Kelompok 6 (Sampling Audit Dalam Pengujian Substantif)
Kelompok 6 (Sampling Audit Dalam Pengujian Substantif)
Kelompok 6 (Sampling Audit Dalam Pengujian Substantif)
DALAM
PENGUJIAN
SUBSTANTIF Kelompok 6:
Andi Cinranty Nur Amaly (A031191183)
Yunita Pangala (A031191177)
Nurul Izzah Mahyuddin (A031191193)
Muh. Berkah Heriyansyah (A031191173)
Fitrah Perdana (A031191174)
Alifah Annisa (A031191180)
SAMPLING AUDIT
DALAM
PENGUJIAN
SUBSTANTIF Kelompok 6:
Andi Cinranty Nur Amaly (A031191183)
Yunita Pangala (A031191177)
Nurul Izzah Mahyuddin (A031191193)
Muh. Berkah Heriyansyah (A031191173)
Fitrah Perdana (A031191174)
Alifah Annisa (A031191180)
SIFAT DAN TUJUAN
Sampling audit adalah penerapan prosedur audit yang kurang dari 100% pada item-item dalam
populasi, seperti saldo akun atau kelompok transaksi yang bertujuan untuk mengevaluasi
beberapa karakteristik populasi tersebut. Rencana sampling untuk pengujian substantif dapat
dirancang untuk:
1. Memperoleh bukti bahwa saldo akun tidak mengandung salah saji yang material
2. Membuat estimasi independen mengenai jumlah tertentu
KETIDAKPASTIAN, RISIKO
SAMPLING, DAN RISIKO
AUDIT
Auditor dibenarkan untuk menerima beberapa ketidakpastian dalam pengujian substantif jika biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk pengujian 100% atas item dalam populasi, menurut pertimbangannya, lebih besar daripada konsekuensi kemungkinan kesalahan pendapat karena hanya menguji sampel data.
Sampling audit dalam pengujian substantif ditunjukkan baik untuk risiko sampling dan risiko nonsampling. Risiko sampling yang berkaitan dengan pengujian substantif adalah :
1.Risiko kesalahan penerimaan, yaitu risiko bahwa sampel yang mendukung kesimpulan bahwa saldo akun yang dicatat tidak salah saji secara material ketika sebenarnya saldo akun tersebut salah saji secara material
2.Risiko kesalahan penolakan, yaitu risiko bahwa sampel yang mendukung kesimpulan bahwa akun yang dicatat adalah salah saji material ketika sebenarnya saldo akun tersebut tidak salah saji secara material
PENDEKTAN
SAMPLING
STATISTIK
Dua pendekatan sampling statistik berikut dapat
digunakan oleh auditor dalam pengujian substantif :
1. Sampling PPS
2. Sampling variabel klasik
Tujuan rencana sampling PPS pada umumnya adalah untuk memperoleh bukti bahwa saldo akun yang dicatat tidak salah
saji secara material. Auditor perlu melaksanakan pengujian lain pada sampel atau item-item dalam populasi sebelum
menyimpulkan bahwa seluruh asersi yang berkaitan dengan akun tersebut telah bebas dari salah saji yang material.
Menetapkan Populasi dan Unit Sampling
Populasi terdiri dari kelompok transaksi atau saldo akun yang diuji. Untuk setiap populasi, auditor harus memutuskan apakah
seluruh item tersebut akan diikutkan. Unit sampling dalam sampling PPS adalah rupiah itu sendiri, dan populasinya adalah jumlah
rupiah yang sama dengan jumlah total rupiah pada populasi tersebut. Meskipun setiap rupiah tersebut merupakan dasar
pemilihan sampel, namun yang diuji auditor adalah akun, transaksi, dokumen, atau item-item sejenis yang berkaitan dengan
rupiah yang dipilih.
Menentukan Ukuran Sampel
Metode pemilihan sampel yang paling banyak digunakan dalam sampling PPS adalah
pemilihan sistematis. Metode ini memisahkan total populasi dalam rupiah ke
interval yang sebanding dengan rupiah. Dengan demikian, interval sampling harus
dihitung sebagai berikut:
SI = BV/n
Melaksanakan Rencana Sampling
Dalam fase perencanaan, auditor memakai prosedur auditing yang sesuai untuk menentukan nilai audit
setiap unit logis yang ada dalam sampel. Ketika terjadi perbedaan, auditor mencatat nilai buku dan
nilai auditnya dalam kertas kerja. Informasi ini kemudian digunakan untuk memproyeksikan salah saji
total dalam populasi.
Dalam mengevaluasi hasil sampel, auditor memperhitungkan batas atas salah saji (upper misstatement limit – UML)
dari data sampel dan membandingkannya dengan salah saji yang dapat ditoleransi tertentu dalam perancangan
sampel. Jika UML lebih kecil atau sama dengan salah saji yang dapat ditoleransi, hasil sampel mendukung kesimpulan
bahwa nilai buku populasi tidak dicatat melebihi TM pada risiko kesalahan penerimaan yang ditetapkan. UML dihitung
sebagai berikut:
UML = PM + ASR
PM = salah saji total yang diproyeksikan dalam populasi
ASR = cadangan risiko sampling
Kelebihan dan Kekurangan Sampling PPS
Kelebihan sampling PPS adalah:
1. Sampling PPS umumnya lebih mudah digunakan daripada sampling variabel klasik karena auditor dapat menghitung ukuran sampel
dan mengevaluasi hasil sampel secara langsung atau dengan bantuan tabel
2. Ukuran sampel PPS tidak didasarkan pada beberapa ukuran penyimpangan yang diestimasi pada nilai audit
3. Sampling PPS secara otomatis menghasilkan sampel yang sudah distratifikasi karena item-itemnya dipilih dalam proporsi pada nilai
rupiahnya
4. Pemilihan sampel sistematis PPS secara otomatis menujukkan beberapa item yang secara individual signifikan jika nilai-nilainya
melebihi pisah batas atas moneter
5. Jika auditor memperkirakan tidak ada salah saji, sampling PPS biasanya akan menghasilkan ukuran sampel yang lebih kecil daripada
hasil dari sampling variabel klasik
6. Sampel PPS lebih mudah dirancang, dan pemilihan sampel dapat dimulai sebelum tersedia populasi yang lengkap
7. Sampling PPS mengandung asumsi bahwa nilai audit unit sampling harus tidak kurang dari nol atau lebih besar dari nilai buku
8. Jika kekurangsajian ditunjukkan dalam sampel tersebut, evaluasi atas sampel tersebut memerlukan pertimbangan khusus
9. Pemilihan saldo nol atau saldo dengan tanda yang berbeda memerlukan pertimbangan khusus
10. Evaluasi PPS dapat melebihi ASR jika salah saji ditemukan dalam sampel
11. Sejalan dengan meningkatnya jumlah salah saji yang diperkirakan, ukuran sampel yang sesuai juga meningkat
SAMPLING VARIABEL
KLASIK
Dalam pendekatan ini, teori distribusi normal digunakan dalam pengevaluasian karakteristik populasi berdasarkan
hasil sampel yang digambarkan dari populasinya. Sampling variabel klasik bermanfaat bagi auditor pada saat
tujuan audit berkaitan dengan kemungkinan kurang saji atau lebih saji dari saldo akun, dan keadaan lain ketika
sampling PPS tidak tepat atau tidak efektif.
Tujuan rencana sampling PPS pada umumnya adalah untuk memperoleh bukti bahwa saldo akun yang dicatat tidak salah
saji secara material. Auditor perlu melaksanakan pengujian lain pada sampel atau item-item dalam populasi sebelum
menyimpulkan bahwa seluruh asersi yang berkaitan dengan akun tersebut telah bebas dari salah saji yang material.
Menetapkan Populasi dan Unit Sampling
Populasi terdiri dari kelompok transaksi atau saldo akun yang diuji. Untuk setiap populasi, auditor harus memutuskan apakah
seluruh item tersebut akan diikutkan. Unit sampling dalam sampling PPS adalah rupiah itu sendiri, dan populasinya adalah jumlah
rupiah yang sama dengan jumlah total rupiah pada populasi tersebut. Meskipun setiap rupiah tersebut merupakan dasar
pemilihan sampel, namun yang diuji auditor adalah akun, transaksi, dokumen, atau item-item sejenis yang berkaitan dengan
rupiah yang dipilih.
Menentukan Ukuran Sampel
Metode pemilihan sampel yang paling banyak digunakan dalam sampling PPS adalah
pemilihan sistematis. Metode ini memisahkan total populasi dalam rupiah ke
interval yang sebanding dengan rupiah. Dengan demikian, interval sampling harus
dihitung sebagai berikut:
SI = BV/n
Melaksanakan Rencana Sampling
Dalam fase perencanaan, auditor memakai prosedur auditing yang sesuai untuk menentukan nilai audit
setiap unit logis yang ada dalam sampel. Ketika terjadi perbedaan, auditor mencatat nilai buku dan
nilai auditnya dalam kertas kerja. Informasi ini kemudian digunakan untuk memproyeksikan salah saji
total dalam populasi.
Dalam mengevaluasi hasil sampel, auditor memperhitungkan batas atas salah saji (upper misstatement limit – UML)
dari data sampel dan membandingkannya dengan salah saji yang dapat ditoleransi tertentu dalam perancangan
sampel. Jika UML lebih kecil atau sama dengan salah saji yang dapat ditoleransi, hasil sampel mendukung kesimpulan
bahwa nilai buku populasi tidak dicatat melebihi TM pada risiko kesalahan penerimaan yang ditetapkan. UML dihitung
sebagai berikut:
UML = PM + ASR
PM = salah saji total yang diproyeksikan dalam populasi
ASR = cadangan risiko sampling
Kelebihan dan Kekurangan Sampling PPS
Kelebihan sampling PPS adalah:
1. Sampling PPS umumnya lebih mudah digunakan daripada sampling variabel klasik karena auditor dapat menghitung ukuran sampel
dan mengevaluasi hasil sampel secara langsung atau dengan bantuan tabel
2. Ukuran sampel PPS tidak didasarkan pada beberapa ukuran penyimpangan yang diestimasi pada nilai audit
3. Sampling PPS secara otomatis menghasilkan sampel yang sudah distratifikasi karena item-itemnya dipilih dalam proporsi pada nilai
rupiahnya
4. Pemilihan sampel sistematis PPS secara otomatis menujukkan beberapa item yang secara individual signifikan jika nilai-nilainya
melebihi pisah batas atas moneter
5. Jika auditor memperkirakan tidak ada salah saji, sampling PPS biasanya akan menghasilkan ukuran sampel yang lebih kecil daripada
hasil dari sampling variabel klasik
6. Sampel PPS lebih mudah dirancang, dan pemilihan sampel dapat dimulai sebelum tersedia populasi yang lengkap
7. Sampling PPS mengandung asumsi bahwa nilai audit unit sampling harus tidak kurang dari nol atau lebih besar dari nilai buku
8. Jika kekurangsajian ditunjukkan dalam sampel tersebut, evaluasi atas sampel tersebut memerlukan pertimbangan khusus
9. Pemilihan saldo nol atau saldo dengan tanda yang berbeda memerlukan pertimbangan khusus
10. Evaluasi PPS dapat melebihi ASR jika salah saji ditemukan dalam sampel
11. Sejalan dengan meningkatnya jumlah salah saji yang diperkirakan, ukuran sampel yang sesuai juga meningkat
SAMPLING VARIABEL
KLASIK
Dalam pendekatan ini, teori distribusi normal digunakan dalam pengevaluasian karakteristik populasi berdasarkan
hasil sampel yang digambarkan dari populasinya. Sampling variabel klasik bermanfaat bagi auditor pada saat
tujuan audit berkaitan dengan kemungkinan kurang saji atau lebih saji dari saldo akun, dan keadaan lain ketika
sampling PPS tidak tepat atau tidak efektif.