Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

01ulumul Qur'an 0907

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

ULUMUL QUR’AN

SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL AL-QUR’AN

DI SUSUN OLEH
NAMA : Rohman
NIM : 2130103105
KELAS : HPI 4

JURUSAN HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

0
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, marilah kita panjatkan puji syukur atas ke hadirat


Allah Subhanahu Wata’ala dimana kita masih diberikan nikmat kesehatan, kesempatan serta
hidayah dan taufik, suatu nikmat yang begitu banyak dan besar sehingga makalah ini dapat
saya selesaikan tepat pada waktunya" Shalawat serta salam tak lupa pula kita kirimkan
kepada junjungan Nabi besar Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam, sahabat serta
keluarganya sebab jasa beliaulah yang membawa umat manusia ke jalan yang di ridhai Allah
SWT.
Penulis menyadari bahwa makalah ‘Ulumul-Qu’an ini masih banyak terdapat
kekurangan dari segala aspek olehnya itu, kami sangat membutuhkan masukan dan arahan
agar sekiranya kami dapat membenahinya dalam penulisan selanjutnya, dan kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah memberikan sumbangsi
pemikirannya, semoga Allah SubhanahuWata’ala memberkahi kita semua, amiin

Palembang, Maret 2022


Penulis

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................................1
Daftar Isi..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................3
B. Rumusan masalah....................................................................................................3
C. Tujuan penulisan masalah.......................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Ulumul Qur’an.......................................................................................4


2. Ulum Al-Qur’an dan Perkembangannya.................................................................4
3. Definisi Ulum Al-qur’an.........................................................................................7
4. Metode Ulum Al-qur’an..........................................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................19
B. Saran .......................................................................................................................19

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah ilmu al-Qur’an yang membahas segala sesuatu yang berhubungan
dengan turunnya al-Qur’an yang meliputi ‘ilmmawathinal-nuzul (ilmu tempat turunnya al-
Qur’an), ‘ilm tawarikhalnuzul (ilmu waktu turunnya al-Qur’an), dan ‘ilmasbab al-nuzul (ilmu
sebab turunnya al-Qur’an).

Ulumul Qur'an akan dirasakan manfaat dan dampak positifnya di saat-saat kita
menafsirkan ayat demi ayat Al-Qur'an dengan bantuan 'ulumul Qur'an. Ruang lingkup
'ulumul Qur'an yang nyaris tidak terbatas, itu akan memudahkan siapa pun dalam membedah
Al-Qur'an dari berbagai aspeknya. Satu hal yang layak untuk diingatkan di sini ialah bahwa
yang dimaksud dengan 'ulumul Qur'an tidak sebatas apalagi dibatasi dengan ilmu-ilmu yang
bersifat keislaman semata; akan tetapi, juga meliputi bidang-bidang sains dan teknologi yang
juga sangat membantu memahami maksud Al-Qur'an.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Pengertian Ulumul Qur’an
2. Ulum Al-Qur’an dan Perkembangannya
3. Definisi Ulum Al-qur’an
4. Metode Ulum Al-qur’an

C. Tujuan Penulisan Masalah


Adapun tujuan penulisan yang dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Pengertian Ulumul Qur’an
2. Untuk mengetahui Ulum Al-Qur’an dan Perkembangannya
3. Untuk mengetahui Definisi Ulum Al-qur’an
4. Untuk mengetahui Metode Ulum Al-qur’an

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Ulumul Qur’an


1.1. Pengertian Ulum Al-Qur'an
Al-Qur'an diturunkan Allah SWT kepada manusia seha gai petunjuk mencapai
keselamatan, kebahagiaan dunia dan akhirat. Pada masa Nabi. masalah-masalah yang timbul
sela lu dapat diselesaikan dengan mudah, dengan bertanya lang sung kepada beliau. Namun
perkembangan selanjutnya tidaklah demikian. Dalam upaya menggali dan memahami isi Al-
Qur'an, umat Islam perlu kepada alat untuk membedahnya.
Mereka perlu ilmu untuk memahami Al-Qur'an. Ilmu atau alat yang diperlukan tidak
cukup satu, tetapi sangat banyak, maka muncul istilah Ulam Al-Qur'an (Ulum Al-Qur'an:
ilmu ilmu Al-Qur'an). Kata ulum jamak dari ilm, artinya al-fahm wa al-idrák (paham dan
menguasai).' "Ulûm Al-Qur'an seperti yang dikenal sekarang, tidak muncul sekaligus menjadi
satu kumpulan yang sempurna. Melalui proses yang cukup lama, Ulum Al-Qur'an,
mengalami perkembangan yang simultan dan berkesinambungan. Proses kemajuan itu akibat
dari adanya sikap para ulama yang memiliki kecenderungan yang berbeda dalam menggali
Al-Qur'an. Di antara mereka ada yang meni ULUMUL QUR'AN- Pengantar Ilmu-ilmu Al-
Qur'antikberatkan kepada masalah rasm (penulisan), asbabal-nuzul (sebab turun), jáz
(kemukjizatannya), dan balaghah (gaya sas tra). Jadi, tiap ulama mempunyai ketertarikan
tersendiri pada Al-Qur'an, sehingga ilmu-ilmu tersebut masih belum teratur rapi dan beredar
pada tokohnya masing-masing. Suatu ketika Imam Syafi'i dituduh mempunyai paham yang
menyimpang berkenaan dengan Al-Qur'an. Ia diajukan ke hadapan khalifah Harûnal-Rasyid.
Khalifah bertanya, "Bagaimana pendapatmu tentang Kitab Allah? Imam Syafi'i menjawab,
"Kitab Allah yang mana sebab Allah telah menurunkan banyak kitab suci." "Ki tab Allah
yang diturunkan kepada Muhammad SAW," jawab Khalifah. Imam Syafi'i menambahkan,
ilmu Al-Qur'an itu ba nyak sekali. Apakah Anda bertanya tentang bagian-bagian yang
muhkam, mutasyâbih, bagian-bagian yang dibelakang kan atau didahulukan, ataukah tentang
nasikh dan mansûkh, ataukah soal-soal yang lain. Dari jawaban Imam Syafi'i itu,
mengindikasikan bahwa Ulum Al-Qur'an itu sangat banyak. Ulum Al-Qur'an adalah
sekumpulan ilmu yang membahas tentang berbagai segi dari Al-Qur'an. Para ulama
mendefinisikan Ulum Al-Qur'an sebagai, ilmu yang membahas hal-hal yang berhubungan
dengan Al-Qur'an dari segi aspek turun, sistematika, pengumpulan dan penulisan, bacaan,
tafsir, ke mukjizatan, serta nåsikh dan mansukh." Sebagian ulama mengatakan bahwa ilmu-
ilmu ini juga disebut dengan ushûlal-tafsir. Sebab, cakupan pembahasan dalam Ulum Al-
Qur'an berkaitan dasar-dasar memahami Al-Qur'an. Karena itu, se luk-beluk Ulum Al-Qur'an
mutlak harus dikaji dan dikuasai oleh seorang mufasir.
2. Ulum Al-Qur'an dan Perkembangannya
2.1. Sejarah Perkembangan Ulum Al-Qur'an
Telah disinggung, bahwa pada masa Nabi segala masalah selalu dikembalikan
kepadanya. Karena itu, kebutuhan Ulum Al-Qur'an pada masa itu tidak dibutuhkan. Setelah ia
wafat dan kepemimpinan umat Islam berada di tangan Khulafa al-Rasyidin, mulai muncul

4
adanya ilmu-ilmu Al-Qur'an. Khu susnya dimulai ketika adanya perintah penulisan Al-Qur'an
yang dipelopori oleh Utsman bin Affan. Karenanya, ilmu yang pertama kali tentulah ilmu
rasm Al-Qur'an, karena berkaitan dengan tulis-menulis. Posisi 'Utsman berarti sebagai
perintis awal ilmu-ilmu Al-Qur'an sehingga namanya tetap diabadikan dengan
rasmal-'Utsmani."
Setelah itu, tampil Ali bin Abi Thalib sebagai pengganti Utsman. Lalu, 'Ali
menugaskan Abu al-Aswad al-Duali' me rancang dan meletakkan kaidah-kaidah nahwu. Ilmu
parama sastra ini muncul sebagai landasan yang bagus bagi timbulnya ilmu I'rab Al-Qur'an.
Usaha pengembangan ilmu Al-Qur'an ini tetap berlanjut pada masa sahabat. Sesuai dengan
kapabili tas, bobot dan kualitas sahabat, mereka mempunyai konsen tersendiri, namun tujuan
tetap sama menggali hikmah-hik mah yang ada di dalam Al-Qur'an dan menyampaikan taf
sir-tafsirnya kepada umat Islam. Usaha mereka berikutnya dilanjutkan oleh generasi tabiin,
begitu seterusnya sampai se karang.
Di antara para mufasir yang terkenal ialah Khulafa' al Rasyidin, Ibn Masud.
IbnAbbâs, 'Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit. 'Abd Allah bin Zubair, dan Abu Mûsâal-Asy'ari.
Setiap mereka memiliki murid-murid yang tekun dan serius dalam mendalami Al-Qur'an. Ibn
'Abbas merupakan tokoh guru di Mekkah. Di antara murid Ibn 'Abbâs misalnya, Saîd bin
Jubair, Ikrimah. Mujahid. 'Atha' bin Abi Rabbah. Di Irak, Abd AllahAl-Shilib Membahas
limu-ilmu Al-Qur'an, him.
Hin Mas tid dengan murid-muridnya misalnya al-Qamah bin Qais Masniqal Aswad
bin Yarld. Amir al-Syabi, Qutadah bin Dramah Di Kutah, ada IbnMas'ud Di Madinah, ada
Zubair bin Aslam Dari lisan dan tulisan mereka itulah keluar ber bagai ilmu tafsir. ilmu
gharth Al-Qur'an, ilmu asbábal-nuzul ilmu makkiwaal- Madani, serta ilmu násikh dan
mansikh Namun semua ilmu itu masih tetap diriwayatkan dengan cara dikte, dan baru pada
abad kedun Hijriyah ilmu-ilmu mereka dituliskan masa tadivin atau pembukuan)
Dari sini mulailah muncul tokoh dan spesialis ilmu yang digelutinya Pada abad kedua
Hijriyah, di mana ilmu tafsir dan astabal nuzul ilmu tentang makki dan madani, serta nasikh
dan mansikh merupakan ilmu-ilmu utama dalam mengkaji Al-Qur'an. Pada abad ini, tampil
cendekiawan-cendekiawan Islam seperti Syu'bah bin alHajjaj., Sufyan bin 'Uyainah, dan
Wakr bin farrah.
Pada abad ketiga Hijriyah. 'Ali bin al-Madini (w. 234 H) yang juga sebagai guru al-
Bukhari, menyusun kitab Asbabal-Nuzul Abu Ubaid al-Qasim bin Salam (w. 224 H)
menyusun kitab Näaikh Mansukh dan Qira'atIbnQutaibah dengan Musykilah Al-Qur'an.
Kemudian pada abad keempat, Muhammad bin Khalaf bin Marzaban (w. 309 H) menyusun
kitab al-Hd wifi Ulam Al-Qur'an Abu Muhammad bin Qasim al-Anbäri menyusun kitab
Ajaib 'Ulam Al-Qur'an. Abu Bakar al-Sijistânitw. 310 11) menyusun Kitab Gharib Al-Qur'an,
Muhammad bin All al-Adfawi (w. 388 H) menyusun kitab al-IstighnafiUlâm Al Qur'an Pada
abad kelima, Abu Bakar al-Baqalani wafat pada tahun 403 H menyusun kitab jázal-Qur'an.
'Ali bin Ibrahim hinSa'idal-Huft (w. 430 H) menyusun kitab frab Al-Qur'an, al Mawardi (w
450 1) menyusun kitab Amtsilah Al-Qur'an. Pada abad ketujuh Hijriyah muncul al 'Izz bin
'Abd al-Salam (w. 660 Hi, menulis tentang Majáz Al-Qur'an Alam al-Din al-Sakhawi2-Ulam
Al-Qur'an dan Perkembangannya (w 643 H) menyusun kitab Ilmal-Qird'dr Terhadap
bertebarannya ilmu Al-Qur'an yang beragam dan berserakan ini, ada sebagian peneliti yang
mengkaji ilmu ilmu tersebut. Menurut data penelitian yang ditemukan oleh Syekh

5
Muhammad Abd al-Azhim al-Zarqani, penulis Manahilal-Triinfi Ulum Al-Qur'an,
mengatakan bahwa istilah Ulum Al-Qur'an dalam performa lengkap, muncul secara nyata se
benarnya setelah adanya kitab al-Burhan fi Ulum Al-Qur'an yang dikarang oleh 'All bin
Ibrahim bin Sa'id yang dikenal denganal-Huff (w. 430 H). Buku ini sangat tebal, mencapai
tigapuluh jilid, lima belas jilid masih tersimpan di dalam per pustakaan Kairo, Mesir, dengan
nomor 59 tafsir, namun masih dalam keadaan tidak teratur. Menurut penomoran yang
digunakan sebenarnya, kitab ini merupakan kitab tafsir. Kemudian disusul oleh Ibnal-Jauzi
(w. 597 H), menulis Fununal-Afnánfi'Ajaib Ulùm Al-Qur'an. Lalu Badral-Din al-Zarkäsyi
(w. 794 H) menyusun kitab lengkap al-Burhan fi Ulum Al-Qur'an. Jalal al-Din al-Balqini (w.
824 H). memberikan beberapa tam bahan atas al-Burhan di dalam kitab Mawaqial-'Ulum min
Mawaqial-Nujúm. Adapun Jalal al-Din al-Suyuthi menulis kitab al-Itqanfi Ulùmal-Qur'an.
Pada masa modem, para pemikir membangkitkan wacana pemikiran baru, dan mereka
meramu kembali dan mengaitkan pengetahuan-pengetahuan modern dengan ilmu-ilmu Al-
Qur'an. Akhirnya, timbullah gerakan baru dalam bidang ini yang memberi nuansa yang lebih
segar dan dinamis, sehingga muncul karangan-karangan dengan coraknya yang baru dan
tampil beda. Misalnya kitab l'jázal-Qur'an karangan Musthafa ShadiqRafi'i. Kitab al-
Tashwiral-Fannfi Al-Qur'an. fiZhiläl Al-Qur'an dan Masyahidal-Qiyamahfi Al-Qur'an oleh
Sayyid al-Quthb, Tarjamah Al-Qur'an oleh Syekh al-Maraghi, al-Naba' al-Azim oleh
Muhammad 'Abd Allah al-Darraz, dan Mahasin willichTamálal-Din al-Qasimi (w 1332 H).
Sementa ra itu. Syaikh Thahir al-fanairi menulis al-Tibyan l Ulüm Al Quran Syekh
Muhammad All Salamah menulis kitab Manhajaf-Funpin l 'Ulam Al-Qur'an Diikuti oleh
muridnya Muhammad Abd al-Azhim al-Zargâni yang menyusun Mandhilaltränfi Ulam Al-
Quran" dan akhirnya muncul Shubhi Shalih dengan kitab Mabahitsfi Ulam Al-Qur'an.
Kemudi an, Manna Khalil al-Qaththân dengan judul buku yang sama Mabahinft Ulüm Al-
Qur'an.
Khususnya di kalangan penulis di Indonesia, dijumpai buku-buku mengenai Ilmu-
ilmu Al-Qur'an. Antara lain Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur'an/Tafsir karya T.M. Hasbi al
Shiddiegy. Pengantar Ilmu Tafsir karya Rifat Syauki Nawawi dan Ali Hasan Pakar tafsir
Indonesia yang paling menonjol dewasa ini ialah Prof. Muhammad QuraishShihab yang
menulis Membumikan Al-Qur'an, di mana pada bagian pertama karya ini membahas tentang
bagian penting dari Ulum Al Qur'an, sementara bagian kedua menerangkan kajian tema. tik
Al-Qur'an Khusus mengenai kajian tematik, Shihab juga menulis Wausasan Al-Qur'an.
Kemudian muncul buku Sejarah dan Ulumul Quran yang ditulis oleh Muhammad
QuraishShihabetal. dengan Azyumardi Azra bertindak sebagai editor
Suatu hal yang tidak boleh diabaikan ialah kajian Al-Qur'an dan ilmu-ilmunya yang
dilakukan para orientalis. Ketertarikan mereka terhadap persoalan Al-Qur'an besar sekali.
Perhatian ilmiah orang-orang Eropa terhadap Al-Qur'an bermula dar kunjungan Peter yang
Agung (Peter theVenerable) kepala B ara Cluny ke Toledo pada abad keduabelas. Menyadari
akan kekuatan dan kemajuan Islam karena berpangkal pada A Qur'an, maka ia pun menyusun
serangkaian program ilmiah untuk menggali Al-Qur'an. Meskipun usahanya ini pada
masanya tidak banyak membuahkan hasil, namun pada abad-abad berikutnya kajian orang-
orang Eropa, yang disebut orientalis, banyak didapati kemajuan-kemajuan, baik yang positif
maupun negatif mengenai berbagai aspek masalah ke timuran, terutama Islam. Karena itu,
cendekiawan Islam mesti dapat menentukan sikap terhadap hasil karya mereka. Bagai
manapun mereka memiliki misi tersendiri. Ada yang memang untuk kepentingan keagamaan

6
yang cenderung negatif dan ada pula yang untuk kepentingan ilmiah, sehingga cenderung
netral dalam memberikan penilaian terhadap Islam.
Garis Besar Kronologi Perkembangan Ulum Al-Qur'an Periode Masa sahabat
(generasi pertama) TokohAbu Bakar al-Shiddiq, Umar bin Khaththab. Ali bin Abi Thalib,
Abd Allah bin Abbas, 'Abd Allah ibnMas'ûd, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka'abAbúMüsăal-
Asy'ari, dan 'Abd Allah bin Zubair Masa (Tabiin generasi kedua ) Mujahid. Atha bin Abi
Rabah, Ikrimah, Qatadah, Hasan al-Bashri, Sa'id bin Jubair. Alqamah bin Qa'is dan Zaid bin
Aslám Tabi Tabiin (generasi ketiga) Malik bin Anas (w. 795) Cabang Ilmu ilmrasm Al-
Qur'an, ilmirab Al-Qur'an, ilmqiräät. ilmasbabal-Nuzul immakkiwaal-madani.
ilmnásikhwaal-mansikh, dan ilmgharib Al-Qur'an Mereka peletak dasar-dasar Ulum Al-
Qur'an Generasi penerus abad kedua Zaid bin Harun al-Silmi (w 117 H/733 M), Syu'bah bin
Hajjaj (w 160 H/776 M), Sufyan bin Uyainah (w 198 H/814 M) 'Abd al-Razzaq bin
Hartunam Iw 211 H/827 M), dan bin al-Jarrah (w 197 H/812M). Para ahli Hadis yang
mengumpulkan Hadis yang berkaitan dengan tafsir Al-Qur'an secara khusus dalam satu bab
3. Definisi ‘Ulum al-Qur’an
Secara etimologis, ‘ulum adalah jamak dari kata ‘ilm yang maknanya sinonim dengan
ma‘rifah, fahm, dan yaqin.Menurut sebagian pendapat, kata ‘ilm adalah isim jenis yang
berarti pengetahuan. Dalam bahasa Ingris, ilmu adalah science yang berarti
pengetahuan.Katascience berasal dari bahasa Yunani, yaitu scientia yang berarti pengetahuan.
Pengertian ini jika ditarik dalam konteks umum, yaitu himpunan pengetahuan yang
dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat diterima oleh rasio. Ada yang berpendapat
bahwa ilmu adalah gambaran lengkap tentang fakta-fakta pengalaman manusia yang
disusunmelalui metode tertentu dengan mempergunakan istilah-istilah yang
disederhanakan.Selain itu, ada pula yang mengatakan,ilmu pengetahuan adalah ilmu yang
bersifat empiris, rasional, umum, dan merupakan satu kesatuan. Dengan demikian, ilmu
adalah usaha yang dilakukan untuk mengetahui masalah-masalah yang dirumuskan dalam
satu disiplin ilmu yang terdapat dalam alam pikiran sehingga mengharuskan pemiliknya
mampu membedakan sesuatu dari lainnya.Beberapa pengertian di atas mendeskripsikan
bahwa ilmu pengetahuan adalah fakta-fakta pengalaman manusia yang disusun secara
seksama dan sistematis, sehingga ia merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling berkaitan.
Fakta-fakta tersebut diproses melalui pengkajian yang mendalam berupa pengamatan,
penggolongan, penguraian, dan penyimpulan. Pengertian ilmu yang berkembang dalam
berbagai istilah kemudian dipakai sebagai nama dari pengetahuan tentang al-Qur’an. Al-
Qur’an secara etimologis diambil dari kata - yang berarti “sesuatu yang dibaca”.Dengan
demikian, umat Islam dianjurkan agar membaca al-Qur’an. Selain itu, al-Qur’an mengambil
bentuk al-qira’ah yang berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dalam hal ini, al-Qur’a>n
menghimpun beberapa huruf, kata, dan kalimat secara tertib sehingga tersusun rapi dan
benar. Dengan demikian, alQur’an yang merupakan kumpulan dari huruf, kata, dan kalimat
menjadi kitab umat Islam adalah pegangan yang harus dibaca. Kata ‘ulum al-Qur’an
merupakan komulasi dari kata ‘ulum(ilmu-ilmu) dan al-Qur’an (kitab suci umat Islam). Dua
komulasi ini dalam istilah nah w disebut konsep idlafi. Dengan demikian, ‘ulum al-Qur’an
berarti ilmu-ilmu al-Qur’an. Penggunaan kata jamak (‘ulum al-Qur’an), tidak dengan mufrad
(‘ilmal-Qur’an) menunjukkan bahwa istilah tersebut tidak ditujukan pada satu cabang ilmu

7
pengetahuan yang bertalian dengan al-Qur’an, tetapi mencakup semua ilmu yang berkaitan
dengan al-Qur’an. Oleh karena itu, kajian ‘ulum al-Qur’an sangat luas.
Untuk mempertegas dua rangkaian kata di atas, akan dijelaskan kedua kata tersebut.
Ada beberapa definisi tentang ‘ulum alQur’an yang dituangkan oleh para ulama, di antaranya
adalah:Ulum al-Qur’an adalah beberapa pembahasan yang berhubungan dengan al-Qur’an al-
Karim dari aspek turun, susunan, pengumpulan, tulisan, bacaan, penafsiran, mukjizat, nasikh,
mansukh, menolak hal yang mendatangkan keraguan, dan semacamnya.Ilmu yang mencakup
pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan al-Qur’an dari segi pengetahuan tentang
sebab-sebab turun, pengumpulan al-Qur’an dan urutanurutannya, pengetahuan tentang makki
dan madani, nasikh dan mansukh, muhkam dan mutasyabih, dan hal-hal lain yang ada
hubungannya dengan al-Qur’an.MenurutSyadali dan Rofi‘i, kedua definisi di atas pada
dasarnya sama. Keduanya menunjukkan bahwa ‘Ulum al-Qur’an adalah kumpulan sejumlah
pembahasan yang pada dasarnya merupakan ilmu yang berdiri sendiri. Ilmu-ilmu ini tidak ke
luar dari ilmu agama dan bahasa.
Masing-masing menampilkan sejumlah aspek pembahasan yang dianggapnya penting.
Objek pembahasannya adalah al-Qur’an.Adapun perbedaan terletak pada tiga hal. Pertama,
pada aspek pembahasan. Definisi pertama menampilkan sembilan aspek pembahasan dan
yang kedua menampilkan lima pembahasan. Kedua,meskipun keduanya tidak membatasi
pembahasan pada aspekaspek yang ditampilkan, namun definisi pertama lebih luas
cakupannya dari yang kedua, karena definisi pertama diawali dengan kata yang merupakan
bentuk jamak dan menyebutkan secara eksplisit penolakan hal-hal yang bisa menimbulkan
keragu-raguan terhadap al-Qur’an sebagai bagian dari pembahasan.
Sedang definisi kedua tidak demikian. Perbedaan ketiga ialah aspek pembahasan yang
ditampilkan tidak semuanya sama di antara keduanya. Misalnya, dalam definisi pertama
disebutkan bahwa penulisan al-Qur’an, qira’ah, penafsiran, dan kemukjizatan al-Qur’an
sebagai bagian pembahasan. Sementara itu, dalam definisi kedua, semua pembahasan itu
tidak disebutkan. Hanya saja, pengetahuan tentang ayat-ayat makkiyah dan madaniyah serta
ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat yang tidak tersebut dalam definisi pertama disebutkan
dalam definisi kedua.Dengan melihat persamaan dan perbedaan antara kedua definisi tersebut
dapat diketahui bahwa definisi pertama lebih lengkap dibanding dengan definisi kedua.
Cakupan definisi pertama lebih luas dari yang kedua.
Dengan sifatnya yang luas ini, definisi pertama menjadi lebih akomodatif terhadap
ilmu-ilmu al-Qur’an yang selalu berkembang. Penjelasan di atas juga menunjukkan adanya
dua unsur penting dalam definisi ‘ulum al-Qur’an. Pertama, ilmu ini merupakan kumpulan
sejumlah pembahasan. Kedua, pembahasan ini mempunyai hubungan dengan al-Qur’an, baik
dari aspek keberadaannya sebagai al-Qur’an maupun aspek pemahaman kandungannya
sebagai pedoman dan petunjuk hidup bagi manusia.Selain dua definisi di atas, terdapat
definisi lain yang diungkap oleh para ulama, di antaranya:‘Ulum al-Qur’an ialah ilmu yang
membahas selukbelukal-Qur’an dari aspek turun, sanad, tatacara, lafal, dan maknanya yang
berhubungan dengan hukum, dan lain-lain.Yang dimaksud ‘ulum al-Qur’an ialah beberapa
pembahasan yang berhubungan dengan al-Qur’an dari aspek turun, pengumpulan, susunan,
dan pembukuannya; mengetahui sebab-sebab turun, makki, dan madani; mengatahui nasikh
dan mansukh, muhkam dan mutasyabih; dan berbagai pembahasan lain yang berhubungan

8
dengan al-Qur’an.Jika diperhatikan beberapa definisi di atas, tampak bahwa ‘ulum al-Qur’an
dapat diketahui dengan berpegang pada dua hal, yaitu riwayat dan rasio.
Ilmu-ilmu yang diperoleh melalu riwayat adalah ilmu yang berhubungan dengan
transmisi seperti ilmal-qira’ah dan ‘ilmnuzul al-Qur’an. ‘Ilmal-qira’ah adalah ilmu al-Qur’an
yang membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan bacaan, sedang ‘ilmnuzul al-
Qur’an adalah ilmu al-Qur’an yang membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan
turunnya al-Qur’an yang meliputi ‘ilmmawathinal-nuzul (ilmu tempat turunnya al-Qur’an),
‘ilm tawarikhal-nuzul (ilmu waktu turunnya al-Qur’an), dan ‘ilmasbab al-nuzul (ilmu sebab
turunnya al-Qur’an).Ilmu yang berdasarkan rasio adalah ilmu al-Qur’an yang membahas
segala sesuatu yang berhubungan dengan berbagai aspek yang dapat dilihat atau diambil dari
al-Qur’an. Karena aspeknya sangat luas maka ilmu yang berhubungan dengan ‘ulum al-
Qur’an sangat banyak jenis dan macamnya.

4.Metode ‘Ulum al-Qur’an


Metode yang dipakai dalam ‘ulum al-Qur’an adalah metode deskriptif, yaitu dengan
cara memberikan penjelasan dan keterangan yang mendalam mengenai bagian-bagian al-
Qur’an yang mengandung aspek-aspek yang dibahas dalam ‘ulum al-Qur’an.
Misalnya, orang yang membahas ‘ilm majaz al-Qur’an¸ ia harus mengambil lafal al-
Qur’an yang majaz, lalu menjelaskannya dengan panjang lebar tentang bentuk-bentuk lafal
majaz yang ada dan segala macamnya. Orang yang berminat menulis ‘ilmgharib al-Qur’an, ia
harus menjelaskan satu-persatu lafal yang gharib (asing) dalam al-Qur’an, lalu menjelaskan
hal-ikhwalkeasingan secara lebih luas dan mendalam. Demikian juga orang yang
membicarakan seluruh matsal (perumpamaan) yang dibuat oleh Allah dalam al-Qur’an, ia
harus menjelaskan tentang berbagai aspek perumpamaan dan macam-macamnya dengan
sangat rinci dan mendetail. Pembahasan ilmu al-Qur’an yang lain juga menggunakan metode
deduktif.
Melalui metode deduktif, beberapa kitab yang membahas ilmu al-Qur’an dalam
berbagai bidang dapat tersusun secara baik. Kitab-kitab itu merupakan karya besar dan
bermutu tinggi dari hasil kerja keras dan usaha optimal para pertintis pertumbuhan ilmu al-
Qur’an. Secara historis pertumbuhan cabang ilmu alQur’an terjadi sejak abad ke-2 hingga
abad ke-7 H. Sepanjang abad ini beberapa kitab penting tentang ilmu al-Qur’an dihasilkan.
Karena jasa dari ulama pada abad ke-5 hingga ke-7 H, beberapa pembahasan tentang ‘ulum
al-Qur’an diintegrasikan menjadi satu ilmu secara sistematis yang merupakan kumpulan dari
seluruh cabang ilmu tentang al-Qur’an.Atas dasar sejarah pertumbuhan ilmu al-Qur‘an itu
dapat dikatakan bahwa metode pembahasan ‘ulum al-Qur’an adalah induksi, yaitu membahas
hal-hal yang khusus terlebih dahulu kemudian digabungkan menjadi satu disiplin ilmu yang
ditarik pada pembahasan secara umum. Ilmu yang timbul lebih awal adalah cabang ‘ulum al-
Qur’an bial-idlafi, yang masih berdiri sendiri.
Setiap ilmu hanya membicarakan al-Qur’an dari segi yang sangat khusus yang
menjadi pembahasannya dan sesuai dengan nama sebutannya. Cabang-cabang ilmu al-
nasikhwaalmansukh, misalnya hanya membicarakan al-Qur’an khusus dalam soal al-
nasikhwaal-mansukh. Ilmu muhkam dan mutasyabih hanya membahas al-Qur’an dari segi
kemuhkaman dan kemutasyabihatan lafal-lafal al-Qur’an. Setelah cabang-cabang ilmu

9
diintegrasikan menjadi satu, ‘ulum al-Qur’an yang mencakup seluruh segi ilmu al-Qur’an
kemudian muncul. Selain metode induksi, metode komparasi juga digunakan.

1.AL-QUR'AN KALAMULLAH
1.1 Hakikat Al-Qur'an
Kata Qur'an yang berarti "bacaan secara gramatikal diturunkan dari kata bahasa Arab
qaraa yang berarti "membaca". Namun, Al Qur'an bukan bacaan biasa. Al-Qur'an adalah
kalamullah, firman Allah, atau perkataan Allah, yang tentu saja tidak sama dengan perkataan
manusia. Membacanya pun tidak boleh sembarangan baca. Si pembaca harus berada dalam
keadaan bersuci, berpakaian yang rapi bersih, dan di tempat yang bersih. Membaca Al-Qur'an
merupakan salah satu bentuk ibadah yang mendapat pahala, apalagi bila dibaca dengan tartil,
yaitu dengan suara merdu, tertib, dan menurut hukum bacaan yang disebut tajwid.
Dalam buku Al-Qur'an dan Terjemahannya (terbitan Khadim Al Haramain Asy-
Syafatain, 1971). Al-Qur'an didefinisikan sebagai: "Kalam Allah yang merupakan mukjizat
yang diturunkan atau diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w, dan yang ditulisdalam
mushaf, dan diriwayatkan secara mutawatir, sertamembacanya adalah ibadah".Di tempat lain,
Hasby Ash-Shiddieqy, penyusun Tafsir Al Qur'anulMadjied An-Nur (19 jilid)
mendefinisikan Al-Qur'an sebagai: "Kitab (wahyu) Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya,
Muhammad bin Abdillah, lafaz dan makna yang ditulis di dalam mushal yang dinukilkan
dengan jalan mutawatir dan membacanya suatu perbuatan ibadah untuk mendekatkan diri
kepada Allah (Ash-Shiddieqy, 1966).
Tulisan ini bisa diajukan definisi lain mengenai Al-Qurayang tidak bertentangan
dengan kedua definisi di atas, belowe Al’Quran adalah tuman Allah yang diturunkan atau
diwahyukan Allahsocars berangsur-angsur dalam bahasa Arab melalui perantaraanmalaikat
Jibril kepada Nabi Muhammad saw untuk disampaikan atau disukan kepada seluruh umat
manusia untuk menjadi pedoman atau petunjuk dalam kehidupan mereka, dan mem bacanya
merupakan satu tindakan ibadah yang mendapat pahala. Ada beberapa butir (point yang dapat
ditarik dan ketiga definisPertama, Al-Qur'an adalah firman Allah. Ini berarti, Al-Qur'an itu
bukan buatan atau karangan manusia, seperti banyak dituduhkan oleh golongan kafir Quraisy
di Mekah dulu.
Kelua Al Qur'an adalah sebuah mukjizat, yakni suatu hal luar biasa yang diberikan
Allah kepada Nabi Muhammad saw yang merupakan tantangan kepada orang lain, dan orang
lain tidak dapat menandinginya. Kemukjizatan Al-Qur'an bukan hanya pada kebenaran isinya
tetapi juga pada keindahan dan kehebatan bahasanya. Tidak ada seorangpun dari penyair
Mekah pada waktu tu yang memang sedang marak dengan kegiatan bersyair) yang dapat
menandingi keindahan bahasa Al-Qur'an.Ketiga, Al-Qur'an hanya diwahyukan/diturunkan
kepada Nabi Muhammad s.a.w, tidak kepada orang lain (seperti MusailamatulKazzab yang
mengaku nabi).Keempat, diwahyukan secara lisan dalam bahasa Arab dialek Quraiby, yang
diterima oleh Nabi Muhammad s.a.w, lalu Nabi Muhammad saw membacakannya kepada
para sahabat, dan para sahabat mencatatnya atau menuliskannya dan
menghafalkannya.Kelima, sewaktu mencatat atau menukilkan ayat-ayat itu ke dalam subut
(jamaknya mushaf atau lembaran kertas dan sebagainya dilakukan secara musyawarah

10
(mutawatir) dengan bimbingan Rasulallah. Setelah semuanya sepakat dan sepaham baru
dituliskan.
Keenam, Al-Qur'an adalah pedoman atau petunjuk untuk seluruh umat manusia,
disepanjang zaman. Hal ini berbeda dengan kitab tojil yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s.
yang hanya ditujukan untuk Bani Israil, dan hanya berlaku hingga Allah menurunkan kitab
suci yang baru. Jadi, dengan diturunkannya Al-Qur'an, maka kitab Injil sudah tidak berlaku
lagi, karena apa yang diberitakan dalam Injil itu dimasukkan juga di dalam Al-
Qur'an.Ketujuh, Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab. Maka terjemahan Al-Qur'an atau
Al-Qur'an yang ditulis dalam bahasa lain (sebagai hasil terjemahan) bukanlah Al-Qur'an.
Kedelapan, Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur, sedikitdemi sedikit, selama waktu
23 tahun. Ayat pertama atau wahyupertama diturunkan ketika Nabi Muhammad s.a.w berusia
40 tahun;sedangkan ayat terakhir diterima Rasulallahs.a w sewaktu berusia 63 tahun.
Membaca Al-Qur'an adalah suatu perbuatan ibadah, meskipun, misalnya, tidak
memahami isinya atau maknanya, masih tetap memperoleh pahala.Dalam hal ini memang
setiap umat muslim atau setiap manusia pada umumnya harus bisa memahami makna yang
dikandung oleh Al-Qur'an. Bagaimana mungkin kita bisa mempedomani Al-Qur'an itu dalam
kehidupan kita kalau kita tidak memahami maknanya.Membaca Al-Qur'an untuk menguatkan
iman dan takwa, serta mendekatkan diri pada Allah yang Maha KuasaKesepuluh, membaca
Al-Qur'an apabila dilakukan dengan khusyuk sebagai salah satu kegiatan ibadah, adalah salah
satu jalan mendekatkan diri kepada Allah.
Kesebelas, firman Allah yang diturunkan kepada nabi sebelum Nabi Muhammad saw,
yaitu kepada Nabi Ibrahim a.s., dan kepada Nalu ha as bukanlah Al Qur'an. Begitu juga
dengan hadis quch yaitu hadis yang isinya dan Allah swt tetapi susunan kalimatnya dan
Rasulallahsaw, bukan Al-Qur'an (Azami 1944, Hamid 2008Dan kesehelas pernyataan di atas
dapat disimpulkan bahwa Al Qur'an adalah firman Allah diwahyukan kepada Nabi
Muhammad saw, dengan perintah untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Apa
bukti-bukti bahwa Al-Qur'ankalamullah (lihat subbab 1.3).

1.2. Nama Lain Al-Qur'an


Kata Qur'an sebagai nama kitab suci umat islam ada disebutkan 70 kali dalam Al-
Qur'an, antara lain pada ayat 17 dan 18 surah Al Qiyamah (75) dan ayat 4 surah Al-
Muzammil (73). Selain itu, Allah juga memberi nama lain untuk nama kitab suci ini, yaitu
Adz-Dzikro, Al-Kitab, Al-Furqon, Al-Tanzil, Al-Haqq, Al-Huda, Asy-Syifa, dan Al
Bayyinah, NamaAdz-Dzikro yang berarti "peringatan" menunjukkan bahwa Al-Qur'an
menjadi peringatan bagi manusia agar tetap berada di jalan yang benar, yang diridhai Allah.
Nama ini disebut sebanyak 55 kali di dalam Al-Qur'an, antara lain di dalam ayat 6 dan 9
surah Al-Hijr (15), ayat 44 surah An-Nahl (16), ayat 41 surah Al-Fushishilat (41), ayat 50
surah Al-Anbiya (21), ayat 8 surah Shad (38), dan ayat 3 surah Thaha (20).
Nama Al-Kitab yang berarti "buku catatan", menunjukkan bahwa Al-Qur'an adalah
firman atau wahyu yang bisa ditulis dalam bentuk huruf dan kalimat ini terbukti dari yang
diujarkan Nabi s.a.w ternyata dapat ditulis atau direkam dalam bentuk huruf, kata, dan
kalimat. Al Qur'an menyebut nama Al-Kitab ini sebanyak 74 kali, antara lain pada ayat 2
surah Al-Baqarah (2), ayat 47, 48, dan 51 surah Al Ankabut (29), ayat 29 surah Fathir (35),

11
ayat 1 surah Az-Zumar (39), dan ayat 3 surah Al-Fushilat (41).Nama Al-Furqon yang berarti
"pembeda", menunjukkan bahwa Al-Qur'an menjadi patokan untuk membedakan yang benar
dari yang batil Nama ini antara lain disebutkan pada ayat 1 dan 7 surah Al Furqon (25), dan
ayat 4 surah Ali Imran (3)agama dan penyampai ajaran itu. Untuk menyelaraskan ajaran
agama sesuai dengan karakter manusia, bukan malaikat. Nama ini didalam Al-Qur'an disebut
sebanyak 30 kali, antara lain pada ayat 6 surah Al Shaff (61), ayat 159 surah Al-Baqarah (2),
ayat 34 dan 46 surah An Nur (24), ayat 7 Al-Ahqaaf (46), ayat 1 surah Al-Hijr (15), dan ayat
66 surah Al-Mu'min (40)
Selain itu masih ada sejumlah nama lain yang masing-masing nama itu menunjukkan
isi, fungsi ataupun sifat-sifatnya. Sebagian dan nama-nama itu merupakan nama-nama Allah
yang disebut dalam Asmaul Husna, seperti Al-Karim, Al-Hakim, Al-Majid, dan Al
Muhaimin. Sebagian dari nama-nama itu tercantum dalam kitab suci Al-Qur'ansendin.
Sebagian berdasar hadis Rasulallah, dan sebagian lagi merupakan ijtihad dan istinbat
(penggalian terus-menerus secara teliti dan mendalami yang dilakukan oleh para sahabat,
tabiin generasi setelah sahabat), tabiit tabiin, dan para ulama generasi selanjutnya.
Dalam Almanah Alam Islami (Hidayat, dkk, 2000) didaftarkan lebih dari 70 nama
lain untuk Al-Qur'an. Namun, menurut Ash Shiddiegy (1966) nama yang umum dan nama
alamiah Al-Quran adalah Al-Quran.

1.3 Bukti Al-Qur'anKalamullah

Di atas sepeni juga judul bab ini sudah dikemukakan bahwa Al-Quranaislahkalamullah,
kalam Allan firman Allah, atau perkataan Allah Bukan perkataan atau bikinan manusia
seperti dulu dituduhkan oleh para pemuka kafir Quraisy di Mekah, yang menyatakan bahwa
Al-Quran adalah bikinan Muhammad b Azadillabtain Abdul Muthalib bin Hasyim.

2. Bukti Al-Qur'an Kalamullah


Di atas, seperti juga judul bab ini, sudah dikemukakan bahw Al-Quran adalah
kalamullah, kalam Allah, firman Allah, atau perkataan Allah. Bukan perkataan atau bikinan
manusia seperti duly dituduhkan oleh para pemuka kafir Quraisy di Mekah, yang menyatakan
bahwa Al-Qur'an adalah bikinan Muhammad bi Abdillah bin Abdul Muthalib bin
Hasyim.Nah, masalah kita sekarang, apa buktinya bahwa Al-Qur'an adalah kalamullah dan
bukan bikinan Muhammad. Banyak buku bisa diajukan, yang bisa dilihat: pertama, tidak ada
seorang manusia pun yang bisa meniru atau membuat seperti Al-Qur'an itu, baik dan
kebenaran kisah-kisah yang dikemukakan, maupun dari kebenaran ilmiah yang disampaikan,
seperti akan dijelaskan berikut ini.Mengenai bukti pertama, Allah sendiri menantangnya
seperti disebutkan pada ayat 38 surah Yunus (10)."Apakah patut mereka megatakan:
Muhammadlah yang membuat Qur'an itu?" Ketahuilah, "Kalau benar katamu itu, coba susun
sebuah surah yang serupa itu olehmu, dan panggillah orang-orang yang kamu anggap mampu
untuk menolongmu selain daripada Allah, kalau memang benar katamu ituDalam surah Al-
Isra (17) ayat 88 malah Allah mengatakan: "Katakanlah: "Seandainya seluruh manusia dan

12
jin itu berkumpul untuk membuat gubahan seperti Al-Qur'an ini mereka tak akan mampu
membuat seperti itu, sekalipun mereka satu sama lain sudah saling membantu".
Dalam sejarahnya adalah Musailamah Al-Kazzab yang mengaku nabi, ketika
mendengar bahwa Rasulallahsaw menerima wahyu surah berjudul Al-Fil (Al-Qur'an surah
ke-105), maka dia mengatakan kepada para pengikutnya bahwa yang menerima wahyu itu
bukan Muhammad, melainkan dia sendiri. "Wahyu) itu berbunyi: yang diterima"Al-Fil
malfil, wamaadrakamalfil, lahuKhurtumunthawil, wadzanabunatsil, wamadzaka min
khalqirabbinabigalil" (Gajah, apakah gajah, tahukah engkau apa gajah? Dia mempunyai
belalai yang panjang, dan ekor yang mantap. Itu bukanlah bagian dari ciptaan Tuhan kita
yang kecil)
Menurut Shihab (1999: 270-271) apa yang disebutkan Musailamah bukan hanya
makna dan pesannya yang sederhana, kalimat-kalimatnya pun juga sederhana. Begitupun
kosakata yang digunakan sangat tidak tepat. Kata wamaadraka dalam bahasa Arab tidak
digunakan untuk hal-hal sederhana seperti belalai, gajah, dan ekor. Melainkan untuk hal-hal
yang agung dan sulit dijangkau hakikatnya. Al-Qur'an menggunakan kata-kata itu hanya
untuk yang berkaitan dengan hari kiamat, surga, neraka, bintang tertentu yang gemerlapan,
dan perjuangan mendaki menuju ilahi.
Akhimya, apa yang dikemukakan Musailamah itu hanya menjadi bahan tertawaan di antara
para ahli penyair masa itu. Musailamahsendin, sebagai pembangkang, akhimya tewas dalam
perang Yamama pada masa khalifah Abu Bakar Siddiq
Bukti lain bahwa Al-Quran itu adalah kalamullah adalah dengan avat 9 sampai 19 surah Al-
Alaq (96), surah yang pertama turun, dan yang diturunkan di Mekah pada awal permulaan
Islam. Ayat-ayat itu adalah:
"Bagaimana pendapatmu teritang orang yang melarang (9), hamba Tuhan mengerjakan shalat
(10). Bagaimana pula pendapatmu jika orang yang melarang itu mengikuti jalan yang benar
(11), atau menyuruh orang bertakwa (12) Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang
itu mendustakan tauhid dan mengingkari seruanmu (13) Apakah dia tidak tahu bahwa Allah
memperhatikan segala tindak-tanduknya (14). Ketahuilah jika dia tidak mau menghentikan
kedurhakaannya, niscaya Kami akan tarik ubunubunnya (15 yaitu ubub-ubun orang yang
menentang dan durhaka(16 Biarkanlah dia memanggil kawan-kawan segolongan untuk
menolongnya (17) Sedangkan Kamipun akan memanggil malaikat zahaniyah (penjaga
neraka) (18) Jangan sekali-kali kau turut orang itu sujud dan mendekatlah kepada-Ku (19)

A. Pewahyuan Al-Qur'an
Sudah dibicarakan di atas bahwa Al-Qur'an adalah kalamullahafirman Allah. Persoalan
sekarang, mengapa atau apa alasannya, Allah menurunkan Al-Qur'an itu ke bumi ini
Bukankah sebelumnya Allah sudah menurunkan kitab-kitab suci kepada nabi-nabi tahulu!
Begitu juga mengapa Al-Qur'an justru diturunkan kepada Nabi Muhammad bin Abdillah bin
Abdul Muthalib bin Hasyim dani suku Arab Quraisy di Mekah, dan mengapa bukan kepada
orang lain dan di tempat lain. Pertanyaan berikutnya, bagaimana cara Al Quran itu
diwahyukan atau diturunkan. Untuk bisa menjawabnya perlu dilihat dulu keadaan kehidupan
manusia sekitar abad ke-5 dan ke-6 Masehi, terutama kehidupan di Timur Tengah.

13
B. AlasanPewahyuan
Pada waktu Al-Qur'an diturunkan di dunia ini sudah terdapat banyak agama dan kitab
keagamaan yang dianggap suci oleh para pengikutnya. Di tanah Arab banyak orang yang
percaya kepada Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru. Banyak orang Arab yang
menjadi Kristen atau condong ke agama Kristen. Di antara mereka ada juga yang memeluk
agama Yahudi. Penganut agama Yahudi banyak terdapat di kota Madinah. Salah seorang di
antaranya adalah: Ka'ab bin Asyraf, seorang kepala suku di Madinah, yang kemudian han
masuk Islam. Di Mekah sendiri disamping budak-budak yang beragama Kristen banyak juga
orang Mekah yang condong kepada agama Kristen. Salah seorang diantara mereka adalah
Waraqah bin Naufal, paman dari Siti Khadijah istri pertama Nabi Muhammad s.a.w. la
paham bahasa Ibrani, dan telah menerjemahkan kitab Injil dan bahasa Ibrani ke dalam bahasa
Arab.Di sebelah timur jazirah Arab hiduplah orang Persia yang juga mempercayai seorang
nabi dan sebuah kitab yang dianggap suci yaitu kitab ZendAVesta. Meskipun kitab ini telah
banyak mengalami perubahan oleh tangan manusia tetapi kitab ini masih dianggap suci oleh
ratusan ribu pengikutnya dan didukung oleh suatu negara yang kuat, yakni kerajaan Persia.
Sementara itu di sebelah timur lagi, yaitu di India, kitab Weda dipandang sebagai kitab suci
sejak beribu tahun sebelumnya. Di India ada juga kitab Gita dari Shri Krisna dan ajaran
Budha. Lalu, di Tiongkok ada agama Kong Hu Cu yang menguasai negeri itu, tetapi
kemudian pengaruh agama Budha semakin kuat di negeri itu.
Dengan adanya kitab-kitab yang dianggap suci oleh para pengikutnya serta ajaran-
ajarannya itu, apakah dunia masih memerlukan kitab suci yang lain? Jawabannya adalah
"Ya". Mengapa atau apa alasannya? Alasannya adalah:
Pertama, Nabi Isa as diutus untuk kaum tertentu, yaitu Bani Israil, seperti disebutlan oleh Al-
Qur'an ayat 49 surah Ali Imran (3), yang berbunyi:
"Dan (sebagai) Rasul kep Bani Israil"
Dalam Injil Matius XV: 21, 26 dapat dibaca antara lain: "Maka jawab Yesus: Tidaklah aku
disuruhkan kepada yang lain, hanya kepada segala domba yang sesat dari antara Bani Israil"

Kedua, kitab Weda adalah kitab untuk suatu golongan saja. Diantara pengikut Weda,
maka membaca kitab Weda itu menjadi hak yang khusus bagi kasta yang tinggi saja, tidak
untuk kasta yang lain Agama Kong Hu Cu dan agama Zarathustra (di Persia) adalah agama
nasional bangsa itu. Kedua agama itu tidak berusaha untuk mengajarkan ajaran-ajarannya ke
seluruh dunia. Juga mereka tidak berusaha mengembangkannya ke wilayah yang lebih luas.
Orang Hindu menganggap negeri India sebagai negeri pilihan dari Tuhannya. Begitu juga
agama Kong Hu Cu menganggap negeri Tiongkok satu-satunya kerajaan Tuhan.
Keterangan pada alasan pertama dan kedua dapat disimpulkan bahwa tuhan itu
banyak karena setiap agama mengakui punya tuhan sendiri. Ini bertentangan dengan
kenyataan bahwa alam yang satu ini tentu hanya dikuasai oleh Tuhan Yang Esa, bukan tuhan
yang banyak itu.Ketiga, dunia kini telah maju. Kita tidak perlu berusaha untuk membuktikan
bahwa kalau dunia ini ada yang ciptakan, tentu Sang Pencipta itu adalah Yang Maha Kuasa.

14
C. Pengertian Ulumul Qur'an dan Objek Pembahasannya
Ulumul Qur'an terdiri atas dua kata: 'Ulum dan Al-Qur'an "Ulum (pl) adalah jamak
(plural) dari kata tunggal (mufrad) ilm (s), yang secara harfiah berarti ilmu. Sedangkan Al-
Qur'an adalah nama bagi kitab Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw
Dengan demikian, maka secara harfiah kata 'UlumulQur'an dapat diartikan sebagai ilmu-ilmu
Al-Qur'an atau ilmu-ilmu yang membahas Al-Qur'an.
Penggunaan kata jamak pada 'UlumulQur'an, tidak kata mufrad yakni ilmul Qur'an,
karena istilah ini tidak ditujukan kepada satu (cabang) ilmu pengetahuan yang bertalian
dengan Al-Qur'an, akan tetapi mencakup semua ilmu yang mengabdi kepada Al-Qur'an atau
memiliki sandaran (rujukan)kepada Al-Qur'an Adapun yang dimaksud dengan 'Ulumul
Qur'an dalam terminologi para ahli ilmu-ilmu Al-Qur'an seperti diformulasikan Muhammad
Ali al-Shabuni adalah sebagai berikut:
‫يقصدبعلومالقرآناألعاثالتيتتعلقبهذاالكتابالمحيدالخالدمنحيثالترول‬،

‫والترتيبوالتدوينومعرفةاسبابالنزولوالمكيوالمنسوحوالمحكموالمتشابهوغيرذلكمناألبحاثالكثيرةالت‬،‫والمدنيومعرفةالناسخوالجمع‬
‫يتتعلقبالقرآنالعظيماولهاصلةبه‬
Yang dimaksud dengan 'UlumulQur'an salah rangkaian pembahasan yang berhubungan
dengan Al-Qur'an yang agung lagi kekal, baik dari segi (proses) penurunan dan pengumpulan
serta tertib urutan-urutan dan pembukuannya, maupun dari sisi pengetahuan tentang sebab
nuzul, makiyyah-madaniyyahnya, nasikh-mansukknya, muhkammutasyabihnya, dan berbagai
pembahasan lain yang berkenaan dengan Al Qur'an atau yang berhubungan dengan Al-
Qur'an"

Dari definisi 'ulumulQur'an di atas, dapat dipahami bahwa yang menjadi objek utama
dari kajian ulumulQur'an adalah Al-Qur'an itu sendiri dari berbagai aspeknya. Dan dari
batasan di atas, dapat pula disimpulkan bahwa betapa luas ruang lingkup cakupan ilmu-ilmu
Al-Qur'an. Sebab, studi tentang Al-Qur'an dari sisinya yang mana pun, termasuk ke dalam
lingkungan objek ilmu-ilmu Al-Qur'an. Karenanya maka mudah dipahami jika ulumulQur'an
memiliki sejumlah cabang dan ranting ilmu yang sangat banyak, seperti ilmu tadwin
(pembukuan) Al-Qur'an, ilmu qira'at (bacaan), ilmu asbabmuzul (sebab-sebab turun), ilmu
munasabah (ilmu tentang korelasi surat, ayat dan atau lainnya tentang Al-Qur'an), ilmu tafsir,
dan lain-lain yang terlalu banyak untuk disebutkan satu per satu.
Hanya saja, satu hal penting yang layak dicatat seperti diingatkan alZarqani, bahwa
Al-Qur'anal-karim adalah kitab hidayah dan mukjizat. Dari kedua sisi inilah Al-Qur'an
diturunkan, mengenai kedua persoalan itu pula pembicaraan yang ada di dalamnya, dan di
atas dasar keduanya itu juga Al-Qur'an memberikan petunjuk. Maka, setiap ilmu pengetahuan
yang bersentuhan dengan Al-Qur'an dari segi kequr'anannya, atau berhubungan dengan segi
kehidayahan dan kemukjizatannya, semuanya merupakan bagian tak terpisahkan dari
'ulumulQur'an. Ilmu-ilmu inilah yang memang lahir dan berkembang dari ilmu-ilmu diniyyah
(keagamaan) dan ilmu-ilmu bahasa Arab.

15
Adapun tentang ilmu-ilmu kealaman (science), seperti ilmu pengetahuan alam dan ilmu-ilmu
lain yang melulu bertalian dengan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) semisal
matematika, kimia, astronomi, teknik, ilmu-ilmu ekonomi dan sosial kemasyarakatan yang
lain, tampaknya kurang pada tempatnya untuk digolongkan ke dalam ilmu-ilmu Al-Qur'an.
Meskipun secara tekstual dan faktual semuanya disinggung dalam Al-Qur'an. Demikian kata
al-Zarqani. Sebab seperti dinyatakan Al-Qur'an sendiri, tujuan utama dan pertama dari
penurunan Al-Qur'an memang sebagai kitab hidayah (buku petunjuk hidup) bagi umat
manusia umumnya dan orang-orang mukmin khususnya.
‫ الميةذلكالكتبالريبفيههدىللمتقين‬-
Alif Lam Mim. Itulah al-Kitab (Al-Qur'an) yang (sama sekali tidak ada keraguan di dalamnya
bagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. (QS Al-Baqarah [2]:1-2)
‫شهررمضانالذيأنزلفيهالقرءانهدىللناسوبيستمنالهدىوالفرقان‬
Bulan Ramadhan, yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an, sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan dari sebagian petunjuk itu serta pembeda (antara
yang hak dan yang baril) (QS Al-Baqarah [2]:185)
‫ وإنهلهدىورحمةللمؤمنين‬-
Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang
orang yang beriman (QS Al-Naml [27]:77) Masih banyak lagi ayat-ayat lain yang sendiri-
sendiri maupun kolektif, menegaskan fungsi Al-Qur'an sebagai hudan (petunjuk, pedoman)
bagi orang orang beriman atau semua manusia pada umumnya.
D. Tujuan dan Kegunaan Mempelajari 'Ulumul Qur'an
Tujuan mempelajari ilmu-ilmu Al-Qur'an, pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam dua
macam: yakni tujuan internal dan eksternal. Tujuan internal. seperti dikemukakan
Muhammad Ali al-Shabuni ialah untuk memahami Kalam Allah Azza waJalla (Al-Qur'an),
menurut tuntunan yang dipetik dari Rasulullah Saw berupa keterangan dan penjelasan, serta
hal-hal yang dinukilkan dari para sahabat dan tabi'in sekitar penafsiran mereka terhadap ayat-
ayat Al-Qur'an. mengenali cara-cara mufassirin berikut kepiawaian mereka dalam bidang
tafsir serta persyaratan-persyaratan mufassir dan lain-lain yang bertalian dengan
Ilmu-ilmu ini. Adapun tujuan yang bersifat eksternal ialah untuk membentengi kaum
muslimin dari kemungkinan usaha-usaha pengaburan Al-Qur'an yang dilakukan oleh orang-
orang yang tidak mengimani atau bahkan memusuhi Al-Qur'an Dengan UlumulQur'an, kaum
muslimin bisa memahami kitabsucinya, dan dengan 'UlumulQur'an pula mereka mampu
mempertahankan keaslian dan keabadian kitab sucinya.Di atas kedua tujuan yang baru
disebutkan, sesungguhnya masih ada tujuan yang paling urgen dari mempelajari
'UlumulQur'an, yaitu untuk dijadikan sarana memahami dan menggali ilmu-ilmu yang ada
dalam Al-Qur'an yang tidak pernah mengurang apalagi mengering itu.
Berdasarkan tujuan dari mempelajari ilmu-ilmu Al-Qur'an di atas, jelaslah kiranya bahwa
betapa urgen kegunaan 'UlumulQur'an bagi kaum muslimin yang mempelajarinya. Bahkan
juga bagi mereka yang tidak mempelajarinya secara spesifik. Dan karenanya, maka cukup
alasan jika para ulama berketetapan bahwa hukum mempelajari 'UlumulQur'an adalah fardhu
kifayah (kewajiban kolektif). Bahkan, untuk individu-individu tertentu seperti dosen
16
"UlumulQur'an, para mufassir dan juru dakwah Islamiah hukumnya menjadi wajib (fardhu)
ain.
E. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan UlumulQur'an
Al-Qur'an menegaskan bahwa penerima wahyu Al-Qur'an adalah Nabi Muhammad Saw.
Lebih dari itu, Muhammad-lah yang oleh Allah Swt. diberi otoritas untuk menerangkan
(menafsirkan) Al-Qur'an. Karenanya, mudah dimengerti jika orang yang mendapat gelar al-
mufassiral-awwal (mufassir Al Qur'an yang pertama) adalah Nabi Muhammad Saw.
Beberapa ayat di bawah ini, mengingatkan status kemufassiran Nabi Muhammad Saw
dimaksud:
‫منربكوإنلمتفعلفمابلغترسالتهواللههبأنالرسولبلغماأنزإلليك‬
‫ يعصمكمنالناسإناللهاليهديالقومالكفرين‬-
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat Nya Allah
akan memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang kafir (QS Al-Maidah [5]:67)
‫بالبيتوالزبروأمرناإليكالذكرالشينللناسمانزإلليهمولعلهميتفكرون‬
Dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan
kepadamu Al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah
diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. (QS Al-Nahl [16]:44)
B.Urgensi Mempelajari 'UlumulQur'an
Mempelajari 'UlumulQur'an dipastikan merupakan suatu usaha y sangat penting dan terpuji
bagi siapa saja yang berkeinginan dan terutama yang berkemauan untuk membedah lebih
jauh isi kandungan Al-Qur'an.
'Ulum Qur'an ibarat perangkat ilmu kedokteran secara umum yang harus dimiliki
olehsemua dan setiap dokter baik itu dokter umum dan lebih-lebih dokter spesialis.Tanpa
ilmu kedokteran umum, seorang dokter bedah misalnya mustahil bisamelakukan operasi
terhadap pasiennya. Demikian pula seorang mufassirAl-Qur'an yang mustahil bisa
menafsirkan Al-Qur'an apalagi membedahnyasecara luas dan detail tanpa mengenali atau
tepatnya menguasai lebih jauhilmu-ilmu Al-Qur'an yang bersifat umum dan meluas itu.
Sebab, ilmu tafsirsendiri meskipun bisa dijuluki sebagai roh ulumulQur'an, tetap saja
memilikiketergantungan dengan ilmu-ilmu Al-Qur'an yang lainnya.
Seperti disinggung ketika membahas tentang tujuan dan kegunaan mempelajari
'ulumulQur'an, urgensi 'ulumulQur'an akan dirasakan manfaat dan dampak positifnya di saat-
saat kita menafsirkan ayat demi ayat Al-Qur'an dengan bantuan 'ulumulQur'an. Ruang
lingkup 'ulumulQur'an yang nyaris tidak terbatas, itu akan memudahkan siapa pun dalam
membedah Al-Qur'an dari berbagai aspeknya. Satu hal yang layak untuk diingatkan di sini
ialah bahwa yang dimaksud dengan 'ulumulQur'an tidak sebatas apalagi dibatasi dengan
ilmu-ilmu yang bersifat keislaman semata; akan tetapi, juga meliputi bidang-bidang sains dan
teknologi yang juga sangat membantu memahami maksud Al-Qur'an.

17
Perkembangan sains dan teknologi yang sedemikain pesat, dalam banyak hal sangat
membantu dan mempermudah untuk memahami isi kandungan Al-Qur'an yang terkait
dengan ayat-ayat kauniah dan lainnya. Berbagai aliran tafsir termasuk tafsir bi-al-ra'yi (bi-al-
dirayah) yang di masa-masa lalu masih sering dikritik atau malahan dilarang sebagian
mufassir, dewasa ini nyaris tidak dapat dicegah mengingat perkembangan zaman sudah
sedemikian maju. Dengan tetap diimbangi dengan tafsir bi-al-riwayah, keberadaan tafsir bi-
al-rayi yang mengandalkan keunggulan bahasa Al-Qur'an dalam banyak kasus justru
memberikan kekuatannya sendiri dalam menafsirkan Al-Qur'an yang bersifat kontemporari
Sebagai ilustrasi, banyak atau paling sedikit ada beberapa mufassir yang penafsirannya kini
dirasakan kurang/tidak tepat lagi.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-Qur'an adalah kalamullah, firman Allah, atau perkataan Allah, yang tentu saja
tidak sama dengan perkataan manusia. Membacanya pun tidak boleh sembarangan baca. Si
pembaca harus berada dalam keadaan bersuci, berpakaian yang rapi bersih, dan di tempat
yang bersih. Membaca Al-Qur'an merupakan salah satu bentuk ibadah yang mendapat pahala,
apalagi bila dibaca dengan tartil, yaitu dengan suara merdu, tertib, dan menurut hukum
bacaan yang disebut tajwid.

B. Saran
Demikianlah tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan harapan kami dengan
adanya tulisan ini bisa menjadikan kita untuk lebih menyadari bahwa agama islam memiliki
khasanah keilmuan yant sangat dalam untuk mengembangkan potensi yang ada di alam ini
dan merupakan langkah awal untuk membuka cakrawala keilmuan kita, agar kita menjadi
seorang muslim yang bijak sekaligus intelek] Serta dengan harapan dapat bermanfaat dan
bisa difahami oleh para pembaca

C. DAFTAR PUSTAKA

‘Abd al-Aziz, Amir. Dirasah fi‘Ulu>m al-Qur’an. Beirut: Dar

al-Furqa>n, 1983.al-Sabab wa al-Ushuliyyun. t.t.p. Lajnat al-Buhuts wa alTa’lif wa al-


Tarjamah wa al-Nasyr, 1980.

‘Abduh, Muh}ammad. Risalat al-Tauhid. Beirut: Dar al-Syuruq,

1994.

-----. Tafsi>r Juz ‘Amma. Kairo: Dar al-Hilal, 1968.

‘Abd al-Qa>dir, Muh}ammad Thahir. Mas’alat al-Takhshish al-

‘Am bi al-Sabab. t.t.p.: Jami‘at Umm al-Qur’an, 1983.

-----. Tarikh al-Qur’an. Mesir: Mushthafa al-Babi al-Halabi,

1953.

19
Abdul Wahid, Romli. Ulumul Qur’an. Jakarta: Rajawali, 1994.

al-A‘dhami, Muh}ammad Mushthafa. Kuttab al-Nabiy Shalla Allah

‘alaihi wa Sallama. Beirut: Makatabat al-Islami, 1401 H. Karya Buku


Prof.Dr.Drs.H.Muhamad amiin Suma,B,A,,S,H,,M,A,M,M Al-Qur'an al-Karim

Abd al-Baqi, Muhammad Fuad, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfadz Al-Qur'an al-Karim, Beirut-
Lubnan: Dar al-Fikr, 1407 H/1987 M.

Amin, Ahmad, Fajr al-Islam, al-Qahirah-Mishr: Maktabah al-Nahdlah al

Mishriyyah, 1975.

Anis, Ibrahim, et.al., al-Mu'jam al-Wasith, Surabaya-Indonesia: Angkasa, 1989. Attas, al.
Syed Muhammad al-Naquib, Konsep Pendidikan dalam Islam: Suatu Rangka Pikir
Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Mizan, 1992

Bachaarach, Jere L, A Middle East Studies Hanbook. London: University of Washington


Pess, 1974.

Baiquni, Achmad, Al-Qur'an, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta: Dana Bhakti Wakaf,
1994 llantani, al-Nawawi, Marah-Labid Tafsir al-Nawawi, Indunisiya Dar Ihya' al

Kutub al-Islamiyyah, Lt.

Bashni, al, Abi al-Hasan Ali bin Muhammad bin Habih al-Mawardi, al-Nukat wu

20
al-Uyun Tafsir al-Mawardi, Beirut-Lubnan: Dar al-Kutub al-Islamiyyah, t.t. Departemen
Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemahnya. 1984-1985 Dzahabi, al,
Muhammad Husain, al-Tafsir wa al-Mufanirum, t.t., tp. 1396

H/1976 M.

wan

21

Anda mungkin juga menyukai