LP Kolingitis
LP Kolingitis
LP Kolingitis
Oleh:
FAIZAL DINULLAH
(21144010019)
UNIVERSITAS BONDOWOSO
2024
LAPORAN PENDAHULUAN CHOLANGITIS
1.1 Definisi
obstruksi saluran bilier, terutama yang ditimbulkan oleh batu empedu, namun dapat
1.2 Etiologi
Setiap kondisi yang menimbulkan stasis atau obstruksi saluran bilier pada
ductus choledochus, termasuk striktur jinak atau ganas, infeksi parasit, ataupun
bakteri dan cholangitis. Obstruksi parsial memiliki tingkat infeksi yang lebih tinggi
Batu saluran empedu merupakan predisposisi bagi cholangitis. Kira- kira 10-
a. Kanker pancreas
b. Cholangiocarcinoma
c. Choledochocele
e. AIDS cholangiopathy
pemeriksaan fisik berupa: nyeri kuadran kanan atas, demam, dan Jaundice. Pentad
Reynolds menambahkan perubahan status mental dan sepsis pada triad tersebut.
Gejala-gejala lain yang dapat terjadi meliputi: Jaundice, demam, menggigil dan
kekakuan (rigors), nyeri abdomen, pruritus, tinja yang acholis atau hypocholis, dan
malaise.
Anatomi Fisiologi
Kandung empedu adalah sebuah kantung berbentuk seperti buah pir, yang
terletak pada permukaan inferior dari hati pada garis yang memisahkan lobus kanan
dan kiri, yang disebut dengan fossa kandung empedu. Ukuran kandung empedu pada
orang dewasa adalah 7cm hingga 10 cm dengan kapasitas lebih kurang 30mL.
Kandung empedu menempel pada hati oleh jaringan ikat longgar, yang mengandung
vena dan saluran limfatik yang menghubungkan kandung empedu dengan hati.
Kandung empedu dibagi menjadi empat area anatomi: fundus, korpus, infundibulum,
dan kolum (Avunduk, 2002), Saluran biliaris dimulai dari kanalikulus hepatosit, yang
kemudian menuju ke duktus biliaris. Duktus yang besar bergabung dengan duktus
hepatikus kanan dan kiri, yang akan bermuara ke duktus hepatikus komunis di porta
hepatis.
Ketika duktus sistika dari kandung empedu bergabung dengan duktus hepatikus
komunis, maka terbentuklah duktus biliaris komunis. Duktus biliaris komunis secara
umum memiliki panjang 8 cm dan diameter 0.5-0.9 cm, melewati duodenum menuju
pangkal pankreas, dan kemudian menuju. ampula Vateri (Avunduk, 2002). Suplai
darah ke kandung empedu biasanya berasal dari arteri sistika yang berasal dari arteri
hepatikus kanan. Asal arteri sistika dapat bervariasi pada tiap tiap orang, namun 95%
berasal dari arteri hepatik kanan (Debas, 2004). Aliran vena pada kandung empedu
biasanya melalui hubungan antara vena vena kecil. Vena-vena ini melalui permukaan
kandung empedu langsung ke hati dan bergabung dengan vena kolateral dari saluran
empedu bersama dan akhirnya menuju vena portal. Aliran limfatik dari kandung
empedu menyerupai aliran venanya. Cairan limfa mengalir dari kandung empedu ke
hati dan menuju duktus sistika dan masuk ke sebuah nodus atau sekelompok nodus.
Dari nodus ini cairan limfa pada akhinya akan masuk ke nodus pada vena portal.
Kandung empedu diinervasi oleh cabang dari saraf simpatetik dan parasimpatetik,
yang melewati pleksus seliaka. Saraf preganglionik simpatetik berasal dari T8 dan
T9. Saraf postganglionik simpatetik berasal dari pleksus seliaka dan berjalan bersama
dengan arteri hepatik dan vena portal menuju kandung empedu. Saraf parasimpatetik
mengkonsentrasikan cairan empedu yang berasal dari hati di antara dua periode
Cairan empedu dibentuk oleh hepatosit, sekitar 600 ml. per hari, terdiri dari air,
empedu pada saat puasa. Kira-kira 90 % air dan elektrolit diresorbsi oleh epitel
empedu dan dipekatkan. Selama makan, ketika kimus mencapai usus halus,
dalam empedu dan akhirnya disekresikan bersama dengan konstituen empedu lainnya
ke dalam duodenum. Setelah berperan serta dalam pencernaan lemak, garam empedu
terminal. Dari sini garam empedu akan kembali ke sistem porta hepatika lalu ke hati,
antara usus halus dan hati ini disebut sebagai sirkulasi enterohepatik (Sherwood,
2001). Dalam keadaan dimana kandung empedu tidak berfungsi dengan baik, garam
empedu yang telah melalui sirkulasi enterohepatic sebagian besar akan disimpan di
usus halus.
1.3 Patofisiologi
Factor utama dalam petogenesis dari cholangitis akut adalah obstruksi saluran
bilier, peningkatan tekanan intraluminal dan infeksi saluran empedu. Saluran bilier
yang terkolonisasi oleh bakteri namun tidak mengalami pada umumnya tidak akan
belum jelas, dipercaya bahwa bakteria memperoleh akses menuju saluran bilier
secara retrograd melalui duodenum atau melalui darah dari vena porta. Sebagai
hasilnya, infeksi akan naik menuju ductus hepaticus, menimbulkan infeksi yang
serius. Peningkatan tekanan bilier akan mendorong infeksi menuju kanalikuli bilier,
vena hepatica, dan saluran limfatik perihepatik, yang akan menimbulkan hacteriemia
Saluran bilier pada keadaan normal bersifat steril. Keberadaan batu pada
yang dapat diisolasi dalam empedu adalah Escherischia coli (27%), Spesies
Klebsiella (16%). Spesies Enterococcus (15%), Spesies Streptococcus (8%), Spesies
ditemukan pada kultur darah sama dengan yang ditemukan dalam empedu. Patogen
tersering yang dapat diisolasi dalam kultur darah adalah E coli (59%), spesies
Sebagai tambahan, infeksi polimikrobial sering ditemukan pada kultur empedu (30-
Saluran empedu hepatik bersifat steril, dan empedu pada saluran empedu tetap
steril karena terdapat aliran empedu yang kontinu dan keberadaan substansi
memfasilitasi kontaminasi bakteri. Kontaminasi bakteri dari saluran bilier saja tidak
Tekanan bilier normal berkisar antara 7 sampai 14 cm. Pada keadaan bactibilia
dan tekanan bilier yang normal, darah vena hepatica dan nodus limfatikus perihepatik
bersifat steril, namun apabila terdapat obstruksi parsial atau total, tekanan intrabilier
akan meningkat sampai 18-29 cm H2O, dan organisme akan muncul secara cepat
pada darah dan limfa. Demam dan menggigil yang timbul pada cholangitis
Uji Laboratorium
memiliki sel darah putih melebihi 10.000/mL, dangan angka rata-rata 13.600. Pasien
peningkatan kadar alkali fosfatase pada 78% pasien. SGOT dan SGPT biasanya
sedikit meningkat.
PTT dan aPTT biasanya tidak meningkat kecuali bila terdapat sepsis yang
Kadar C-reactive protein dan LED pada umumnya meningkat. Kultur darah (2 set):
antara 20% dan 30% kultur darah memberikan hasil yang positif, banyak diantaranya
pancreatitis dan peningkatan kadar lipase. Sepertida dari pasien mengalami sedikit
pancreatitis (pancreatitis yang disebabkan oleh batu empedu). Kultur empedu: kultur
empedu dilakukan apabila pasien mengalami drainase bilier oleh interventional
Studi Pencitraan.
obstruksi bilier dan untuk menyingkirkan kondisi yang lain. Ultrasonografi dan CT
Pemeriksaan ini sangat sensitif dan spesifik untuk memeriksa kandung empedu dan
menilai dilatasi saluran bilier, namun pemeriksaan ini sering melewatkan batu yang
pemeriksaan yang bersifat diagnostik dan terapeutik, dan merupakan kriteria standar
bagi pencitraan sistem bilier. ERCP hanya dilakukan bagi pasien yang memerlukan
intervensi terapeutik. Pasien dengan kecurigaan klinis yang tinggi bagi cholangitis
sebaiknya segera dilakukan ERCP.. ERCP memiliki tingkat keberhasilan yang besar
(98%) dan dianggap lebih aman daripada intervensi bedah dan percutaneus.
noninvasif yang semakin sering dipergunakan untuk diagnosis batu bilier dan
untuk melakukan tes diagnostik invasif seperti pengambilan sample empedu, uji
Pemeriksaan lain
iminodiacetic acid [DISIDA]). Scan HIDA dan DISIDA merupakan uji fungsional
dari kandung empedu. Obstruksi CBD menimbulkan nonvisualisasi dari usus kecil.
Scan HIDA pada obstruksi total dari saluran bilier tidak memperlihatkan saluran
bilier. Keuntungannya adalah kemampuan untuk menilai fungsi empedu dan hasilnya
dapat positif dapat muncul sebelum pembesaran ductus dapat dilihap melalui USG.
cefazolin, cefoxitin) merupakan obat pilihan pada kasus-kasus ringan sampai sedang.
dukungan vassopressor. Sebagian besar pasien akan merespon terhadap tindakan ini.
mungkin setelah pasien stabil. Sekitar 15% pasien tidak akan merespon terhadap
4) Pada pasien dengan obstruksi yang lebih proksimal atau terletah pada perihiler,
atau penyakitnya disebabkan striktur pada anastomosis enterik- bilier, atau apabila
untuk menyelamatkan nyawa. Namun perlu diingat bahwa mortalitas pasien yang
diobati dengan terapi bedah lebih tinggi daripada pasien yang berhasil diobati dengan
A. Pengkajian
1) Identitas
Cholangitis cukup jarang terjadi. Biasanya terjadi bersamaan dengan penyakit lain
yang menimbulkan obstruksi bilier dan bactibilia (misal: setelah prosedur ERCP, 1-
2) Keluhan utama
klien mengeluh nyeri perut kanan atas, nyeri tidak menjalar/menetap, nyeri pada saat
Riwayat medis pasien mungkin dapat membantu. Contohnya riwayat dari keadaan-
o Pasca cholecystectomy
o Riwayat HIV atau AIDS: cholangitis yang berhubungan dengan AIDS memiliki ciri
Banyak pasien yang datang dengan ascending cholangitis tidak memiliki gejala-
gejala klasik tersebut. Sebagian besar pasien mengeluhkan nyeri pada abdomen
kuadran lateral atas, namun sebagian pasien (misal: pasien lansia) terlalu sakit untuk
PEMERIKSAN FISIK
1) System pernafasan
Perkusi: Sonor.
2) System Kardiovaskuler
3) Sistem Neurology
4) System Pencernaan.
Inspeksi tampak ada distensi abdomen diperut kanan atas, klien mengeluh mual dan
muntah.
epigastrum.
Palpasi: hypertympani.
5) System Eliminasi
Warna urine lebih pekat dan warna feses seperti tanah liat
6) System integument
7) System muskuluskeleta
1. Ansietas (D.0080)
Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap objek yang tidak jelas
Penyebab
1. Krisis situasional.
3. Krisis maturasional.
Subjektif.
1. Merasa bingung.
3. Sulit berkonsenstrasi.
Objektif.
1. Tampak gelisah.
2. Tampak tegang.
3. Sulit tidur
Subjektif.
1. Mengeluh pusing.
2. Anoreksia.
3. Palpitasi.
Objektif.
4. Diaforesis.
5. Tremos.
7. Suara bergetar.
9. Sering berkemih.
1. PenyakitKronis.
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana opersai
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang
Definisi :
Penyebab:
Subjektif
1. Menyeluh nyeri
Objektif
1. Tampak meringis
3. Gelisah
5. Sulit tidur
Subjektif
1. (tidak tersedia)
Objektif
7. Diaphoresis
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
5. Glaucoma
Definisi
Penyebab
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
Subjektif :
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun .
Objektif :
5. Sariawan
8. Diare
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Celebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
8. Kerusakan neuromuskular
9. Luka bakar
10. Kanker
11. Infeksi
12. AIDS
14. Enterokolitis
Edukasi
1. jelaskan secara
rinci intervensi
relaksasi yang
dipilih
2. anjurkan
mengambil
posisi yang
nyaman
3. anjurkan rileks
dan merasakan
sensasi
relaksasi
NO. DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATA KRITERIA HASIL
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri Observasi
(D.0077) tindakan keperawatan (I. 08238) 1. untuk
selama 3x24 jam , mengetahui
diharapkan Tingkat Observasi Lokasi,
nyeri menurun dengan 1. Identifikasi karakteristik,
kriteria hasil : Lokasi, durasi,
karakteristik, frekuensi,
Tingkat Nyeri durasi, kualitas,
(L. 08066) frekuensi, intensitas nyeri
6. keluhan nyeri kualitas, 2. untuk
menurun (5) intensitas nyeri mengetahui
7. meringis 2. identifikasi skala nyeri yg
menurun (5) skala nyeri dirasakan klien
8. gelisah 3. identifikasi 3. untuk
menurun (5) factor yang mengetahui
9. frekuensi nadi memperberat factor yg
membaik (5) dan memperberat
10. pola napas memperingan dan
membaik (5) nyeri memperingan
rasa nyeri
Terapeutik
1. berikan Teknik Terapeutik
non 1. agar klien juga
farmakologis mengetahui
untuk Teknik non
mengurangi farmakologis yg
rasa nyeri bisa mengurangi
2. kontrol rasa nyeri
lingkungan 2. agar klien
yang mengetahui
memperberat factor
rasa nyeri lingkungan yg
3. fasilitasi memperberat
istirahat dan rsa nyeri
tidur 3. agar klien
tercukupi
Edukasi istirahat dan
1. jelaskan tidurnya
penyebab,
peroide, dan Edukasi
pemicu nyeri 1. agar klien dan
2. jelaskan keluarga
strategi mengetahui
meredakan penyebab,
nyeri periode, dan
3. anjurkan pemicu nyeri
memonitornyer 2. agar klien dan
i secara mandiri keluarga
mengetahui
Kolaborasi strategi
1. kolaborasi meredakan
pemberian nyeri
analgetic jika
perlu Kolaborasi
1. agar klien
merasa lebih
membaik Ketika
nyerinya
kambuh
NO. DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATA KRITERIA HASIL
1. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi Observasi
(D.0019) tindakan keperawatan (I.03119) 1. untuk
selama 3x24 jam , mengetahui
diharapkan status Observasi status nutrisi
nutrisi membaik 1. identifikasi klien
dengan kriteria hasil : status nutrisi 2. untuk
2. identifikasi mengetahui
Status Nutrisi alergi dan alergi dari
(L.03030) intoleransi makanan
1. porsi makanan makanan 3. untuk
yang dihabiskan 3. identifikasi mengetahui
meningkat (5) makanan yang makanan yang
2. kekuatan otot disukai disukai klien
pengunyah (5)
3. kekuatan otot Terapeutik Terapeutik
menelan (5) 1. lakukan oral 1. agar klien
4. perasaan cepat hygiene terpenuhi oral
kenyang sebelum hygiene nya
menurun (5) makan, jika 2. untuk
5. frekuensi makan perlu mengetahui diet
membaik (5) 2. fasilitasi yang sesuai
menentukan 3. agar klien
pedoman diet tertarik untuk
3. sajikan makan
makanan
secara menarik Edukasi
dan suhu yang 1. agar klien
sesuai merasakan rasa
yang nyaman
Edukasi 2. untuk
1. anjurkan posisi mengetahui diet
duduk, jika yang sesuai
mampu untuk klien
2. ajarkan diet
yang di Kolaborasi
programkann 1. untuk
mencukupi
Kolaborasi kebutuhan klien
1. kolaborosi
pemberian
medikasi
sebelum
makan
DAFTAR PUSTAKA