Teori Sipat Datar
Teori Sipat Datar
Teori Sipat Datar
TEORI UMUM
Ilmu ukur tanah merupakan bagian dari ilmu Geodesi. Pengukuran dapat
dilakukan dengan dua cara, antara lain pengukuran mendatar dan pengukuran
tegak lurus. Pengukuran mendatar untuk mendapatkan hubungan titik yang
diukur diatas permukaan bumi, sedangkan pengukuran tegak lurus untuk
mendapatkan hubungan tegak antara titik-titik yang diukur.
Waterpassing (penyipat datar) merupakan metoda penentuan beda tinggi
antara titik-titik diatas permukaan bumi. Tinggi suatu obyek diatas permukaan
bumi ditentukan dari suatu bidang referensi, yaitu bidang yang dianggap
ketinggiannya nol; misalnya digunakan bidang referensi tersebut dalam
geodesi disebut geoid, yaitu bidang equipotensial yang dianggap berimpit
dengan permukaan air laut rata-rata (mean sea level). Bidang equipotensial
juga disebut bidang nivo, yang selalu tegak lurus dengan arah gaya berat
disembarang permukaan bumi. Ada banyak bidang nivo dipermukaan bumi;
satu dengan yang lain saling melingkupi.
Pengukuran beda tinggi antara 2 titik dipermukaan bumi, pada prinsipnya,
pengukuran jarak vertikal antara bidang-bidang nivo yang melalui titik satu
dan lainnya. Untuk wilayah yang terbatas luasannya, maka bidang-bidang
nivo tersebut dianggap datar, pengukuran ini dapat dilakukan dengan
waterpassing. Tujuan penggunaan waterpass pada praktikum ilmu ukur tanah
adalah untuk menentukan ketinggian titik-titik poligon yang nantinya akan
digunakan sebagai acuan untuk menentukan posisi vertikal titik-titik detail
situasi pada pengukuran detail situasi lengkap.
profil memanjang pada sumbu proyek. Di lapangan dipasang pancangpancang dari kayu yang menyatakan sumbu proyek, dan pancang-pancang
itu digunakan pada pengukuran penyipat datar yang memanjang untuk
mendapatkan profil memanjang. Penggambaran profil memanjang dengan
menggunakan hasil ukuran dapat dilakukan sebagai berikut : Tentukan
dulu skala untuk jarak dan tinggi. Karena jarak jauh lebih panjang
daripada beda tinggi, maka untuk jarak dan untuk tinggi selalu diambil
skala yang tidak sama dan skala untuk jarak akan lebih kecil daripada
skala untuk beda tinggi. Biasanya skala untuk jarak di ambil 1 : 1000 dan
skala untuk tinggi diambil 1:100. Bila sekarang titik-titik yang telah
dilukiskan dengan tingginya dihubungkan berturut-turut, maka didapatkan
profil lapangan memanjang pada sumbu proyek. Dengan profil
memanjang ini dapat diketahui beberapa material yang dibutuhkan untuk
penimbunan untuk dapat bekerja secara ekonomis, maka banyaknya tanah
yang digali sebaiknya harus sama dengan banyaknya tanah yang di
timbunkan.
B. Sipat datar profil melintang
Telah dijelaskan bahwa banyaknya tanah yang digali sedapat
mungkin dibuat sama dengan banyaknya tanah yang diperlukan untuk
menimbun. Untuk menghitung banyaknya tanah, baik untuk galian
maupun untuk timbunan, profil memanjang belumlah cukup. Maka
diperlukan lagi profil melintang yang dibuat tegak lurus sumbu proyek
dan pada tempat-tempat penting. Jarak antara profil melintang pada garis
proyek melengkung dibuat lebih kecil daripada garis proyek yang lurus.
Profil melintang harus pula dibuat di titik permulaan dan titik akhir garis
proyek melengkung. Cara pengukuran profil melintang sama dengan cara
pengukuran untuk profil memanjang, hanya jaraknya lebih pendek bila
dibandingkan dengan jarak pada profil memanjang. Skala untuk jarak dan
beda tinggi, karena jarak-jaraknya menjadi pendek, dapat dibuat sama,
misalnya 1 : 100.
6.
tinggi titik A diketahui = Ha dan titik B terletak lebih tinggi daripada titik A,
maka titik B, Hb = Ha + h.
Pengukuran beda tinggi ini dapat dilakukan dengan 3 cara ; 1. Pengukuran
diambil dari salah satu titik dimaksud, 2. Pengukuran diambil dari antara dua
titik dimaksud, 3. Pengukuran diambil dari satu titik sembarang. Dalam
praktikum ini kita akan mencobakan pengukuran beda tinggi yang diambil
dari antara dua titik yang dimaksud.
Setelah pesawat siap untuk dipakai kemudian dilakukanlah pengukuran
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tentukan titik-titik yang akan diukur beda tingginya, misalkan titik A dan
titik B.
2. Bak ukur ditempatkan pada titik A dan titik B dan kedudukannya harus
vertical (dibuktikan dengan bacaan benang tengah .)
3. Dilakukan pembidikan teropong Water pass pada baak ukur di titik A
(belakang).
4. Dilakukan pembacaan,yaitu pembacaan benang atas (ba), benang tengah
(bt) dan benang bawah (bb). Yang harus diingat pada waktu sebelum
pembacaan adalah pengaturan nivo konsidensi berbentuk huruf U.
5. Hal yang sama seperti point 3 dan 4 dilakukan untuk titik B (muka).
Untuk koreksi pembacaan bt dilakukan perhitungan : Hasil nya sebagai
rata-rata, harus sama dengan pembacaan bt. Seandainya angka yang
didapat tidak sama, maka pembacaan dapat dikatakan salah. Untuk itu
perlu diulang lagi sampai pembacaan yang benar. Untuk koreksi yang
lebih baik, dilakukan perhitungan rata-rata bt untuk titik A dan B,
sehingga didapat angka rata-rata dari bt A dan bt B
6. Beda tinggi antara titik A dan titik B adalah selisih bt B dengan bt A
(belakang muka)
Catatan :
Pembacaan di B dinamakan pembacaan muka
Pembacaan di A dinamakan pembacaan belakang
Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dengan waterpass, diperlukan alat bantu yang disebut
baak ukur (gambar 6). Pelaksanaan nya yaitu dengan jalan menempatkan
baak ukur tepat dan tegak lurus pada objek yang akan kita ukur jaraknya.
Kemudian bidik kan teropong kearah baak ukur , dan baca angka pada
benang atas (ba) dan benang bawah (bb) pada diafragma teropong. Maka
hasil perhitungan jaraknya adalah :
Kesalahan dalam pengukuran waterpass
Dalam melakukan pengukuran kemungkinan terjadi kesalahan pastilah
ada, dimana sumber kesalahan atau permasalahan tersebut, antara lain :
a. Kesalahan yang bersumber dari pengukur
Kurangnya ketelitian mata dalam pembacaan alat waterpass, yaitu
pembacaan
benang
atas,
benang
bawah,
dan
benang
tengah.
Adanya emosi dari pengukur akibat rasa lapar sehingga tergesa-gesa dalam
melakukan pengukuran dan akhirnya terjadi kesalahan mencatat.
b. Kesalahan yang bersumber dari alat
Alat-alat yang digunakan adalah alat ukur penyipat datar dan pita ukur.
Lebih dahulu akan dibahas kesalahan pada alt ukur penyipat datar. Kesalahan
yang didapat adalah yang berhubungan dengan syarat utama. Kesalahan itu
adalah: garis bidik tidak sejajar dengan garis arah nivo. Pita ukur yang
sering dipakai mempunyai tendensi panjangnya akan berubah, apalagi jika
menariknya terlalu kuat. Sehingga panjang pita ukur tidak betul atau tidak
memenuhi standar lagi. Patahnya pita ukur akibat terlalu kencangnya
menarik pita ukur, sehingga panjang pita ukur bergeser (berkurang)
c. Kesalahan yang bersumber dari alam.
Adanya angin yang membuat rambu ukur terkena hembusan angin,
sehingga tidak dapat berdiri dengan tegak. Angin yang merupakan faktor
alam, membuat pita ukur menjadi susah diluruskan, sehingga jarak yang
didapatkan menjadi lebih panjang daripada jarak sebenarnya.
II.
TUJUAN
Untuk menentukan ketinggian titik-titik polygon, yang nantinya
digunakan sebagai acuan untuk menentukan posisi vertikel titik-titik detail situasi
pada pengukuran situasi lengkap
III.
IV.
LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat-alat yang diperlukan pada lokasi pengukuran.
2. Lakukan oleh 5/6 orang, dengan tugas bergantian,
seorang
H = Bt.belakang Bt.muka
= 1,81-0,935
= 0,875 m
b. Data pengamatan pulang
H = Bt.belakang Bt.muka
= 0,925-1,82
= -0.895 m
c. Data pengamatan profil memanjang
H = tinggi alat BT
= 1.325 -0,42
=0.905 m
d. Data pengamatan profil melintang
H = tinggi alat BT
= 1,15-2,315
= -1,165m
(Perhitungan selanjutnya ditabelkan)
3. Perhitungan koreksi
a. Data pengamatan pergi
Koreksi =
d1 d 2
d *H
11 13
* 4.4825
154.75
= 0.695185784
b. Data pengamatan pulang
Koreksi =
d1 d 2
d *H
14,5 15
* (-4.16)
161
= -0.76223602
d1 d 2
d *H
29 0
* ( 4,426)
73
= -1.398753425
d. Data pengamatan profil melintang
Koreksi =
d1 d 2
d *H
15,5 5
* (1.814)
69,4
= 0.29678
4. Perhitungan elevasi
a. Data pengamatan pergi
Elevasi = BM + beda tinggi + koreksi
= 17.29 + 0.87 + 0.695185784
= 18.85518578 m
b. Data pengamatan pulang
Elevasi = BM + beda tinggi + koreksi
= 17.29 + (-0.295)+ (-0.76223602)
= 18.992 m
c. Data pengamatan profil memanjang
Elevasi = BM + beda tinggi + koreksi
= 17.29 + 0.905 + 1.398753425
= 18.195 m
d.
Data pengamatan profil melintang
Elevasi = BM + beda tinggi + koreksi
VII.
A-P0
P0-P1
P1-P2
ELEVASI
17,2
P2-B
55
A-P0
P0-P1
P1-P2
P2-B
ELEVASI
18.992
21.462
24.179
26.255
17.935
Target
Elevasi
17.29
A-P0
P0-P1
P0
18.195
P1
19.226
P2
20.656
P3
21.716
17.29
P0
P1
17.0425
18.132 19.101
P2
P3
20.531
21.673