Kedudukan Ilmuwan Dalam Islam 2
Kedudukan Ilmuwan Dalam Islam 2
Kedudukan Ilmuwan Dalam Islam 2
Dalam Islam, ilmu bermula dari keinginan untuk memahami wahyu yang
terkandung dalam al-Quran dan bimbingan Nabi Muhammad s.a.w mengenai wahyu
tersebut. Demikian dapat diterima karena alQuran merupakan pedoman Umat Islam
dalam kehidupan beragama, berilmu dan beramalnya.
Dalam Ensiklopedi Islam dijelaskan Kata ilmu berasal dari bahasa Arab ilm yang
berarti pengetahuan, merupakan lawan dari kata jahl yang berarti ketidaktahuan
atau kebodohan. (1997:2001). Sumber lain mengatakan bahwa kata ilm adalah
bentuk masdar dari alima, yalamu, ilman.Menurut Ibn Manzur ilmu adalah
antonym dari tidak tahu (naqid al-jahl), sedangkan menurut al-asfahani dan alanbari, ilmu adalah mengetahui hakikat sesuatu (idrak alsyai bi haqq qatih).
(Ensiklopedi AlQuran, 1997:150)
Dan di dalam AlQuran, kata ilm dan turunannya (tidak termasuk al-alam, al-alamin
dan alamat yang disebut sebanyak 76 kali) disebut sebanyak 778 kali. (Ensiklopedi
alQuran:150)
Sekian banyak ayat alQuran yang menjelaskan kata ilmu menunjukkan betapa
besarnya perhatian Islam (lewat firmanNya) terhadap ilmu pengetahuan.
Baik Sejarah maupun realitas kehidupan kita saat ini membuktikan, bangsa yang
berperadaban maju, memiliki kemandirian dan bermartabat di hadapan bangsa
lainnya adalah bangsa yang paling maju ilmu pengetahuannya, demikian pula
sebaliknya.
Saat ini Negara-negara Asia yang sangat sungguh-sungguh menghargai ilmu
pengetahuan terbukti sekarang menjadi negara maju seperti Jepang, Korea dan
Taiwan, disusul kemudian Singapura dan Malaysia. Cina dan India yang sangat getol
mendidik generasi mudanya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
diperkirakan akan menjadi kekuatan ekonomi kedua setelah Amerika pada tahun
2015, disusul kemudian India pada tahun 2020. (Tobroni, 2008:38)
Sesungguhnya konsep dan ajaran Islam selalu memotivasi umatnya untuk maju dan
beradab. Seperti ajarannya tentang kewajiban menuntut ilmu dan menjunjung
tinggi ilmu pengetahuan.
Sebuah hadist Rasulullah s.a.w Riwayat Ibnu Abd al Bar dari Anas, tentang
keharusan menuntut ilmu bagi setiap muslim;
" , "
Mencari ilmu wajib bagi setiap orang Islam Sesungguhnya orang yang menuntu
ilmu akan dimintakan ampunan oleh seluruh makhluk hingga ikan dilaut
(Mukhtarul Ahadist: 89)
Juga H.R Ibn Abd AlBar dari Ibn ady dan Baihaqi dari Anas
" , , "
Tuntutlah ilmu walau sampai ke negri Cina, Sesungguhnya menuntut ilmu wajib
bagi setiap orang Islam. Sesungguhnya malaikat membentangkan sayap-sayapnya
bagi penuntut ilmu untul mencarikan ridlo atas apa yang mereka lakukan (menuntut
ilmu)" (Mukhtarul Ahadist: 21)
(Imam Baihaqi memberi catatan, hadist ini masyhur matannya dlaif sanadnya;
Ket. Ihya Ulumuddin:19)
Aku telah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: Sesungguhnya Alloh tidak akan
mencabut ilmu langsung dari hati hamba, tetapi tercabutnya ilmu dengan matinya
Ulama, sehingga bila tidak ada orang alim, lalu orang-orang mengangkat pemimpin
bodoh agama, kemudian jika ditanya agama, lalu menjawab tanpa ilmu, sehingga
mereka sesat dan menyesatkan (Al Lulu Wa Al Marjan, juz 2:1040)
Adapun ancaman bagi mereka yang tidak menyebarluaskan ilmu juga disampaikan
oleh Nabi s.a.w dari Abi Hurairah r.a ;
" "
DR Wahbah Zuhaili dalam Tafsir Al Munir nya memaknai kata darajaat (beberapa
derajat) dengan beberapa derajar kemuliaan di dunia dan akhirat. Orang alim yang
beriman akan memperoleh fahala di akhirat karena ilmunya dan kehormatan serta
kemulyaan di sisi manusia yang lain di dunia. Karena itu Alloh s.w.t meninggikan
derajat orang mumin diatas selain mumin dan orang-orang alim di atas orangorang tidak berilmu. (juz 28: 43)
Dalam perspektif sosiologis, orang yang mengembangkan ilmu berada dalam
puncak piramida kegiatan pendidikan. Banyak orang sekolah/ kuliah tetapi tidak
menuntut ilmu. Mereka hanya mencari ijazah, status/gelar. Tidak sedikit pula guru
atau dosen yang mengajar tetapi tidak mendidik dan mengembangkan ilmu. Mereka
ini berada paling bawah piramida dan tentunya jumlahnya paling banyak. Kelompok
kedua adalah mereka yang kuliah untuk emnuntu ilmu tetapi tidak
emngembangkan ilmu. Mereka ini ingin memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan
untuk bekal hidupnya atau untuk dirinya sendiri, tidak mengembangkannya untuk
kesejahteraan masyarakat. Kelompok ini berada di tengah piramida kegiatan
pendidikan. Sedangkan kelompok yang paling sedikit dan berada di puncak
piramida adalah seorang yang kuliah dan secara bersungguh-sungguh mencintai
dan mengembangkan ilmu. Salah satunya adalah dosen yang sekaligus juga
seorang pendidik dan ilmuwan. (Tobroni:36)
Keutamaan orang alim (ilmuwan) dibanding lainnya diperkuat oleh hadist Nabi dari
Muadz;
" "
Keutamaan orang alim atas hamba (lainnya) adalah seperti kelebihan bulan
purnama atas bintang-bintang H.R Abu Daud, Turmudzi, Nasai , dan Ibn hibban.
Tiga golongan orang yang ditolong di hari kiamat; yaitu para Nabi kemudian
Ulama kemudian syuhada. (Ihya: 17)
hingga abad ke dua belas Hijrah, dimana umat dan Negara- negara Islam menjadi
pusat peradaban dunia.
E. KESIMPULAN
Pertama, Islam adalah agama yang sangat menghargai dan menjunjung tinggi ilmu
pengetahuan. Penghargaan ini dapat dibuktikan dalam ajarannya yang
memerintahkan seluruh umatnya untuk menuntut ilmu
Kedua, Alloh s.w.t dalam Firmannya berjanji akan mengangkat derajat orang-orang
yang beriman dan berilmu pengetahuan jauh lebih tinggi di banding orang-orang
yang tidak beriman dan berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat kemuliaan
baik di dunia maupun di akhirat
Ketiga, Kunci utama meraih kesuksesan di dunia dan akhirat adalah iman dan ilmu
pengetahuan. Kemajuan dan bahkan martabat bangsa dan Negara sangat
ditentukan oleh kemajuan ilmu pengetahuan manusianya.
Keempat, Iman dan ilmu pengetahuan adalah dua hak yang tidak terpisahkan.
Dalam sejarah kita saksikan banyak sekali bangsa yang terhormat dan berjaya
tetapi mengesampingkan factor keimanan dan sedikit ilmu pengetahuan, terbukti
tidak mampu menolongnya dari kehancuran karena konflik yang berkepanjangan.
Namun sebaliknya yang beriman dan berilmu pengetahuan akan memperoleh
jaminan dari Alloh s.w.t dengan meraih kehidupan berbangsa yang baldatun
thoyyibatun wa rabbun ghofuur. Alloh Maha menepati janji, tinggal umat Islam yang
mestinya kensekwen dan konsisten dengan ajaran agamanya.
DAFTAR PUSTAKA
Al ghazali, Abi Hamid Muhammad bin Muhammad. Ihya Ulum Ad-Diin. Jilid I, tt
Ahmad Al Hasyimiy, Sayyid. Mukhtarul Ahadist An-Nabawiyyah wal Hikam Al
Muhammadiyyah, Beirut Libanon: Darul Fikr 1414 H / 1994 M
Abdul Baqi, Muhammad Fuad. Al Lulu Wal Marjan (Terj.) juz II. Surabaya : P.T Bina
Ilmu. 2006
Az-Zuhaili, Wahbah. At-Tafsir Al- Munir Fil Aqidah wal Syariah wal Manhaj .Juz 28.
Beirut- Libanon: Darul Fikr. 1411 H/1991 M
Ibn Rusn, Abidin. Pemikiran Al Ghazali tentang Pendidikan, Yogyakarta.: Pustaka
Pelajar . 1998
Nata, Abuddin. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan Tafsir Ayat-Ayat Al- Tarbawiy. Jakarta: P.T
Rajawali Press, 2008
Shihab, Quraisy. Tafsir AL Mishbah. Volume 5
Tobroni, DR. Pendidikan Islam Paradigma Teologis, Filosofis dan Spiritualitas.
Malang : UMM Press. 2008
Diposkan oleh STIT AT-TAQWA di 10.42
http://stitattaqwa.blogspot.com/2012/11/keutamaan-menuntut-ilmu-dankedudukan.html