Laporan Observasi
Laporan Observasi
Laporan Observasi
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. MANFAAT OBSERVASI
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Teori Belajar
Menurut Bruner dalam Degeng (1989), teori pembelajaran bersifat
preskriptif, sedangkan teori belajar adalah deskriptif. Preskriptif artinya, tujuan
teori pembelajaran adalah menetapkan metode/strategi pembelajaran yang cocok
supaya memperoleh hasil optimal. Dengan kata lain, teori pembelajaran berurusan
dengan upaya mengontrol variabel-variabel yang spesifik dalam teori belajar agar
dapat memudahkan belajar. Sedangkan deskriptif artinya, tujuan teori belajar
adalah menjelaskan proses belajar, sehingga teori belajar menaruh perhatian pada
bagaimana seseorang belajar. Pada dasarnya teori belajar yang banyak dianut
adalah teori belajar kognitivisme, behaviorisme, konstruktivisme dan humanisme.
B. Teori Belajar Kognitivisme
IstilahCognitive berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian,
mengerti. Pengertian
pengetahuan
akan
mudah
diwujudkan.
Pembelajaran
merupakan salah satu proses untuk melatih dan membimbing siswa agar
memiliki kemampuan menyimpan informasi yang diperoleh dari realitas
lapangan.
c. Perkembangan kualitas kognitif bisa dilakukan dengan cara melakukan
interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua. Oleh
sebab itu jaringan kerja sama intensif antara sekolah, masyarakat dan
orang tua menjadi penting dalam konteks pembelajaran. Tri Sentra
Pendidikan
(tiga
pusat
pendidikan)
perlu
dikembangkan
secara
kemampuan
dalam
pengalaman-pengalaman
tersebut.
Dengan
cara
itu,
operasional (masa sekolah dasar) ini telah mampu menyadari konservasi, yakni
kemampuan anak untuk berhubungan dengan sejumlah aspek yang berbeda secara
serempak. Hal ini karena pada masa ini anak telah mengembangkan tiga macam
proses yang disebut dengan operasi-operasi: negasi, resiprokasi dan identitas
(Desmita, 2009) .
Negasi (negation)
Pada masa pra-opersional anak hanya melihat keadaan permulaan dan
akhir dari deretan benda, dengan kata lain mereka hanya mengetahui permulaan
dan akhirnya saja tetapi belum memahami alur tengahnya. Tetapi pada masa
kongkret opersional, anak memahami proses apa yang terjadi diantara kegiatan itu
dan memahami hubungan-hubungan antara keduanya. Contohnya pada deretan
benda-benda, anak bisa mengembalikan atau membatalkan perubahan yang terjadi
sehingga bisa menjawab bahwa jumlah benda-benda adalah tetap sama.
mengetahui bahwa deretan benda-benda bertambah panjang, tetapi tidak rapat lagi
dibandingkan dengan deretan lain. Karena anak mengetahui hubungan timbal
balik antara panjang dan kurang rapat atau sebaliknya kurang panjang tetapi lebih
rapat, maka anak tahu pula bahwa jumlah benda-benda yang ada pada kedua
deretan itu sama. Sehingga dalam masa ini anak mulai mengerti tentang hubungan
timbal balik.
Identitas
Pada usia sekolah (SD) anak sudah mengetahui berbagai benda yang
berada dalam suatu deretan, bisa menghitung, sehingga meskipun susunan dalam
deret di pindah, anak tetap mengetahui jumlahnya sama (Gunaris, 1990) dalam
(Desmita, 2009). Setelah mampu mengkonservasi angka, maka anak bisa
mengkonservasikan dimensi-dimensi lain seperti isi dan panjang. Jadi, anak telah
memiliki struktur kognitif yang memungkinkannya dapat berpikir untuk
melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata. Hanya saja, apa
yang dipikirkan oleh anak masih terbatas pada hal-hal yang ada hubungannya
dengan sesuatu yang konkret, suatu realitas secara fisik, benda-benda yang benarbenar nyata. Sebaliknya, benda-benda atau peristiwa yang yang tidak ada
hubungannya secara jelas dan konkret dengan realitas masih sulit diipkirkan oleh
anak.
Perkembangan moral dan spiritual siswa sekolah dasar menurut teori
Fowler dalam Desmita (2010) termasuk pada Tahap intuitive-projective, yang
berlangsung antara usia 2-7 tahun. Pada tahap ini kepercayaan anak bersifat
peniruan, karena kepercayaan yang dimilikinya masih merupakan gabungan hasil
pengajaran dan contoh-contoh signifikan dari orang dewasa, anak kemudian
berhasil merangsang, membentuk, menyalurkan dan mengarahkan perhatian
spontan serta gambaran intuitif dan proyektifnya pada Ilahi.
BAB III
METODE OBSERVASI
A. OBJEK OBSERVASI
Pada observasi ini, objek yang diamati adalah siswa kelas II SD di SDN
SUMBERSARI III. Pada kelas tersebut terdapat 42 siswa yang terdiri atas 16
siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan. Guru kelas yang merupakan guru tetap
untuk kelas II tersebut adalah Bapak Haryono
BAB IV
PEMBAHASAN