Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Manajemen Persediaan

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

Manajemen Persediaan

Pengertian Persediaan
Menurut Herjanto (2007), persediaan adalah bahan atau barang yang
disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu,
misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk
dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau
mesin. 

Menurut Warren (2005), persediaan adalah barang dagang yang dapat


disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan dan
dapat digunakan dalam proses produksi atau dapat digunakan untuk
tujuan tertentu. 
Pengertian Persediaan
Pengertian persediaan adalah sejumlah barang yang harus disediakan
oleh perusahaan pada suatu tempat tertentu.
Artinya adanya sejumlah barang yang disediakan perusahaan guna
memenuhi kebutuhan produksi atau penjualan barang dagangan.
Sedangkan tempat tertentu dapat berupa gudang sendiri atau gudang
pada perusahaan lain atau melalui pesanan yang pada saat dibutuhkan
dengan harga yang telah disepakati dapat disediakan.
Jenis Persediaan
Persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan terdiri dari beberapa
jenis, dan tergantung dari jenis perusahaannya.
jenis persediaan untuk perusahaan manufaktur berbeda dengan
perusahaan dagang atau perusahaan jasa. Khusus untuk perusahaan
dagang biasanya jenis persediaan tidak terlalu banyak yaitu hanya satu
jenis barang saja, namun item barangnya yang relatif banyak untuk
disediakan. Begitu pula dengan usaha jasa, jenis persediaan yang
dimiliki juga relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan perusahaan
manufaktur.
Jenis Persediaan Manufaktur
- Bahan baku (materials inventory) atau sering disebut dengan bahan mentah
merupakan bahan yang akan dimasukkan dalam proses produksi pertama kali.
Hasil dari proses ini dapat berbentuk barang setengah jadi atau barang jadi.
- Barang dalam proses (barang ½ jadi). Barang dalam proses (goods/work in
process inventory) merupakan bahan baku yang sudah diproses, sehingga
menjadi barang dalam proses atau dikenal juga dengan nama barang setengah
jadi.
- Barang jadi. Persediaan barang jadi (finished goods inventory) merupakan barang
yang sudah melalui tahap barang setengah jadi dan siap untuk dijual ke pasar
atau ke konsumen. Ketersediaan barang jadi ditentukan bagian produksi dan
penjualan. Artinya perlu koordinasi antara tingkat produksi dengan tingkat
penjualan.
Biaya dalam Persediaan
Biaya penyimpanan (holding cost/carrying cost), yaitu biaya-biaya yang
timbul karena perusahaan menyimpan persediaan. Biaya penyimpanan
sangat bergantung pada kuantitas barang yang disimpan.
- Biaya yang berhubungan dengan tempat penyimpanan (listrik, pendingin udara, dll)
- Biaya modal (opportunity cost of capital), yaitu kesempatan mendapatkan
pendapatan dari jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan.
- Biaya kerusakan persediaan.
- Biaya asuransi persediaan.
- Biaya perhitungan fisik (stock opname).
- Biaya pajak.
- Biaya kehilangan akibat pencurian/perampokan, dll.
Biaya dalam Persediaan
Biaya pemesanan/pembelian (ordering cost/procurement cost),
merupakan biaya-biaya yang timbul karena perusahaan membutuhkan
persediaan.
- Proses pesanan (surat menyurat).
- Sarana komunikasi (telepon, fax, internet,dll).
- Pengiriman barang.
- Pemeriksaan barang.
Biaya dalam Persediaan
Biaya yang timbul akibat perusahaan kehabisan persediaan (stock-out
cost/shortage cost)
- Kehilangan penjualan.
- Hilangnya pelanggan.
- Biaya pemesanan dan ekspedisi khusus.
- Biaya-biaya tenaga kerja/upah.
- Terganggunya operasional perusahaan.
- Target pekerjaan terhambat.
- Meningkatnya biaya utang lancar.
Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan harus dilakukan dengan seimbang. Jika
persediaan terlalu besar (over stock) maka beban-beban biaya untuk
menyimpan dan menjaga persediaan di dalam gudang akan tinggi
sehingga hal ini akan menyebabkan pemborosan. Sebaliknya, jika
persediaan terlalu kecil atau dapat dikatakan kurangnya persediaan (out
of stock) maka waktu pengiriman barang yang telah disepakati bersama
antara perusahaan dengan konsumen akan menjadi terhambat.
Keterlambatan waktu pengiriman akan membuat konsumen beralih ke
perusahaan lain dalam melakukan pembelian barang.
Pengendalian Persediaan
• Economic Order Quantity (EOQ)
• Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
• Stock Safety
Metode EOQ
Economic order quantity (EOQ) adalah jumlah kuantitas barang yang
dapat diperoleh dengan biaya yang minimal, atau sering dikatakan
sebagai jumlah pembelian yang optimal (Riyanto, 2015).

Tujuan Economic Order Quantity, adalah agar kuantitas persediaan


yang dipesan baik dan total biaya persediaan dapat diminimumkan
sepanjang periode perencanaan produksi.
Metode EOQ
•EOQ
  dengan Kebutuhan Tetap

Total biaya pertahun Jadi,


di mana: D = Demand Q = Quantity (EOQ) D/Q = Jumlah pemesanan selama
setahun Q/2 = Rata-rata persediaan OC = Biaya pemesanan (Ordering Cost) CC =
Biaya penyimpanan (Carrying Cost)
Metode EOQ
Contoh : PT. Malea menginginkan barang 6.000 unit/tahun dengan
biaya pemesanan Rp. 5,00/unit (OC), sedangkan biaya penyimpanan
Rp. 6,00/unit (CC). Pertanyaan: hitung pesanan paling ekonomis dengan
EOQ
•Jawab:
 

D/Th = 6.000 unit CC = Rp. 6,00/unit/tahun OC = Rp. 5,00/pesan

= = = 100 unit
Jadi pemesanan yang paling ekonomis adalah 100 unit

= = TC = 300 + 300 = 600

Sehingga total cost yang dikeluarkan untuk 100 unit adalah 600
Metode EOQ
•EOQ
  dengan Kapasitas Lebih

di mana: D = Demand Q = Quantity (EOQ) D/Q = Jumlah pemesanan


selama setahun Q/2 = Rata-rata persediaan OC = Biaya pemesanan
(Ordering Cost) CC = Biaya penyimpanan (Carrying Cost) P =
Kemampuan Produksi
Metode EOQ
Contoh :
PT. Muntok bergerak dalam bidang usaha supermarket, bermaksud
mengubah metode persediaannya, mengingat selama ini sering kali terjadi
keterlambatan dan tidak efisiennya biaya yang telah dikeluarkan. Metode
yang digunakan adalah untuk menentukan berapa biaya yang paling
ekonomis untuk setiap kali pesan serta tidak akan terjadi keterlambatan
seperti masa lalu. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut: Demand =
1.000 unit setiap hari Kemampuan produksi (P) = 2.000 unit Ordering Cost
(OC) = Rp. 12.000,00 Carrying Cost (CC) = Rp. 16,00
Berapa EOQ dalam unit dan rupiah? Dan Berapa safety stock yang harus
disediakan?
•Jawab:
 
= =
Qo = 1732 unit

TaR = = TaR = = Rp. 12.928


Apabila dibandingkan dgn Q = 2000 unit
TaR = = TaR = = Rp. 14.000
Kesimpulannya :
TaR Qo = 1.732 unit dapat menghemat Rp. 1.072 dibandingkan Qo = 2000.
Stock Safety
safety stock diartikan sebagai persediaan pengaman atau persediaan
tambahan yang dilakukan perusahaan agar tidak terjadi kekurangan
bahan. Safety stock sangat diperlukan guna mengantisipasi
membludaknya permintaan akibat dari permintaan yang tak terduga.
Metode ROP (Reorder Point)
Menurut Dermawan Sjahrial (2012:200) Jumlah persediaan yang harus
tetap ada pada saat pemesanan dilakukan disebut dengan titik pesan
kembali (Reorder Point ).
Sedangkan menurut Sudana (2011:227) Pada tingkat persediaan berapa
pemesanan harus dilakukan agar barang datang tepat pada waktunya
disebut dengan Reorder Point (ROP).

Reorder Point ialah titik dimana harus diadakan pesanan lagi sedemikian


rupa sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan itu tepat
pada waktu dimana persediaan diatas safety stock sama dengan nol.
Metode ROP
Dalam penentuan/penetapan Reorder Point kita harus memperhatikan
faktor-faktor sebagai berikut :
1. Lead Time. Lead time adalah waktu yang dibutuhkan antara barang
yang dipesan hingga sampai diperusahaan.
2. Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata persatuan waktu tertentu
(Procurement Lead Time)
3. Persediaan Pengaman (Safety Stock), yaitu jumlah persediaan
barang minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk
menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya bahan baku
Rumus

Keterangan :
LT = Lead Time
AU = Penggunaan bahan baku
SS = Safety Stock
Reorder Point dapat ditetapkan dengan
berbagai cara:
• Menetapkan jumlah penggunaan selama lead time dan ditambah
dengan persentase tertentu. Misalnya ditetapkan bahwa safety
stock sebesar 50% dari penggunaan selama lead time dan ditetapkan
bahwa lead timenya adalah 6 hari, sedangkan kebutuhan barang
setiap harinya adalah 3 unit/hari.
ROP = (6 x 3) + 50% (6 x 3)
= 18 + 9
= 27 unit
Reorder Point dapat ditetapkan dengan
berbagai cara:
• Dengan menetapkan penggunaan selama lead time dan ditambah
dengan penggunaan selama periode tertentu sebagai safety
stock, misalkan kebutuhan selama 4 hari. penggunaan selama lead
time dan ditetapkan bahwa lead timenya adalah 6 hari, sedangkan
kebutuhan barang setiap harinya adalah 3 unit/hari.

ROP = (6 x 3) + (4 x 3)
= 18 + 12
= 30 unit
Terdapat dua system yang dapat diterapkan untuk menentukan kapan
pemesanan kembali diadakan, yaitu :

• Sistem Quantity Reorder Point (Q/R System)
adalah jumlah persediaan yang diorder kembali sangat tergantung pada
kebutuhan persediaan untuk proses konversi, pada kenyataannya penggunaan
persediaan bahan tidak pernah konstan dan selalu bervariasi.
• Sistem Persediaan Periodik
Sistem ini merupakan cara pemesanan secara Interval Waktu Konstan (setiap;
Minggu, Bulan, atau Triwulan, dsb), tetapi jumlah pesanan bervariasi
tergantung pada berapa jumlah penggunaan bahan antara waktu pesanan
yang lalu dan waktu pemesanan berikutnya. Oleh sebab itu berdasarkan
interval waktu yang tetap maka pesanan kembali (reorder point) dilakukan
tanpa memperhatikan jumlahpersediaan yang masih ada.

Anda mungkin juga menyukai