Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Kajian Teknologi Produksi Biogas Dari Sampah Basah Rumah Tangga

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Natural Science: Journal of Science and Technology
Online Jurnal of Natural Science, Vol. 2 (1): 25-34 ISSN: 2338-0950
Maret 2013

Kajian Teknologi Produksi Biogas Dari Sampah Basah Rumah Tangga

)
Mujahidah1) , Mappiratu2) ,Rismawaty Sikanna3
1)
Alumni Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Universitas Tadulako
2)
Lab Penelitian Fakultas MIPA, Universitas Tadulako
3)
Lab Kimia Analitik Fakultas MIPA, Universitas Tadulako

ABSTRACT
The investigation about study the biogas production Technology from
household waste has been done. This research aims to determine the starter
concentration, water and household waste ratio to produc highest biogas, and
also to find the fermentation time produce biogas with hight rendement. It
was reache by applying 5 levels of cow dung starter concentration and 5
levels of water and household waste ratio i.e 0%, 6,25%, 12,5%, 18,75% and
25% and 1:2, 1:2,5, 1:3, 1:3,5 and 1:4 (b/v) respectively. The fermentation
time was 3 days. The result showed that the higher cow dung concentration
the lower biogas production. The highis biogas production (971,4 mg/L) was
found with 6,25% of the starter. The increasing water and household waste
ratio would decreased biogas production, and the using of 1:3,5 and 1:4 didn’t
produce any biogas. The highest biogas production was found with 1:2 of
water/household ratio i.e (631.29 mg/L). the fermentation time which produce
the highest biogas rendement was found with 1 day of fermentation time.

Keywords : Biogas, Starter cow manure, Household waste..

ABSTRAK
Penelitian tentang kajian teknologi produksi biogas dari sampah basah
rumah tangga telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
konsentrasi starter kotoran sapi dan rasio air terhadap sampah rumah tangga
yang menghasilkan biogas tertinggi, serta berapa waktu fermentasi yang
menghasilkan biogas dengan rendemen tertinggi. Pencapaian tujuan
diterapkan perlakuan pengaruh konsentrasi starter kotoran sapi yang terdiri
atas 5 tingkatan masing-masing 0%, 6,25%, 12,5%, 18,75% dan 25%, serta
pengaruh rasio sampah rumah tangga terhadap air yang terdiri atas 5
tingkatan rasio masing-masing 1:2, 1:2,5, 1:3, 1:3,5 dan 1:4 atas dasar
berat/volume (b/v) dengan waktu fermentasi selama 3 hari. Hasil yang
diperoleh menunjukkan peningkatan konsentrasi starter kotoran sapi
menurunkan produksi biogas dengan produksi tertinggi (971,4 mg/L) terdapat
pada penggunaan 6,25% starter. Peningkatan rasio air terhadap sampah rumah
tangga menurunkan produksi biogas dan pada panggunaan rasio 1:3,5 dan 1:4
tidak menghasilkan biogas. Produksi biogas tertinggi (631,29 mg/L)
ditemukan pada penggunaan rasio air/sampah rumah tangga 1:2 atas dasar
berat/volume (b/v). Pada hasil juga menunjukkan waktu fermentasi yang
menghasilkan rendemen biogas tertinggi tercepat diperoleh pada waktu
fermentasi satu hari.
Online Jurnal of Natural Science, Vol. 2 (1): 25-34 ISSN: 2338-0950
Maret 2013

Kata Kunci :Biogas, Starter, Sampah basah

I. LATAR BELAKANG sampah per hari yang tidak sebanding dengan

Sampah merupakan bahan yang kapasitas penanganan sampah, akibatnya

dibuang dari sumber aktivitas manusia terdapat problem pembusukan lanjut yang

maupun proses alam yang belum memiliki menghasilkan cemaran bau, cemaran air tanah,

nilai ekonomi (aspek lingkungan). Sampah bahaya longsor, serta sumber penyakit.

dibedakan atas dua jenis yakni sampah basah Cemaran bau menimbulkan dampak ketidak

dan sampah kering. Sampah basah adalah nyamanan penduduk. Hal ini telah dialami

sampah yang dapat diuraikan oleh oleh penduduk kota Palu yang kotanya masih

mikroorganisme, sedangkan sampah kering tergolong kota kecil, oleh karena itu perlu

adalah sampah yang tidak dapat diuraikan oleh adanya upaya lain yang mempunyai peluang

mikroorganisme (Mappiratu, 2011). mencegah penumpukan sampah (Darmadji ,

Sampah termasuk salah satu pencemar 2000).

yang sangat potensial dan menimbulkan Salah satu teknologi penanggulangan

problem di semua daerah. Sampah merupakan sampah dan sumber energi alternatif yang

sisa atau limbah yang berasal dari kegiatan besar peluangnya untuk dikembangkan

industri, pasar , rumah tangga , hotel , stasiun pemanfaatannya di Indonesia adalah energi

dan terminal serta rumah sakit dan biogas. Gas ini berasal dari berbagai macam

perkantoran. Hasil survey tentang kontribusi sampah organik seperti sampah biomassa,

kegiatan terhadap sampah menunjukkan 73 % kotoran manusia dan kotoran hewan yang

sampah berasal dari rumah tangga (sampah dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui

rumah tangga), 14 % dari hotel (sampah proses fermentasi bahan-bahan organik oleh

hotel), 5 % dari pasar (sampah pasar), dan 8% bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam

lainnya berasal dari terminal, rumah sakit, kondisi tanpa udara). Pembuatan biogas dari

rumah makan, serta kantor (Kompas, 2008). kotoran hewan, khususnya sapi ini berpotensi

Hingga saat ini, sampah telah ditangani sebagai energi alternatif yang ramah

melalui penerapan teknologi sederhana hingga lingkungan, karena selain dapat memanfaatkan

teknologi canggih yaitu, dari penimbunan limbah ternak, sisa dari pembuatan biogas

tanah, pengomposan, pembakaran sampai ke yang berupa bubur dapat dimanfaatkan sebagai

incinerator. Akan tetapi, cara-cara tersebut pupuk organik yang kaya akan unsur-unsur

belum membuahkan hasil yang memuaskan. yang dibutuhkan oleh tanaman (Sufyandi. ,

Hal tersebut disebabkan oleh besarnya volume 2001 dalam Herlina 2010).

Kajian Teknologi Produksi Biogas Dari Sampah Basah Rumah Tangga (Mujahidah, et.al.)

26
Online Jurnal of Natural Science, Vol. 2 (1): 25-34 ISSN: 2338-0950
Maret 2013

Selama ini pemanfaatan kotoran sapi hanya CH4 yang dimanfaatkan sebagai bahan
masih belum optimal. Biasanya hanya bakar (Said, 2008).
digunakan sebagai pupuk kandang atau bahkan Biogas sebagian besar mengandung gas
hanya ditimbun sehingga dapat menimbulkan metana (CH4) dan karbondioksida (CO2), dan
masalah lingkungan. Dengan kata lain, beberapa kandungan gas yang jumlahnya kecil
kotoran sapi dapat dijadikan bahan baku untuk diantaranya hidrogen (H2), hidrogen sulfida
menghasilkan energi terbarukan (renewable) (H2S), amonia (NH3) serta nitrogen (N) yang
dalam bentuk biogas. Permasalahannya adalah kandungannya sangat kecil. Energi yang
masyarakat belum mampu memanfaatkan terkandung dalam biogas tergantung dari
limbah kotoran sapi sebagai penghasil energi konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi
alternatif pengganti kayu dan BBM, karena kandungan metana maka semakin besar
kegiatan sehari-hari mereka sangat tergantung kandungan energi (nilai kalor) pada biogas,
pada BBM dan kayu, baik untuk memasak dan sebaliknya semakin kecil kandungan
maupun penerangan. Hal ini sangat berdampak metana (CH4) semakin kecil nilai kalor
terhadap pendapatan dari masyarakat desa (Murjito, 2008).
(peternak) itu sendiri. Atas dasar masalah
inilah, penelitian ini dilakukan. II. BAHAN DAN METODE
PENELITIAN
Biogas pada hakikatnya telah lama
dikenal oleh masyarakat indonesia terutama Bahan utama dalam penelitian ini
masyarakat yang ada di pulau jawa. Biogas adalah sampah basah yang diambil dari
yang telah dikenal tersebut diolah dari kotoran pasar manonda palu. Penelitian ini
hewan terutama kotoran sapi dalam keadaan dilakukan dalam beberapa tahapan,
kedap udara. Secara ilmiah, biogas yang meliputi:
dihasilkan dari sampah organik adalah gas
yang mudah terbakar (flammable). Gas ini 1. Tahap persiapan fermentor
dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan
organik oleh bakteri anaerob (bakteri yang Pada tahap ini disiapkan galon air
mineral dengan jumlah sesuai perlakuan,
hidup dalam kondisi tanpa udara).
kemudian disumbat dengan prop karet yang
Umumnya, semua jenis bahan organik bisa
terpasang pipa kaca. Selang plastic yang
diproses untuk menghasilkan biogas. Tetapi
terpasang balon plastic penampung gas
hanya bahan organik homogen, baik padat
dipasang pada pipa kaca seperti terlihat pada
maupun cair yang cocok untuk sistem biogas
Gambar 1.
sederhana. Bila sampah-sampah organik
tersebut membusuk, akan dihasilkan gas
metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Tapi,

Kajian Teknologi Produksi Biogas Dari Sampah Basah Rumah Tangga (Mujahidah, et.al.)

27
Online Jurnal of Natural Science, Vol. 2 (1): 25-34 ISSN: 2338-0950
Maret 2013

perbandingan 1:2 atas dasar berat per volume


(b/v), kemudian dihancurkan dengan blender.
Medium selanjutnya dimasukkan kedalam
fermentor, kemudian ditambah starter dengan
konsentrasi sesuai perlakuan (volume medium
+ starter 16 liter), selanjutnya diinkubasi pada
suhu ruang. Pengamatan terhadap berat biogas
yang dihasilkan dilakukan setiap hari hingga
tidak lagi terbentuk biogas. Rendemen biogas
Gambar 1 Rangkaian alat fermentasi (fermentor) yang terbentuk dinyatakan dalam satuan berat
Keterangan Gambar: per volume medium (mg/liter). Konsentrasi

1. Galon air mineral starter yang menghasilkan biogas dengan

2. Prop karet besar rendemen tertinggi diterapkan pada perlakuan

3. Pipa kaca selanjutnya yakni pengaruh rasio air terhadap

4. Selang plastik sampah basah rumah tangga.

5. Balon plastik
3. Tahap Penentuan Rasio Air Terhadap
2. Tahap Penentuan Konsentrasi Starter Sampah Basah Rumah Tangga
Kotoran Sapi
Untuk mendapatkan rasio air terhadap
Penentuan konsentrasi starter sampah basah rumah tangga yang
kotoran sapi, diterapkan perlakuan pengaruh menghasilkan biogas dengan rendemen tinggi,
konsentrasi starter dalam medium fermentasi diterapkan perlakuan pengaruh rasio sampah
yang terdiri atas lima tingkatan konsentrasi basah rumah tangga terhadap air dengan lima
masing-masing 0% (A), 6,25% (B), 12,5% tingkatan rasio, masing-masing 1:2 (A) , 1:2,5
(C), 18,75% (D), dan 25% (E). Setiap (B) ,1:3 (C), 1:3,5 (D) dan 1:4 (E) atas dasar
perlakuan diulang dua kali sehingga terdapat berat per volume (b/v). Setiap perlakuan
10 unit percobaan. Medium fermentasi yang diulang dua kali sehingga terdapat 10 unit
digunakan adalah sampah basah rumah tangga percobaan. Pengamatan terhadap berat biogas
yakni sisa makanan. Sampah basah rumah yang dihasilkan dilakukan setiap hari hingga
tangga yang diambil dari 10 rumah tangga tidak lagi terbentuk biogas. Rendemen biogas
dipilah antara sisa makanan dengan yang dinyatakan dalam satuan berat per volume
bukan sisa makanan, misalnya plastik, botol- medium (mg/liter).
botol, daun dan lain-lain yang bukan sisa
makanan. Medium dari sampah rumah tangga
selanjutnya dicampur dengan air dengan

Kajian Teknologi Produksi Biogas Dari Sampah Basah Rumah Tangga (Mujahidah, et.al.)

28
Online Jurnal of Natural Science, Vol. 2 (1): 25-34 ISSN: 2338-0950
Maret 2013

4. Uji Nyala sampah basah rumah tangga diperlukan


perlakuan tanpa menggunakan starter kotoran
Gas yang telah ditampung dalam balon
sapi. Dengan pola pikir tersebut, diterapkan
disulutkan pada sumber api. Uji positif
perlakuan pengaruh konsentrasi starter dengan
ditandai dengan nyala semakin besar dan tidak
5 tingkatan konsentrasi masing-masing 0%
padam, spesifikasi gas methan akan
(A), 6,25% (B), 12,5% (C), 18,75% (D), dan
memperlihatkan nyala api biru.
25% (E). Pengamatan dilakukan setiap hari
selama tiga hari.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan rendemen biogas
untuk hari pertama sampai hari ketiga
1. Konsentasi Starter Untuk Produksi (Gambar 4.1 Tabel Lampiran 5,6 dan 7)
Biogas Dari Sampah Basah Rumah
Tangga menunjukkan biogas tidak terbentuk pada bak
fermentor yang tidak mengandung starter
Starter yang digunakan dalam produksi
kotoran sapi hingga hari ketiga pengamatan.
biogas dari limbah rumah tangga (sisa
Keadaan tersebut memberikan indikasi bahwa
makanan) adalah kotoran sapi yang dicampur
sampah basah rumah tangga yang dijadikan
dengan air dengan perbandingan 1:1 atas dasar
sebagai medium fermentasi tidak mengandung
berat/volum (b/v). Penggunaan kotoran sapi
mikroba penghasil metana. Selain itu, hasil
sebagai starter didasarkan atas proses produksi
penelitian juga menunjukkan kotoran sapi
biogas dari kotoran sapi yang tidak
dapat dijadikan sebagai sumber mikroba untuk
menggunakan biakan mikroba atau starter
produksi biogas dari sampah basah rumah
maupun biang. Keadaan tersebut memberikan
tangga.
keterangan dalam kotoran sapi telah terdapat
mikroba yang berperanan dalam proses
produksi biogas. Penggunaan campuran air
terhadap kotoran sapi 1 : 1 juga didasarkan
atas kondisi fermentasi biogas dari kotoran
sapi yang produksinya mencapai optimal pada
penggunaan air/kotoran sapi 1 : 1 (Herlina
Dewi. M, 2010).
Kandungan mikroba sampah basah
Gambar 2. Hasil pengukuran rendemen biogas pada
rumah tangga berupa sisa makanan sangat
berbagai konsentrasi starter dengan
mungkin ada, akan tetapi mikroba yang waktu pengamatan 1 sampai 3 hari.
berperanan dalam produksi metana mungkin
ada dan mungkin pula tidak ada. Untuk Pada Gambar 2 memperlihatkan makin
mengatahui ada tidaknya kandungan mikroba banyak starter kotoran sapi yang digunakan

Kajian Teknologi Produksi Biogas Dari Sampah Basah Rumah Tangga (Mujahidah, et.al.)

29
Online Jurnal of Natural Science, Vol. 2 (1): 25-34 ISSN: 2338-0950
Maret 2013

semakin rendah rendemen biogas yang Produksi biogas untuk setiap


dihasilkan, kecuali pada hari pertama, dimana konsentrasi starter adalah jumlah rendemen
rendemen biogas yang terbentuk pada biogas yang dihasilkan dari setiap hari
konsentrasi 12,5 % (448,33 mg/liter) relative pengamatan. Hasil perhitungan (Gambar 3;
lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi dan Tabel Lampiran 8) menunjukkan produksi
6,25 %, yakni sebesar 435,42 mg/liter biogas pada konsentrasi starter 6,5 % relative
medium. Penurunan rendemen biogas yang tinggi, yakni sekitar 971,4 mg/liter, sekitar 1,5
dihasilkan pada peningkatan konsentrasi kali lebih besar dibandingkan dengan produksi
starter kotoran sapi diduga disebabkan karena biogas pada konsentrasi 25 % sebesar 610,61
pertumbuhan mikroba terhambat yang mg/liter.
berdampak terhadap produksi biogas yang
menurun. Faktor penyebab terjadinya
penghambatan pertumbuhan mikroba diduga
disebabkan karena jumlah nutrient yang tidak
seimbang dengan jumlah mikroba yang ada
serta konsentrasi padatan terlarut yang juga
tidak seimbang. Menurut Monet (2003) dalam
Andreas F. S (2012) kandungan protein,
mineral dan padatan terlarut medium sangat
berpengaruh terhadap produksi biogas. Gambar 3. Hasil pengukuran rendemen
Produksi biogas akan menurun jika padatan biogas total pada berbagai konsentrasi starter.
terlarutnya rendah. Demikian sebaliknya
produksi biogas akan menurun jika padatan Dari uji lanjut Duncan dengan uji BNJ
terlarutnya terlalu tinggi (Deublein et al., (Beda Nyata Jujur) taraf 5 % yang tersaji pada
2008). Lampiran 13, 14 dan 15, menunjukkan
Pada Gambar 4.1 juga teramati perbedaan tiap kelompok dapat dilihat dari
rendemen biogas menurun dengan nilai harmonic mean yang dihasilkan tiap
meningkatnya waktu inkubasi. Penurunan kelompok berada dalam kolom subset yang
rendemen biogas terhadap kenaikan waktu sama atau berbeda. Pada hasil uji
fermentasi memberikan indikasi bahwa menunjukkan perlakuan kelompok sampel
nutrient sebagai bahan baku biogas telah berada pada kolom subset yang berbeda. Hasil
mengalami penurunan akibat dari pengamatan rendemen biogas untuk hari
meningkatnya waktu fermentasi pada satu sisi, pertama sampai hari ketiga pada konsentrasi
dan pada sisi lain jumlah mikroba meningkat starter 0 % masuk ke dalam kolom 1 dan
dengan meningkatnya waktu fermentasi. konsentrasi starter 6,25 %; 12,5 %; 18,75 %

Kajian Teknologi Produksi Biogas Dari Sampah Basah Rumah Tangga (Mujahidah, et.al.)

30
Online Jurnal of Natural Science, Vol. 2 (1): 25-34 ISSN: 2338-0950
Maret 2013

dan 25 % masuk dalam kolom 2. Untuk inkubasi 24 jam) hanya rasio sampah/air 1 : 2
perlakuan yang terdapat pada kolom yang (b/v) yang menghasilkan biogas dengan
berbeda mengidentifikasikan perbedaan yang rendemen 240,06 mg/liter, sedangkan rasio
signifikan, dan perlakuan yang terdapat pada sampah/air lainnya tidak menghasilkan biogas.
kolom yang sama mengidentifikasikan Pada hari kedua, biogas telah terbentuk pada
perbedaan yang tidak signifikan atau berbeda rasio sampah/air 1 : 2,5 dan pada rasio
tidak nyata. Starter 0% memberikan pengaruh sampah/air 1 : 3 masing-masing sebesar
yang nyata terhadap starter 6,25 %; 12,5 %; 239,58 mg/liter dan 211,23 mg/liter,
18,75 % dan 25 %. sedangkan pada penggunaan rasio sampah/air
2. Rasio Air Terhadap Sampah Basah 1 : 3,5 dan 1: 4 belum terbentuk biogas. Pada
Rumah Tangga pada Produksi Biogas
hari ketiga, perlakuan yang menghasilkan
biogas hanya penggunaan rasio sampah
Hasil penelitian tahap pertama
terhadap air 1 : 2 dengan rendemen yang
menunjukkan konsentrasi starter kotoran sapi
menurun terhadap peningkatan waktu inkubasi
berpengaruh terhadap produksi biogas dengan
atau waktu pengamatan, sedangkan perlakuan
konsentrasi terbaik terdapat pada 6,25 % dan
lainnya tidak menghasilkan biogas. Keadaan
konsentrasi terburuk ditemukan pada
tersebut memberikan keterangan pengenceran
konsentrasi 0 %. Dengan mengacu pada
menurunkan rendemen biogas yang terbentuk.
temuan tersebut, terdapat praduga produksi
Hal tersebut diduga disebabkan oleh
biogas dari sampah basah rumah tangga juga
konsentrasi nutrien yang menurun dengan
dipengaruhi oleh rasio sampah terhadap air
meningkatnya penggunaan air dalam medium
atau konsentrasi sampah basah rumah tangga
fermentasi. Praduga tersebut didukung oleh
dalam medium fermentasi. Untuk
pernyataan Weda dkk. (2010) dalam Lutfianto
membuktikan praduga tersebut diterapkan
(2012) yang berpendapat produksi biogas
perlakuan pengaruh rasio sampah/air dengan
akan menurun dengan menurunnya kandungan
lima tingkatan rasio, masing-masing 1:2, 1:2,5
nutrient medium serta kandungan padatan
,1:3, 1:3,5 dan 1;4 (sampah:air). Perlakuan
terlarut medium fermentasi.
tersebut bertujuan untuk mengetahui rendemen
biogas yang terbentuk jika konsentrasi sampah
basah rumah tangga diturunkan atau
diperkecil.
Hasil pengukuran rendemen biogas
yang terbentuk pada penggunaan berbagai
rasio sampah terhadap air (Gambar 4.3; dan
Tabel Lampiran 9, 10, dan 11) menunjukkan Gambar 4. Hasil pengukuran rendemen
pada hari pertama inkubasi (pada waktu biogas pada berbagai rasio

Kajian Teknologi Produksi Biogas Dari Sampah Basah Rumah Tangga (Mujahidah, et.al.)

31
Online Jurnal of Natural Science, Vol. 2 (1): 25-34 ISSN: 2338-0950
Maret 2013

sampah/air dengan waktu


pengamatan satu sampai tiga
hari.

Produksi biogas untuk setiap


penggunaan rasio sampah terhadap air adalah
jumlah keseluruhan produksi. Untuk
mengetahui produksi biogas relativ terhadap
rasio sampah/air dilakukan perhitungan total
rendemen biogas selama tiga hari inkubasi.
Hasil yang diperoleh (Gambar 4; dan Tabel Gambar 5. Hasil pengukuran rendemen biogas total
pada berbagai rasio sampah/air
Lampiran 12) menunjukkan rendemen
produksi biogas pada rasio sampah/air 1:2
Dari uji lanjut Duncan dengan uji BNJ
mencapai 631,29 mg/liter, sekitar dua kali
(Beda Nyata Jujur) taraf 5 % yang tersaji pada
rendemen produksi biogas pada penggunaan
Lampiran 15, 16 dan 17, menunjukkan
rasio sampah/air 1:2,5 dan sekitar tiga kali
perbedaan tiap kelompok dapat dilihat dari
rendemen biogas pada penggunaan rasio
nilai harmonic mean yang dihasilkan tiap
sampah/air 1:3 atas dasar berat per volum
kelompok berada dalam kolom subset yang
(b/v).
sama atau berbeda. Pada hasil uji
Penurunan produksi biogas pada
menunjukkan perlakuan kelompok sampel
penggunaan rasio sampah/air yang meningkat
berada pada kolom subset yang berbeda. Hasil
atau pada penggunaan air yang meningkat
pengamatan rendemen biogas untuk hari
diduga disebabkan karena penurunan
pertama sampai hari ketiga pada rasio air
konsentrasi nutrient atau bahan baku
terhadap sampah, dimana rasio 1:2,5, 1:3,
pembentuk biogas seperti karbohidrat, lipida
1:3,5 dan 1:4 masuk ke dalam kolom 1 dan
dan protein, bahkan juga mungkin vitamin dan
rasio 1:2 masuk dalam kolom 2. Untuk
mineral. Selain itu, penurunan rendemen
perlakuan yang terdapat pada kolom yang
produksi biogas juga mungkin disebabkan
berbeda mengidentifikasikan perbedaan yang
karena penurunan padatan terlarut medium.
signifikan, dan perlakuan yang terdapat pada
kolom yang sama mengidentifikasikan
perbedaan yang tidak signifikan atau berbeda
tidak nyata. Penggunan rasio 1:2 memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap rasio
1:2,5, 1:3, 1:3,5 dan 1:4.
Untuk mengetahui apakah gas yang
terbentuk mengandung gas metan, dilakukan

Kajian Teknologi Produksi Biogas Dari Sampah Basah Rumah Tangga (Mujahidah, et.al.)

32
Online Jurnal of Natural Science, Vol. 2 (1): 25-34 ISSN: 2338-0950
Maret 2013

uji nyala. Hasil yang diperoleh menunjukkan Darmaji, P. 2000.Perancangan Pengolahan


gas yang dihasilkan mengandung gas metan Sampah Kota Berwawasan Lingkungan
sebab nyala yang ditimbulkan berwarna biru Berbasis Teknologi Asap Cair. Agritech
dengan nyala yang cukup besar. Pada 25 (4) 200-204.
umumnya apabila gas metana ini dibakar maka Dinas Kebersihan dan Pertamanan Propinsi.
akan berwarna biru dan menghasilkan banyak 2004. Sulawesi Tengah. Palu
energi panas ( Pambudi, 2008 dalam Lutfianto Dewi, M. H, I. Muchlis, L. Nur’aini dan M.
2012). Rizky. 2012. Pembuatan Biodegester
Dengan Uji Coba Kotoran Sapi Sebagai
KESIMPULAN Bahan Baku. Universitas Sebelas Maret.
1. Konsentrasi starter kotoran sapi dalam Surakarta
medium sampah basah rumah tangga yang Felix S, A, P. Salim, dan D. Ikhsan. 2012.
menghasilkan biogas dengan rendemen Pembuatan Biogas dari Sampah
tertinggi (971,4 mg/liter) adalah 6,25 % Sayuran. Jurnal Teknologi Kimia dan
2. Rasio sampah/air yang menghasilkan Industri. 1 (1)103-108.
biogas dengan rendemen tertinggi terdapat Fry. 1973. Methane Digesters for Fuel Gas and
pada rasio 1 : 2 atau pada konsentrasi Fertilizer. The New Alchemy
sampah terhadap air 0,5 %. Pada rasio Institute. Massachusetts. 8th Printing
tersebut dihasilkan biogas dengan Harmadi T. dan Widodo. 1990.“Teknik
rendemen 631,29 mg/liter pembakaran Dasar dan Bahan Bakar”.
3. Waktu fermentasi yang menghasilkan ITS. Surabaya.
rendemen biogas tertinggi tercepat terdapat Hermawan. 2007. Sampah Organik Sebagai
pada waktu fermentasi satu hari (971,4 Bahan Baku Biogas. Universitas
mg/L) pada konsentrasi 6,25% dan (631,29 Lampung. Bandar Lampung.
mg/L) pada rasio 1:2. Lutfianto,D, E. Mahajoeno dan Sunarto. 2012.
Produksi Biogas Dari Limbah
DAFTAR PUSTAKA
Peternakan Ayam. Unversitas Sebelas
Maret, Jawa Tengah.
Anonim. 2008. Penerapan Teknologi Biogas.
Mappiratu. 2011. Makalah Disampaikan Pada
(http:// rizakhoiruddin. Blogspot. Com/
Seminar Nasional Sehari, 13 Oktober
2009/ 08/ pembuatan-biogas-dari-
2011. Universitas Tadulako. Palu.
kotoran-kuda 23.html, diakses pada
Murjito. 2008. Desain Alat Penangkap Gas
tanggal 2 oktober 2011).
Methan Pada Sampah Menjadi Biogas.
Anonim. 2008. Masalah Sampah Diindonesia.
Teknik Mesin Universitas
Kompas 2008.
Muhammadiyah Malang. Malang.

Kajian Teknologi Produksi Biogas Dari Sampah Basah Rumah Tangga (Mujahidah, et.al.)

33
Online Jurnal of Natural Science, Vol. 2 (1): 25-34 ISSN: 2338-0950
Maret 2013

Pambudi . 2008. Pemanfaatan Biogas Sebagai


Energi Alternatif. Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
Purwati, S, R. Soetopo dan T. Idiyanti. 2011.
Aplikasi Enzim Protease dan Pengaruh
Suhu Pada asidifikasi Digestasi
Anaerobik. Jurnal Selulosa.1(1) 20-30.
Rahayu, S. D. Purwaningsih dan Pujianto.
2009. Pemanfaatan Kotoran Ternak
Sapi Sebagai Sumber Energi Alternatif
Ramah Lingkungan Beserta Aspek
Sosial Kulturalnya. Inotek 13(2).
Richardo. 2010. Cara Mudah Membuat
Digester Biogas. Universitas Gadjah
Mada. Jokjakarta.
Said. 2010. Tinjauan Pustaka Biogas.
(http://repository. usu . ac . id
/bitstream/ 123456789 /, diakses pada
tanggal 9 november 2011).
Samsia, S. 2011. Produksi Biogas Dari Buah
Busuk Sebagai Sumber Listrik. Makalah
Wodshop Energi Baru Dan Terbarukan.
Jokjakarta 21 – 22 september 2011.
Sufyandi. 2001. Informasi Teknologi Tepat
Guna Untuk Pedesaan Biogas.
Bandung.

Kajian Teknologi Produksi Biogas Dari Sampah Basah Rumah Tangga (Mujahidah, et.al.)

34

Anda mungkin juga menyukai