIS INSTRUMEN TES DALAM BK

16
Tes IQ (kecerdasan)
Intelegensi merupakan keahlian memecahkan masalah dan
kemampuan untuk beradaptasi pada ligkungan dan belajar dari
pengalaman hidup sehari-hari.
Menurut Wechsler, intelegensi adalah kemampuan bertindak
dengan menetapkan suatu tujuan, untuk berpikir secara rasional dan
untuk berhubungan dengan lingkungan disekitarnya secara
memuaskan. Tes kecerdasan digunakan untuk mengukur
kemampuan akademik, kemampuan mental dan kemampuan
kecerdasan, yang paling populer dari tes ini adalah digunakan untuk
mengukur IQ  atau sering dikenal dengan nama tes kecerdasan
Stanford-Binet, sesuai dengan  nama perancang yakni Alfred Binet
17
pada tahun 1904.  
Tes Kepribadian
Anastasi dan Urbina berpendapat bahwa tes kepribadian
merupakan instrument untuk mengukur karakteristik
emosi, motivasi, hubungan antar pribadi dan sikap,
sesuatu yang dibedakan dari bakat atau
keterampilan.
Tes Kepribadian yang biasa digunakan adalah MMPI (Minnesota
Multiphasic Personality Inventories).  MMPI adalah tes kepribadian
yang paling luas digunakan dan paling dalam diteliti dan dipandang
sebagai tes kepribadian terkemuka dan digunakan pada subyek- 18
subyek yang normal.
Tes Bakat

Bakat adalah memperkenalkan suatu kondisi dimana


menunjukkan potensi seseorang untuk mengembangkan
kecakapannya dalam suatu bidang tertentu. Tes bakat
digunakan untuk mengukur kemampuan individu
dalam mengungkapkan kecakapan dan keterampilan
tertentu..
19
Tes Minat
Tes minat diberikan untuk membantu individu
mengembangkan self-awareness, mengidentifikasi dan
menganalisis alternatif okupasional.

Salah satu instrument tes minat adalah Career Decision


Making System (CDM). CDM dikembangkan oleh
T.F.Harrington dan A.O Shea berdasarkan teori Holland
kemudian di kembangkan menjadi tipe-tipe okupasi
diantaranya crafts (realistic), scientific (investigative), arts
(artistic), business (enterprise); clerical (conventional)
dan social (social). 20
Tes Prestasi
Tes prestasi belajar berhubungan dengan tingkat
pengetahuan, keterampilan atau pencapaian
dalam suatu bidang sehingga dapat digunakan
untuk mengidentifikasi prestasi anak-anak,
mengelompokkan siswa menurut tingkat
pengetahuannya dan memberikan informasi pada
orangtua tentang kelemahan dan kelebihan
bidang akademik anaknya.

21
KEDUDUKAN TES DALAM PELAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING

22
Menurut Rochman Natawidjaja, bimbingan karir adalah
suatu proses membantu seseorang untuk mengerti dan
menerima gambaran tentang diri pribadinya dan gambaran
tentang dunia kerja di luar dirinya, mempertemukan
gambaran diri tersebut dengan dunia kerja itu untuk pada
akhirnya dapat memilih bidang pekejaan, memasukinya dan
membina karir dalam bidang tersebut.

23
Tujuan bimbingan karier dapat dirinci sebagai
berikut:

• Siswa dapat menilai dan memahami dirinya terutaman mengenai potensi


dasar, minat, sikap, kecakapan dan cita-citanya.
• Siswa akan sadar dan memahami nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
• Siswa mengetahui berbagai jenis pekerjaan/jabatan yang berhubungan
dengan potensi dan minatnya, memiliki sikap yang positif dan sehat
terhadap dunia kerja, memahami hubungan dari usahanya sekarang dan
masa dengan masa depannya dan mengetahui jenis-jenis pendidikan dan
pelatihan yang diperlukan untuk suatu bidang pekerjaan/ jabatan tertentu.
• Siswa dapat menemukan hambatan-hambatan yang sifatnya dari dirinya dan
dapat mengatasi hambatan-hambatan itu.
• Siswa dapat merencanakan masa depannya sehingga dia dapat menemukan
karier dan kehidupannya. 24
Menurut  Shertzer & Stone (1981) dan NA PPPK (2008) ada
beberapa komponen layanan program bimbingan dimana di dalam
komponen tersebut, tes mempunyai tempat yang sentral dan
penting, yaitu:
1. Layanan Dasar Bimbingan
2. Layanan Responsif
3. Layanan Perencanaan Individual
4. Dukungan Sistem

a) Layanan Informasi
b) Layanan Konseling
c) Layanan Konsultasi
d) Layanan Penempatan
e) Layanan Appraisal dan Tindak Lanjut 25
KAITAN TES DENGAN STATISTIK

Pemahaman mendasar tentang statistik  dan psikologi memampukan


konselor untuk :

 Mendeskripsikan karakteristik individu atau kelompok


dibandingkan kelompok atau populasi lain

 Memprediksi kemungkinan sukses atau gagalnya performa ke


depan berdasarkan perilaku saat ini atau masa lalu  yang di tes

 Menyimpulkan karakteristik suatu populasi dari sampel populasi


tersebut. Oleh karena itu pengatahuan tentang statistik
merupakan salah satu syarat bagi konselor atau pengguna tes.
26
ETIKA PENGGUNAAN TES DALAM BK
 
Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) yang sekarang menjadi Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) mengemukakan kode etik
jabatan konselor tertutama bersangkut paut dengan testing ialah sebagai
berikut:

 Suatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang menggunakan
dan menafsirkan hasilnya

 Testing diperlukan apabila dibutuhkan data tentang sifat atau ciri


kepribadian yang menuntut adanya perbandingan dengan sampel yang lebih
luas seperti taraf intelegensi, minat, bakat, kecenderungan dalam pribadi
seseorang.

 Data hasil testing harus diperlakukan “setaraf” seperti data dan informasi
27
tentang konseli.
 Konselor harus memberikan orientasi yang tepat kepada konseli
mengenai alasan digunakannya tes dan apa hubungannya dengan
masalahnya. Hasilnya harus disampaikan kepada konseli dengan
dengan disertai penjelasan tentang arti dan kegunaannya.

 Hasil testing hanya dapat diberitahukan kepada pihak lain sejauh


pihak yang diberitahu itu ada hubungannya dengan usaha bantuan
kepada konseli dan tidak merugikan konseli.

 Pemberian sesuatu tes harus mengikuti pedoman atau petunjuk


yang berlaku bagi tes yang bersangkutan.
28
ETIKA DALAM KONSELING

1.  Profesional Responsibility. Selama proses konseling


berlangsung, seorang konselor harus bertanggung jawab terhadap kliennya dan
dirinya sendiri.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
 
• Responding fully, artinya konselor harus bertanggung jawab untuk memberi
perhatian penuh terhadap klien selama proses konseling.
• Terminating appropriately. Kita harus bisa melakukan terminasi
(menghentikan proses konseling) secara tepat.
• Evaluating the relationship. Relasi antara konselor dan klien haruslah relasi
yang terapeutik namun tidak menghilangkan yang personal. Counselor’s
responsibility to themselves. Konselor harus dapat membangun
kehidupannya sendiri secara sehat sehingga ia sehat secara spiritual,
emosional dan fisikal. 29
2. Confidentiality.

Konselor harus menjaga kerahasiaan klien.


Ada beberapa hal yang perlu penjelasan dalam etika ini, yaitu
yang dinamakan previleged communication.Artinya konselor
secara hukum tidak dapat dipaksa untuk membuka
percakapannya dengan klien, namun untuk kasus-kasus yang
dibawa ke pengadilan, hal seperti ini bisa bertentangan aturan
dari etika itu sendiri. Dengan demikian tidak ada kerahasiaan
yang absolute.

30
3. Conveying Relevant Information to The Person In
Counseling. Maksudnya klien berhak mendapatkan informasi mengenai
konseling yang akan mereka jalani.
Informasi tersebut adalah:
 
 Counselor qualifications: konselor harus memberikan informasi tentang
kualifikasi atau keahlian yang ia miliki.

 Counseling consequences : konselor harus memberikan informasi tentang


hasil yang dicapai dalam konseling dan efek samping dari konseling

 Time involved in counseling: konselor harus memberikan informasi kepada


klien berapa lama proses konseling. Konselor harus bisa memprediksikan
setiap kasus membutuhkan berapa kali pertemuan.

 Alternative to counseling: konselor harus memberikan informasi kepada


klien bahwa konseling bukanlah satu-satunya jalan untuk sembuh, ada
31
4. The Counselor Influence. Konselor mempunyai pengaruh
yang besar dalam relasi konseling, sehingga ada beberapa hal yang perlu
konselor waspadai yang akan mempengaruhi proses konseling dan mengurangi
efektifitas konseling.

Hal-hal tersebut adalah:


 The counselor needs : kebutuhan-kebutuhan pribadi seorang konselor perlu
dikenali dan diwaspadai supaya tidak mengganggu efektifitas konseling.
 Authority: pengalaman konselor dengan figur otoritas juga perlu diwaspadai
karena akan mempengaruhi proses konseling jika kliennya juga figur
otoritas.
 Sexuality: konselor yang mempunyai masalah seksualitas yang belum
terselesaikan akan mempengaruhi pemilihan klien, terjadinya bias dalam
konseling, dan resistance atau negative transference.
 The counselor `s moral and religius values: nilai moral dan religius yang
dimiliki konselor akan mempengaruhi persepsi konselor terhadap klien yang
32
bertentangan dengan nilai-nilai yang ia pegang.
PERBEDAAN PSIKOLOG,
PSIKIATER DAN KONSELOR
PSIKOLOG – bergelar M.Psi / Psi. (psikolog). 

Selama studinya, para psikolog dibekali dengan berbagai teori tentang


manusia, dinamika perkembangan manusia, serta kemampuan untuk
menganalisis dan melakukan psikoterapi dalam membantu seseorang
menyelesaikan masalahnya.

Psikolog juga berkompeten untuk melakukan dan menginterpretasikan


berbagai macam tes psikologi, seperti tes IQ, tes minat bakat, tes kepribadian
untuk membuat profil klinis, serta berbagai macam tes lainnya.

33
PSIKIATER – bergelar dr. dan Sp.KJ (Spesialis Kesehatan
Jiwa). Psikiater adalah seorang dokter yang melanjutkan studi S2 dalam
bidang Psikiatri, sehingga mendapat gelar Spesialis dalam bidang Kesehatan
Jiwa.

psikiater lebih berfokus pada perubahan-perubahan biologis atau fisiologis


yang terjadi dalam diri individu, yang menyebabkan atau disebabkan oleh
masalah yang dihadapi individu tersebut.

Landasan kerja seorang psikiater ialah bahwa masalah kejiwaan manusia


disebabkan karena atau menyebabkan ketidakseimbangan fungsi-fungsi
fisiologis (neurotransmiter, hormon, dsb.). 

Psikiater dapat menggunakan obat-obatan untuk membantu seseorang


mengatasi masalah kejiwaannya – walaupun tidak harus selalu menggunakan
obat-obatan. Beberapa psikiater juga berkompeten untuk memberikan tes-tes
psikologi tertentu, seperti MMPI dan berbagai tes neuropsikologi untuk 34
melihat keberfungsian syaraf serta anomali atau adaptabilitas seseorang dalam
KONSELOR – bergelar M.K. / M.A. in
counseling / Kons. 

 Gelar konselor bisa diperoleh dari program Pendidikan (S.Pd. / M.Pd. yang melanjutkan
spesialisasi dalam bidang Konselor), atau dari program Teologi. Program Konselor di
bawah Fakultas Psikologi di Indonesia memang belum ada. Di luar negeri, Konselor
atau Counseling Psychology merupakan program yang ada di bawah Program Studi
Psikologi. Itulah sebabnya ada beberapa konselor yang bergelar M.A. (Master of Arts).
Pendekatan seorang konselor mirip dengan psikologi.

 Fokus kerja seorang konselor ialah kepada individu yang normal bermasalah. Normal
bermasalah berarti mereka yang sebenarnya memiliki masalah dan tantangan dalam hidup,
namun tidak sampai menyebabkannya mengalami gangguan jiwa yang serius,

 Pendekatan seorang konselor ialah bahwa setiap manusia memiliki kapasitas penuh untuk
menentukan hidupnya ke arah yang positif dan konstruktif, sehingga peran konselor ialah
untuk menjadi seorang teman, mentor, dan pendengar yang baik bagi individu tersebut.

35

Anda mungkin juga menyukai